Penkes
Penkes
Penkes
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keluarga adalah ibu dan bapak beserta anak-anaknya seisi
rumah.
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungandarah,
perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.
2. Tipe keluarga
Menurut Friedman, Bowden & Jones tahun 2003 dalam buku ajar keperawatan dewasa
mengatakan bahwa agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.
a. Tradisional
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
ü Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang memisahkan diri.
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya
yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family
disertai paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan.
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui
proses perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan.
ü Commuter family
Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal
dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga saat weekends atau
pada waktu-waktu tertentu.
ü Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
ü Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama.
ü Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(separasi).
b. Non tradisional
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
ü Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana “marital partners”.
ü Cohabiting family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
ü Group-maariage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa
saling ,enikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan
anaknya.
ü Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
ü Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara,
pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
yang aslinya.
ü Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal
yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
ü Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan
keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
3. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman, Bowden dan Jones (2003) dibagi menjadi lima, yaitu :
b. Fungsi sosialisasi :
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan mekanisme koping, memberikan
feed-back dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.
c. Fungsi reproduksi :
d. Fungsi ekonomi :
Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.
B. PENDIDIKAN KESEHATAN
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga keperawatan
karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan asuhan
keperawatan di mana saja ia bertugas, apakah itu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat (Effendy, 1998). Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk
membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk
mencapai kesehatan secara optimal (Notoatmodjo, 1993 [seperti] dikutip oleh Digilib USU, 2010).
Pendidikan kesehatan erat kaitannya dengan penyuluhan kesehatan dan berorientasi pada
perubahan perilaku seseorang. Pendidikan kesehatan tidak hanya bertujuan untuk membangun atau
mengembangkan kesadaran diri dengan berdasarkan pengetahuan kesehatan. Lebih dari itu,
pendidikan kesehatan bertujuan untuk membangun perilaku kesehatan individu dan masyarakat
(Asmadi, 2008).
Pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan faktor
perilaku (predisposisi, pendukung, dan pendorong) sehingga menimbulkan perilaku positif dari
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku, pendidikan kesehatan, dan status kesehatan
memiliki pola hubungan yang saling berpengaruh satu sama lain (Green, 1980 [seperti] dikutip oleh
Heri, 2007).
Tujuan
Suatu pendidikan kesehatan dalam keluarga secara umum memiliki tujuan untuk mengubah perilaku
individu dan masyarakat di bidang kesehatan. Menurut WHO (1954), tujuan pendidikan kesehatan
adalah untuk merubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku
sehat. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara
perilaku sehat dan mengupayakan derajat kesehatan yang optimal merupakan tujuan pokok penkes.
Secara lebih rinci tujuan pendidikan kesehatan disebutkan oleh azwar (1983) dalam suryani (2009)
menjadi tiga macam, yaitu:
a. Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat. Dengan
demikian kader kesehatan mempunyai tanggung jawab di dalam penyuluhannya mengarahkan
kepada keadaan bahwa cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.
b. Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun menciptakan
perilaku sehat di dalam kelompok. Itulah sebabnya dalam hal ini pelayanan kesehatan dasar (phc)
diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat, dalam hal bentuk yang nyata adalah pkmd, satu
contoh pkmd adalah posyandu. Seterusnya dalam kegiatan ini diharapkan adanya langkah-langkah
mencegah timbulnya penyakit.
c. Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara
tepat. Ada kalanya masyarakat memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara berlebihan.
Sebaliknya sudah sakit belum pula menggunakan sarana kesehatan yang ada sebagaimana mestinya.
Pendidikan kesehatan juga memiliki aspek penting yang salah satu diantaranya adalah komunikasi.
Cara berkomunikasi yang digunakan dalam pendidikan kesehatan akan mempengaruhi hasil dalam
memberikan pendidikan kesehatan pada seseorang. Komunikasi kesehatan masyarakat telah
bergeser dari strategi yang sebagian demi sebagian (piecemeal strategies) ke proses yang
menyeluruh berdasarkan atas penelitian dan perencanaan yang berfokuskan pada konsumen
(Rasmuson, 1988 [seperti] dikutip oleh Machfoedz & Suryani, 2008). Tujuan komunikasi kesehatan
masyarakat adalah menumbuhkan perubahan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan dan
berpacu pada peningkatan derajat kesehatan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan kesehatan
menurut WHO.
Pendidikan kesehatan tidak dilakukan secara serta merta tanpa persiapan atau perencanaan khusus.
Perencanaan menjadi langkah awal penentu dalam sukses atau tidaknya sebuah program. Bagian
dari perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi aspek perilaku yang menyebabkan terjadinya
masalah kesehatan dan kemudian dilanjutkan dnegan pengambilan langkah-langkah lain yang harus
ditempuh sebagai bentuk pelaksanaan tindak lanjut dari perencanaan. Setelah melakukan
perencanaan dan pelaksanaan dalam pendidikan kesehatan, pemberi pendiidkan kesehatan perlu
mengadakan penilaian. Dengan adanya penilaian, maka kita akan dapat mengetahui hasil pekerjaan
kita, yang akan dapat melihat kekurangannya sejauh mana hasil kemajuan dari sistem pendidikan
kesehatan yang telah diterapkan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut (Machfoedz &
Suryani, 2008).
Sasaran
Secara umum pendidikan kesehatan memiliki tiga sasaran kelompok, yaitu pendidikan kesehatan
individual dengan sasaran individu, pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok dan
pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.
Meskipun berbeda, tujuan yang ingin dicapai dari ketiga sasaran itu serupa, berupa perubahan sikap
dan perilaku individu kelompok, atau pun masyarakat agar menjadi lebih baik.
a. Tahap sensitisasi
Tahap pertama berisi pemberian informasi mengenai masalah kesehatan, pengetahuan kesehatan,
serta fasilitas kesehatan yang ada. Namun demikian pada tahap ini belum merujuk pada perubahan
perilaku.
b. Tahap publisistas
Melanjutkan tahap yang pertama dengan fokus pada publikasi layanan kesehatan.
c. Tahap edukasi
Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap menjadi apa yang
diinginkan, metode yang sesuai dengan proses belajar dan mengajar.
d. Tahap motivasi
Diharapkan pada tahap ini masyarakat dapat merubah perilaku dan melanjutkan hal tersebut.
Pendidikan Kesehatan keluarga berfokus pada fungsi keluarga yang sehat dalam perspektif
sistem keluarga dan memberikan pendekatan terutama pencegahan . Keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan untuk berfungsi secara sehat secara luas dikenal: keterampilan
komunikasi yang kuat, pengetahuan tentang perkembangan khas manusia, keterampilan membuat
keputusan yang baik, positif harga diri ,dan hubungan interpersonal yang sehat. Tujuan pendidikan
kehidupan keluarga adalah untuk mengajar dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan ini
untuk memungkinkan individu dan keluarga untuk berfungsi optimal .
Pendidikan kesehatan keluargamempertimbangkan isu-isu sosial termasuk ekonomi, pendidikan,
masalah kerja keluarga, orangtua, seksualitas, gender dan lainnya dalam konteks keluarga. Mereka
percaya bahwa masalah sosial seperti penyalahgunaan zat, kekerasan dalam rumah tangga,
pengangguran, hutang, dan kekerasan terhadap anak dapat lebih efektif ditangani dari perspektif
yang menganggap individu dan keluarga sebagai bagian dari sistem yang lebih besar. Pengetahuan
tentang fungsi keluarga yang sehat dapat diterapkan untuk mencegah atau meminimalkan banyak
masalah ini.
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mencegah penyakit, ketidakmampuan
dan cedera. Pencegahan primer melibatkan peningkatan kesehatan melalui penyuluhan kesehatan
dengan penekanan pada pembentukan gaya hidup sehat guna meningkatkan tingkat fungsional
optimal (seperti nutrisi, latihan, tiur, rekreasi, relaksasi, tidak menggunakan alkohol, tembakau, dan
obat-obatan), pembentukan kepribadian yang sehat, konseling, dan pembentukan lingkungan sosial
yang sehat (Hitchcook, Stubert & Thomas, 1999). Pencegahan primer meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan keluarga.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah aktivitas yang berhubungan dengan deteksi dini dan treatmen. Fokus
pencegahan ini adalah dengan melakukan skrining untuk mendeteksi penyakit pada fase awal.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mencegah penyakit tidak bertambah
parah (kronis) dan tidak menimbulkan ketidakmampuan pada individu. Pencegahan tersier dapat
dilakukan dengan melakukan rehabilitasi kepada individu yang meliputi rehabilitasi fisik, psikis, dan
spiritual (Hitchcook, Stubert & Thomas, 1999).
Tujuan umum keperawatan keluarga adalah meningkatkan kesadaran, keinginan, dan kemampuan
keluarga dalam meningkatkan, mencegah, memelihara kesehatan mereka sampai pada tahap yang
optimal dan mampu melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif.
Tujuan khususnya adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan keluarga dalam
hal
Perawat membantu keluarga mengenali penyimpangan kesehatan dengan menganalisis data secara
objektif serta membuat keluarga sadar tentang masalah di keluarga.
4.Fasilitator
5.Pendidilk
Perawat harus mampu memberi pendidikan pada klien agar mampu mengatasi masalahnya sendiri.
6.Penasehat
Dengan komunikasi yang baik, keluarga akan berani meminta nasehat perawat dan perawat akan
memberi nasehat yang benar.
Daftar Pustaka
Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga(edisi kesatu). Jakarta: EGC.
Machfoedz, I., Suryani, E. (2008). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan(edisi kesatu).
Yogyakarta: Fitramaya.