Makalah Fisika Radiasi Kelompok 6 Revisi
Makalah Fisika Radiasi Kelompok 6 Revisi
Makalah Fisika Radiasi Kelompok 6 Revisi
OLEH :
Kelompok 6
Prodi : Fisika C
Dosen Pembimbing
JURUSAN FISIKA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah denganjudul “Analisis Pencacah
GeigerMuller Dalam Mendeteksi Radiasi”dengan lancar dan tidak ada kendala yang berarti.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak–pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan makalahFisikaRadiasi, terutama kepada dosen mata kuliah FisikaRadiasiIbuRiri
Jonuarti, S.Pd.,M.Siyang telah memberikan tugas dan membimbing penulis dalam penulisan
makalah Fisika Radiasi.
Makalah ini disusun dengan sederhana dan sistematis. Sajian materi yang terdapat
didalamnya disusun sedemikian rupa sehingga diharapkan pembaca akan lebih mudah dalam
memahami makalah ini dan dapat bermanfaat sebagai referensi bagi pembaca maupun penulis
sendiri.
Diakhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
KAJIAN TEORI..............................................................................................................................3
2.1 Detektor Geiger-Muller.........................................................................................................3
2.2 Sifat – Sifat Ion Dalam Pencacah Geiger Muller..................................................................5
2.3 Cara Kerja Dan Pembentukan Pulsa Dalam Pencacah Geiger Muller..................................6
2.4 Pembentukan Sistem Delay Time Dalam Pencacah Geiger-Muller.....................................7
2.5 Kelebihan dan kelemahan Pencacahan Geiger- Muller.........................................................8
2.6 Perbedaan antara Geiger-Muller dengan Pencacahan Ruang Ionisasi dan Pencacahan
Proposional..................................................................................................................................8
BAB III..........................................................................................................................................10
PENUTUP.....................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10
3.2 Saran....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
gas atau campuran gas. Pulsa yang dihasilkan oleh tabung Geiger-Mueller jauh lebih tinggi,
yakni berkisar beberapa volt, seribu kali lebih besar dibandingkan tabung proporsional. Hal ini
menyederhanakan alat elektronik yang diperlukan. Detektor Geiger Mueller dioperasikan pada
tegangan operasi di daerah plateau yaitu antara sekitar 1000 volt sampai 1200 volt. Bila tabung
Geiger Mueller diberi tegangan dibawah daerah plateau mempunyai sifat mendekati tabung
proporsional. Akan tetapi jika diberi tegangan lebih tinggi dari daerah tegangan plateau, maka
akan terjadi lucutan kontinu yang dapat merusak susunan molekul gas di dalam tabung.
1.3 Tujuan
2
BAB II
KAJIAN TEORI
Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi. Suatu bahan yang sensitif
terhadap suatu jenis radiasi belum tentu sensitif terhadap jenis radiasi yang lain. Sebagai contoh
detektor gamma belum tentu dapat mendeteksi radiasi neutron. Detektor radiasi bekerja dengan
cara mengukur perubahan yang disebabkan oleh penyerapan energi radiasi oleh medium
penyerap.
Pencacah Geiger-Mueller adalah salah satu dari detektor radiasi yang ada, diperkenalkan
oleh Geiger-Mueller pada tahun 1928. Detektor Geiger Mueller adalah sebuah detektor ionisasi
gas dengan volume gas konstan yang bekerja padadaerah tegangan Geiger Mueller. Prinsip kerja
detektor ini dimulai pada saat partikel radiasi memasuki detektor melalui jendela di bagian
samping detektor dan diarahkan menuju tabung detektor. Di dalam tabung ini partikel radiasi
mengionisasi gas dalam tabung, sehingga terbentuk ion-ion positif dan elektron.
Detektor Geiger-Mueller terdiri dari suatu tabung logam atau gelas dilapisi logam yang
biasanya diisi gas seperti argon, neon, helium atau lainnya (gas mulia) dengan perbandingan
tertentu. Detektor Geiger-Mueller merupakan salah satu jenis detektor isian gas. Detektor isian
gas bekerja berdasarkan ionisasi oleh radiasi yang masuk terhadap molekul yang berada dalam
detektor. Karakter detektor sangat dipengaruhi oleh besarnya tegangan yang diterapkan pada
detektor untuk membantu proses ionisasi dan pengumpulan muatan.
Lebar tegangan plato pada tabung Geiger-Mueller yang baik mencapai daerah 200 volt.
Beda tegangan antara anoda dan katoda pada tabung GeigerMueller jauh lebih tinggi daripada
tabung ionisasi untuk jenis campuran gas yang sama. Pulsa yang dihasilkan oleh tabung Geiger-
Mueller jauh lebih tinggi, yakni berkisar beberapa volt, seribu kali lebih besar dibandingkan
dengan tabung proporsional. Hal ini menyederhanakan alat elektronik yang diperlukan. Tabung
Geiger-Mueller untuk sinar gamma dapat terbuat seluruhnya dari logam atau dari gelas tebal
yang dilapisi logam. Tabung Geiger-Mueller untuk partikel jenis elektron dan proton harus
dilengkapi dengan dinding yang sangat tipis agar elektron dan proton dapat masuk ke dalam
ruang gas (Yusman Wiyatmo, 2006: 262).
3
Pencacah Geiger, atau disebut juga Pencacah Geiger-Müller adalah sebuah alat pengukur
radiasi ionisasi. Pencacah Geiger bisa digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha dan beta.
Sensornya adalah sebuah tabung Geiger-Müller, sebuah tabung yang diisi oleh gas yang akan
bersifat konduktor ketika partikel atau foton radiasi menyebabkan gas (umumnya Argon)
menjadi konduktif. Alat tersebut akan membesarkan sinyal dan menampilkan pada indikatornya
yang bisa berupa jarum penunjuk, lampu atau bunyi klik dimana satu bunyi menandakan satu
partikel. Pada kondisi tertentu, pencacah Geiger dapat digunakan untuk mendeteksi radiasi
gamma, walaupun tingkat reliabilitasnya kurang. Pencacah geiger tidak bisa digunakan untuk
mendeteksi neutron.
Bagian-bagian detektor Geiger muller :
a. Katoda yaitu dinding tabung logam yang merupakan elektroda negatif. Jika tabung
terbuat dari gelas maka dinding tabung harus dilapisi logam tipis.
b. Anoda yaitu kawat tipis atau wolfram yang terbentang di tengah – tengah tabung. Anoda
sebagai elektroda positif.
c. Isi tabung yaitu gas bertekanan rendah, biasanya gas beratom tunggal dicampur gas
poliatom (gas yang banyak digunakan Ar dan He).
4
2.2 Sifat – Sifat Ion Dalam Pencacah Geiger Muller
Radiasi yang memasuki detektor akan mengionisasi gas dan menghasilkan ion-ion positif
dan ion-ion negatif (elektron). Jumlah ion yang akan dihasilkan tersebut sebanding dengan
energi radiasi dan berbanding terbalik dengan daya ionisasi gas. Daya ionisasi gas berkisar dari
25 eV s.d 40 eV, ion-ion yang dihasilkan didalam detektor tersebut akan memberikan kontribusi
terbentuknya pulsa listrik ataupun arus listrik.
Ion-ion primer yang dihasilkan oleh radiasi akan bergerak menuju elektroda yang sesuai.
Pergerakan ion-ion tersebut akan menimbulkan pulsa atau arus listrik. Pergerakan ion tersebut
diatas dapat berlangsung bila diantara dua elektroda terdapat cukup medan listrik. Bila medan
listriknya semakin tinggi maka energi kinetik ion-ion tersebut akan semakin besar sehingga
mampu untuk mengadakan ionisasi lain.
5
Gambar 4.
Ion-ion yang dihasilkan oleh ion primer disebut sebagai ion sekunder. Bila medan listrik
diantara dua elektroda semakin tinggi maka jumlah ion yang dihasilkan oleh sebuah
radiasi akan sangat banyak dan disebut proses ‘avalanche’.
Terdapat tiga jenis detektor isian gas yang bekerja pada daerah yang berbeda yaitu
detektor ruang ionisasi, detektor proporsional, dan detektor Geiger Muller (GM).
Pada detektor Geiger Muller (GM) jumlah ion yang dihasilkan didaerah ini sangat
banyak, mencapai nilai saturasinya, sehingga pulsanya relatif tinggi dan tidak memerlukan
penguat pulsa lagi. Kerugian utama dari detektor ini ialah tidak dapat membedakan energi radiasi
yang memasukinya, karena berapapun energinya jumlah ion yang dihasilkannya sama dengan
nilai saturasinya. Detektor ini merupakan detektor yang paling sering digunakan karena dari segi
elektronik sangat sederhana, tidak perlu menggunakan rangkaian penguat. Sebagian besar
peralatan ukur proteksi radiasi, yang harus bersifat portabel, terbuat dari detektor detektor Geiger
Muller (GM).
2.3 Cara Kerja Dan Pembentukan Pulsa Dalam Pencacah Geiger Muller
Saat dipergunakan untuk pengukuran, tabung didekatkan pada unsur yang memancarkan
partikel radioaktif sehingga partikel – partikel itu akan menembus jendela tipis pada salah satu
ujung tabung dan masuk kedalamnya. Partikel radioaktif ini lalu menumbuk atom – atom gas
sehingga atom – atom gas akan mengeluarkan elektron – elektron. Elektron yang terlepas saat
tumbukan ditarik ke anoda. Peristiwa ini berlangsung dalam waktu singkat.
6
Karena melepaskan electron, atom – atom gas berubah menjadi ion – ion positif. Ion –
ion ini kemudian tertarik kearah katoda. Perpindahan ini akan menimbulkan pulsa listrik dalam
rangkaian pencacah Geiger Muller. Bila ada radiasi yang masuk kedalam tabung tersebut, maka
terjadilah ionisasi atom – ataom atau molekul – molekul gas dalam tabung itu. Ion positif akan
bergerak ke katoda sedangkan ion negative akan bergerak ke anoda. Bila ion – ion itu sampai ke
masing – masing elektroda maka akan terjadi pulsa tegangan.
Bila jumlah partikel yang radiasi masuk kedalam tabung Geiger Muller tiap satuan waktu
adalah tertentu maka cacahan yang tercatat oleh pencacah akan tertentu pula. Jumlah cacahan
tiap satuan waktu yang tercatat tergantung dari pada tegangan elektroda.
Pulsa listrik kemudian diperkuat melalui amplifier sehingga dapat didengar melalui
loudspeaker sehingga bunyi yang berdetak. Alternative lain, pulsa listrik ini setelah melalui
amplifier dapat pula dicatat pada alat penghitung listrik, sehingga jumlah partikel yang masuk ke
tabung tiap detiknya dapat dihitung. Jika aktivitas unsur radioaktif cukup tinggi, maka jumlah
partikel yang dipancarkannya akan besar sehingga bilangan perdetik yang ditunjukkan pencacah
Geiger Muller pun akan besar atau detakan yang terdengar lewat loudspeaker akan semakin
banyak.
Apabila ada dua zarah radiasi masuk kedalam detektor berurutan dalam waktu yang
berdekatan maka peristiwa avalanche ion (lucutan ion yang terus menerus) dari zarah radiasi
pertama akan melumpuhkan detektor. Selama beberapa saat detektor tak dapat mencatat adanya
zarah radiasi yang datang kemudian dalam waktu yang sangat berdekatan dengan zarah radiasi
yang datang pertama. Intensitas medan listrik yang paling besar adalah di daerah pemukiman
anoda, karena avalanche pengionan bermula di daerah yang sangat dekat dengan anoda dan
dengan cepat akan melebar kesepanjang anoda.
Ion negatif (elektron) yang terbentuk bergerak kearah anoda, sedangkan ion positif
bergerak kearah katoda. Elektron bergerak sangat cepat dan terkumpul di anoda dalam waktu
yang jauh lebih cepat bila dibandingkan waktu yang diperlukan oleh ion positif untuk sampai di
katoda.
7
Ion positif bergerak perlahan ini akan membentuk tabir pelindung di sekeliling anoda
yang bermuatan positif. Hal ini menyebabkan sangat turunnya medan listrik di sekeliling anoda
dan karena itu akan munggkin terjadi avalanche oleh lewatnya zarah radiasi berikutnya. Jika ion
bergerak kearah katoda, intensitas medan listrik bertambah, sehingga pada suatu saat avalanche
akan mulai lagi. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan intensitas medan keharga semula
disebut waktu mati atau dead time. Pada akhir periode waktu mati, meskipun dapat terjadi
avalanche lagi, tetapi denyut keluaran belum tertanggkap lagi untuk menghasilkan pula pada
detektor Geiger Muller.
Ketika ion positif meneruskan perjalanannya menuju ke dinding katoda, denyut keluaran
yang dihasilkan dari zarah radiasi lain akan bertambah besar. Bila denyut keluaran sudah cukup
tinggi dan dapat melampaui batas discriminator maka akan dapat dicacah. Dalam keadaan ini
detektor dapat dikatakan telah “pulih” kembali dari keadaan mati. Selang waktu antara akhir
waktu mati dengan “pulih kembali penuh” disebut sebagai waktu pemulihan atau recovery time.
Jumlah waktu mati atau dead time ditambah dengan waktu pemulih atau recovery time disebut
resolving time. Resolving time dapat didefenisikan sebagai waktu minimum yang diperlukan
agar zarah radiasi berikutnya dapat dicatat setelah terjadi pencatatan atas zarah radiasi yang
dapat sebelumnya. Resolving time berorde sekitar 100 mikrodetik atau lebih.
Adapun kelebihan dan kelemahan Pencacahan Geiger Muller adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan Pencacahan Geiger Muller
a. Konstruksi simple dan sederhana
b. Biaya murah
c. Operasional mudah
2. Kelemahan Pencacahan Geiger Muller
a. Tidak dapat digunakan untuk spektroskopi karena semua tinggi pulsa sama.
b. Efisiensi detektor lebih buruk jika dibandingkan dengan detektor jenis lain.
c. Resolusi detektor lebih rendah.
d. Waktu mati besar, terbatas untuk laju cacah yang rendah.
8
2.6 Perbedaan antara Geiger-Muller dengan Pencacahan Ruang Ionisasi dan Pencacahan
Proposional
a) Pencacahan Geiger-Muller
Tegangan akan mengakibatkan proses ionisasi yang terjadi dalam detektor menjadi
jenuh. Pulsa yang dihasilkan tidak lagi bergantung pada ionisasi mula-mula maupun
jenis radiasi. Jadi, radiasi jenis apapun akan menghasilkan keluaran sama.
Detektor GM hanya dipakai untuk mengetahui ada tidaknya radiasi.
b) Pencacahan Ruang Ionisasi
Detektor kamar ionisasi beroperasi pada tegangan paling rendah.
Jumlah elektron yang terkumpul di anoda sama dengan jumlah yang dihasilkan oleh
ionisasi primer. Dalam kamar ionisasi ini tidak terjadi pelipat-gandaan(multiplikasi)
jumlah ion oleh ionisasi sekunder.
c) PencacahanProposional
Alat pantau proporsional beroperasi pada tegangan yang lebih tinggi daripada kamar
ionisasi. Daerah ini ditandai dengan mulai terjadinya multiplikasi gas yang besarnya
bergantung pada jumlah elektron mulamula dan tegangan yang digunakan. Karena
terjadi multiplikasi maka ukuran pulsa yang dihasilkan sangat besar.
Ketiga macam detektor tersebut secara garis besar prinsip kerjanya sama, yaitu sama-
sama menggunakan medium gas. Perbedaannya hanya terletak pada tegangan yang diberikan
pada masing-masing detektor tersebut.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pencacah Geiger, atau disebut juga Pencacah Geiger-Müller adalah sebuah alat pengukur
radiasi ionisasi. Pencacah Geiger bisa digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha dan
beta.
2. Pada detektor Geiger Muller (GM) jumlah ion yang dihasilkan didaerah ini sangat
banyak, mencapai nilai saturasinya, sehingga pulsanya relatif tinggi dan tidak
memerlukan penguat pulsa lagi. Kerugian utama dari detektor ini ialah tidak dapat
membedakan energi radiasi yang memasukinya, karena berapapun energinya jumlah ion
yang dihasilkannya sama dengan nilai saturasinya.
3. Saat dipergunakan untuk pengukuran, tabung didekatkan pada unsur yang memancarkan
partikel radioaktif sehingga partikel – partikel itu akan menembus jendela tipis pada salah
satu ujung tabung dan masuk kedalamnya. Partikel radio aktif ini lalu menumbuk atom –
atom gas sehingga atom – atom gas akan mengeluarkan elektron – elektron. Karena
melepaskan elektron, atom – atom gas berubah menjadi ion – ion positif. Pulsa listrik
kemudian diperkuat melalui amplifier sehingga dapat didengar melalui loudspeaker
sehingga bunyi yang berdetak.
4. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan intensitas medan keharga semula disebut
waktu mati atau dead time.Selang waktu antara akhir waktu mati dengan “pulih kembali
penuh” disebut sebagai waktu pemulihan atau recovery time. Jumlah waktu mati atau
dead time ditambah dengan waktu pemulih atau recovery time disebut resolving time.
5. Kelebihan Pencacahan Geiger Muller : Konstruksi simple dan sederhana, Biaya murah
dan Operasional mudah
Kelemahan Pencacahan Geiger Muller : Tidak dapat digunakan untuk spektroskopi
karena semua tinggi pulsa sama, efisiensi detektor lebih buruk jika dibandingkan dengan
detektor jenis lain, resolusi detektor lebih rendah, waktu mati besar, terbatas untuk laju
cacah yang rendah.
10
6. Ketiga macam detektor tersebut secara garis besar prinsip kerjanya sama, yaitu sama-
sama menggunakan medium gas. Perbedaannya hanya terletak pada tegangan yang
diberikan pada masing-masing detektor tersebut.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna karena
masih banyak kekurangan dalam membahas topik yang diberikan, maka dari itu penulis
membutuhkan kritik dan saran yang baik agar penulis dapat memperbaiki penulisan makalah
selanjutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/ernhyngijhoecel/laporan-lengkap-geiger-muller-kelompok-1-
29471394 diakses tanggal 12 September 2020
https://www.slideshare.net/AhmadFajrin2/detektor-radiasidiakses tanggal 22 September 2020
https://www.slideshare.net/millathinapu/percobaan-geiger-muller-17274657diakses tanggal 22
September 2020
Wiyatmo, Yusman., 2006, Fisika Nuklir Dalam Telaah Semiklasik dan Kuantum,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
12