Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN
Dekrit yang dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959
mendapatkan sambutan dari masyarakat Republik Indonesia yang pada waktu itu
sangat menantikan kehidupan negara yang stabil. Namun kekuatan dekrit tersebut
bukan hanya berasal dari sambutan yang hangat dari sebagian besar rakyat Indonesia,
tetapi terletak dalam dukungan yang diberikan oleh unsur-unsur penting negara
lainnya, seperti Mahkamah Agung dan KSAD.1 Dengan dikeluarkannya Dekrit
Presiden, Kabinet Djuanda dibubarkan dan pada tanggal 9 Juli 1959, diganti dengan
1
Kabinet Kerja. Dalam kabinet tersebut Presiden Soekarno bertindak sebagai perdana
menteri, sedangkan Ir. Djuanda bertindak sebagai menteri pertama.
Di tahun 1962, perebutan Irian Barat secara militer oleh Indonesia mendapat
dukungan penuh dari kepemimpinan PKI, mereka juga mendukung penekanan
terhadap perlawanan penduduk adat.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui bagaimana pelaksanaan demokrasi terpimpin
1.3.2 Mengetahui peta kekuatan politik pada masa demokrasi terpimpin
1.3.3 Mengetahui proses pembebasan Irian Barat
1.3.4 Mengetahui bagaimana politik luar negeri Mercusuar dan Konfrontasi
dengan Malaysia
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Indonesia. Untuk itu ia ingin mengganti dengan suatu demokrasi yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia, yaitu Demokrasi Terpimpin.
Demokrasi Terpimpin sendiri merupakan suatu sistem pemerintahan yang
ditawarkan Presiden Soekarno pada Februari 1957. Demokrasi Terpimpin juga
merupakan suatu gagasan pembaruan kehidupan politik, kehidupan sosial dan
kehidupan ekonomi. Gagasan Presiden Soekarno ini dikenal sebagai Konsepsi
Presiden 1957. Pokok-pokok pemikiran yang terkandung dalam konsepsi
tersebut, pertama, dalam pembaruan struktur politik harus diberlakukan sistem
demokrasi terpimpin yang didukung oleh kekuatan-kekuatan yang mencerminkan
aspirasi masyarakat secara seimbang. Kedua, pembentukan kabinet gotong royong
berdasarkan imbangan kekuatan masyarakat yang terdiri atas wakil partai-partai
politik dan kekuatan golongan politik baru yang diberi nama oleh Presiden Soekarno
golongan fungsional atau golongan karya.
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden
Soekarno :
1. Dari segi keamanan nasional : Banyaknya gerakan separatis pada masa
demokrasi liberal, menyebabkan ketidakstabilan negara.
2. Dari segi perekonomian : Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa
demokrasi liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh
kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan
ekonomi tersendat.
3. Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.
Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno diawali
oleh anjuran Soekarno agar Undang-Undang yang digunakan untuk menggantikan
UUDS 1950 adalah UUD 1945. Namun usulan itu menimbulkan pro dan kontra di
kalangan anggota konstituante. Sebagai tindak lanjut usulannya, diadakan
pemungutan suara yang diikuti oleh seluruh anggota konstituante . Pemungutan suara
ini dilakukan dalam rangka mengatasi konflik yang timbul dari pro kontra akan
usulan Presiden Soekarno tersebut.
5
Hasil pemungutan suara menunjukan bahwa :
269 orang setuju untuk kembali ke UUD 1945
119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD 1945
Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD 1945 tidak dapat
direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota konstituante yang menyetujui
usulan tersebut tidak mencapai 2/3 bagian, seperti yang telah ditetapkan pada pasal
137 UUDS 1950.
Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah dekrit
yang disebut Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
1) Tidak berlaku kembali UUDS 1950
2) Berlakunya kembali UUD 1945
3) Dibubarkannya konstituante
4) Pembentukan MPRS dan DPAS
6
Demokrasi Terpimpin berlaku di Indonesia antara tahun 1959-1966, yaitu dari
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga Jatuhnya kekuasaan Sukarno.
Disebut Demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia saat itu mengandalkan
pada kepemimpinan Presiden Sukarno.Terpimpin pada saat pemerintahan Sukarno
adalah kepemimpinan pada satu tangan saja yaitu presiden.
Tugas Demokrasi terpimpin :
Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik negara yang tidak
setabil sebagai warisan masa Demokrasi Parlementer/Liberal menjadi lebih
mantap/stabil.
Demokrasi Terpimpin merupakan reaksi terhadap Demokrasi
Parlementer/Liberal. Hal ini disebabkan karena pada masa Demokrasi
parlementer, kekuasaan presiden hanya terbatas sebagai kepala negara.
Sedangkan kekuasaan Pemerintah dilaksanakan oleh partai.
Dampaknya:
Penataan kehidupan politik menyimpang dari tujuan awal, yaitu demokratisasi
(menciptakan stabilitas politik yang demokratis) menjadi sentralisasi (pemusatan
kekuasaan di tangan presiden).
7
Pelaksanaan demokrasi terpimpin dimulai dengan berlakunya Dekrit Presiden
5 Juli 1959.
A. Latar Belakang dikeluarkan Dekrit Presiden
8
3) Pembubaran Konstituante
9
Memberi kekeuasaan yang besar pada presiden, MPR,dan lembaga tinggi
negara. Hal itu terlihat pada masa Demokrasi terpimpin dan berlanjut sampai
Orde Baru.
Memberi peluang bagi militer untuk terjun dalam bidang politik. Sejak
Dekrit, militer terutama Angkatan Darat menjadi kekuatan politik yang
disegani. Hal itu semakin terlihat pada masa Orde Baru dan tetap terasa
sampai sekarang.
1) Kedudukan Presiden
Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Akan
tetapi, kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk kepada
Presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPRS. Hal tersebut
tampak dengan adanya tindakan presiden untuk mengangkat Ketua MPRS dirangkap
oleh Wakil Perdana Menteri III serta pengagkatan wakil ketua MPRS yang dipilih
dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI yang masing-masing
berkedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin departemen.
2) Pembentukan MPRS
Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2
Tahun 1959. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945 karena Berdasarkan
UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi negara harus
melalui pemilihan umum sehingga partai-partai yang terpilih oleh rakyat memiliki
anggota-anggota yang duduk di MPR.
Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh Presiden dengan syarat :
Setuju kembali kepada UUD 1945
10
Setia kepada perjuangan Republik Indonesia
Setuju pada manifesto Politik.
Keanggotaan MPRS terdiri dari 61 orang anggota DPR, 94 orang utusan
daerah, dan 200 orang wakil golongan. Tugas MPRS terbatas pada menetapkan
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
11
1959 yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” yang dikenal dengan
Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol) ditetapkan sebagai GBHN
berdasarkan Penpres No.1 tahun 1960. Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang
Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan
Kepribadian Indonesia). Sehingga lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.
12
dan bernegara yang berdampak pada terancamnya persatuan di Indonesia. Pada masa
demokrasi terpimpin pemerintah mengambil langkah untuk menyamakan pemahaman
mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menyampaikan ajaran
NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis). Tujuannya untuk menggalang
persatuan bangsa.
Bagi presiden NASAKOM merupakan cerminan paham berbagai golongan
dalam masyarakat. Presiden yakin bahwa dengan menerima dan melaksanakan
Nasakom maka persatuan Indonesia akan terwujud. Ajaran Nasakom mulai
disebarkan pada masyarakat. Dikeluarkan ajaran Nasakom sama saja dengan upaya
untuk memperkuat kedudukan Presiden sebab jika menolak Nasakom sama saja
dengan menolak presiden.
Kelompok yang kritis terhadap ajaran Nasakom adalah kalangan cendekiawan
dan ABRI. Upaya penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan
mengemukakan bahwa PKI merupakan barisan terdepan pembela NASAKOM.
Keterlibatan PKI tersebut menyebabkan ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran
kehidupan berbangsa dan bernegara serta mengeser kedudukan Pancasila dan UUD
1945 menjadi komunis. Selain itu PKI mengambil alih kedudukan dan kekuasaan
pemerintahan yang sah. PKI berhasil meyakinkan presiden bahwa Presiden Sukarno
tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI.
13
Dampak dari sosialisasi Resopim ini maka kedudukan lembaga-lembaga
tinggi dan tertinggi negara ditetapkan dibawah presiden. Hal ini terlihat dengan
adanya pemberian pangkat menteri kepada pimpinan lembaga tersebut, padahal
kedudukan menteri seharusnya sebagai pembantu presiden.
14
Antara tahun 1960-1965, kekuatan politik pada waktu itu terpusat di tangan
Presiden Soekarno. Presiden Soekarno memegang seluruh kekuasaan negara dengan
TNI AD dan PKI di sampingnya. TNI, yang sejak kabinet Djuanda diberlakukan
S.O.B. kemudian pemberontakan PRRI dan Permesta pada tahun 1958, mulai
memainkan peranan penting dalam bidang politik.
Dihidupkannya UUD 1945 merupakan usulan dari TNI dan didukung penuh
dalam pelaksanaannya. Menguatnya pengaruh TNI AD, membuat Presiden Soekarno
berusaha menekan pengaruh TNI AD, terutama Nasution dengan dua taktik, yaitu
Soekarno berusaha mendapat dukungan partai-partai politik yang berpusat di Jawa
terutama PKI dan merangkul angkatan-angkatan bersenjata lainnya terutama
angkatan udara.
Kekuatan politik baru lainnya adalah PKI. PKI sebagai partai yang bangkit
kembali pada tahun 1952 dari puing-puing pemberontakan Madiun 1948. PKI
kemudian muncul menjadi kekuatan baru pada pemilihan umum 1955. Dengan
menerima Penetapan Presiden No. 7 1959, partai ini mendapat tempat dalam
konstelasi politik baru. Kemudian dengan menyokong gagasan Nasakom dari
Presiden Soekarno, PKI dapat memperkuat kedudukannya. Sejak saat itu PKI
berusaha menyaingi TNI dengan memanfaatkan dukungan yang diberikan oleh
Soekarno untuk menekan pengaruh TNI AD.
15
Kekuatan politik baru lainnya adalah PKI. PKI sebagai partai yang bangkit
kembali pada tahun 1952 . PKI kemudian muncul menjadi kekuatan baru pada
pemilihan umum 1955. Dengan menerima Penetapan Presiden No. 7 1959, partai ini
mendapat tempat dalam konstelasi politik baru. PKI dapat memperkuat
kedudukannya. Sejak saat itu PKI berusaha menyaingi TNI dengan memanfaatkan
dukungan yang diberikan oleh Soekarno untuk menekan pengaruh TNI AD. PKI
berusaha untuk mendapatkan citra yang positif di depan Presiden Soekarno. PKI
menerapkan strategi “menempel” pada Presiden Soekarno.
16
AD ini tidak disetujui oleh Presiden Soekarno dan memerintahkan segala keputusan
dicabut kembali. Presiden Soekarno melarang Peperda mengambil tindakan politis
terhadap PKI.
Pada akhir tahun 1964, PKI disudutkan dengan berita ditemukannya dokumen
rahasia milik PKI tentang Resume Program Kegiatan PKI Dewasa ini. Dokumen
tersebut menyebutkan bahwa PKI akan melancarkan perebutan kekuasaan. Namun
pimpinan PKI, Aidit, menyangkal dengan berbagai cara dan menyebutnya sebagai
dokumen palsu.
17
demokrasi terpimpin, kekuatan politik pada masa demokrasi terpimpin, pendukung
soekarno pd d terpimoin, peta kekuatan masa demokrasi terpimpin dan orde baru
adalah, peta kekuatan politik nasional masa demokrasi terpimpin, tige kekuatan
politik pada era demokrasi terpimpin
Pembebasan Irian Barat merupakan salah isu kedaulatan terbesar pada awal
masa kemerdekaan Republik Indonesia. Konflik ini muncul ketika Belanda tidak
bersedia untuk menyerahkan Irian Barat ke dalam bagian NKRI, dan memilih untuk
menjadikan wilayah itu sebagai negara boneka. Konflik perebutan wilayah ini
menguras banyak energi tokoh-tokoh NKRI untuk tetap menjaga kesatuan
wilayahnya. Untuk mempertahankan Irian Barat, mereka berjuang melalui berbagai
jalur mulai dari diplomasi hingga militer.
Pada awalnya, Irian Barat merupakan wilayah jajahan Belanda dan bagian
dari kesatuan dari pulau-pulau lain di Indonesia dalam Hindia Belanda. Namun,
ketika penyerahan kemerdekaan kepada RI, Irian Barat belum disertakan di
dalamnya. Hal ini menyebabkan kepemilikan wilayah itu menjadi permasalahan
antara RI dan Belanda, sehingga munculah upaya pembebasan Irian Barat dari tahu
1945-1963.
18
sampai Merauke. Oleh karena itu, ketika Indonesia merdeka maka Irian Barat sudah
seharusnya ikut merdeka. Namun, Belanda tidak mau mengakui kemerdekaan
Indonesia, tetapi justru melakukan agresi ke NKRI, sehingga berkobarlah perang
kemerdekaan (1945-1949). Akibat perjuangan Indonesia dan dukungan forum
internasional, Belanda akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia melalui
Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949.
Setelah setahun, Irian masih tetap dikuasai oleh Belanda, dan usaha-usaha
secara bilateral telah mengalami kegagalan, maka Pemerintah Indonesia sejak tahun
1954 membawa permasalah Irian ke dalam sidang Majelis Umum PBB. Persoalan
Irian berulang kali dimasukkan ke dalam acara sidang Majelis Umum PBB, tetapi
tidak pernah berhasil memperoleh tanggapan positif.
Pada sidang Majelis Umum tahun 1957, Menteri Luar Negeri Indonesia,
Roeslan Abdulgani, menyatakan dalam pidatonya, ketika ikut dalam perdebatan
bahwa Indonesia akan menempuh jalan lain yang tidak akan sampai kepada perang
untuk menyelesaikan sengketa Irian dengan Belanda, jika sidang ke-12 PBB tidak
berhasil menyetujui resolusi Irian Barat.
19
Sayangnya, pidato dari menteri luar negeri tidak dapat merubah pendirian
negara-negara pendukung Belanda, sehingga resolusi yang disponsori 21 negara
termasuk Indonesia tidak dapat dimenangkan karena tidak mencapai 2/3 suara.
Negara-negara Barat masih kokoh mendukung posisi Belanda, malah sikap itu
bertambah kuat dengan adanya Perang Dingin antara Blok Timur dan Barat. Dengan
demikian pihak Belanda tetap tidak mau menyerahkan Irian Barat, bahkan mereka
tidak mempunyai keinginan untuk membicarakannya lagi.
Setelah jalan damai yang ditempuh selama satu dasawarsa belum berhasil
membebaskan Irian Barat, maka Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menempuh
jalan lain. Dalam rangka itu, pada tahun 1957 dilancarkan aksi-aksi pembebasan Irian
di seluruh tanah air, yang dimulai dengan pengambil-alihan perusahaan Belanda di
Indonesia oleh kaum buruh dan karyawan. Untuk mencegah anarki dan menampung
aspirasi rakyat banyak, maka Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Nasution
memutuskan untuk mengambil alih semua perusahaan milik Belanda dan
menyerahkannya kepada pemerintah.
20
Kemudian, dalam sidang Majelis Umum PBB tahun 1961 kembali masalah
Irian diperdebatkan.Sekretaris Jenderal PBB, U Thant menganjurkan kepada salah
seorang diplomat Amerika Serikat, Ellsworth Bunker untuk mengajukan usulan
penyelesaian masalah Irian. Inti dari usulan Bunker secara singkat adalah “agar pihak
Belanda menyerahkan kedaulatan Irian Barat kepada Republik Indonesia. Penyerahan
itu dilakukan melalui PBB dalam waktu dua tahun.”
Dalam rangka persiapan militer untuk merebut irian melalui jalur konfrontasi,
Pemerintah Indonesia mencari bantuan senjata ke luar negeri. Pada awalnya senjata
diharapkan diperoleh dari negara-negara Blok Barat, khususnya Amerika, tetapi tidak
berhasil. Kemudian usaha pembelian senjata dialihkan ke Uni Soviet,
21
Di pihak lain, Belanda mulai menyadari apabila Irian Barat tidak segera
diserahkan kepada Indonesia, maka lawannya akan berusaha membebaskan Irian
dengan kekuatan militer. Belanda tidak tinggal diam melihat persiapan-persiapan
yang dilakukan oleh Indonesia. Awalnya mereka mengajukan protes kepada PBB
dengan menuduh Indonesia melakukan agresi. Selanjutnya Belanda memperkuat
kedudukannya di Irian dengan mendatangkan bantuan dan mengirimkan kapal
perangnya ke perairan Irian di antaranya kapal induk Karel Doorman.
22
memberi bantuan kepada Indonesia dan Belanda. Sehingga, pada tanggal 15 Agustus
1962, ditandatangani suatu perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan
Pemerintah Belanda di New york.
23
Desember 1961 di Yogyakarta, selanjutnya diadakan rapat Dewan Pertahanan
Nasional dan Gabungan Kepala Staf serta Komando Tertinggi Pembebasan Irian
Barat yang memutuskan untuk membentuk:
1. Provinsi Irian Barat gaya baru dengan putra Irian sebagai gubernurnya.
2. Komando Mandala yang langsung memimpin kesatuan-kesatuan Abri
dalam tugas merebut Irian Barat.
Pembentukan Provinsi Irian Barat diputuskan melalui penetapan presinden
No. 1/1962 dengan ibukota baru Jayapura (pada masa Belanda dinamai Hollandia).
Sesuai dengan Trikora kesiapan di semua bidang diperkuat. Sistem gabungan kepala
staf dan pimpinan angkatan bersenjata berdiri langsung di bawah Panglima Tertinggi.
Angkatan Udara RI pada tanggal 10 Januari 1962 meresmikan pembentukan
Komando Regional Udara I-IV.
Pada bulan Januari di tahun yang sama, juga ditetapkan susunan Komando
Tertinggi Pembebasan Irian Barat sebagai berikut:
24
3. Wakil Panglima II: Letkol Udara Leo Wattimena
4. Kepala Staf Umum,: Kolonel Ahmad Tahir
Pada tanggal 15 januari 1962, terjadi peristiwa tragis yakni pertempuran Laut
Aru. Dalam pertempuran yang tidak seimbang antara MTB ALRI melawan kapal
perusak dan fregat belanda, gugur Deputi Kasal, Komodor Yos Sudarso.
25
E. Klimaks Pembebasan Irian Barat
26
kerjasama bidang militer dan diplomasi. Diplomasi tanpa adanya dukungan militer
akan sia-sia, seperti yang telah dialami sebelum keluarnya Trikora.
Operasi terakhir yang dilaksanakan adalah operasi Wisnu Murti yakni operasi
menghadapi penyerahan Irian Barat kepada pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Mei
1963. Dengan demikian, pada tanggal 1 Mei 1963 tugas Komando Mandala telah
selesai dan komando tersebut secara resmi dibubarkan.
27
1. Gedung CONEFO
Gelora Bung Karno atau yang dahulu disebut Gelora Senayan ini
menjadi tempat dilaksanakannya GANEFO. Jika anda pikir bahwa Gelora
Bung Karno ini bangunan yang besar, tentu anda juga pasti berpikir berapa
lama waktu dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Pasti benar-benar lama.
Tidak pada kenyataanya. Gelora Bung Karno dibangun dalam jangka waktu
2,5 tahun. Bukan dengan jin atau semacamnya. Tetapi fakta mengatakan
bahwa Rusia pernah mengirimkan arsiteknya ke Indonesia, entah untuk
pembangunan Gelora Bung Karno atau yang lainnya.
3. Hotel Indonesia
4. Bendungan Jatiluhur
28
Bendungan terbesar di Indonesia ini dikatakan sebagai salah satu dari
sekian rencana pembangunan dari Proyek Mercusuar. Di Bendungan terdapat
pembangkit listrik yang berperan sebagai salah satu pemasok listrik terbesar
di bawah pengelolaan PT. PLN. Dengan daya tampung 12,9 milyar m3.
5. Masjid Istiqlal
6. Jembatan Semanggi
Patung setinggi 7 meter ini berdiri menghadap timur atau arah Bandar
Udara Kemayoran yang kini landasan pacunya adalah jalan raya untuk masuk
ke Jakarta International Expo (J.I. Expo) tempat diadakannya Jakarta Fair.
Tujuan dibangun patung ini adalah untuk menyambut tamu yang datang dari
arah Bandar Udara Kemayoran, terutama tamu negara GANEFO.
29
2.5.2 Konfrontasi dengan Malaysia
30
pimpinan pemerintahan tersebut, Sekretaris Jenderal PBB membetuk tim penyelidik
yang dipimpin oleh Lawrence Michelmore. Tim tersebut memulai tugasnya di
Malaysia pada tanggal 14 September 1963. Namun sebelum misi PBB menyelesaikan
tugasnya dan melaporkan hasil kerjanya, Federasi Malaysia diproklamasikan pada
tanggal 16 September 1963. Oleh karena itu, pemerintah RI menganggap proklamasi
tersebut sebagai pelecehan atas martabat PBB dan pelangggaran Komunike Bersama
Manila, yang secara jelas menyatakan bahwa penyelidikan kehendak rakyat Sabah
dan Serawak harus terlebih dahulu dilaksanakan sebelum Federasi Malaysia
diproklamasikan.
Presiden Soekarno tidak dapat menerima tindakan yang dilakukan oleh PM
Tengku Abdul Rahman karena menganggap referendum tidak dijalankan secara
semestinya. Hal itu merupakan suatu perwujudan dari “act of bad faith” dari Tengku
Abdul Rahman. Aksi-aksi demonstrasi menentang terjadi di Jakarta yang dibalas pula
dengan aksi-aksi demontrasi besar terhadap kedutaan RI di Kuala Lumpur, sehingga
pada tanggal 17 September 1963, hubungan diplomatik Indonesia Malaysia
diputuskan. Pemerintah RI pada tanggal 21 September memutuskan pula hubungan
ekonomi dengan Malaya, Singapura, Serawak dan Sabah. Pada akhir tahun 1963
pemerintah RI menyatakan dukungannya terhadap perjuangan rakyat Kalimantan
Utara dalam melawan Neokolonilisme Inggris.
Konflik di Asia Tenggara ini menarik perhatian beberapa negara dan
menghendaki penyelesaian pertikaian secara damai. Pemerintah Amerika Serikat,
Jepang dan Thailand berusaha melakukan mediasi menyelesaikan masalah ini.
Namun masalah pokok yang menyebabkan sengketa dan memburuknya hubungan
ketiga negara tersebut tetap tidak terpecahkan, karena PM Federasi Malaysia, Tengku
Abdul Rahman tidak menghadiri forum pertemuan tiga negara. Upaya lainnya adalah
melakukan pertemuan menteri-menteri luar negeri Indonesia, Malaysia dan Filipina
di Bangkok. Namun pertemuan Bangkok yang dilakukan sampai dua kali tidak
menghasilkan satu keputusan yang positif, sehingga diplomasi mengalami kemacetan.
Ditengah kemacetan diplomasi itu pada 3 Mei 1964 Presiden Soekarno mengucapkan
Dwi Komando Rakyat (Dwi Kora) di hadapan apel besar sukarelawan.
31
“Kami perintahkan kepada dua puluh satu juta sukarelawan Indonesia yang
telah mencatatkan diri: perhebat ketahanan revolusi Indonesia dan bantuan
perjuangan revolusioner rakyat-rakyat Manila, Singapura, Sabah, Serawak dan
Brunai untuk membubarkan negara boneka Malaysia”. (Taufik Abdullah dan AB
Lapian, 2012)
Untuk menjalankan konfrontasi Dwikora, Presiden Soekarno membentuk
Komando Siaga dengan Marsekal Madya Oemar Dani sebagai
Panglimanya.Walaupun pemerintah Indonesia telah memutuskan melakukan
konfrontasi secara total, namun upaya penyelesaian diplomasi terus dilakukan.
Presiden RI menghadiri pertemuan puncak di Tokyo pada tanggal 20 Juni 1964.
Ditengah berlangsungnya Konfrontasi Indonesia Malaysia, Malaysia dicalonkan
menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Kondisi ini mendorong
pemerintah Indonesia mengambil sikap menolak pencalonan Malaysia sebagai
anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Sikap Indonesia ini langsung
disampaikan Presiden Soekarno pada pidatonya tanggal 31 Desember 1964. Presiden
Seokarno menegaskan bahwa :
“Oleh karenanya, jikalau PBB sekarang, PBB yang belum diubah, yang tidak
lagi mencerminkan keadaan sekarang, jikalau PBB menerima Malaysia menjadi
anggota Dewan Keamanan, kita, Indonesia, akan keluar, kita akan meninggalkan
PBB sekarang”. (Taufik Abdullah dan AB Lapian, 2012)
Dari pidato tersebut terlihat bahwa keluarnya Indonesia dari PBB adalah
karena masuknya Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Ketika tanggal 7 Januari 1965 Malaysia dinyatakan diterima sebagai anggota tidak
tetap Dewan Keamanan PBB, dengan spontan Presiden Sokearno menyatakan
“Indonesia keluar dari PBB”.Walaupun Indonesia sudah keluar dari PBB, sasaran-
sasaran yang ingin dicapai oleh pemerintah Indonesia terkait sengketa Indonesia
Malaysia dan perombakan PBB tetap tidak tercapai. Karena dengan keluarnya
Indonesai dari PBB, Indonesia kehilangan satu forum yang dapat digunakan untuk
mencapai penyelesaian persengketaan dengan Malaysia secara damai.
32
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
33
Saran
Penulis berharap makalah ini bukan hanya untuk menjadi bacaan, namun
kajian yang terkandung di dalamnya terutama yang sesuai dengan UUD 1945, dapat
diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Walaupun bangsa ini telah
merdeka, nyatanya masih banyak rakyat yang tidak merasakan hasil dari
kemerdekaan itu. Oleh karena itu, sebagai warga negara yang baik kita perlu
menanamkan sikap demokratis.
34
DAFTAR PUSTAKA
https://artikelmakalahbaru.wordpress.com/2018/02/03/makalah-lengkap-dinamika-
politik-masa-demokrasi-terpimpin/
http://rusdiaswaj.blogspot.com/2014/04/makalah-sejarah-demokrasi-terpimppin-
ma.html
https://readyygo.blogspot.com/2016/10/dinamika-politik-masa-demokrasi.html
https://satriaputra507.wordpress.com/2016/10/21/first-blog-post/
http://blogkuapadanya.blogspot.com/2013/06/makalah-masa-sistem-demokrasi-
terpimpin.html
https://www.velajaran.com/peta-kekuatan-politik-nasional-masa/
http://wawasansejarah.com/pembebasan-irian-barat/
http://galunekageminipakusadewo.blogspot.com/2010/11/politik-mercusuar.html
https://pengertianmenurutparaahli.org/pengertian-politik-mercusuar/
http://www.siswasekolah.com/page/477313.html
http://sarangopini.blogspot.com/2011/01/proyek-mercusuar-soekarno.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1959%E2%80%931965)
https://qudsfata.com/demokrasi-terpimpin/
35
LAMPIRAN
36
Masjid Istiqlal
Hotel Indonesia
Jembatan Semanggi
Bendungan Jatiluhur
37