Hubungan Hakikat Manusia Dengan Pendidikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

 Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan

 
Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna yang memilki
kemampuan intelektual dan daya nalar sehingga manusia mampu berfikir, berbuat, dan
bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud pengembangan sebagai manusia
yang utuh. Manusia berfikir secara dinamis.

Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan


berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik bersifat jasmani
maupun rohani. Oleh karena itu, manusia memerlukan pendidikan demi mendapatkan
perkembangan yang optimal sebagai manusia.

Kodrat Manusia
 

Salah satu kodrat manusia adalah keinginannya untuk senantiasa berhubungan dengan
manusia lain. Sejak manusia lahir sampai akhirnya meninggal dunia manusia
memerlukan kerja sama dengan orang lain. Inilah kodrat manusia sebagai makhluk
Tuhan, makhluk pribadi ataupun manusia sebagai makhluk ocial.

Ada 3 ahli yang mengatakan bahwa manusia sebagai:


1. Animal educable. Artinya, pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang dapat dididik.
2. Animal educandum, yang artinya manusia pada hakikatnya adalah manusia yang harus
dididik.
3. Homo educandus, bahwa manusia merupakan makhluk yang bukan hanya harus dan
dapat dididik tetapi juga harus dan dapat dididik.
 
 ASAS – ASAS KEHARUSAN ATAU PERLUNYA PENDIDIKAN BAGI
MANUSIA
 

1. Manusia sebagai Makhluk yang Belum selesai.


 

Manusia tidak bisa menciptakan dirinya sendiri, beradanya manusia di dunia bukan juga
karena hasil evolusi tanpa Pencipta sebagaimana diyakini penganut Evolusionisme,
melainkan sebagai ciptaan Tuhan. Manusia bereksistensi di dunia. Artinya, manusia
secara aktif “mengadakan” dirinya, tetapi bukan dalam arti menciptakan dirinya
sebagaimana Tuhan menciptakan manusia, melainkan manusia harus bertanggung
jawab atas keberadaan dirinya, ia harus bertanggung jawab menjadi apa atau menjadi
apa nantinya. Berinteraksi berarti merencanakan, berbuat, dan menjadi sehingga
dengan demikian setiap manusia dapat menjadi lebih atau kurang dari keadaannya.
Dalam kalimat lain dapat dinyatakan bahwa manusia bersifat terbuka, manusia adalah
makhluk yang belum selesai mengadakan” dirinya.
 

2. Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi Manusia.


 

Sejak kelahirannya manusia memang adalah manusia, tetapi tidak secara otomatis
menjadi manusia dalam arti dapat memenuhi dalam berbagai aspek hakikat manusia.
Sebagai individu atau pribadi, manusia bersifat otonom, ia bebas menentukan
pilihannya, tetapi bahwa bebas itu selalu berarti terikat pada nilai-nilai tertentu yang
menjadi pilihannya dan dengan kebesan itulah seseorang pribadi wajib bertanggung
jawab serta akan diminta pertanggungjawabannya.

Sebab itu, tiada makna lain bahwa berada sebagai manusia adalah mengemban tugas
dan mempunyai tujuan untuk menjadi manusia, atau bertugas mewujudkan berbagai
aspek hakikat manusia. Karl Jaspers menyatakan dalam kalimat: “ to be a man is to
become a man”, ada sebagai manusia adalah menjadi manusia (Fuad Hasan,1973).
Implikasinya jika seseorang tidak selalu berupaya untuk menjadi manusia maka ia
tidaklah berada sebagai manusia.

3. Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka.


 

Manusia dilahirkan ke dunia dengan mengemban suatu keharusan untuk menjadi


manusia, ia diciptakan dengan susunan yang baik dan berbagai potensial untuk
menjadi manusia. Namun demikian, dalam kenyataan hidupanya, perkembangan
manusia bersifat terbuka atau mengandung berbagai kemungkinan. Manusia mungkin
berkembang menjadi manusia yang sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya atau
sebaliknya mungkin pula ia berkembang ke arah yang kurang sesuai bahkan tidak
sesuai dengan kodrat dan martabat kemanusiaannya
.

Anne Rollet mengemukakan bahwa bahwa sampai tahun 1976 para etnolog telah


mencatat kira-kira 60 anak-anak buas di seluruh dunia. Tidak diketahui bagaimana
asalnya anak-anak tersebut hidup dan dipelihara oleh binatang. Ada yang hidup dengan
serigala, kijang, kera. Anak-anak tersebut berperilaku layaknya hewan tidak berpakaian,
agresif untuk menyerang dan menggigit, tidak dapat tertawa, ada yang tidak dapat
berjalan tegak dan tidak berbahasa layaknya manusia.
Jadi kemampuan berjalan dengan dua kaki, kemampuan berbicara,kemampuan
berperilaku lainnya yang lazim dilakukan manusia yang berkebudayaan, tidak di bawa
manusia sejak kelahirannya.

Demikian halnya dengan kesadaran akan tujuan hidupnya, kemampuan hidup sesuai
individualitas, sosialitasnya, tidak di bawa manusia sejak kelahirannya, melainkan harus
diperoleh manusia melalui belajar, melalui bantuan berupa pengajaran, bimbingan,
latihan, dan kegiatan lainnya yang dapat dirangkum dalam istilah pendidikan. “ Man can
become man through education only”, demikian pernyataan Immanuel Kant dalam teori
pendidikannya.
 

2.3       ASAS – ASAS KEMUNGKINAN PENDIDIKAN


 

Atas dasar studi fenomenologis yang dilakukannya, M.J. Langeveld (1980) menyatakan


bahwa “manusia itu sebagai animal educandum, dan ia memang adalah animal
educabile. Jika kita mengacu kepada uraian terdahulu tentang sosok manusia dalam
berbagai dimensinya,ada & asas antropologi yang mendasari kesimpulan bahwa
manusia mungkin dididik yaitu :
 

1. Asas Potensialitas
Telah dikemukakan berbagai potensi yang dimiliki oleh manusia yang memungkinkan
mampu menjadi manusia, tetapi itu memerlukan suatu sebab, yaitu pendidikan.
Contohnya, dalam aspek kesusilaan, manusia diharap mampu berperilaku sesuai
dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang diakui. Ini adalah salah satu
tujuan pendidikan atau sosok manusia ideal berkenaan dengan dimensi moralitas.
Apakah manusia dapat atau mungkin dididik untuk mencapai tujuan tersebut?
Jawabannya adalah dapat atau mungkin, sebab manusia memiliki potensi untuk
berbuat baik.

 
2. Asas Dinamika
Manusia selalu aktif baik dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya. Ia selalu ingin
mengejar segala hal yang lebih dari apa yang telah mereka dapatkan. Ia berusaha
mengaktualisasikan diri menjadi manusia yang ideal, baik dalam rangka interaksi atau
komunikasinya. Jadi tujuan dari sudut pendidik, pendidikan dilakukan dalam rangka
membantu manusia (peserta didik) agar menjadi manusia ideal. Di pihak lain manusia
itu sendiri memiliki dinamika untuk menjadi manusia ideal. Karena itu, dimensi dinamika
mengiplikasikan bahwa manusia akan mampu untuk dididik.

 Asas Individualitas
Individu antara lain memiliki kesendirian, ia berbeda dengan yang lainnya yang memiliki
keinginan untuk menjadi dirinya sendiri. Pendidikan dilaksanakan untuk membantu
manusia dalam mengaktualisasikan atau mewujudkan dirinya.

4. Asas Sosialitas
Manusia itu makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Dengan kehidupan
bersama dengan sesamanya akan terjadi hubungan timbal baalik. Kenyataan ini
memberikan kemingkinan manusia untuk dapat dididik. Sebab, pendidikan itu dapat
disampaikan melalui interaksi antar sesama manusia dan dari interaksi itulah manusia
dapat belajar secara langsung.

5. Asas Moralitas
Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, karena pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk berperilaku baik atau
buruk. Pendidikan hakikatnya bersifat normatif, artinya dilaksanakan dalam nilai dan
sistem tertentu serta diarahkan untuk menjadi manusia yang ideal, yaitu manusia yang
sesuai dengan nilai atau norma yang bersumber dari agama maupun budaya yang
diakui.

Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya mengandung


transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan, di dalam dan di luar
sekolah yang berlangsung sepanjang hayat, dari generasi ke generasi (Dwi Siswoyo,
2008: 25). Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa hampir dari seluruh kegiatan
manusia mulai dari lahir, hingga akhir hayat, dengan menggunakan komunikasi antar
manusia untuk menciptakan dan saling menukar pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan, sejatinya adalah juga sebuah pendidikan. Pendidikan dapat pula diartikan
dari berbagai sudut pandang yaitu:

1. Pendidikan berwujud sebagai suatu sistem, yaitu pendidikan dipandang sebagai


keseluruhan gagasan terpadu   yang mengatur usaha-usaha sadar untuk membina seseorang
mencapai harkat kemanusiaannya secara utuh.
2. Pendidikan berwujud sebagai suatu proses, yaitu pendidikan dipandang sebagai pelaksana
usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka mencapai harkat kemanusiaannya
secara utuh.
3. Pendidikan berwujud sebagai hasil, yaitu pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang
telah dicapai atau dimiliki seseorang setelah proses pendidikan berlangsung.
 

Tujuan pendidikan secara luas antara lain adalah untuk meningkatkan kecerdasan,
membentuk manusia yang berkualitas, terampil, mandiri, inovatif, dan dapat
meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Oleh karena itu, pendidikan sangat diperlukan
oleh manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan sebagai makhluk individu, sosial
dan beragama. Di sinilah peran lembaga pendidikan baik formal maupun non formal
untuk membantu masyarakat dalam mewujudukan tujuan pendidikan yang telah
disampaikan di atas, melalui pendidikan sepanjang hayat, manusia diharapkan mampu
menjadi manusia yang terdidik. Agar terwujudnya tujuan pendidikan diatas, diperlukan
patokan dan kerangka agar dalam pelaksanaannya, proses pendidikan berjalan lurus
sesuai dengan tujuan dan tidak melenceng dari apa yang telah ditetapkan. Untuk itulah
diperlukan landasan dan asas-asas pendidikan nasional yang dapat dijadikan patokan
bagi semua lembaga pendidikan formal maupun non formal dalam memberikan
pendidikan dan pengajaran bagi para siswanya. Landasan dan Asas pendidikan sangat
penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia
dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Landasan pendidikan akan memberi pijakan
dan arah terhadap pembentukan manusia Indonesia. Sedangkan asas – asas pokok
pendidikan akan memberi corak khusus dalam penyelenggaraan pendidikan dan pada
gilirannya memberi corak pada hasil-hasil pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat
Indonesia yang terdidik dan beradab

apa yang telah ditetapkan. Untuk itulah diperlukan landasan dan asas-asas pendidikan
nasional yang dapat dijadikan patokan bagi semua lembaga pendidikan formal maupun
non formal dalam memberikan pendidikan dan pengajaran bagi para siswanya.
Landasan dan Asas pendidikan sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar
utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Landasan pendidikan akan memberi pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia
Indonesia. Sedangkan asas – asas pokok pendidikan akan memberi corak khusus
dalam penyelenggaraan pendidikan dan pada gilirannya memberi corak pada hasil-hasil
pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat Indonesia yang terdidik dan beradab.

2.4       PENERAPAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN


ada dua asas-asas utama yang menjadi acuan pelaksanaan pendidikan, yakni:
(1) Asas Belajar Sepanjang Hayat.

(2) Asas Tut Wuri Handayani.


Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di atas berturut-
turut akan dibicarakan:
(1) keadaan yang ditemui sekarang,

(2) permasalahan yang ada.

(3) pengembangan penerapan asas-asas pendidikan.

1. Keadaan yang Ditemui Sekarang


Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan
yang ditemui sekarang:

(1)       usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami


peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun
yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal;
berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan
tinggi,

(2)       usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga
kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan
tugsnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil
pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik
didalam negeri maupun diluar negeri ,

(3)       usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan
agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang
berkualitas melalui pendidikan,

(4)       usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin
meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana
pelatihan dan ketrampilan, sarana pendidikan jasmani,

(5)      pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan
masyarakat yang bertujuan untuk:

(a) meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat
secara berbudaya melalui berbagai cara belajar,

(b) menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya,

(7)        usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan


dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme,
kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur,
(8)        usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk
melakukan berbagai macam kegiatanolahraga untuk meningkatkan kesehatan dan
kebugaran serta prestasi di bidang olahraga,

(9)        usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan


memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat,
sejahtera dan bahagia; peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta
ketahanan mental.
Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral
telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan
sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta
sumber daya manusia yang menunjang.

Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa
keadaan yang ditemui sekarang, yakni

(1)        peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan
yang diminatinya di sema jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh
pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung
jawab atas pendidikannya sendiri,

(2)        peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang
diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang
tertentu yang diinginkannya,

(3)        peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk
memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama
belajarnya,

(4)        peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh
kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang
disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri,

(5)        peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh


pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki
kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari
potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989)
2. Masalah Peningkatan Mutu Pendidikan
Kebijakan peningkatan mutu pendidikan tidak harus dipertimbangkan dengan
kebijaksanaan pemerataan pendidikan. Karena peningkatan kualitas pendidikan harus
diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan bertujuan membangun
sumber daya manusia yang mutunya sejajar dengan mutu sumber daya manusia
negara lain.

Pemerintah mengusahakan berbagai cara dalam upaya peningkatan mutu pendidikan,


antara lain:

(1)        Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan,

(2)        Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi,

(3)       Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu
dan teknologi serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa,

(4)       Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi serta perkembangan budaya bangsa.
Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan: dalam menghadapi
masalah peningkatan sumber daya manusia sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi pemerintah telah dan sedang mengupayakan peningkatan: mutu guru
dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan, mutu kurikulum dan
isi kurikulum sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan nilai-nilai budaya bangsa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Manusia sejak lahir telah dibekali dengan sejumlah potensi. Potensi adalah
kemampuan, kesanggupan, daya yang menjadi modal bagi manusia tersebut agar
kelak siap mandiri dalam menjalani kehidupan di lingkungan di mana dia
berada,manusia juga berfikir secara dinamis.
1. Pendidikan merupakan proses panjang yang dalam pelaksanaannya banyak ditemui
berbagai       macam masalah terutama pada zaman yang semakin canggih ini, kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi membuat ilmu pengetahuan kita semakin sempit sehingga
membawa pengaruh yang sangat besar bagi masyrakat.
2. Tujuan pendidikan adalah untuk mengatasi kebodohan dan keterbelakangan yang sudah
terbukti merupakan sasaran utama bagi munculnya penjajahan, penindasan, dan perilaku
yang tidak berprikemanusian, Oleh karena itu, masyrakat Indonesia harus lebih
meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas.
3. Pendidikan juga berpengaruh dalam kehidupan, dengan pendidikanseseorang dapat
mengetahui mana yang baik dan yang buruk.
 
 saran
 
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan sumber yang cukup mendasar
bagi judul makalah ini. Selain itu, bentuk pemaparan dan penjelasannya menggunakan
metode pendeskripsian dan argumentasi untuk masalah yang dituangkan dalam
makalah ini. Penggunaan gaya bahasa yang mudah dipahami membuat sebuah kajian
baru dalam menyelesaikan suatu studi kasus.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan inspirasi dari para
pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya
penulis berharap agar dengan hadirnya makalah ini akan memberikan sebuah
perubahan khususnya dunia pendidikan, dalam mengetahui tentang pendidikan dan
hakekat manusia.

DAFTAR PUSTAKA
 
Hill, Lilian H.2005. Community Education, Lifelong Learning, and Social Inclusion.

Adult Education Quarterly, volume 5 nomor 2, February 2005: 151-153.

Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press Johnson,
Elanie B. PH. D., (2009):

Contextual Teaching and Learning; Mizan Media Utama, Bandung. Siswoyo,

Dwi, Dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

 
http://trisnawatihabibah.blogspot.co.id/2012/01/hakikat-manusia-dengan-pendidikan.html
http://irhenmad.blogspot.co.id/2013/05/hakikat-manusia-dan-pendidikan.html
 

Anda mungkin juga menyukai