Peran Orang Tua Dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia Dini

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN

PENDIDIKAN SEKSUAL ANAK USIA DINI

Evania Yafie
Universitas Negeri Malang/email: [email protected]

Abstrak
Maraknya kasus kekerasan seksual pada (pelecehan anak) anak
yang dilakukan oleh orang-orang terdekat termasuk keluarga. Salah satu
penyebabnya karena anak tidak memiliki bekal pengetahuan yang bisa
membuat anak-anak mengantisipasi kemungkinan perlakuan buruk dari
masalah seks. Untuk alasan ini, sangat diperlukan pendidikan seks yang tepat
untuk anak-anak mereka untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang
terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Fungsi dan peran
pendidikan seks untuk anak-anak dalam keluarga, 2. masalah pengembangan
anak terhadap pendidikan seks dan 3. Peran orang tua dalam panduan
pendidikan seks.
Penelitian ini berangkat dari gagasan bahwa anak-anak adalah orang
yang masih dalam pengembangan dan belum dewasa, yang meliputi bayi, TK,
usia SD dan remaja kemudian setelah individu yang tidak lagi disebut sebagai
anak tapi seorang individu yang memiliki dewasa, di sini pendidikan seks perlu
ditanamkan oleh orang tua, tetapi harus didasarkan pada nilai-nilai agama dan
moral serta membahas masalah secara komprehensif. Tapi ironisnya, banyak
orang tua yang acuh tak acuh dan membahas tabu atau memberikan
bimbingan pada perubahan pendidikan seks yang terjadi pada anak-anak
mereka.
Hal ini akan menunjukkan pentingnya memahami pendidikan seks
pada anak usia dini. Pendidikan seks memiliki kurang masalah perhatian orang
tua hari ini sehingga mereka menyerahkan semua pendidikan, termasuk
pendidikan seks di sekolah. Meskipun bertanggung jawab untuk mengajar
pendidikan seks pada anak usia dini adalah orang tua, sedangkan sekolah
hanya sebagai pelengkap dalam memberikan informasi kepada anak. Hal ini
menunjukkan bahwa peran orang tua, terutama ibu-ibu yang sangat strategis
dalam memperkenalkan pendidikan seks dini untuk anak-anak mereka.

Kata Kunci: Peran Orangtua , Pendidikan Seksual, Anak Usia Dini

ABSTRACT

The cases sexabuse by people nearby, including the family is


increase. One of the reasons is the child does not have knowledge that can
make children anticipate the sexual abuse. According the problem, sex
education for their children is very important to reduce that problem. The
purpose of this study is to determine: 1. The function and role of sex education
for children in the family, 2. Child development issues against sex education
and 3. The role of parents in sex education guides.
This paper starts from the idea that children who are still in
development, which include infants, kindergarten, elementary school age and
teenagers then after the individual is no longer referred to as a child but an
individual who has grown, here the sex education needs instilled by parents, but
must be based on religious values and moral as well as discuss issues
comprehensively. But ironically, many parents are indifferent and discuss taboo
or provide guidance on sex education changes that occur in their children.

Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) 18


Volume 4 Nomor 2 Januari 2017
It will demonstrate the importance of understanding sex education in
early childhood. Sex education has less parental attention problems these days
so they gave all education, including sex education in schools. Although
responsible for teaching sex education in early childhood are parents, while
schools only as a supplement in providing information to the child. This
suggests that the role of parents, particularly mothers who are very strategic in
introducing early sex education for their children.

Keywords: Dating, Sexual Education, Early Childhood

PENDAHULUAN
Seks, memang masih dianggap tabu untuk dibicarakan oleh sebagian
masyarakat kita, terutama orang tua. Mungkin dalam anggapan atau stigma
orang tua atau kebanyakan orang, kata ini selalu dihubungkan dengan hal-hal
yang berbau atau berkonotasi porno, kotor, mesum, dan semacamnya. Padahal,
anggapan ini belum sepenuhnya benar, bahkan bisa jadi keliru. Sedangkan disini
yang dimaksud dengan pendidikan seks adalah mangajarkan, memberi
pengertian dan menjelaskan masalah-masalah yang menyangkut seks, naluri
dan perkawinan kepada anak sejak akalnya mulai tumbuh dan siap memahami
hal-hal diatas. Dengan demikian, ketika anak mencapai usia remaja dan dapat
memahami persoalan hidup, ia mengetahui mana yang halal dan mana yang
haram, bahkan tingkah laku islam yang lurus menjadi adat dan tradisi bagi anak
tersebut. Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran dan penjelasan
kepada anak tentang masalah yang berkaitan dengan seks, naluri dan
perkawinan. Menurut Ulwan (2009: 21).
Perlu kita ketahui bersama, bahwa seksualitas tidak membicarakan hal-
hal yang ”mengumbar aurat” atau mengajarkan bagaimana caranya
berhubungan seks dan bukan hanya pembicaraan tentang seputar alat kelamin,
tetapi seksualitas membicarakan tentang totalitas ekspresi kita sebagai laki-laki
atau perempuan. (Madani, 2005: 7)
Ulwan dan Hathout (1996: 1) menjelaskan bahwa pendidikan seks yang
perlu diperhatikan oleh pendidik atau orang tua terbagi kedalam beberapa tahap
berikut:
a. Pada usia antara 7-10 tahun anak diajari tentang sopan santun meminta izin
masuk rumah dan sopan santun dalam memandang.
b. Pada usia antara 10-11 tahun, yang dinamakan pubertas, anak harus
dijauhkan dari hal-hal yang menumbuhkan birahi.

Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) 19


Volume 4 Nomor 2 Januari 2017
c. Pada usia antara 14-16 tahun, yang disebut usia remaja, anak diajari etika
bergaul dengan lawan jenis bila ia sudah matang untuk menempuh
perkawinan.
d. Setelah melewati usia remaja, yang disebut usia pemuda, anak diajari etika
menahan diri bila ia tidak mampu kawin.
e. Terakhir, apakah boleh menyampaikan masalah seks kepada anak yang
masih berusia dini ( sebelum masa remaja ) dengan jelas dan terus terang.
Selama ini banyak kalangan yang mempertanyakan kegunaan
pendidikan seks bagi remaja. Benarkah tidak ada gunanya? Bagaimana status
pendidikan seks di luar negeri? Science Daily (Mar.20, 2008). Riset terbaru
menunjukkan bahwa pendidikan seks komprehensif dapat mengurangi
kemungkinan kehamilan remaja, dan tidak ada indikasi bahwa hal tersebut
meningkatkan level hubungan seks atau penyakit menular seksual (PMS). “Sama
sekali tidak membahayakan untuk mengajari remaja mengenai kontrol kelahiran,
sebagai tambahan dari penolakan hubungan seks,’ demikian kata pimpinan
kajian, Pamela Kohler, Manajer program pada Universitas Washington di Seattle.
Orang tua dan pendidik telah lama berargumentasi, apakah siswa harus
mendapatkan pengajaran kontrol kelahiran, atau secara mudah bilang saja tidak
terhadap seks bebas. Opsi mana yang lebih baik untuk menunda hubungan seks
pada remaja.
Kohler dan kolega mengamati hasil dari survei nasional Amerika Serikat
tahun 2002 dan berfokus pada remaja heteroseksual umur 15 sampai 19 tahun.
Penemuan ini- berdasarkan respon dari 1719 remaja- dipublikasi pada journal of
Adolescent Health. Setelah mereview hasil, peneliti menemukan bahwa satu dari
empat remaja menerima pendidikan penolakan hubungan seks saja. Sembilan
persen, terutama di daerah miskin dan pedesaan, tidak menerima pendidikan
seks sama sekali. Dua pertiga sisanya menerima instruksi komprehensif, dengan
diskusi kontrol kelahiran dan penolakan hubungan. Remaja yang menerima
pendidikan seks komprehensif memiliki kemungkinan 60 persen lebih kecil untuk
mendapatkan kehamilan, dibandingkan yang tidak menerima pendidikan seks
sama sekali. Kemungkinan kehamilah adalah 30 persen lebih rendah pada
mereka yang hanya menerima pendidikan penolakan hubungan seks saja,
dibanding mereka yang tidak menerima hubungan seks, namun peneliti
mengasumsikan bahwa angka tersebut kurang signifikan secara statistik, sebab
beberapa remaja yang masuk dalam kategori diteliti.

Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) 20


Volume 4 Nomor 2 Januari 2017
Walau mereka juga tidak mencapai signifkansi statistik, survei lain juga
menganjurkan bahwa pendidikan seks komprehensif, bukan penolakan
hubungan seks saja, mengurangi kemungkinan remaja terlibat pada hubungan
vaginal. Kedua pendekatan tersebut tidak dilaporkan mengurangi kemungkinan
PMS, namun hasil tersebut secara statistik tidak signifikan. Bagaimanapun,
penemuan tersebut mendukung diberikannya pendidikan seks komprehensif,
demikian tandas Kohler. ‘Tidak ada bukti untuk mendukung bahwa pendidikan
penolakan hubungan seks saja mengurangi kemungkinan terjadinya hubungan
seks, atau kehamilan’, kata Kohler lagi.
Don Operario, profesor pada Universitas Oxford di Inggris mengatakan
bahwa kajian tersebut memberikan ‘bukti lebih jauh’, terhadap kegunaan
pendidikan seks komprehensif dan ketidak efektifitas dari pendekatan penolakan
hubungan seks saja. Bagaimanapun, kajian tersebut tidak menunjukkan
bagaimana pendidik harus mengimplementasikan pendidikan seks komprehensif
pada ruang kelas, demikian kata Operario, yang mempelajari pendidikan seks.
‘Kita memerlukan pemahaman lebih baik terhadap cara yang paling efektif untuk
memberikan tipe pendidikan dalam rangka untuk memaksimalkan pemahaman
murid dan penerimaan komunitas’, kata Operario. Maka yang menjadi
permasalahan disini penulis mengambil kesimpulan bahwa permasalahan anak
sangat urugen dan factual sehingga penulis tertarik untuk mengangkatnya
sebagai bahan kajian yaitu bagaimana pendidikan seks itu tidak dianggap tabu
dikalangan anak dengan itu orang tua bisa membimbingnya. Tujuan dari
penulisan ini adalah untuk mengetahui 1) Fungsi dan Peran Penting Pendidikan
Seksual Pada Anak Usia Dini, 2) Permasalahan Seksualitas Pada Anak, 3)
Peran orang tua dalam pendidikan seksual pada anak usia dini

PEMBAHASAN
1. Fungsi dan Peran Penting Pendidikan Seksual Pada Anak Usia Dini
Fenomena tentang perilaku seksual anak sebagaimana yang telah
diungkapkan sebelumnya bukanlah suatu khalayan, rekaan atau sekedar
mengada-ngada. Sex education/pendidikan seks sebenarnya berarti pendidikan
seksualitas yaitu suatu pendidikan mengenai seksualitas dalam arti luas.
Seksualitas meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, yaitu aspek
biologik, orientasi, nilai sosiokultur dan moral, serta perilaku.

Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) 21


Volume 4 Nomor 2 Januari 2017
Sesuai dengan kelompok usia berdasarkan perkembangan hidup
manusia, maka pendidikan sex dapat dibagi menjadi pendidikan seks untuk anak
prasekolah dan sekolah, pendidikan seks untuk remaja, untuk dewasa pranikah
serta menikah. Untuk lebih meyakinkan kita tentang perlunya pendidikan
seksualitas bagi anak kita, marilah sama-sama kita coba mencernaa beberapa
hal yang menjadi pertimbangan mengapa pendidikan seksualitas perlu diberikan.
a. Fitrahnya pada tahapan perkembangan ini anak-anak mempunyai rasa ingin
tahu (curiouscity) yang amat tinggi tehadap hal-hal baru yang manarik
perhatian.
b. Masa pubertas dimana anak tidak mengetahui apa yang akan dialaminya.
c. Factor perbaikan gizi, sayangnya faktor kematangannya tidak dibarengi
dengan makanan yang bergizi.
d. Para ‘pencari” keuntungan dengan sangat jeli dan bebasnya menjadikan
keindahan seks yang sacral dan dan sangat pribadi sebagai sebuah tontonan
yang menarik.
e. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak setelah plang sekolah.
f. Kampanye pemerintah untuk menaggulangi bahaya seks adalah “save sex
with condom”.
g. kurangnya kesadaran orang tua tentang pentingnya pentingnya pendidikan
seks terhadap anak. (Madani, 2005 :23).
Bagaimana orang tua tetap berbicara tentang seks sampai anak
dewasa? Orangtua pada tahap ini harus ingat bahwa anak-anak benar-benar
membutuhkan dan menginginkan Anda. “Remaja bukan anak dewasa yang
berbadan kecil. Mereka masih membutuhkan orang dewasa sebagai sumber dan
pembimbing.” Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap
sebagai berikut :
a. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental
dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual
pada remaja.
b. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan
dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)
c. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua
manifestasi yang bervariasi
d. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa
kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.

Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) 22


Volume 4 Nomor 2 Januari 2017
e. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk
memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan
dengan perilaku seksual.
f. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual
agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat
mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
g. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional
dan eksplorasi seks yang berlebihan.
h. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan
aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya
sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap
emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan
remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap
kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap
seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia,
yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan
kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai
kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan
tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja. Dalam memberikan
pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai
seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan anak.
Ada beberapa langkah yang harus dipersiapkan dalam pendidikan seks,
diantaranya : Handayani dan Amiruddin (2008 : 4)
a. Tentukan penanggung jawab pendidikan seks yang pertama dan utama
b. Tentukan target
c. Ketahui cara pendekatan pada anak sesuai dengan uisanya
d. Tanamkan sikap dan nilai positif tentang seks
e. Kenali saat anak mulai penasaran tentang seks
f. Ketahui aturan mainnya
g. Ketahui pula kemungkinan pertanyaan serta alternatif jawabannya 8. Kenali
tingkah laku menyimpang
Membicarakan pendidikan sek dengan anak tidakalah mudah, akan
tatapi kita harus menyisipkan sedikit norma-norma agama Islam yang berkaitan

Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) 23


Volume 4 Nomor 2 Januari 2017
tentang seks. Bahwasanya agama bukanlah sekedar dogma akan tetapi jalan
hidup bagi setiap manusia agar tidak berlaku semaunya, yang nantinya malah
akan membahayakan diri kita sendiri juga kehidupan dan masyarakat.
2. Permasalahan Seksualitas Pada Anak
Masalah seks masih dianggap tabu dikalangan masyarakat dan
dibicarakan di depan anak - anak apalagi untuk m engajarkannya kepada anak -
anak. Masyarakat beranggapan bahwa pendidikan seks belum pantas diberikan
kepada anak kecil. Padahal pendidikan seks yang diberikan sejak dini sangat
berpengaruh dalam kehidupan anak ketika dia memasuki masa remaja. Apalagi
anak anak sekarang kritis, dari segi pertanyaan dan tingkah laku. Itu semua
karena pada masa ini anak - anak memiliki rasa keingintahuan yang besar.
Pendidikan seks yang tid ak diberikan di usia dini mengakibatkan
tingginya kekerasan seksual pada anak yang dilakukan orang - orang terdekat
anak ter masuk keluarga . Fenomena ini menunjukkan pentingnya pemahaman
akan pendidikan seks pada anak usia dini. Masalah pendidikan seks pada saat
ini kurang diperhatikan orang tua sehingga mereka menyerahkan semua
pendidikan anak kepada sekolah termasuk pendidikan seks. Padahal yang
bertanggungjawab akan pendidikan seks pada anak usia dini adalah orang tua,
sedangkan sekolah hanya sebagai pelengkap dan disekolah tidak ada kurikulum
tentang pendidikan seks sehingga pendidikan seks pada anak usia dini kadang
terabaikan.
Untuk menghadapi masa depannya, pengetahuan dan informasi tentang
seks sangat penting diketahui oleh generasi penerus bangsa. Akan tetapi anak -
anak dan remaja rentan terhadap kesalahan informasi tentang pengetahuan
seks. Jika tidak mendapatkan pendidik an seks yang benar, mereka akan
percaya akan mitos - mitos tentang seks yang tidak benar. Informasi tentang
seks sebaiknya didapatkan dari orang tua, guru atau sumber informasi yang
benar.
Kurangnya pembekalan tentng seks membuat anak menjadi bingung dan
bisa mencari informasi yang salah, sebab didapat dari narasumber yang tidak
layak. Hasil akhirnya tentu tidak sesuai dengn harapan dn manfaat. Berikut ini
akan uraikan beberapa permasalahn seksualitas, pemahaman hasrat dan
sumber rangsangan seksualitas, penyimpangan seks, kekerasan seksual dan
masturbsi.
a. Pelecehan seksual

Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) 24


Volume 4 Nomor 2 Januari 2017
Pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku yang berkonotasi
seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang
menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu, marah,
tersinggung, da n sebagainya pada diri si korban. Pelaku pelecehan seks
pada anak biasanya orang yang dikenal baik anak di seorang tuarnya, bukan
orang yang sama sekali asing. Bisa saja orang dari lingkungan keluarga,
seperti kakek, ayah, paman, kakak kandung, pembantu, s opir, tukang
kebun, dan lain - lain. Atau bisa juga dari lingkungan sekolah, seperti guru,
teman, penjaga sekolah, atau dari tempat kursus atau orang seorang tuar
rumah lainnya, seperti guru privat, pelatih kursus, atau teman sepermainan,
tetangga sebelah ru mah, dan lain - lain.
Untuk menghindari hal - hal yang demikian, anak harus diajari
tatacara melindungi dirinya, membimbingnya untuk membedakan sentuhan
kasih sayang dan sentuhan yang mengarah pada pelecehan. Anak harus
dibiasakan untuk tidak mudah terbujuk dengan iming - iming apapun yang
diberikan orang dewasa di seorang tuarnya. Mereka juga harus diajari untuk
tidak takut mengatakan hal yang sebenarnya pada orang tua jika dia tidak
merasa nyaman dengan sentuhan yang diterimanya dari seseorang. Tapi
tidak dia njurkan menakut - nakuti anak karena anak mungkin akan keliru
menafsirkan kedalam sikap frigid atau anti seks ketika mereka dewasa kelak.
Pada anak remaja, perlakuan yang tidak senonoh sering terjadi di
tempat umum dan terbuka, misalnya kendaraan umum yang p enuh sesak.
Mereka sering menempel dan menggesek - gesekkan bagian depan
tubuhnya (laki - laki) ke bagian belakang tubuh perempuan, mungkin di
pundak atau di pantat, menyentuh, memegang, dan meraba pantat, dan
payudara.
Untuk mengantisipasi hal yang demikian p erlu kiranya orang tua
mengingatkan remaja perempuan orang tua untuk selalu waspada ketika
berada dalam situasi ramai dan penuh sesak, karena keramaian tersebut
sangat disukai pelaku. Di samping itu, anak - anak hendaknya dibiasakan
untuk : a) Berani dan ber sikap tegas jika di dalam kendaraan umum
mendapati dirinya menjadi objek pelecehan. Tidak pasrah, tapi melakukan
perlawanan terhadap pelaku perbuatan tak senonoh itu, b) mengatur posisi
ketika berjalan di tengah keramaian yang padat, dekap tas untuk menutu pi
dan melindungi payudara, c) Jangan takut untuk menjerit atau berteriak

Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) 25


Volume 4 Nomor 2 Januari 2017
terhadap siapapun orang tak dikenal yang bersikap kurang ajar menyentuh
dada, pantat, atau bagian - bagian tubuh anak di depan umum.
b. Penyimpangan seksual pada Anak-anak
Anak - anak selalu diliputi rasa ingin tahu, termasuk rasa ingin tahu
terhadap organ tubuhnya. Salah satu bentuk keingintahuan yang merupakan
penyimpangan seksual pada anak - anak adalah masturbasi. Masturbasi
adalah semua cara self stimulation yang bisa m endatangkan perangsangan
erotis. Kegiatan ini meliputi menyentuh atau merangsang bagian tubuh yang
sensitif, seperti putting payudara, paha bagian dalam, klitoris dan vagina
untuk perempuan, tuar kepala dan leher penis untuk laki - laki, baik dengan
mengguna kan alat ataupun tanpa alat dengan tujuan untuk mencapai
kepuasan seksual. Masturbasi yang dilakukan oleh kanak - kanak muncul
akibat dorongan rasa ingin tahunya terhadap keberadaan tubuh dan
kelaminnya.
Manipulasi genital sederhana yang dilakukan ternyata dianggap bisa
mendatangkan sensasi baru yang mengasyikkan. Sama halnya dengan
aktivitas makan cokelat, ice cream, atau hal lain yang mendatangkan
kenikmatan dan keasyikan untuk terus melakukannya. Ini juga pertanda
bahwa anak butuh aktivitas fisik lain yang lebih menyita enerji dan
perhatiannya. Anak yang terlalu banyak menghabiskan waktu di depan
televisi, atau anak yang kurang aktif bergerak, cenderung mengalihkan
perhatiannya pada aktivitas seksual dengan melakukan eksplorasi genital.
Dengan demikian, adalah keliru jika orang tua menunjukkan reaksi yang
kasar dan negatif menanggapi perilaku normal ini. Tapi sungguh dapat
dipahami jika kebanyakan orang tua merasa sangat kaget, shock dan
bingung ketika mendapati anaknya melakukan aktivitas seks semacam mas
turbasi. Dan orang tua hendaknya waspada, karena kemungkinan anak yang
mempunyai kecenderungan masturbasi dengan intensitas yang tinggi
kemungkinan telah mengalami atau menjadi korban pelecehan seksual.
Normal atau tidaknya masturbasi yang dilakukan dapat dilihat dari
sejauhmana aktivitas tersebut menyita perhatian anak. Jika hanya sekedar
memuaskan keingintahuannya maka ini bisa dikatakan normal. Tapi jika ia
menghabiskan energi dan perhatiannya hanya untuk masturbasi dan enggan
melakukan aktivitas lain, maka ini harus diwaspadai.

Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) 26


Volume 4 Nomor 2 Januari 2017
Kiat untuk menghindari hal ini adalah dengan memberikan anak
banyak aktivitas untuk mengalihkan perhatiannya dan menyerap kelebihan
energinya. Dengan demikian anak akan melupakan kegiatan masturbasinya.
Orang tua tidak perlu mar ah, menasehati dengan berbagai hal, atau bersikap
histeris melihat kanak - kanak masturbasi.
3. Peran orang tua dalam pendidikan seksual pada anak usia dini
Di bawah ini adalah beberapa prinsip penting di dalam pendidikan seks
keluarga, penulis berikan kepada para orang tua sebagai bahan referensi:
a. Siap memberikan pendidikan seks setiap saat
Menghadapi perkembangan seks pada anak dan kelakuan anak yang selalu
ingin tahu terhadap seks yang kemungkinan bisa muncul sewaktuwaktu,
sebagai orang tua kita harus selalu siap dan harus dapat menyesuaikan diri,
serta memanfaatkan kesempatan untuk memberikan bimbingan. Misalnya,
ketika nonton TV bersama anak, lalu muncul tayangan kekerasan atau pun
pelecehan seksual, harus segera memberikan bimbingan kepada anak agar
anggota tubuhnya sendiri tidak dibiarkan untuk sembarangan disentuh oleh
orang lain, suatu konsep untuk menghormati dan menghargai tubuh sendiri.
b. Memberi teladan dan bimbingan lisan secara bersamaan
Sikap dari pelaksana pendidikan seks sangatlah penting, sikap dan kelakuan
dari para orang tua sering kali menjadi panutan bagi anak-anak mereka,
menjadi bahan perbandingan, bersamaan itu juga dimanifestasikan dalam
tingkah lakunya. Jika orang tua mereka sendiri memiliki sikap seks yang tidak
tepat, misalkan menganggap seks itu kotor, tabu dan berdosa, maka bisa
mempengaruhi secara langsung konsep seks pada diri anak-anak.
c. Menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang tepat
Para orang tua harus memperkaya diri dengan pengetahuan dan informasi
tentang seks yang benar, dan ketika anak mengajukan pertanyaan, harus
didengar dan dipahami motif di balik pertanyaan anak itu, mengklarifikasi
masalah dari anak, serta memberi jawaban yang sederhana dan tepat.
Misalkan, ketika memberi bimbingan yang berkaitan dengan alat kelamin
harus menggunakan istilah yang benar seperti 'penis' dan jangan
menggunakan istilah 'burung' atau lainnya sebagai pengganti. Biarkan anak
mengenal istilah yang benar sejak dini. Ketika memberikan bimbingan dan
menjawab pertanyaan, sikap harus rileks dan wajar, jangan membiarkan
perasaan dan nada suara tegang mempengaruhi anak.

Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) 27


Volume 4 Nomor 2 Januari 2017
d. Penekanan untuk menghormati dan privasi
Menghormati dan privasi adalah konsep penting di dalam pendidikan seks,
biarkan anak dalam penjelajahan rasa ingin tahunya tentang seks, mereka
juga belajar menghormati orang lain. Memberi bimbingan jangan
sembarangan menjamah bagian tubuh yang bisa membuat orang lain tidak
nyaman, misalnya bagian dada dan lain-lain.
Prinsip dasar yang harus diberikan orang tua pada anaknya berkaitan
dengan pendidikan seks pada usia dini antara lain:
c. Orang tua harus memperkenalkan bagian tubuh penting yang dimiliki anak
(maksudnya alat vital) beserta fungsinya. Orang tua harus mampu
mengemukakan pada anak agar dapat menjaga dan memelihara alat vital
tersebut dari gangguan dari siapa saja. Sejak dini orang tua sudah
menggambarkan pada anak bahwa alat vital dan bagian tubuh lainnya yang
sensitif merupakan aurat yang harus dijaga dan ditutup rapat. Tidak boleh
satu orang pun yang boleh melihat apalagi meraba alat tersebut karena akan
menimbulkan bahaya besar bagi dirinya. Anak diajarkan agar jangan
membiarkan bagian tubuhnya seperti bibir, dada, paha, dan kemaluannya
dipegang dan diraba orang lain. Apabila hal ini terjadi maka si anak diminta
menghindar atau melawan untuk keselamatan dirinya.
d. Orang tua harus menanamkan rasa malu pada anak sejak usia dini. Sifat ini
akan membantu anak dalam menjaga dan memelihara aurat atau
kehormatannya. Anak yang sudah mulai memahami hal ini sesuai dengan
usianya akan mampu menjaga dirinya, seperti tidak akan buang air kecil dan
besar di tempat terbuka, menukar pakaian di hadapan orang lain dan tidak
menampakkan auratnya. Sering terjadi kejahatan seksual pada seorang anak
disebabkan oleh tidak rapinya pakaian anak sehingga bagian tubuhnya
kelihatan. Sekalipun berada dalam rumah, anak perempuan tetap hendaknya
memakai pakaian yang sopan dan yang tidak merangsang. Ini sebagai
antisipasi terjadinya kejahatan seksual dari kalangan keluarga terdekat.
e. Mengajarkan pada anak tata krama dalam pergaulan atau pertemanan sejak
usia dini. Anak laki-laki sebaiknya bermain dengan anak laki-laki. Demikian
juga dengan anak perempuan hendaknya bermain sesama perempuan juga.
Apabila hal ini sudah ditanamkan sejak usia dini maka tentu anak perempuan
akan risih dan tidak nyaman sekiranya ada laki-laki dewasa asing yang
mendekati dirinya apalagi sampai melakukan sesuatu yang tidak diingini

Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) 28


Volume 4 Nomor 2 Januari 2017
seperti memegang bagian tubuh, mengelus dan merabanya bahkan lebih dari
pada itu. Sering kejahatan seksual menimpa anak ketika dirinya membiarkan
orang lain meraba tubuhnya .
f. Orang tua harus memisahkan tempat tidur atau kamar anak laki-laki dengan
anak perempuan. Hal ini mengajarkan bahwa memang anak laki-laki dengan
anak perempuan itu berbeda kodrat dan organ tubuhnya. Masing-masing
anak memiliki spesifik tersendiri dan hal yang berbeda baik dari segi fisik
maupun dari sisi psikisnya. Dengan pemahaman ini, anak akan berusaha
tampil sesuai dengan identitasnya. Makanya, orang tua harus memberikan
mainan atau pakaian sesuai dengan jenis kelamin anaknya seperti mobilan
untuk laki-laki dan boneka untuk perempuan atau laki-laki dengan celana
panjangnya dan anak perempuan dengan rok dan jilbab manisnya.
g. Orang tua harus menjaga tontonan anak. Orang tua harus mampu
mengedukasi anaknya tentang film atau drama yang layak ditontonnya.
Orang tua tidak bisa memberikan kebebasan pada anak dalam hal menonton
dan menyaksikan siaran televisi. Pasalnya, tak jarang kejahatan atau
pelecehan seksual justru dilakukan seorang anak di bawah umur berawal dari
tontonan yang tidak benar. Kita tentunya pernah mendengar anak laki-laki
yang masih duduk di bangku SD memperkosa adiknya atau teman
perempuannya. Oleh karena itu, dengan mendampingi anak dalam menonton
dan memilih tontonan yang sehat maka anak akan terhindar dari melakukan
kejahatan seksual

Kesimpulan
Penelitian ini berangkat dari gagasan bahwa anak-anak adalah orang
yang masih dalam pengembangan dan belum dewasa, yang meliputi bayi, TK,
usia SD dan remaja kemudian setelah individu yang tidak lagi disebut sebagai
anak tapi seorang individu yang memiliki dewasa, di sini pendidikan seks perlu
ditanamkan oleh orang tua, tetapi harus didasarkan pada nilai-nilai agama dan
moral serta membahas masalah secara komprehensif. Tapi ironisnya, banyak
orang tua yang acuh tak acuh dan membahas tabu atau memberikan bimbingan
pada perubahan pendidikan seks yang terjadi pada anak-anak mereka juga
peristiwa yang lingkungan menggelora di mana mereka tinggal.
Hal ini akan menunjukkan pentingnya memahami pendidikan seks pada
anak usia dini. Pendidikan seks memiliki kurang masalah perhatian orang tua

Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) 29


Volume 4 Nomor 2 Januari 2017
hari ini sehingga mereka menyerahkan semua pendidikan, termasuk pendidikan
seks di sekolah. Meskipun bertanggung jawab untuk mengajar pendidikan seks
pada anak usia dini adalah orang tua, sedangkan sekolah hanya sebagai
pelengkap dalam memberikan informasi kepada anak. Hal ini menunjukkan
bahwa peran orang tua, terutama ibu-ibu yang sangat strategis dalam
memperkenalkan pendidikan seks dini untuk anak-anak mereka.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti dapat memberikan beberapan
saran sebagai berikut:
1. Orang tua harus memahami betul dengan pendidikan seks dan
permasalahan seksualitas yang terjadi pada anak usia dini
2. Orang tua harus lebih menjaga lagi tentang ucapan dan tindakan yang dapat
mempengaruhi kondisi psikologi seks pada anak
3. Orang tua harus memberikan pendidikan seks kepada anak usia dini dengan
cara yang benar sehingga anak akan memahaminya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nashih Ulwan dan Hassan Hathout. 1996. Pendidikan Anak Menurut
Islam; Pendidikan Seks. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Handayani, Wiwik dan Haribowo, A.S. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Madani A, Fattah., 2005. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Hipokrates .
Ulwan, Abdullah Nasih, 2009. Tarbiyatul Aulad Fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad
Masjkur Hakim, Pendidikan Anak Menurut Islam.Bandung : Remaja
Rosdakarya.

Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) 30


Volume 4 Nomor 2 Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai