Farij Kelompok B Karbohidrat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

ANALISIS KARBOHIDRAT

Disusun Oleh Kelompok IV

Annisa Mustika 19208007

Ayu Nezlo 19208009

Dewi Mariam 19208017

Elin Setyowati 19208023

Farij Abdurrohman 19208028

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI BANDUNG

2020
ANALISIS KARBOHIDRAT

A. Latar Belakang

Warga Indonesia sebagian besar menganggap nasi adalah makanan


pokok. Nasi banyak memiliki kandungan senyawa kimia yang baik dan
dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam
nasi antara lain adalah karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Kandungan
terbanyak dalam nasi adalah karbohidrat. Karbohidrat memiliki banyak manfaat
bagi tubuh, yaitu salah satunya sebagai sumber energi. Sumber energi ini akan
diolah oleh tubuh sehingga dapat digunakan oleh manusia untuk melakukan
berbagai macam kegiatan sepanjang hari.

Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton aatu senyawa yang


menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisa. Nama karbohidrat berasal
dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari golongan ini mempunyai rumus
empiris, yang menunjukkan bahwa senyawa tersebut adalah karbon “hidrat”, dan
memiliki nisbah karbon terhadap hidrogen dan terhadap oksigen sebagai 1:2:1.
Sebagai contoh, rumus D-glukosa adalah C6H12O6, yang juga dapat ditulis
sebagai (CH2O)6 atau C6(H2O)6. Walaupun banyak karbohidrat yang umum
sesuai dengan rumus empiris Cm(H2O)n, yang lain tidak memperlihatkan nisbah
ini dan beberapa yang lain lagi juga mengandung nitrogen, fosfor, atau sulfur.
(Lehninger, 1982).

Berdasarkan strukturnya karbohidrat digolongkan menjadi


monosakarida,oligosakarida, atau polisakarida. Ketiga golongan karbohidrat ini
berkaitan satu dengan lainnya lewat hidrolisis. Monosakarida (kadang disebut
gula sederhana) ialah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi senyawa
yang lebih sederhana lagi. Polisakarida mengandung banyak unit monosakarida,
ratusan bahkan ribuan. Oligosakarida mengandung sekurang-kurangnya dua dan
biasanya tidak lebih dari beberapa unit monosakarida yang bertautan (Hart
Harold et al, 2003).

Karbohidrat yang ada di dalam suatu sampel dapat dideteksi dengan


berbagai uji diantaranya uji Molisch, uji Bennedict, uji Barfoed, uji Seliwanoff,
uji pati-iodium, uji osazon, uji moore, uji fermentasi, uji fehling dan lain-lain.
Namun pada praktikum ini hanya dilakukan 6 uji, yaitu uji Molisch, uji
Bennedict, uji Barfoed, uji Seliwanoff, uji iodium dan juga uji fehling.

B. IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT DENGAN UJI MOLISCH

I. Tujuan

Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat membuktikan adanya


karbohidrat dalam bahan pangan secara umum.

II. Dasar Teori

Uji Molisch merupakan uji kualitatif karbohidrat yang dapat menunjukan


adanya kandungan karbohidrat dalam sebuah sampel. Uji ini dapat dilakukan
dengan mencampurkan sampel larutan karbohidrat dengan pereaksi Molisch,
yaitu larutan 5% α-naftol dalam alkohol yang kemudian ditambahkan dengan
asam sulfat pekat secara hati-hati. Prinsip dasar yang terdapat dalam uji Molisch
ini adalah heksosa atau pentosa yang mengalami dehidrasi akan diubah menjadi
hidroksifurfural dan sangat dipengaruhi oleh asam sulfat pekat Reaksi ini terdiri
dari tiga tahapan, yaitu hidrolisis polisakarida dan disakarida menjadi heksosa
atau pentosa, dan diikuti oleh proses dehidrasi dan kondensasi. Reaksi positif
yang ditunjukan dalam uji ini adalah munculnya cincin ungu pada larutan.

III. Alat dan Bahan

NO Nama Alat/Bahan Jumlah


.
1. Tabung reaksi 3

2. Rak tabung reaksi 1

3. Pipet tetes 2

4. Penjepit tabung 3

5. Pereaksi Molisch Secukupnya

6. Larutan H2SO4 pekat Secukupnya


7. Glukosa 1% Secukupnya

IV. Prosedur Praktikum


Prosedur pada video :
1. Ambil 2 mL larutan glukosa.
2. Tambahkan 2 tetes pereaksi molisch yaitu dengan mencampurkan
larutan alkohol 1% dan 1-naphtol dalam tabung reaksi.
3. Tuangkan 2 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi sehingga
membentuk lapisan terpisah di bagian bawah.
4. Amati perubahan yang terjadi! Cincin ungu terbentuk di antarmuka
dua cairan yang menunjukan adanya karbohidrat.

V. Hasil Pengamatan
Pengamatan
No. Sampel Setelah ditetesi Setelah ditetesi
Pereaksi Molisch H2SO4
1. Glukosa Larutan Bening Cincin Ungu
(Tidak Berwarna)

VI. Reaksi Kimia


H

CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4
Heksosa
O

H2─ ─C—H +
│ │
OH OH
5-hidroksimetil furfural α-naftol

Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut:


O

║ __SO3H
H2C ─────C───── ─OH

(Cincin ungu senyawa kompleks)

VII. Diskusi dan Pembahasan


Pada percobaan kali ini, praktikan mengamati video uji molisch yang
membahas adanya senyawa karbohidrat dalam larutan glukosa yang
direaksikan dengan reagen molisch.

Pada percobaan ini, dalam prosesnya senyawa karbohidrat didehidrasi


oleh H2SO4 pekat menghasilkan senyawa furfural pada
heksosa/hidroksimetilfulfural pada glukosa. Reagen molisch yang terdiri dari
ὰ-naphtol dalam alkohol akan bereaksi dengan senyawa
furfural/hidroksimetilfurfural membentuk senyawa kompleks berwarna
ungu. Warna ungu inilah yang menunjukan uji positif adanya karbohidrat
dalam suatu senyawa. Berdasarkan hasil percobaan, larutan glukosa tersebut
menunjukan hasil positif. Hal tersebut membuktikan bahwa larutan glukosa
mengandung karbohidrat.

VIII. Kesimpulan
Setelah mengamati video uji molisch pada larutan glukosa ini, dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
1. Identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan beberapa metode uji
yaitu uji molisch, uji benedict, uji iodium, uji fehling, uji barfoed dan
uji seliwanoff.
2. Uji Molisch ini adalah berdasarkan kepada reaksi karbohidrat dengan
H2SO4 sehingga terbentuk senyawa hidroksimetil furfural dengan α-
naftol akan membentuk senyawa kompleks berupa cincin ungu.
3. Larutan glukosa dengan penambahan reagen molisch akan
menunjukkan hasil positif.

IX. Saran
Adapun saran sebaiknya video uji molisch ini berisi pengujian di lab
secara langsung, supaya mahasiswa dapat memahami dan mengetahui cara
pengujian dari uji million ini.

X. Daftar Pustaka
Fessenden, Ralp. J. and Fessenden, Joan. S. 1989. Kimia Organik jilid 1,
Alih bahasa oleh Aloys Hadyana Pudjaatmaka. 1982. Kimia Organik jilid 1,
edisi ke-3. Erlangga: Jakarta.
Rahmawati, Irma. 2020. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Akademi
Farmasi Bumi Siliwangi:Bandung.

Lehninger, A. L., 1982, Dasar-Dasar Biokimia, jilid 1, (diterjemahkan oleh:


Maggy Thenawijaya ), Erlangga, Jakarta.

Hart, Harold., Craine, Leslie E., dan Hart, David J. (2003). Kimia Organik
(Edisi kesebelas). Jakarta: Penerbit Erlangga.

https://www.youtube.com/watch?v=1sMz-Cc3-ps

C. IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT SEDERHANA (MONOSAKARIDA)


DENGAN UJI BENEDICT

I. Tujuan Praktikum

Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat membuktikan adanya


kandungan gula (karbohidrat) pereduksi.

II. Prinsip Dasar

Uji Benedict adalah untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula


pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi
sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi
secara langsung dengan Benedict, contohnya semua golongan monosakarida,
sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti
bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya,
contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+
menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk
menghindari pengendapan CuCO3 pada larutan natrium karbonat (reagen
Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat
direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon
bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak
dapat mereduksi larutan Benedict (Zulfikar, A. 2010).

Uji benedict merupakan uji kualitatif yang digunakan untuk


membedakan gula pereduksi dengan gula non pereduksi. Pereaksi Benedict
merupakan modifikasi dari pereaksi fehling yang dicampurkan dengan campuran
CuSO4, asam sitrat, dan kalium natrium tartrat. Pemanasan karbohidrat
pereduksi dengan pereaksi Benedict akan menyebabkan perubahan warna dari
biru menjadi kuning kemudian berubah menjadi kemerah-merahan dan akhirnya
terbentuk endapan merah bata yang merupakan kupro oksida. Karbohidrat
pereduksi dalam reaksi ini akan teroksidasi menjadi asam onat, sedangkan
pereaksi Benedict akan tereduksi menjadi kupro oksida. Pada uji ini suasananya
adalah asam, sedangkan pada barfoed adalah berada pada suasana basa

III. Alat dan Bahan

NO Nama Alat/Bahan Jumlah


.
1. Tabung reaksi 1

2. Pipet tetes 1

3. Water Bath 1

4. Kasa 1

5. Kaki tiga 1

6. Pembakar spirtus 1

7. Jus Buah Secukupnya

8. Susu Secukupnya

9. Pereaksi Benedict Secukupnya


IV. Prosedur Praktikum

Prosedur pada video :

1. Ambil 2 mL Jus Buah dan Susu ke dalam masing-masing tabung


reaksi.

2. Tambahkan 2 mL pereaksi benedict ke dalam semua tabung uji.

3. Panaskan tabung reaksi dengan menggunakan water bath da pembakar


bunsen.

4. Perubahan warna dari biru ke hijau dan akhirnya ke jingga atau


merah bata menunjukan adanya glukosa.

V. Hasil Pengamatan
Pengamatan
No. Sampel Setelah ditetesi Setelah panaskan
Pereaksi Benedict
1. Jus Buah Biru Kehijauan Jingga

2. Susu Biru Kehijauan Merah Bata

VI. Reaksi Kimia

O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata
VII. Diskusi dan Pembahasan
Pada percobaan kali ini, praktikan mengamati video uji benedict yang
membahas uji glukosa yang terdiri dari Jus buah dan juga larutan susu
dengan reaksi reagen benedict.

Pada percobaan ini uji benedict digunakan untuk mengidentifikasi gula


pereduksi, sedangkan hanya beberapa disakarida yang merupakan gula
pereduksi. Suatu karbohidrat disebut gula pereduksi karena gula tersebut
memiliki gugus atom o karbonil berpotensi bebas sehingga dapat dioksidasi
menjadi gugus karboksilat. Reagen Benedict mengandung asam sitrat,
kalium natrium tartrat dan cupri asetat. Asam sitrat dan kalium natrium
tartrat menyebabkan larutan Benedict bersifat basa lemah dan dengan adanya
ion Cu2+ menyebabkan larutan berwarna biru. Asam sitrat juga berfungsi
menghindari terjadinya pengendapan pada CuCO3. Larutan yang telah
ditambah reagen benedict dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Waktu
yang digunakan untuk pemanasan hanya 3 menit karena pemanasan ini
berlangsung dalam keadaan basa. Reagen Benedict yang bersuasana basa
menyebabkan karbohidrat lebih cepat terhidrolisis. Gugus aldehid dan keton
pada monomer karbohidrat akan mengalami transisi elektron/resonasi dalam
suasana basa dan panas. Hal tersebut menyebabkan ion Cu 2+ dapat direduksi
dan gula pereduksi mengalami oksidasi oleh ion Cu 2+ membentuk asam
karboksilat dan endapan merah didasar tabung.

VIII. Kesimpulan

Setelah mengamati video uji benedict pada karbohidrat ini, dapat


ditarik kesimpulan bahwa :

1. Identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan beberapa metode uji


yaitu uji molisch, uji benedict, uji iodium, uji fehling, uji barfoed dan uji
seliwanoff.
2. Uji Benedict berdasarkan pada gula yang mengandung gugus
aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana
alkalis, menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida)
berwarna merah bata.

3. Jus buah dan susu yang mengandung glukosa dengan penambahan


reagen benedict akan menunjukkan hasil positif.

IX. Saran

Adapun saran sebaiknya video uji million ini berisi pengujian di lab
secara langsung, supaya mahasiswa dapat memahami dan mengetahui
cara pengujian dari uji biuret ini.

X. Daftar Pustaka

Fessenden, Ralp. J. and Fessenden, Joan. S. 1989. Kimia Organik jilid 1,


Alih bahasa oleh Aloys Hadyana Pudjaatmaka. 1982. Kimia Organik
jilid 1, edisi ke-3. Erlangga: Jakarta.

Rahmawati, Irma. 2020. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Akademi


Farmasi Bumi Siliwangi:Bandung.

Lehninger, A. L., 1982, Dasar-Dasar Biokimia, jilid 1, (diterjemahkan


oleh: Maggy Thenawijaya ), Erlangga, Jakarta.

Hart, Harold., Craine, Leslie E., dan Hart, David J. (2003). Kimia
Organik (Edisi kesebelas). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Zulfikar A. 2010. Uji Benedict. [terhubung


berkala]http://christianthp2010.wordpress.com/2013/10/21/uji-
karbohidrat/[diaksestanggal 07 Mei 2020].

https://www.youtube.com/watch?v=HxevnEdU9AI
D. IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT DENGAN UJI IODIUM/LUGOL

I. Tujuan Praktikum

Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat membuktikan adanya


kandungan karbohidrat golongan polisakarida dalam sampel.

II. Prinsip Dasar

Pati atau amilum dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis
menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasil pemecahan pati jika diuji dengan
iodium akan memberikan warna biru, coklat, kuning sampai tidakberwarna.
Reaksi antara amilose dengan iodine akan berwarna biru, sedangkan amilopektin
dengan iodine akan berwarna merah violet. Reaksi glikogen maupun dextrin
dengan iodine akan berwarna coklat.

Uji iodin merupakan uji kualitatif karbohidrat yang dapat digunakan


untuk mengetahui keberadaan pati. Reaksi positif yang ditunjukan adanya pati
yang telah membentuk kompleks dengan iodium adalah larutan berwarna biru
tua. Polisakarida memberikan uji positif berupa warna biru keunguan atau biru
tua dengan glikogen atau amilopektin yang intensitas birunya rendah. Hal ini
diakibatkan karena struktur molekul pati yang berbentuk spiral akan mengikat
molekul iodin sehingga terbentuklah warna biru yang lebih pekat (Sukatiningsih,
2010).

III. Alat dan Bahan

NO Nama Alat/Bahan Jumlah


.
1. Tabung Reaksi 3

2. Rak tabung 1

3. Pipet tetes 3

4. Gelas ukur 1
5. Amilum 0,5 gram

6. Aquades Secukupnya

7. Larutan Iodin/Lugol Secukupnya

IV. Prosedur Praktikum

1. Timbang 0,5 gram amilum, lalu masukan kedalam tabung reaksi.

2. Tambahkan 5 mL aquades kedalam tabung reaksi, lalu kocok.

3. Tuangkan larutan amilum kedalam wadah yang berisi 50 mL air.

3. Tambahkan 5 tetes larutan iodin/lugol.

4. Amati perubahan yang terjadi, munculnya warna biru menunjukkan


adanya karbohidrat.

V. Hasil Pengamatan

Pengamatan
No. Pereaksi Sebelum Setelah
1. Amilum Putih Biru

VI. Reaksi Kimia

VII. Pembahasan
Uji iodium digunakan untuk identifikasi kandungan pati dalam sampel.
Uji iodium spesifik untuk mengetahui keberadaan amilosa dalam suatu bahan.
Iodin tidak larut sempurna dalam air, oleh karena itu reagen iodin dibuat dari
melarutkan iodin dalam pottasium iodida berair yang akan membentuk ion
kompleks triiodida linear yang larut dan mengkompleks dengan amilosa
sehingga memunculkan warna biru-kehitaman. Ketika amilum dilarutkan dalam
air, amilosa akan membentuk micelles, yaitu molekul-molekul yang
bergerombol dan tidak kasat mata karena hanya pada tingkat molekuler.
Micelles ini dapat mengikat I2 yang terkandung dalam pereaksi iodium dan
memberikan warna biru khas pada larutan yang di uji. Prinsip uji iodin adalah
sampel yang ditambahkan larutan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi
berwarna yang spesifik. Amilum atau pati apabila bereaksi dengan iodium akan
menghasilkan warna biru, dekstin menghasilkan merah anggur, glikogen dan
sebagian pati yang terhidrolisis membentuk warna merah coklat, sedangkan hasil
uji negatif menunjukkan warna kuning kecoklatan. Reaksi uji iodium dapat
digambarkan sebagai berikut:

Karbohidrat (polisakarida) + I2 → warna spesifik

Warna biru yang dihasilkan dari uji positif terhadap amilum karena
molekul amilosa dan amilopektin membentuk suatu molekul kompleks dengan
larutan iodium. Monosakarida dan disakarida tidak mengandung amilosa dan
amilopektin, sehingga tidak dapat membentuk kompleks dengan amilum, oleh
karena itu keduanya tidak menghasilkan warna. Sampel yang menghasilkan uji
positif terhadap reagen ini adalah amilum yang ditandai dengan perubahan
warna menjadi biru kehitaman sehingga dapat diidentifikasi bahwa didalam
sampel terdapat karbohidrat jenis pati. Sedangkan glukosa, maltosa, fruktosa,
laktosa, dan sukrosa+H2O memberikan hasil uji negatif sehingga dapat
digolongkan karbohidrat jenis monosakarida/ oligosakarida.

Kemungkinan tidak timbulnya warna biru karena amilum terhidrolisis,


sehingga yang terbentuk bukan senyawa kompleks adsopsi pati-iodium
melainkan senyawa lain yang terbentuk dengan hasil hidrolisis amilum tersebut

VIII. Kesimpulan
Setelah mengamati video uji iodin/lugol pada pati ini, dapat ditarik
kesimpulan bahwa :

1. Identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan beberapa metode uji


yaitu uji molisch, uji benedict, uji iodium, uji fehling, uji barfoed dan uji
seliwanoff.

2. Uji pati-iodium berdasarkan pada penambahan iodium pada suatu


polisakarida yang menyebabkan terbentuknya kompleks adsorpsi
berwarna spesifik. Amilum atau pati dengan iodium mengahasilkan
warna biru.

3. Larutan gpati dengan penambahan iodin/lugol akan menunjukkan hasil


positif.

IX. Saran

Adapun saran sebaiknya video uji iodin/lugol ini berisi pengujian


di lab secara langsung, supaya mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui cara pengujian dari uji biuret ini.

X. Daftar Pustaka

Fessenden, Ralp. J. and Fessenden, Joan. S. 1989. Kimia Organik jilid 1,


Alih bahasa oleh Aloys Hadyana Pudjaatmaka. 1982. Kimia Organik
jilid 1, edisi ke-3. Erlangga: Jakarta.

Rahmawati, Irma. 2020. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Akademi


Farmasi Bumi Siliwangi:Bandung.

Lehninger, A. L., 1982, Dasar-Dasar Biokimia, jilid 1, (diterjemahkan


oleh: Maggy Thenawijaya ), Erlangga, Jakarta.

Hart, Harold., Craine, Leslie E., dan Hart, David J. (2003). Kimia
Organik (Edisi kesebelas). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sukatiningsih. 2010. Penentuan Karbohidrat.handout. jember: FTP
UNEJ.

https://www.youtube.com/watch?v=ubPOWvl6YhM

E. IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT DENGAN UJI FEHLING

I. Tujuan Praktikum

Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat membuktikan adanya


kandungan karbohidrat sederhana dalam sampel.

II. Prinsip Dasar

Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi


terutama dalam suasan basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk
keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi
ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam molekul
karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion
Cu2+ dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu.

Perekasi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi


khusus untuk mengenali aldehida. Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi
menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.
Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna
merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya
larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan.

III. Alat dan Bahan

NO Nama Alat/Bahan Jumlah


.
1. Tabung reaksi 1

2. Water Bath 1

3. Pipet tetes 1

4. Penjepit tabung 1

5. Jus Buah Secukupnya

6. Susu Secukupnya

7. Pereaksi Fehling A Secukupnya

8. Pereaksi Fehling B Secukupnya

IV. Prosedur Praktikum

Prosedur pada video :

1. Ambil 2 mL larutan fehling A, lalu masukan kedalam tabung reaksi.

2. Tambahkan 2 mL larutan fehling B kedalam tabung reaksi.

3. Panaskan didalam water bath pada suhu air hangat.

3. Amati perubahan yang terjadi, warna biru diawal berubah menjadi hijau
kekuningan dan akhirnya terbentuk endapan merah bata.

V. Hasil Pengamatan

Pengamatan
No. Sampel Sebelum Setelah
1. Jus Buah Hijau kekuningan Endapan merah bata

2. Susu Hijau kekuningan Endapan merah bata

VI. Reaksi Kimia


VII. Pembahasan

Percobaan selanjutnya yaitu uji fehling pada fruktosa dan laktosa, uji ini
dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat yang terdapat dalam
sampel dengan melakukan uji dengan larutan fehling A dan fehling B.

Sesuai dengan tujuan percobaan ini, maka pereaksi yang digunakan


adalah pereaksi fehling. Pereaksi ini dapat direduksi oleh selain karbohidrat
yang mempunyai sifat mereduksi juga dapat direduksi oleh reduktor lain.
Pereaksi fehling terdiri dari dua larutan yaitu fehling A dan fehling B. Larutan
fehling A adalah CuSO4 dalam air, sedangkan fehling B adalah larutan garam
Knitrat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah baru
dicampur menjenlang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam
pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu- yang dalam suasana basa akan
diendapkan menjadi CuO2. Fehling B berfungsi mencegah Cu2+ mengendap
dalam suasana alkalis.

Uji fehling bertujuan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula


pereduksi. Karena prinsip kerjanya adalah grafimetri sehingga dengan mudah
dapat ditentukan cuplikan yang mengandung karbohidrat.

VIII. Kesimpulan

Setelah mengamati video uji fehling pada fruktosa dan laktosa ini,
dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Laktosa dan fruktosa merupakan gula pereduksi. Kandungan gula


pereduksi dapat ditunjukkan dengan pereaksi fehling.

2. Proses pemanasan berfungsi untuk mempercepat terbentuknya


endapan.
3. Endapan merah bata yang dihasilkan semakin banyak dengan
meningkatnya konsentrasi larutan.

4. Endapan merah bata yang dihasilkan merupakan senyawa Cu2O.

IX. Saran

Adapun saran sebaiknya video uji million ini berisi pengujian di lab
secara langsung, supaya mahasiswa dapat memahami dan mengetahui
cara pengujian dari uji biuret ini.

X. Daftar Pustaka

Fessenden, Ralp. J. and Fessenden, Joan. S. 1989. Kimia Organik jilid 1,


Alih bahasa oleh Aloys Hadyana Pudjaatmaka. 1982. Kimia Organik
jilid 1, edisi ke-3. Erlangga: Jakarta.

Rahmawati, Irma. 2020. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Akademi


Farmasi Bumi Siliwangi:Bandung.

Lehninger, A. L., 1982, Dasar-Dasar Biokimia, jilid 1, (diterjemahkan


oleh: Maggy Thenawijaya ), Erlangga, Jakarta.

Hart, Harold., Craine, Leslie E., dan Hart, David J. (2003). Kimia
Organik (Edisi kesebelas). Jakarta: Penerbit Erlangga.

https://www.youtube.com/watch?v=A8oycMcXijs

F. UJI KARBOHIDRAT DENGAN UJI SELIWANOFF

I. Tujuan Praktikum

Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat membedakan


fruktosa dengan senyawa karbohidrat lainnya.
II. Prinsip Dasar

Uji Seliwanoff adalah uji kimia yang dilakukan untuk membedakan gula
aldosa dan ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton/aldehida
gula tersebut. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa.
Sebaliknya jika mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Uji ini didasarkan
pada fakta bahwa ketika dipanaskan ketosa lebih cepat terdehidrasi dari pada
aldosa.

Reagen uji Seliwanoff ini terdiri dari resorsinol dan asam klorida pekat:

 Asam reagen ini menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida menjadi


gula sederhana.

 Ketosa yang terdehidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol,


menghasilkan zat berwarna merah tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan
menghasilkan zat berwarna merah muda.

Reaksi Seliwanoff disebabkan perubahan fruktosa oleh asam klorida


panas menjadi levulinat dan hidroksimetilfurfural selanjutnya kondensasi
hidroksi metil dengan resorsinol akan menghasilkan senyawa sakrosa yang
mudah dihidrolisa menjadi glukosa akan membentuk reaksi yang positif.
Fruktosa yang direaksikan dengan pereaksi Seliwanoff yang terdiri dari
resorsinol dan asam klorida akan membentuk senyawa baru berwarna merah.

III. Alat dan Bahan

NO Nama Alat/Bahan Jumlah


.
1. Tabung reaksi 2

2. Rak tabung reaksi 1

3. Pipet tetes 1

4. Penjepit tabung 1

5. Water bath 1

6. Pereaksi seliwanoff Secukupnya

7. Sukrosa 1% Secukupnya
8. HCl pekat Secukupnya

9. Larutan NaOH Secukupnya

IV. Prosedur Pembuatan

Prosedur pada video :

1. Ambil 5 mL larutan sukrosa 1% kedalam tabung reaksi.

2. Tambahkan 5 tetes HCl pekat kedalam tabung reaksi.

3. Panaskan campuran didalam water bath hingga mendidih.

4. Dinginkan, lalu tambahkan 5 tetes larutan NaOH.

5. Lalu ambil 10 mL larutan yang disiapkan kedalam tabung reaksi lain.

6. Tambahkan 2 mL pereaksi seliwanoff kedalamnya.

7. Panaskan tabung reaksi didalam water bath hingga mendidih selama 2


menit.

8. Ketohekson memberi warna merah, ketopentosa memberikan warna biru


kehijauan, sedangkan altosa tidak memberi warna apapun.

V. Hasil Pengamatan

Pengamatan
No. Sampel Sebelum Setelah
1. Ketohexose Bening Merah
2. Ketopentose Bening Biru-Hijau

3. Altose Bening Bening

VI. Reaksi Kimia

VII. Pembahasan

Uji ini didasarkan atas dehidrasi sukrosa oleh HCl pekat menghasilkan


hidroksi metilfurfural dengan penambahan resorsinol akan mengalami
kondensasi membentuk senyawwa kompleks berwarna merah jingga. (Sumardjo,
2006)

Pada uji ini dilakukan terhadap larutan sruktosa. Pereaksi Seliwanoff


yang berwarna kuning dimasukkan ke dalam tabung terlebih dahulu sebanyak 2
mL. lalu dimasukkan 3 tetes larutan sukrosa, kemudian disimpan di dalam
penangas air hingga warnanya berubah. Hasil yang didapatkan praktikan yaitu
terdapat endapan berwarna merah, di mana warna ini menunjukkan reaksi positif
adanya karbohidrat di dalam larutan tersebut (Winarno, 1984)

VIII. Kesimpulan

Setelah mengamati video uji seliwanoff pada sukrosa, dapat ditarik


kesimpulan bahwa :
1. Identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan beberapa metode uji
yaitu uji molisch, uji benedict, uji iodium, uji fehling, uji barfoed dan uji
seliwanoff.

2. Reaksi Seliwanoff disebabkan perubahan fruktosa oleh asam klorida


panas menjadi levulinat dan hidroksimetilfurfural selanjutnya kondensasi
hidroksi metil dengan resorsinol akan menghasilkan senyawa sakrosa
yang mudah dihidrolisa menjadi glukosa akan membentuk reaksi yang
positif. Fruktosa yang direaksikan dengan pereaksi Seliwanoff yang
terdiri dari resorsinol dan asam klorida akan membentuk senyawa baru
berwarna merah.

3. Larutan sukrosa dengan penambahan reagen seliwanoff akan


menunjukkan hasil positif.

IX. Saran

Adapun saran sebaiknya video uji seliwanoff ini berisi pengujian di


lab secara langsung, supaya mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui cara pengujian dari uji biuret ini.

X. Daftar Pustaka

Fessenden, Ralp. J. and Fessenden, Joan. S. 1989. Kimia Organik jilid 1,


Alih bahasa oleh Aloys Hadyana Pudjaatmaka. 1982. Kimia Organik
jilid 1, edisi ke-3. Erlangga: Jakarta.

Rahmawati, Irma. 2020. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Akademi


Farmasi Bumi Siliwangi:Bandung.

Lehninger, A. L., 1982, Dasar-Dasar Biokimia, jilid 1, (diterjemahkan


oleh: Maggy Thenawijaya ), Erlangga, Jakarta.

Hart, Harold., Craine, Leslie E., dan Hart, David J. (2003). Kimia
Organik (Edisi kesebelas). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sumardjo, D.D. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah
Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC.

Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

https://www.youtube.com/watch?v=0sf14uvPgK4

F. UJI KARBOHIDRAT DENGAN UJI BARFOED

I. Tujuan Praktikum

Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat membedakan


karbohidrat monosakarida dan disakarida dalam sampel.

II. Prinsip Dasar

Uji Barfoed dalah uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida


dengan mengontrol kondisi pH serta waktu pemanasan. Ion Cu2+ dari pereaksi
Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi
monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida)
berwarna merah bata. Hal inilah yang mendasari uji Barfoed. Reaksi positif
ditandai terbentuknya endapan merah bata CuO. Disakarida juga akan
memberikan hasil positif bila di didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis.

III. Alat dan Bahan

NO. Nama Alat/Bahan Jumlah


1. Tabung reaksi 1

2. Rak tabung reaksi 1

3. Pipet tetes 1

4. Penjepit tabung 1
5. Pembakar bunsen 1

6. Pereaksi barfoed Secukupnya

7. Fruktosa Secukupnya

8. Sukrosa Secukupnya

IV. Prosedur Pembuatan

Pembuatan pereaksi Barfoed


Pereaksi Barfoed dibuat dengan melarutkan 13,3 gran kristal natrium sitrat dan
100 gram natrium karbonat anhidrat didalam 800 mL air. Aduklah lalu saring.
Kemudian, ke dalamnya tambahkan 17,3 gram tembaga sulfat yang telah
dilarutkan dalam 100 mL air. Buatlah volume total 1 liter dengan penambahan
air.

1. Siapkan 2 tabung reaksi yang bersih, lalu tambahkan 1 mL monosakarida dan


disakarida kedalam masing-masing tabung.
2. Tambahkan 1 mL pereaksi Barfoed kedalam masing-masing tabung reaksi.
3. Kemudian kocok perlahan-lahan, lalu masukkan tabung tersebut
kedalam penangas air mendididh selama 10 menit.
4. Amati dan catat perubahan yang terjadi. Hasil positif terbentuk endapan merah
bata.

V. Hasil Pengamatan

Pengamatan
Sebelum Setelah
No. Sampel
1. Fruktosa Biru muda Endapan merah bata
(Monosakarida)
2. Sukrosa (Disakarida) Biru muda Endapan merah bata

VI. Reaksi Kimia

O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata

VII. Pembahasan

Uji ini memiliki prinsip yang sama seperti uji Benedict, yaitu reduksi
Cu2+ menjadi Cu+ oleh karbohidrat yang memiliki gugus aldehida dan keton
bebas. Pada uji ini larutan yang akan diuji yaitu sukrosa dan fruktosa.
Disediakan 2 tabung reaksi, pada masing-masing tabung tersebut dimasukkan
reagen Barfoed sebanyak 1 mL. Kemudian dimasukkan larutan sukrosa pada
tabung 1 dan fruktosa pada tabung 2, semua larutan ini dimasukkan sebanyak 1
mL. Lalu ketiga tabung tersebut disimpan di dalam penangas air hingga ketiga
larutan tersebut berubah warna. Setelah beberapa lama terbentuk endapan
berwarna merah pada kedua larutan tersebut. Warna merah membuktikan bahwa
adanya karbohidrat yang terkandung di dalam kedua larutan tersebut seperti teori
yang dikemukakan Winarno (1984)

VIII. Kesimpulan

Setelah mengamati video uji barfoed pada sukrosa dan fruktosa,


dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan beberapa metode uji
yaitu uji molisch, uji benedict, uji iodium, uji fehling, uji barfoed dan uji
seliwanoff.

2. Uji barfoed merupakan uji kualitatif yang digunakan untuk


membedakan monosakarida dengan disakarida.

3. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya proses pemanasan karbohidrat


pereduksi dengan Barfoed, yang mana menghasilkan reaksi oksidasi
karbohidrat pereduksi menjadi asam onat dan terjadi reaksi reduksi
pereaksi Barfoed sebagai ion kupri (Cu++) menjadi endapan kupro
oksida.

4. Suasana asam dalam pereaksi Barfoed dapat mengakibatkan


perbedaan waktu terjadinya pengendapan kupro oksida pada reaksi
dengan disakarida dan monosakarida.

3. Larutan sukrosa dan fruktosa dengan penambahan reagen barfoed


menunjukkan endapan merah bata.

IX. Saran

Adapun saran sebaiknya video uji barfoed ini berisi pengujian di


lab secara langsung, supaya mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui cara pengujian dari uji biuret ini.

X. Daftar Pustaka

Fessenden, Ralp. J. and Fessenden, Joan. S. 1989. Kimia Organik jilid 1,


Alih bahasa oleh Aloys Hadyana Pudjaatmaka. 1982. Kimia Organik
jilid 1, edisi ke-3. Erlangga: Jakarta.

Rahmawati, Irma. 2020. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Akademi


Farmasi Bumi Siliwangi:Bandung.

Lehninger, A. L., 1982, Dasar-Dasar Biokimia, jilid 1, (diterjemahkan


oleh: Maggy Thenawijaya ), Erlangga, Jakarta.
Hart, Harold., Craine, Leslie E., dan Hart, David J. (2003). Kimia
Organik (Edisi kesebelas). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

https://www.youtube.com/watch?v=WLt0LRXS7FU

Anda mungkin juga menyukai