Kel. 3 KMB II....
Kel. 3 KMB II....
Kel. 3 KMB II....
Pada tahun 2028 menghasilkan perawat vokasi yang unggul dalam penerapan
keterampilan keperawatan lansia berbasis IPTEK Keperawatan.
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang
dikaji dalam pembahasan ini berjudul “KONSEP DASAR PENYAKIT dan ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KATARAK”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II di Poltekkes Kemenkes Jakarta 3.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak S. Haeryantu, SKM., M.Kes selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah. Terima kasih atas semua
pihak yang membantu penyusunan dan membaca makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...…2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….….…3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….4
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………..5
C. Tujuan ……………………………………………………………………………………5
D. Manfaat ………………………………………………………………………………..…5
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT KATARAK…………………………………..……..6
A. Definisi Katarak…………………………………………………………………..………6
B. Jenis – Jenis Katarak………………………………………………………………...……6
C. Patofisiologi …………………………………………………………………………...…7
D. Pathway…………………………………………………………………………………...9
E. Tanda dan Gejala ………………………………………………………………………...9
F. Penatalaksanaan Medis……………………………………………………………….....10
G. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………………....12
H. Cara Mencegah Katarak…………………………………………………………………13
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK…14
A. Pengkajian……………………………………………………………………………….14
B. Diagnosa Keperawatan………………………………………………………………….14
C. Intervensi Keperawatan…………………………………………………………………14
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KATARAK………………………………..16
A. Kasus……………………………………………………………………………………16
BAB V PENUTUP……………….……………………………………………………………..36
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..36
B. Saran……………………………………………………………………………………36
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….....37
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata manusia
menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan.
Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan
hingga gangguan yang berat yang dapat mengakibatkan kebutaan. Kebutaan karena
katarak atau kekeruhan lensa mata merupakan masalah kesehatan global yang harus
segera diatasi, karena kebutaan dapat menyebabkan berkurangnya kualitas sumber daya
manusia dan kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya yang cukup besar untuk
pengobatannya. Katarak dapat terjadi pada semua umur (Ilyas, 2014).
Katarak merupakan penyebab sedikitnya 50% kasus kebutaan di seluruh dunia.
Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, jumlah orang yang terkena semakin
bertambah. Di berbagai bagian dunia yang sedang berkembang, fasilitas yang bersedia
untuk mengobati katarak jauh dari mencukupi, sulit untuk mengatasi kasus-kasus baru
yang muncul dan benar-benar tidak mampu menangani kasus-kasus lama semakin
menumpuk, yang dalam hitungan konservatif diperkirakan berjumlah 10 juta diseluruh
dunia.
World Hearth Organization (WHO, 2013), memperkirakan bahwa penyebab
gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia adalah gangguan refraksi yang tidak
terkoreksi, diikuti oleh katarak dan glaukoma. Sedikitnya terdapat 135 juta orang yang
mengalami disabilitas penglihatan yang sangat signifikan dan terdapat lebih dari 50 juta
orang buta di seluruh dunia saat ini, dengan penyebab kebutaan terbanyak adalah katarak
(51%), diikuti oleh glaukoma dan Age related Macular Degeneration (AMD). Sebesar
21% tidak dapat ditentukan penyebabnya dan 4% adalah gangguan penglihatan sejak
masa kanak-kanak.
Pemerintah Republik indonesia melalui Kementerian Kesehatan RI, sejak tahun
2000 bersama-sama WHO telah mencanangkan Visi 2020 yaitu, The Right to Sight.
Dalam visi 2020 the right to sight merupakan program yang diinisiasi oleh WHO dan
international agensi for the prefention of blindess (LAPB) untuk mewujudkan fungsi
penglihatan yang optimal di dunia. Indonesia sebagai Negara dengan angka kebutaan
ketiga terbanyak didunia turut berkomitmen dalam upaya pemberantasan kebutaan.
(PERDAMI, 2013).
Indonesia sebagai Negara berkembang banyak mengalami masalah kesehatan
mata. Perkiraan insiden katarak adalah 0,1% pertahun atau setiap tahun di antara 1.000
4
orang terdapat seorang penderita baru katarak. Penduduk Indonesia juga memiliki
kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk di daerah
subtropis, sekitar 16 - 22% penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah 55 tahun
Penatalaksanaan yang sering dilakukan pada katarak adalah dengan pembedahan.
Metode operasi yang umum dipilih untuk katarak adalah meninggalkan bagian posterior
kapsul lensa sehingga dikenal sebagai ekstraksi katarak ekstrakapsular. Penanaman lensa
intraokular merupakan bagian dari prosedur ini (Vaughan & Asbury, 2007).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Jelaskan konsep dasar dari penyakit katarak?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan secara umum pada pasien katarak?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus pasien penderita katarak?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penyusunan makalah ini, secara umum bertujuan untuk mengetahui konsep dasar
penyakit katarak dan asuhan keperawatan pada pasien dengan katarak
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi definisi, etiologi dan faktor pencetus, tanda dan gejala,
patofisologi dan pathway, penatalaksanaan medis, komplikasi klinis,
pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan laboratorium pada katarak
b. Mengidentifikasi pengkajian yang perlu dilakukan pada klien dengan katarak
c. Mengidentifikasi diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan katarak
d. Mengidentifikasi intervensi keperawatan yang dapat diterapkan pada klien
dengan katarak
D. MANFAAT
Manfaat penysunan makalah ini adalah memperoleh pengetahuan tentang
definisi, etiologi dan factor pencetus, tanda dan gejala, patofisiologi dan pathway,
penatalaksanaan medis, komplikasi klinis, pemeriksaan penunjang dan laboratorium pada
katarak. Dengan dibekalinya konsep dasar pada katarak nantinya dapat diterapakan secara
tepat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang menderita katarak dengan
tepat.
5
BAB II
KONSEP DASAR KATARAK
A. DEFINISI KATARAK
Katarak berasal dari Bahasa latin cataracta atau dalam Bahasa Yunani,
kataraktes, yang berarti terjun seperti air. Istilah ini dipakai orang Arab sebab orang –
orang dengan kelainan ini mempunyai penglihatan yang seolah – olah terhalang oleh air
terjun (American academy Opthalmology, Lens and Cataract. Basic and clinical Science
Course, Section, 2006).
Menurut Kadek dan darmadi (2007) katarak adalah kekeruhan lensa mata atau
kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak
merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Springhouse Co).
Derajat disabilitas yang ditimbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas
keburaman. Intervensi diindikasikan jika visus menurun sampai batas klien tidak dapat
menerima perubahan dan merugikan atau mempengaruhi gaya hidup klien (visus 5/15).
Katarak biasanya mempengaruhi kedua mata tetapi masing -masing berkembang secara
independent. Kecuali katarak traumatic biasanya unilateral dan katarak congenital
biasanya stationer.
B. JENIS KATARAK
Katarak terbagi menjadi 2 jenis, menurut perkembangan (katarak congenital) dan
menurut proses degenerative (katarak primer dan katarak komplikata).
1. Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini
sering di temukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella,
DM, toksoplasmosis, hipoparatirodisme, galaktosemia. Ada pula yang menyertai
kelainan bawaan pada mat aitu sendiri seperti mikroftalmus, aniridia, kaloboma,
keratoconus, ectopia leentis, megalokornea, hetekronia iris. Kekeruhan dapat
dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten, katarak Polaris anterior,
posterior, katarak aksialis, katarak zonularis, katarak stelata, katarak totalis, dan
katarak kongengita membranasea.
2. Katarak primer
Katarak primer, menurut umur ada dua golongan yaitu katarak juvenilis (Umur
<20 tahun), katarak senilis (umur >50 tahun). Katarak primer dibagi menjadi
empat stadium:
a. Stadium insipien
6
Jenis katarak ini adalah stadium paling dini. Visus belum terganggu,
dengan koreksi masih bisa 5/5 – 6/6. Kekeruhan terutama terdapat pada
bagian perifer berupa bercak – bercak seperti jari – jari roda.
b. Stadium imatur
Kekeruhan sebelum mengenai seluruh lapisan lensa, terutama terdapat
dibagian posterior dan bagian belakang nucleus lensa. Shadow test positif.
Saat ini terjadi hindari korteks yang menyebabkan lensa menjadi cembung
sehingga indeks refraksi berubah dan mata menjadi miopa. Keadaan ini
disebut intumesensi. Cembungnya lensa akan mendorong iris ke depan,
menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi sempit dan menimbulkan
komplikasi glaucoma.
c. Stadium matur
Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran
normal kembali. Saat ini lensa telah keruh seluruhnya sehingga semua
sinar yang masuk pupil dipantulkan kembali. Shadow test negative. Di
pupil tampak lensa seperti mutiara
d. Stadium hipernatur (katarak Morgagni)
Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nukleus lensa
turun karena daya beratnya. Melalui pupil, nukleus terbayang sebagai
setengah lingkaran di bagian bawah dengan warna berbeda dari di atasnya
yaitu kecoklatan. Saat ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa yang menjadi
lebih permeabel sehingga isi korteks dapat keluar dan lensa menjadi
kempes yang dibawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini disebut
katarak morgani (Carpenito dan Lynda, 2000)
3. Katarak komplikata
Katarak jenis initerjadi sekunder atau Sebagian komplikasi dari penyakit lain.
Penyebab katarak jenis ini adalah :
a. Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaucoma, ablasio retina
yang sudah lama, uveitis, dan myiopa maligna
b. Penyakit siskemik, DM, hipoparatiroid, downsindrom, dermatritis atopic
c. Trauma, trauma tumpul, pukulan, benda asing didalam mata,terpapar panas
yang berlebihan, sinar X, radio aktif, toksik kimia (Ilyas, 2005)
C. PATOFISIOLOGI
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting. Lensa yang normal
adalah struktur posterior iris yang jernih. Transparan, berbentuk seperti kancing baju,
7
mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis,
pada zona Sentral terdapat nucleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang bermakna seperti kristal salju (Ilyas, 2008).
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah diluar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambatnya cahaya ke retina.
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemik (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV,
obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam
jangka waktu yang lama (Guyton, 1997)
Selain itu berbagai penyebab katarak di atas menyebabkan gangguan
metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini menyebabkan perubahan
kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan
kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang di berbagai bagian lensa atau kapsulnya.
Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh atau
buram. Kondisi ini memburamkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya
otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak
diterapi, lensa mata menjadi putih susu kemudian berubah kuning bahkan menjadi coklat
atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna (Mansjoer, 2008)
8
D. PATHWAY
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Bedah katarak senil
10
Bedah katark senil dibedakan dalam bentuk ekstraksi lensa intrakapsular dan
ekstraksi lensa ekstrakapsular (Priska, 2008) adalah sebagai berikut :
a. Ekstraksi lensa intrakapsular
Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak
senil. lensa dikeluarkan bersama-sama dengan kapsul lensanya dengan memutus
zonula zinn yang telah mengalami degenerasi.
Pada ekstraksi lensa intrakapsular dilakukan tindakan dengan urutan berikut :
1. Dibuat klep konjungtiva dari jam 09.00 sampai jam 15.00
2. dilakukan fungsi bilik mata depan dengan pisau
3. luka karena diperlebar seluas 1600
4. dibuat iridektomi untuk mencegah glaukoma blokade pupil pasca bedah
5. dibuat jahitan kornea sklera
6. lensa dikeluarkan dengan kriyo
7. jahitan kornea dirapatkan dan ditambah
8. Flap konjungtiva dijahit
Faktor yang mempersulit saat pembedahan yang dapat terjadi adalah pecahnya
kapsul lensa sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-sama kapsulnya.
Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa ekstrakapsular tanpa rencana karena
kapsul posterior akan Tertinggal. Selain itu, prolaps badan kaca pada saat lensa
dikeluarkan juga dapat mempersulit pembedahan.
Bedah ekstraksi lensa intrakapsular saat ini sudah jarang digunakan, namun
masih dikenal pada negara dengan ekonomi rendah karena dianggap teknik yang
masih baik untuk mengeluarkan lensa keruh yang mengganggu penglihatan
dengan ongkos rendah. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebih besar lagi
dibandingkan dengan teknik ekstrakapsular. Pada teknik ini, ahli bedah akan
mengeluarkan lensa mata beserta selubungnya. Berbeda dengan teknik
sebelumnya pemasangan lensa mata buatan pada teknik pembedahan
intrakapsuler bukan pada tempat lensa mata sebelumnya, tapi di tempat lain yaitu
di depan iris. Teknik ini sudah jarang digunakan. Walaupun demikian, masih
dilakukan pada kasus trauma mata yang berat
b. Ekstraksi lensa ekstrakapsular
Pada ekstraksi lensa ekstrakapsuler dilakukan tindakan sebagai berikut :
1. pertama flek konjungtiva antara dasar dengan formik pada limbus dibuat dari
jam 10.00 – 14.00
2. dibuat fungsi bilik mata depan
3. melalui fungsi ini dimasukkan jarum untuk kapsulotomi anterior
4. dibuat buka dari jam 10 sampai jam 2
11
5. nukleus lensa dikeluarkan
6. sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga tinggal kapsul posterior saja
7. luka Korea dijahit
8. flip konjungtiva dijahit
Faktor yang mempersulit yang dapat timbul adalah terdapat korteks lensa yang
akan membuat katarak sekunder. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak yang
sudah parah, di mana lensa mata sangat keruh sehingga sulit dihancurkan dengan
teknik fakuoemulsifikasi. selain itu, juga dilakukan pada tempat tempat dimana
teknologi fakuoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini menunjukkan sayatan yang
lebih besar, karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa
dikeluarkan, lensa buatan dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi
semula. Teknik ini membutuhkan penjahitan untuk menutup luka. Selain itu,
perlu pendidikan obat pemati rasa di sekitar mata
2. Fakoemulsifikasi
Ekstraksi lensa dengan fakoemulsifikasi, yaitu teknik operasi katarak modern
menggunakan gel, suara berfrekuensi tinggi, dengan sayatan 3 mm pada sisi Kornea.
Fakuoemulsifikasi adalah teknik operasi katarak terkini. Pada teknik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil sekitar 2 - 3 mm di kornea. Getaran ultrasonik akan
digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin Phaco akan menyedot
masa katarak yang telah hancur tersebut sampai bersih. Sebuah lensa intraocular
(IOL) yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Untuk lensa lipat
(foldable lens) membutuhkan insisi sekitar 2,8 mm, sedangkan untuk lensa tidak lipat
insisi sekitar 6 mm. Karena insisi yang kecil untuk foldable lens ,maka tidak
diperlukan jahitan akan pulih dengan sendirinya yang memungkinkan cepat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari (Prisla, 2008)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan diagnostic
a. Keratometry
b. Pemeriksaan lampu slit memastikan diagnosis kekruhan lensa
c. Offalmoskopi
12
d. CT – SCAN Ultrasauna (Echografi)
e. Perhitungan sel endotel penting untuk falkoemulsifikasi dan implantasi
f. Olkamoskopi tidak langsung menunjukkan area gelap di reflek merah yang
normalnya homogen
13
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK
A. PENGKAJIAN
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata (katarak) kaji riwayat keluarga apakah ada
Riwayat diabetes atau gangguan system vaskuler, kaji Riwayat stress, alergi, gangguan
vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes,
serta Riwayat terpajan radiasi, steroid atau toksisitas fenotiazin.
B. DIAGNOSA
1. Pre-operasi
a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan penerimaan
sensori/status organ indera
b. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi, keterbatasan kognitif
c. Ansietas b.d prosedur penatalaksanaan / rencana Tindakan pembedahan
d. Risiko cedera b.d kerusakan fungsi sensori penglihatan, kehilangan vitreus,
pandangan kabur.
2. Post operasi
a. Nyeri akut b.d trauma insisi
b. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi, keterbatasan kognitif
c. Defisit perawatan diri b.d gangguan penglihatan
d. Risiko infeksi b.d prosedur Tindakan invasive insisi jaringan tubuh
e. Risiko cedera b.d kerusakan fungsi sensori penglihatan, pandangan kabur
C. INTERVENSI
Diagnose Intervensi
Risiko cedera b.d kerusakan 1. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
fungsi sensori penglihatan, menyebabkan cedera
pandangan kabur 2. Sediakan cahaya yang memadai
3. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
4. Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai
(mis. Tongkat atau alat bantu jalan)
Risiko infeksi b.d prosedur 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Tindakan invasive insisi 2. Berikan perawatan kulit pada area yang luka
jaringan tubuh 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
14
4. Pertahankan Teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Gangguan persepsi sensori- 1. Periksa status sensori
perseptual penglihatan b.d 2. Atur stimulus lingkungan (mis. Cahaya)
gangguan penerimaan
sensori/status organ indera
15
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KATARAK
KASUS
Seorang pasien bernama Ny.S berumur 56 tahun berjenis kelamin perempuan mulai dirawat
dirumah sakit pada tanggal 12 Februari 2020 dengan no.RM : 00.42.89.04. Ny.S lahir pada
tanggal 12 Maret 1963. Pasien beragama islam. Pasien bekerja sebagai IRT dan memiliki
pendidikan terakhir SMA. Pasien bertempat tinggal di Sekampung. Pasien mengatakan
penglihatannya buram sejak ±7 bulan yang lalu pada kedua mata (kanan dan kiri) akibat
adanya katarak. Pasien mengatakan penglihatan tidak jelas seperti ada kabut, saat melihat
cahaya terasa silau, sulit melihat pada jarak jauh terutama pada malam hari dan masih dapat
melihat jelas pada jarak satu meter. Terdapat kelainan pada mata pasien. Lakrimasi mata kiri:
tidak normal, mata lebih berair. Pupil mengalami dilatasi, ukuran pupil mata kanan 6 mm,
mata kiri: 8 mm. Pupil kanan dan kiri anisokor dengan kelainan reflek cahaya dibuktikan
dengan ukuran pupil mata kiri lebih lebar 2 mm. Kornea dan Lensa mata: berwarna keruh,
keputihan. Visus dasar OD: CFFC dan OS: CFFC. (12/02/2020) Tonometri: Tekanan
intraokuler OD: 20 dan OS: 21(09/02/2020). Pasien mengatakan merasa cemas karena pertama
kali operasi. Pasien bertanya kapan operasinya dimulai. Pasien tampak tegang. Pasien tampak
gelisahTTV: TD : 130 / 80 mm Hg, nadi: 86 x/menit, RR : 20x/menit. Pasien bertanya apa
yang dilakukan di ruang operasi dan bagaimana cara perawatan setelah operasi. Pasien tampak
bingung. Dilakukan pembedahan fakoemulsifikasi dan pemasangan lensa intraokuler pada
okuli, sinistra. Dilakukan local anastesi. Posisi di meja operasi supine. Pasien operasi
menggunakan mesin phac1`.
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Umur & tgl lahir : 56 Tahun /12 Maret 1963
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Gol.Darah : A+
Alamat : Sekampung
Tanggungan : BPJS
No.RM : 00.42.89.04
16
Tgl Masuk RS : 12 Februari 2020
Tgl pengkajian : 12 Februari 2020
Diagnosa : Senile Cataract Unspecified
2. Riwayat Praoperatif
a. Pasien mulai dirawat tgl : 12 Februari 2020 di ruang Pre Operasi
b. Keluhan Utama : Gangguan penglihatan
c. Riwayat Penyakit : Pasien memiliki riwayat penyakit DM sejak 5 tahun yang
lalu, sudah menjalani pengobatan dengan injeksi insulin 10 Unit sejak tanggal
09 Februari 2020.
d. Ringkasan hasil anamnesa preoperatif :
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Februari 2020 pukul 12.02 di
ruang pre operasi, pasien mengatakan penglihatannya buram sejak ±7 bulan
yang lalu pada kedua mata (kanan dan kiri) akibat adanya katarak. Pasien
mengatakan penglihatan tidak jelas seperti ada kabut, saat melihat cahaya
terasa silau, sulit melihat pada jarak jauh terutama pada malam hari dan
masih dapat melihat jelas pada jarak satu meter. Hasil pemeriksaan visus
dasar OD: CFFC dan OS: CFFC. Tonometri: Tekanan intraokuler OD: 20 dan
OS: 21. Pasien mengatakan merasa cemas karena pertama kali operasi, pasien
sering bertanya kapan operasinya dimulai, apa yang dilakukan di ruang operasi
dan bagaimana cara perawatan setelah operasi. Pasien tampak bingung, gelisah
dan tegang.
e. Hasil Pemeriksaan Fisik
1.Tanda-tanda vital :
Tanggal 12 Februari 2020 Pukul : 12.02 WIB
Kesadaran : Composmentis GCS : 15 Orientasi : Baik
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,8 0C
Pernafasan : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala dan Leher :
Inspeksi : Bentuk kepala : Normochepal, distribusi rambut merata,
warna rambut hitam keabu-abuan, tidak ada ketombe, tidak ada lesi,
tidak ada pembengkakan, Hidung: tidak ada polip, tidak ada secret,
tidak ada sianosis. Mulut : bersih, tidak ada gigi berlubang. Telinga:
Tidak ada secret. Kulit : tidak ada jejas warna sama dengan warna
kulit lain.
17
Palpasi : Tidak ada nyeri pada hidung dan mulut , tidak ada nyeri
tekan pada telinga, tidak ada distensi vena jugularis dan tidak ada
pembesaran tiroid, suhu sama dengan kulit lainnya.
b) Mata :
Inspeksi:
Bulu mata : Lentik ke atas. Konjungtiva: Ananemis Kedudukan
bola mata: Simetris kanan kiri. Bola mata: normal tidak keluar
(eksotalmus)/kedalam (endoftalmus). Lakrimasi mata: Tidak normal
(Mata berair). Reflek pupil: Normal. Pupil mengalami dilatasi,
ukuran pupil mata kanan 6 mm, mata kiri:
8 mm. Pupil kanan dan kiri anisokor dengan kelainan reflek cahaya
dibuktikan dengan ukuran pupil mata kiri lebih lebar 2 mm. Lapang
pandang: normal (Lp pasien = Lp perawat). Kornea dan Lensa mata:
berwarna keruh, keputihan. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan
hitung jari: Visus dasar OD/OS: CFFC. Tonometri : OD: 20 OS 21
(09/02/2020)
Palpasi: Tidak ada nyeri pada mata, mata terasa gatal. Sensibilitas
kornea: ada reflek berkedip.
c) Thorax ( Jantung Dan Paru ) :
Inspeksi : Dada : Bentuk Normochest, simetris, pergerakan dinding
dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada jejas, tidak ada
pembengkakan, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada ictus
cordis.
Palpasi: Paru : Taktil fremitus ; getaran pada kedua lapang paru
sama.
Jantung : Ictus cordis tidak teraba.
Perkusi: Paru : Sonor pada kedua lapang
paru, Jantung:
- Batas jantung kanan atas : ICS II Linea Para Sternalis
Dextra
- Batas jantung kiri atas : ICS II Linea Para Sternalis Sinistra
- Batas jantung kiri bawah : ICS IV Mid Sinistra
- Batas jantung kanan atas : ICS IV Parasternalis Dextra
Auskultasi : Paru : Vesikuler pada kedua lapang paru Jantung
: Bj I – Bj II terdengar regular , tidak ada Bj III
d) Abdomen :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada
18
distensi abdomen
Auskultasi: Bising usus 20x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi abdomen
Perkusi : Perkusi timpani
e) Ekstremitas ( atas dan bawah)
19
Tidak ada lesi pada ekstremitas atas dan bawah , tidak ada
pembengkakan , tidak ada nyeri, kekuatan otot:
Gambar 4.1 Kekuatan Otot
20
Gambar 4.2 Skala Nyeri Pre Operasi
21
3. Riwayat Intraoperatif
a. Tanda-tanda vital
Tanggal : 12 Februari 2020 Pukul : 14.08 WIB TD : 130/70 mmHg
Nadi : 88 x/m
Suhu : 36, 10C
Pernafasan : 20 x/m
b. Posisi pasien di meja operasi: Supine
c. Jenis operasi : Minor
Nama operasi : Fakoemulsifikasi dan pemasangan IOL
Area/bagian tubuh yang dibedah: Mata kiri/ okuli sinistra
d. Tenaga medis di ruang operasi :
Dokter bedah : dr. Faika Novadianaz, Sp.M Perawat instrumentator: Fephy Ayu, Amd. Kep
Perawat sirkuler : Diah Ayu Retno Palupi, Amd.Kep,
Thalita Nur Rahma, S.Tr. Kep.
Tabel 4.4 Surgical Safety Checklist
Waktu Kegiatan
23
Alat-alat
Linen set
:
Jas operasi 2
Duk meja mayo 1
Instrumen :
Sponge holding forceps 1
Spuit 1 cc
Spuit 3 cc
Slitknife 1
Spekulum 1
Choper 1
Ctab knife 1
Kom 4
Fako 1
Dop mata 1
Sideport 1
Jarum besi 27 1
Jarum besi 26 1
Ultrata 1
Pinset sirusgis 1
25
iodine 0.8cc ditetesi pada mata kiri hingga habis. Selanjutnya ditetesi
1 tetes
cendo mydratil, yang dilakukan tiap 15 menit sekali.
14.10 Pasien dibawa ke ruang operasi pada pukul 14.10 wib, berbaring
Wib dengan posisi supine di meja operasi. Selanjutnya mata kiri dicuci lagi
dengan cara ditetesi
panthocain 1 tetes, selanjutnya ditetesi dengan RL 0.2 cc: povidon iodine
0.8 cc
dengan spuit 1 cc. Dilakukan desinfeksi area disekitar mata
dengan
14. 40 spongeholder dan kasa yang diberi povidon iodine kemudian
Wib dikeringkan dengan kasa yang diberi cairan NaCl.
Selanjutnya dipasang eyedrap dan speculum untuk memfiksasi mata
agar tetap
terbuka. Mata kiri ditetesi lidocain dengan spuit 3 cc. Dilakukan TIME
OUT.
Kemudian operator mengiris iris mata dengan sideport (pisau).
Kemudian
dimasukan adrenalin 1 amp + RL dengan spuit 10 cc kedalam lensa
mata.
Selanjutnya dimasukan tripanblue untuk mewarnai iris mata. Selanjutnya
dibilas
dengan lidocain menggunakan spuit 3 c dan jarum besi ukuran 26 hingga
bersih.
Selanjutnya dimasukan HPMC/ fisco ringan yaitu cairan kental
untuk
26
mempertahanakan tekanan dalam bota mata menggunakan tangan kiri
operator.
Bersamaan dengan tangan kanan mengiris lensa dengan slitknife,
Selanjutnya
tangan kanan operator melakukan CCC menggunakan alat ultrata
yang
bertujuan untuk membuka kapsul anterior. Selanjutnya dilakukan
hidrodeseksi
dengan RL 5 cc dan jarum besi ukuran 27 untuk melepaskan katarak.
Kemudian
dilakukan fako (menyedot katarak). Setelah fako selesai, kemudian
kembali
dimasukan HPMC/ fisco ringan untuk mempertahankan bola mata.
Kemudian
dilakukan aspirasi irigasi (AI) untuk membersihkan sisa-sisa korteks
katarak.
Selanjutnya dimasukan fisco. Kemudian lensa intra okuler (IOL
Foldabe).
Dilakukan SIGN OUT.
Kemudian dilakukan aspirasi irigasi kembali untuk membersihkan
fisco.
Kemudian dilakukan hidrodeseksi untuk menebalkan bekas sayatan.
Selanjutnya dimasukan antibiotic cravit 0.2 cc.
Sepekulum dilepaskan, mata dibilas dengan povidon iodine yang
diencerkan
dengan RL dengan spuit 1 cc. Kemudian tetesi mata kiri dengan
27
cravit,
15.00 selanjutnya ditetesi dengan trobosan. Mata ditutup dengan kasa steril
satu lapis
Wib dan dop mata.
Pasien dipindahkan ke ruang recovery room
Nadi : 84 x/m
Suhu : 36,20C
Pernafasan : 22 x/m
Saturasi O2 : 99 %
i. Kesadaran : composmentis
28
j. Survey sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas : Tabel 4.7 Survei sekunder
Normal Jika tidak normal, jelaskan
YA TIDAK
Kepala Ü Terpasang eyedop pada
mata kiri, pasien mengeluh
perih, skala nyeri: 2
Leher ü
Dada ü
Abdomen ü
Genetalia ü
Integumen ü
Ekstremitas ü
Analisis Data
DS:
- Pasien mengatakan merasa cemas karena Ansietas Krisis situasional (o
pertama kali operasi perasi fakoemulsifik
- Pasien bertanya kapan operasinya dimulai asi dan pemasangan
DO : lensa IOL)
- Pasien tampak tegang
- Pasien tampak gelisah
- TD : 130 / 80 mm Hg
- Nadi: 86 x/menit
- RR : 20x/menit
30
DS: Defisit penge kurang terpapar info
- Pasien bertanya apa yang dilakukan di ruang op tahuan rmasi tentang prosed
erasi dan bagaimana cara perawatan setelah o ur pembedahan dan
perasi. perawatan pasca ope
DO: rasi fakoemulsifikasi
- Pasien tampak bingung dan pemasangan len
- sa IOL
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan perubahan organ penglihatan (kekeruhan pada lensa mata) SDKI. D.0085
2. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional (operasi fakoemulsifikasi dan pemasangan lensa IOL) SDKI. D.0080
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi tentang prosedur pembedahan dan perawatan pasca operasi fakoemulsifikasi dan
pemasangan lensa IOL SDKI. D.0111
Intra Operasi
1. Resiko cedera dibuktikan dengan prosedur pembedahan fakoemulsifikasi dan pemasangan lensa IOL SDKI D.0136
31
C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
Tabel 4.9 Intervensi Implementasi dan Evaluasi
DIAGNOSA KEPERA
NO WATAN TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
Pre Operasi
32
DIAGNOSA KEPERAW
NO ATAN TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
Pre Operasi :
2. Kecemasan b.d krisis situasional Setelah dilakukan asuhan 1. Mengidentifikasi tehnik relaksasi S:
pembedahan fakoemulsifikasi da keperawatan 1x8 jam diha efektif yang pernah dilakukan
2. Mengidentifikasi kesediaan Pasien mengatakan merasa lebih t
n pemasangan lensa IOL SDKI. rapkan masalah enang
D.0080 ansietas dapat teratasi den penggunaan tehnik relaksasi naf
gan kriteria hasil : as dalam
O:
3. Menjelaskan tujuan dan manfaat
1. Tegang menurun Raut wajah pasien tampak rileks Pasie
pemberian relaksasi nafas dalam
2. Gelisah menurun n mampu melakukan teknik
4. Menjelaskan prosedur relaksasi n
3. Cemas menurun napas dalam dan distraksi guided ima
afas dalam
4. Tekanan darah gery
5. Mendemonstrasikan prosedur rel
membaik TD : 120/70 mmHg
aksasi nafas dalam
5. Nadi membaik N :82 x/menit
6. Menganjurkan sering
6. Frekuensi napas RR : 20x/menit
mengulangi tehnik relaksasi nafa
membaik
s dalam
7. Monitoring tanda-tanda vital A:
Ansietas b.d krisis situasional pembed
ahan fakoemulsifikasi dan pemasanga
n lensa IOL teratasi
P:
Pantau kondisi pasien
Pasien di antar ke ruang operasi
33
DIAGNOSA
NO KEPERAWATAN TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
Pre Operasi
3. Defisit pengetahuan b.d kurang ter Setelah dilakukan asuhan 1x8 1. Mengidentifikasi kemampuan S:
papar informasi tentang prosedur jam keperawatan diharapkan pasien dalam menerima inform
asi Pasien mengatakan mengerti dengan
pembedahan dan perawatan pasca defisit pengetahuan prosedur pembedahan yang akan dil
operasi fakoemulsifikasi dan pema berkurang dengan kriteria has 2. Menjelaskan prosedur
akukan
sangan lensa IOL SDKI. D.0111 il: pembedahan fakoemulsifikasi
Pasien mengatakan hal yang tidak b
3. Menjelaskan perawatan mata p
1. Pengetahuan pasien oleh dilakukan setelah operasi sepert
asca operasi
meningkat i beraktivitas berat dan menunduk. S
4. Mengevaluasi pemahaman pasi
2. Kebingungan edangkan hal yang perlu dilakukuan
en
menurun seperti memakai pelindung mata, me
mberikan obat tetes mata sesuai intr
uksi dokter dan melindungi mata dar
i air.
O:
Pasien tampak memahami penjelasa
n yang sudah disampaikan perawat
A:
Defisit pengetahuan b.d kurang terpa
par informasi tentang perawatanpas
ca operasi fakoemulsif
ikasi dan pemasangan lensa IOL tera
tasi
P:
Pantau kondisi pasien
Pasien diantar ke ruang operasi
34
DIAGNOSA KEPERAW
NO ATAN TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
Intra Operasi :
4. Resiko cedera d.d prosedur Setelah dilakukan asuhan 1. Memeriksa indentitas pasien dan S: -
pembedahan fakoemulsifikasi dan keperawatan 1x8 jam jadwal prosedur operasi
pemasangan lensa IOL SDKI D.0136 diharapkan resiko cedera tida 2. Menyesuaikan gelang nama dengan
jadwal O:
k terjadi dengan kriteria hasi
l: 3. Memastikan brankar atau meja ope Identitas dan jadwal operasi sesuai y
- Identitas dan jadwal rasi terkunci sebelum dilakukan pe aitu Ny. S tahun tanggal lahir 12/03/
pasien sesuai mbedahan 1963, No RM 00.42.89.04
- Meja terkunci 4. Memastikan keamanan elektrika jadwal operasi 12/02/2020
- Alat elektrikal aman l selama prosedur operasi (alat p Posisi pasien sesuai kebutuhan, supi
- Jumlah alat dan bahan haco) ne
lengkap 5. Memastikan dan mencatat jumla Jumlah kasa 10, istrumen tajam 6 se
h kassa, alat, jarum dan mata pisa belum dan sesudah operasi
u lengkap
Meja operasi sudah terkunci
A:
Resiko cedera d.d prosedur
pembedahan fakoemulsifikasi dan
pemasangan lensa IOL tidak terjadi
P:
Pasien diantar ke ruang ganti
35
BAB V
Penutup
A. Kesimpuan
Katarak berasal dari Bahasa latin cataracta atau dalam Bahasa Yunani,
kataraktes, yang berarti terjun seperti air. Istilah ini dipakai orang Arab sebab orang –
orang dengan kelainan ini mempunyai penglihatan yang seolah – olah terhalang oleh air
terjun (American academy Opthalmology, Lens and Cataract. Basic and clinical Science
Course, Section, 2006).
Menurut Kadek dan darmadi (2007) katarak adalah kekeruhan lensa mata atau
kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak
merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Springhouse Co).
Katarak terbagi menjadi 2 jenis, menurut perkembangan (katarak congenital) dan
menurut proses degenerative (katarak primer dan katarak komplikata).
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting. Lensa yang normal
adalah struktur posterior iris yang jernih. Transparan, berbentuk seperti kancing baju,
mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis,
pada zona Sentral terdapat nucleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang bermakna seperti kristal salju (Ilyas, 2008).
B. Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, didi, DKK (2012). ASUHAN KEPERAWATANKATARAK(UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU
KESEHATANJURUSAN KEPERAWATAN).
https://www.scribd.com/doc/118722207/Makalah-Katarak-Kel-9
37