Penkes

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

KELUARGA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keluarga adalah ibu dan bapak beserta anak-anaknya seisi
rumah.

1.      Definisi keluarga menurut para ahli :

a.       Bailon dan Maglaya (1997)

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungandarah,
perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

b.      Allender dan spradley (2001)

Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.

2.      Tipe keluarga

Menurut Friedman, Bowden & Jones  tahun 2003 dalam buku  ajar keperawatan dewasa
mengatakan bahwa agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.

a.       Tradisional

ü  The nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami,istri dan anak.

ü  The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
ü  Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang memisahkan diri.

ü  The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya
yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.

ü  The extended family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family
disertai paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan.

ü  The single-parent family

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui
proses perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan.

ü  Commuter family

Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal
dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga saat weekends atau
pada waktu-waktu tertentu.

ü  Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

ü  Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama.

ü  Blended family

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.

ü  The single adult living alone/single-adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(separasi).

b.      Non tradisional

ü  The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

ü  The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri.

ü  Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.

ü  The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan


ü  Gay and lesbian families

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana “marital partners”.

ü  Cohabiting family

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

ü  Group-maariage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa
saling ,enikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan
anaknya.

ü  Group network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.

ü  Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara,
pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
yang aslinya.

ü  Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal
yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

ü  Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan
keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.

3.      Fungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman, Bowden dan Jones (2003) dibagi menjadi lima, yaitu :

a.       Fungsi efektif dan koping :

Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk


identitas dan mempertahankan saat terjadi stres.

b.      Fungsi sosialisasi :

Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan mekanisme koping, memberikan
feed-back dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.

c.       Fungsi reproduksi :

Keluarga melahirkan anak.

d.      Fungsi ekonomi :

Keluarga memberikan financial untuk anggota keluarganya dan kepentingan dimasyarakat.

e.       Fungsi atau perawatan kesehatan :

Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.
B.     PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga keperawatan
karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan asuhan
keperawatan di mana saja ia bertugas, apakah itu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat (Effendy, 1998). Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk
membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk
mencapai kesehatan secara optimal (Notoatmodjo, 1993 [seperti] dikutip oleh Digilib USU, 2010).
Pendidikan kesehatan erat kaitannya dengan penyuluhan kesehatan dan berorientasi pada
perubahan perilaku seseorang. Pendidikan kesehatan tidak hanya bertujuan untuk membangun atau
mengembangkan kesadaran diri dengan berdasarkan pengetahuan kesehatan. Lebih dari itu,
pendidikan kesehatan bertujuan untuk membangun perilaku kesehatan individu dan masyarakat
(Asmadi, 2008).

Pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan faktor
perilaku (predisposisi, pendukung, dan pendorong) sehingga menimbulkan perilaku positif dari
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku, pendidikan kesehatan, dan status kesehatan
memiliki pola hubungan yang saling berpengaruh satu sama lain (Green, 1980 [seperti] dikutip oleh
Heri, 2007).

Tujuan

Suatu pendidikan kesehatan dalam keluarga secara umum memiliki tujuan untuk mengubah perilaku
individu dan masyarakat di bidang kesehatan. Menurut WHO (1954), tujuan pendidikan kesehatan
adalah untuk merubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku
sehat. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara
perilaku sehat dan mengupayakan derajat kesehatan yang optimal merupakan tujuan pokok penkes.
Secara lebih rinci tujuan pendidikan kesehatan disebutkan oleh azwar (1983) dalam suryani (2009)
menjadi tiga macam, yaitu:

a.       Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat. Dengan
demikian kader kesehatan mempunyai tanggung jawab di dalam penyuluhannya mengarahkan
kepada keadaan bahwa cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.

b.      Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun menciptakan
perilaku sehat di dalam kelompok. Itulah sebabnya dalam hal ini pelayanan kesehatan dasar (phc)
diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat, dalam hal bentuk yang nyata adalah pkmd, satu
contoh pkmd adalah posyandu. Seterusnya dalam kegiatan ini diharapkan adanya langkah-langkah
mencegah timbulnya penyakit.

c.       Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara
tepat. Ada kalanya masyarakat memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara berlebihan.
Sebaliknya sudah sakit belum pula menggunakan sarana kesehatan yang ada sebagaimana mestinya.

Pendidikan kesehatan juga memiliki aspek penting yang salah satu diantaranya adalah komunikasi.
Cara berkomunikasi yang digunakan dalam pendidikan kesehatan akan mempengaruhi hasil dalam
memberikan pendidikan kesehatan pada seseorang. Komunikasi kesehatan masyarakat telah
bergeser dari strategi yang sebagian demi sebagian (piecemeal strategies) ke proses yang
menyeluruh berdasarkan atas penelitian dan perencanaan yang berfokuskan pada konsumen
(Rasmuson, 1988 [seperti] dikutip oleh Machfoedz & Suryani, 2008). Tujuan komunikasi kesehatan
masyarakat adalah menumbuhkan perubahan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan dan
berpacu pada peningkatan derajat kesehatan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan kesehatan
menurut WHO.

Pendidikan kesehatan tidak dilakukan secara serta merta tanpa persiapan atau perencanaan khusus.
Perencanaan menjadi langkah awal penentu dalam sukses atau tidaknya sebuah program. Bagian
dari perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi aspek perilaku yang menyebabkan terjadinya
masalah kesehatan dan kemudian dilanjutkan dnegan pengambilan langkah-langkah lain yang harus
ditempuh sebagai bentuk pelaksanaan tindak lanjut dari perencanaan. Setelah melakukan
perencanaan dan pelaksanaan dalam pendidikan kesehatan, pemberi pendiidkan kesehatan perlu
mengadakan penilaian. Dengan adanya penilaian, maka kita akan dapat mengetahui hasil pekerjaan
kita, yang akan dapat melihat kekurangannya sejauh mana hasil kemajuan dari sistem pendidikan
kesehatan yang telah diterapkan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut (Machfoedz &
Suryani, 2008).

Sasaran

Secara umum pendidikan kesehatan memiliki tiga sasaran kelompok, yaitu pendidikan kesehatan
individual dengan sasaran individu, pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok dan
pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.

Meskipun berbeda, tujuan yang ingin dicapai dari ketiga sasaran itu serupa, berupa perubahan sikap
dan perilaku individu kelompok, atau pun masyarakat agar menjadi lebih baik.

Tahap-tahap pendidikan kesehatan


Pendidikan kesehatan yang baik harus dilakukan secara terstruktur agar tujuan dapat dicapai dengan
baik. Untuk itulah dibutuhkan langkah yang sistematis. Langkah yang dapat ditempuh dalam suatu
pedidikan kesehatan antara lain:

a.       Tahap sensitisasi

Tahap pertama berisi pemberian informasi mengenai masalah kesehatan, pengetahuan kesehatan,
serta fasilitas kesehatan yang ada. Namun demikian pada tahap ini belum merujuk pada perubahan
perilaku.

b.      Tahap publisistas

Melanjutkan tahap yang pertama dengan fokus pada publikasi layanan kesehatan.

c.       Tahap edukasi

Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap menjadi apa yang
diinginkan, metode yang sesuai dengan proses belajar dan mengajar.

d.      Tahap motivasi

Diharapkan pada tahap ini masyarakat dapat merubah perilaku dan melanjutkan hal tersebut.

PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM KELUARGA

               Pendidikan Kesehatan  keluarga berfokus pada fungsi keluarga yang sehat dalam perspektif
sistem keluarga dan memberikan pendekatan terutama pencegahan . Keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan untuk berfungsi secara sehat secara luas dikenal: keterampilan
komunikasi yang kuat, pengetahuan tentang perkembangan khas manusia, keterampilan membuat
keputusan yang baik, positif harga diri ,dan hubungan interpersonal yang sehat. Tujuan pendidikan
kehidupan keluarga adalah untuk mengajar dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan ini
untuk memungkinkan individu dan keluarga untuk berfungsi optimal .
Pendidikan kesehatan keluargamempertimbangkan isu-isu sosial termasuk ekonomi, pendidikan,
masalah kerja keluarga, orangtua, seksualitas, gender dan lainnya dalam konteks keluarga. Mereka
percaya bahwa masalah sosial seperti penyalahgunaan zat, kekerasan dalam rumah tangga,
pengangguran, hutang, dan kekerasan terhadap anak dapat lebih efektif ditangani dari perspektif
yang menganggap individu dan keluarga sebagai bagian dari sistem yang lebih besar. Pengetahuan
tentang fungsi keluarga yang sehat dapat diterapkan untuk mencegah atau meminimalkan banyak
masalah ini.

Tingkat pencegahan dalam keluarga

1.      Pencegahan primer

Pencegahan primer merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mencegah penyakit, ketidakmampuan
dan cedera. Pencegahan primer melibatkan peningkatan kesehatan melalui penyuluhan kesehatan
dengan penekanan pada pembentukan gaya hidup sehat guna meningkatkan tingkat fungsional
optimal (seperti nutrisi, latihan, tiur, rekreasi, relaksasi, tidak menggunakan alkohol, tembakau, dan
obat-obatan), pembentukan kepribadian yang sehat, konseling, dan pembentukan lingkungan sosial
yang sehat (Hitchcook, Stubert & Thomas, 1999). Pencegahan primer meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan keluarga.

Pencegahan primer berdampak dalam peningkatan promosi kesehatan di keluarga, peningkatan


kesehatan keluarga menyeluruh untuk setiap anggota keluarga. Promosi kesehatan di desain agar
dapat berkontribusi dalam pertumbuhan, perluasan atau menghasilkan yang terbaik bagi kesehatan.
promosi kesehatan hal yang positif, proses dinamis berfokus pada peningkatan kualitas hidup dan
perbaikan, bukan semata-mata menghindar dari penyakit (Pender, Carolyn & Mary, 2002).

2.      Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah aktivitas yang berhubungan dengan deteksi dini dan treatmen. Fokus
pencegahan ini adalah dengan melakukan skrining untuk mendeteksi penyakit pada fase awal.

3.      Pencegahan tersier
Pencegahan tersier merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mencegah penyakit tidak bertambah
parah (kronis) dan tidak menimbulkan ketidakmampuan pada individu. Pencegahan tersier dapat
dilakukan dengan melakukan rehabilitasi kepada individu yang meliputi rehabilitasi fisik, psikis, dan
spiritual (Hitchcook, Stubert & Thomas, 1999).

Tujuan keperawatan keluarga

Tujuan umum keperawatan keluarga adalah meningkatkan kesadaran, keinginan, dan kemampuan
keluarga dalam meningkatkan, mencegah, memelihara kesehatan mereka sampai pada tahap yang
optimal dan mampu melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif.

Tujuan khususnya adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan keluarga dalam
hal

1.      Mengidentifikasi masalah yang mereka hadapi

2.      Mengambil keputusan tentang siapa/kemana dan bagaiman pemecahan masalah

3.      Meningkatkan mutu kesehatan keluarga

4.      Mencegah terjadinya penyakit

5.      Melaksanakan usaha penyembuhan

6.      Melaksanakan usaha rehabilitasi penderita melalui asuhan keperawatan

7.      Membantu tenaga profesional dalam menanggulangi masalah

Peran, fungsi, dan kompetensi perawat keluarga


Peran adalah pola tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu jabatan atau
pelaksana satu pekerjaan yang pantas dilakukan oleh orang tersebut. Dalam meningkatkan
kemampuannya menyelesaikan masalah kesehatan, perawat dapat berperan dalam keperawatan
keluarga sebagai:

1.Pemantau kesehatan (health monitor).

Perawat membantu keluarga mengenali penyimpangan kesehatan dengan menganalisis data secara
objektif serta membuat keluarga sadar tentang masalah di keluarga.

2.Pemberi asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit.

3.Koordinator perawatan kesehatan keluarga.

4.Fasilitator

Perawat dapat meningkirkan rintangan yang menghambat perawatan kesehatan keluarga.

5.Pendidilk

Perawat harus mampu memberi pendidikan pada klien agar mampu mengatasi masalahnya sendiri.

6.Penasehat

Dengan komunikasi yang baik, keluarga akan berani meminta nasehat perawat dan perawat akan
memberi nasehat yang benar.

                                                  

Daftar Pustaka
Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga(edisi kesatu). Jakarta: EGC.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan(edisi kesatu). Jakarta: EGC.

Bastable, S. B. (1999). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran (edisi


kesatu). Jakarta: EGC.

Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat (edisi kesatu). Jakarta: EGC.

Machfoedz, I., Suryani, E. (2008). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan(edisi kesatu).
Yogyakarta: Fitramaya.

Maulana, H. D. J. (2007). Promosi Kesehatan(edisi kesatu). Jakarta: EGC. 

Anda mungkin juga menyukai