Makalah Geografi
Makalah Geografi
Makalah Geografi
OLEH :
1. AKHDES NURTABARA P.F
2. ANISA LARASATI
3. FERDI SETIAWAN
4. FIKHA AMANDASARI
5. TIKA HANDINI E.S
6. RAHMAT HIDAYAT
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang
1.2. Identifikasi
1.3. Perumusan
1.4. Tujuan
1.5. Manfaat
BAB II: Landasan Teori
2.1. Tinjauan Pustaka
BAB III: Metodologi Penelitian
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2. Teknik Pengumpulan Data
3.3 Teknik Analisis Data
BAB IV : Hasil Penelitian
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian
BAB V: PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gempa bumi dan tsunami, 26 Desember 2004, yang menimpa Aceh dan telah
menyebabkan hampir 230.000 penduduk meninggal dunia dan 600.000 penduduk
kehilangan tempat tinggal. Sebanyak 1.644 kantor pemerintah, 270 pasar, 239
pertokoan hancur, 2.732 tempat peribadatan rusak, lebih dari 1.151 sekolah dan
pesantren, 33 rumah sakit dan rumah bersalin musnah, 58 Puskesmas dan poliklinik
ikut hancur. Diperkirakan 82% jalan dan 499 jembatan mengalami rusak total,
berikut 49 pelabuhan. Kerugian material yang diakibatkan bencana ini ditaksir
hampir ratusan trilyun rupiah. Banyak sarana-sarana transportasi, komunikasi dan
infrastruktur lainnya hancur ditelan gelombang air pasang ini. Kota yang dulunya
dipadati oleh rumah-rumah penduduk, bangunan batu, kini hampir rata dengan tanah.
Ratusan ribu nyawa melayang, dalam waktu sekejap mayat-mayat bergelimpangan di
sepanjang jalan dan dibiarkan membusuk tanpa ada yang merawatnya. Bencana ini
kini tidak saja dirasakan oleh mereka yang terkena langsung, tetapi dirasakan oleh
segenap masyarakat dunia.
Ketika tsunami melanda wilayah Aceh dan Nias pada tanggal 26 Desember 2004
lalu, lebih dari dua ratus ribu jiwa meninggal dunia dan dinyatakan hilang. Namun di
pulau Simeulue, salah satu daerah yang juga dilanda tsunami dan berada dekat pusat
gempa, jumlah korban yang jatuh relatif sedikit. Beberapa sumber menyebutkan
bahwa korban meninggal dunia sebanyak 7 orang. Suatu jumlah yang tidak signifikan
dibandingkan dengan jumlah penduduk pulau Simeulue yang pada saat itu sebanyak
78.128 jiwa (Juni 2005) yang sebagian besar bermukim di wilayah pantai, sedikit
jumlah korban meninggal akibat tsunami di pulau Simeulue ditafsirkan karena
beberapa hal yaitu :
a. Sebagai kuasa Tuhan
b. Adanya kearifan lokal, dan
c. Topografi wilayah
1.2 Identifikasi
Prinsip masyarakat Aceh dan Simeulue yang sangat agamis seringkali
mengkaitkan berbagai peristiwa di dunia ini dengan aspek ketuhanan, sehingga
peristiwa tsunami juga dianggap sebagai bagian dari cobaan terhadap keimanan
manusia. Alasan kedua, adanya suatu “kearifan” lokal dalam bentuk cerita turun
temurun tentang peristiwa tsunami yang pernah terjadi pada masa-masa
sebelumnya. Salah satu nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Simeulue
adalah apabila terjadi suatu gempa kuat yang diiringi dengan surutnya air laut, maka
masyarakat harus naik ke wilayah yang lebih tinggi. Kondisi topografi wilayah di
sebagian besar permukiman di pulau Simeulue yang berbukit-bukit juga memudahkan
masyarakat untuk segera menyelamatkan diri.
Dari penjelasan di atas, maka penulis dapat menarik sebuah judul yaitu “SEBAB
TIMBULNYA GELOMBANG TSUNAMI YANG MENDERA MASYARAKAT ACEH”
yang akan dibahas lebih lanjut dalam paper ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
Korban Jiwa
Di Indonesia, gempa bumi mengakibatkan tsunami (gelombang pasang) yang
menelan sangat banyak korban jiwa. Dipastikan lebih dari 150.000 jiwa tewas,
puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda Aceh di
ujung Sumatera. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena
tsunami, tetapi kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami yang menghantam
pantai barat Aceh dan Sumatera Utara. Foto dari kerusakan sulit diperoleh karena
ada pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka yang mengakibatkan sedikitnya jumlah
reporter, pejabat pemerintah, dan tim penolong di sumatera Utara. Pejabat
pemerintah khawatir akan kurangnya laporan dari kota-kota di pantai barat
Sumatera, termasuk beberapa resort kecil. Kota-kota ini hanya berjarak 100 km
dari episenter dan diperkirakan menerima kerusakan berat dan juga pulau Simeulue
dan pulau Nias.
Dirancang sebagai media informasi tentang musibah tsunami di Samudera Hindia
dahsyat tanggal 26 Desember 2004 lalu, khususnya yang terjadi di wilayah Aceh,
sebagai kawasan bencana yang paling parah dengan korban tewas paling tinggi.
Sekarang ini siapa saja yang datang di provinsi Aceh terutama ke Kotamadya Banda
Aceh, kabupaten Aceh Besar, Aceh Barat, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Pidie,
Lhokseumawe dan kabupaten Aceh Utara dengan tujuan apa saja termasuk tsunami
tour, tidak terlalu perlu harus banyak orang bercerita bagaimana saat gempa
mengguncang atau dari mana tsunami datang, karena mereka masih bisa melihat
sendiri kerusakan semua sendi kehidupan yang ditimbulkan kedua bencana alam
tersebut.
Kecuali itu, sekarang ini hanya yang tidak terlihat lagi dengan mata kepala adalah
korban yang hilang dan meninggal dunia karena yang meninggal dan ditemukan
mayatnya sudah dikebumikan dalam berbagai kuburan massal. Data akhir yang
diterima Suara Karya pada sekretariat Pemda Provinsi Aceh, 30 Juli 2005
menyebutkan lebih dari 234.271 penduduk Aceh tewas serta 165.729 orang hilang
dan 150.000 rumah mereka hancur total akibat diguncang gempa serta diterjang
tsunami pada Minggu, 26 Desember 2004 lalu. Sedangkan korban yang selamat
namun sudah kehilangan sanak saudara dan harta benda masih berada di barak-
barang pengungsi di seluruh Aceh. Belakangan dari 512.000 pengungsi itu hanya
sebagian kecil mereka yang nekat pulang kembali ke bekas lokasi rumahnya dengan
cara membuat pondok kecil atau tenda darurat. Tujuan mereka pulang juga beragam
mulai dari tidak sanggup lagi hidup di barak-barak pengungsi yang berderet-deret.
Setiap barak 12 kamar berukuran satu kamar 4 x 5 m dengan ketentuan huni satu
kamar satu keluarga atau 5 orang. Juga supaya lahan bekas rumah mereka tidak
hilang jejak atau beralih tangan.
Jumlah para pengungsi yang ditampung di gudang Dolog Pemda Lombok Barat
sebanyak 645 jiwa serta 403 jiwa ditampung di workshop PU provinsi NTM.
Masyarakat peduli sesama dan Pemda Lombok Barat menyalurkan bantuan pangan
berupa beras, mie instan, air mineral dan bahan pangan lainnya. Personil P2KP juga
menghimpun dana bantuan yang dikoordinir oleh team leader KMW 10 NTB, Asfan
Syufainal serta Korkot 1 kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat, Hartatik.
Dana tersebut telah disalurkan dalam bentuk bahan pangan berupa beras 20 kg, mie
instan 10 dos dan sabun cuci 10 dos.
Pemetaan swadaya di desa tersebut telah dilakukan sebelum dampak tsunami
datang memporak-porandakan lingkungan perumahan dan pemukiman penduduk. Kini,
masalah yang paling prioritas adalah tidak terdapatnya jembatan penyeberangan
sepanjang 20 meter yang menghubungkan dusun Cemara dengan desa induknya.
Setelah musibah melanda, masyarakat dusun Cemara melalui tim PS telah
mengajukan permohonan (kepada fasilitator) agar pemetaan swadaya diulang melalui
rembuk masyarakat guna penetapan prioritas mendesak saat ini.
Gubernur NTB Lalu Serinata saat meninjau lokasi tersebut mengungkapkan
kesediaannya guna membiayai pembangunan jembatan penyeberangan tersebut.
Dukungan P2KP sebatas pada perbaikan lingkungan perumahan dan pemukiman yang
berupa MCK dan SPAL. Sebanyak 1.043 orang pengungsi pada 3 Januari 2005 lalu
telah dipulangkan di kampungnya di dusun Cemara, Desa Lembar oleh Pemda Lombok
Barat. Sedangkan untuk 2 orang penduduk yang masih sakit, tengah dirawat di RSU
Gerung Lombok Barat (Hartatik, Korkot 1 Lombok Barat dan kota Mataram)
(www.google.co.id).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pemecahan Masalah
Dari penyajian data dan analisis di atas maka disimpulkan bahwa salahsatu
pemecahan masalah tsunami di Indonesia adalah diwujudkannya sistem peringatan
dini di Indonesia.
Saat ini Indonesia sedang melakukan pekerjaan pembangunan sistem peringatan
dini tsunami. Salah satu proyek yang dikerjakan adalah kerjasama dengan negara
Jerman. Proyek ini bernama GITEWS (Germany Indonesia Tsunami Early Warning
System). Ada 3 pilot area yang dipilih untuk pelaksanaan proyek ini yaitu kota
Padang, Jawa Tengah (Cilacap, Kebumen dan Bantul) serta Bali (Kab. Badung).
Pengembangan sistem peringatan dini tsunami ini melibatkan banyak pihak dan
instansi pemerintah. Sebagai koordinator dari pihak Indonesia adalah kementerian
Ristek (Riset dan Teknologi). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung
jawab untuk mengeluarkan Info Gempa dan Peringatan Tsunami adalah BMG (Badan
Meterologi dan Geofisika). Tujuan utama pembangunan sistem peringatan dini
tsunami ini adalah untuk terciptanya sebuah sistem yang dapat menginformasikan
serta memperingatkan masyarakat luas apabila terjadi suatu gempa yang berpotensi
tsunami dalam waktu sesingkat-singkatnya agar kerugian nyawa dan materi dapat
dihindarkan semaksimal mungkin.
Cara kerja :
Sebuah sistem peringatan dini tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja
yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional,
daerah dan bermuara di masyarakat.
Apabila terjadi suatu gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat
seismograf (pencatat gempa). Di lautan, peralatan-peralatan elektronis juga
mencatat serta merekam data-data dasar serta permukaan laut. Data-data
tersebut kemudian dikirim melalui satelit ke kantor-kantor yang berwenang (untuk
Indonesia bernama BMG) selanjutnya BMG akan mengeluarkan info gempa yang
disampaikan melalui peralatan teknik secara simultan. Cara penyampaian info gempa
tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, faksimile, telepon, email, RANET (radio
internet) FM RDS (radio yang mempunyai fasilitas RDS/radio data system) dan
melalui website BMG (www.bmg.go.id). Apabila gempa tersebut telah memenuhi
syarat atau kondisi terjadinya tsunami maka BMG akan mengeluarkan peringatan
awas tsunami. Artinya, gempa tersebut berpotensi untuk menimbulkan tsunami.
Untuk jenis peringatan ini maka pemerintah mengeluarkan isu evakuasi. Untuk
kategori awas tsunami ini, Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk
membunyikan sirine yang berarti Lakukan evakuasi !
Peringatan awas tsunami ini juga akan secara otomatis ditampilkan melalui masa
media elektronik TV dan radio.
Pengalaman serta banyak kejadian di lapangan membuktikan bahwa meskipun
banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang palingefektif hingga saat
ini untuk sistem peringatan dini tsunami adalah RADIO.Oleh sebab itu, kepada
masyarakat yang tinggal di daerah rawan tsunami,diminta untuk selalu siaga
mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkanberita peringatan dini tsunami. Alat
lainnya, yang juga dikenalampuh adalahradio komunikasi antar penduduk, organisasi
yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengaparadio?
Jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu,tidak ada listrik,
radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya kecil, dapat
dibawa kemana-mana (mobile), radiuskomunikasinya pun relatif cukup memadai.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
b. Sesudah Tsunami
1. Ketika kembali ke rumah, jangan lupa memeriksa kerabat satu persatu.
2. Jangan memasuki wilayah yang rusak, kecuali setelah dinyatakan aman.
3. Hindari instalasi listrik.
4. Datangi posko bencana untuk mendapatkan informasi. Jalinlah komunikasi dan
kerja sama dengan warga sekitar.
5. Bersiaplah untuk kembali ke kehidupan yang normal.
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah longsor,
meteor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut.
Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api,
gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami
adalah akibat gempa bumi bawah laut.
Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak
menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk
menghadapi tsunami baik dalam keadaan waspada,persiapan,saat terjadi tsunami dan
setelah terjadi tsunami.
5.2 Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa
diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan
beberapa langkah sebagai berikut :
Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami dari
pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk yang
bermukim didekat pantai.Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan
aman jika terjadi tsunami. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk
keperluan darurat dan pengungsian. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat
diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian seperti
perlengkapan P3K atau obat-obatan.
Penutup
Penulis mengucapkan puji syukur sebesar-besarnya kepada Allah SWT yangtelah
memberikan taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper
yang berjudul “SEBAB TIMBULNYA GELOMBANG TSUNAMI YANG MENDERA
MASYARAKAT ACEH”, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Saya sebagai penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan paper ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian data dan
sebagainya. Oleh karenanya penulis masih mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan paper ini.
Akhirnya hanya keridhoan Allah SWT yang penulis dambakan, semoga rahmat dan
hidayah-Nya senantiasa dilimpahkan kepada kita semua. Semoga paper yang penulis
sajikan ini memberikan manfaat buat semua pembacanya. Amin ya robbal alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Moch. Ma’ruf Tanudjaja. 1995. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Jakarta :
Balai Pustaka.
Anonim. 1987. Atlas Geografi Indonesia dan Dunia. Jakarta : Pustaka Ilmu.
http://www.google.com