Kimia Dasar

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH KIMIA DASAR

PEMBUATAN LARUTAN DALAM KONSENTRASI MOLARITAS,


NORMALITAS DAN PPM

Oleh:

Ni Kadek Dita Astya Putri (1909482010032)

Ni Komang Ayu Bintang Sutrisnawati (1909482010033)

I Putu Bagus Artha Wiguna (1909482010034)

Ni Putu Leona Yorita Dewi (1909482010035)

Ni Luh Putu Febryna Dharma Yanti (1909482010036)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kimia Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat
yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut dengan zat terlarut atau solut, sedangkan
zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut dengan pelarut atau
solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut dengan
pelarutan atau solvasi. Contoh larutan yang pada umumnya dijumpai adalah padatan yang
dilarutkan dalam cairan, seperti garam dan gula yang dilarutkan di dalam air. Konsentrasi larutan
juga menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan.
Konsentrasi pada umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut.
Contoh dari beberapa satuan konsentrasi adalah molaritas, normalitas, dan bagian bagian per juta
(part per million/ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan
sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).

1.2 Tujuan

o Mampu membuat larutan dengan berbagai konsentrasi.


o Mampu membuat larutan dengan pengenceran berbagai konsentrasi.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Teori

Campuran zat-zat yang homogeny disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau
serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih
dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, seadangkan pelarut
adalah komponen yang terdapat dalam jumlah yang banyak (Achmad, 1996).

Jika dua zat yang berbeda dimasukkan dalam suatu wadah ada tiga kemungkinan, yaitu
bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur. Jika bereaksi akan menghasilkan zat baru yang
sifatnya berbeda dari zat semula. Dua zat dapat bercampur bila ada interaksi antara partikelnya.
Interaksi itu ditentukan oleh wujud dan sifat zatnya. Oleh sebab itu, campuran dapat dibagi atas
gas – gas, gas – padat, cair – cair, cair – padat, dan padat – padat (Syukri, 1999)

Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang terjadi ada 3
kemungkinan, yaitu campuran kasar, disperse kolid, dan larutan sejati. Dua jenis campuran yang
pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan seacara mekanis. Sedang larutan yang bersifat
homogeny dan tidak dapat dipisahkan secara mekanis. Atas dasar ini campuran larutan
didefinisikan sebagai campuran homogeny antara dua zat atau lebih. Keadaan Fisika larutan
dapat berupa gas, cair, atau padat dengan perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang luas
(Sukardjo, 1997)

Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat yang
dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut (solute). Larutan
yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakai larutan dalam air. Larutan yang mengandung
zat terlarut dalam jumlah yang banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit,
larutan dinamakan cairan dengan cairan, padatan atau gas sebagai zat yang terlarut. Larutan
dapat berupa padat dan gas, karena molekul-molekul gas berpisah jauh, molekul-molekul dalam
campuran gas berbaur secara acak, semua gas ada; larutan, contoh terbaik larutan adalah udara
(Karyadi, 1994)
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi.
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut,
dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume (berat , mol)
tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu molaritas,
normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).

 Konsentrasi dalam Molaritas


Molaritas dari solute adalah jumlah mol solute perliter larutan dan biasanya dinyatakan dengan
huruf besar M. larutan 6,0 molar HCl ditulis 6,0 M, berarti bahwa larutan dibuat dengan
menambahkan 6,0 mol HCl pada air yang cukup dan kemudian volume larutan dibuat menjadi
satu liter.
Molaritas ialah jumlah mol terlarut setiap liter larutan. Atau bisa diungkapkan dengan
menggunakan rumus:

Dimana n menunjukan tentang jumlah mol zat terlarut (ingat ya zat terlarut) dan V menunjukan
tentang volume larutan dalam liter (jangan lupa larutan dalam liter). Nah apabila yang
diketahuinya bukan mol tapi melainkan gram zat terlarut, rumus tadi dapat juga diungkapkan
dengan:

 Konsentrasi dalam Normalitas


Normalitas dari suatu solute adalah jumlah gram ekuivalen solute per liter larutan.  Biasanya
ditulis dengan huruf besar N. Tulisan 0,25 N KMnO4 dibaca 0,25 normal, dan menyatakan
larutan yang mengandung 0,25 gram ekuifalen dari kalium permanganat per liter larutan.
Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Untuk asam, 1 mol
ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+. Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1
mol ion OH-.

Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan:

N = M x valensi

atuan dari normalitas ialah normal ( N ) yang sama dengan mol ekivalen/liter. Rumus dari
normalitas larutan ialah sebagai berikut :

ek ialah mol ekivalen yakni jumlah mol yang di kali dengan jumlah ion H+ atau ion OH–

 Konsentrasi dalam PPM (Part Per Million)


Untuk yang ini biasanya digunakan pada larutan yang sangat enver dengan satuan PPM. Satuan
PPM ekuivalen dengan 1 mg zat terlarut dalam 1 liter larutan

PPM merupakan satuan yang mirip seperti persen berat. Jika persen berat, gram zat terlarut per
100 gram larutan, maka PPM gram teralrut per satu juta gram larutan

2.2 Contoh Soal


Molaritas
1. Hitunglah molaritas 20 mg NaOH yang larut dalam 100 mL? (Ar Na : 23, O : 16, H : 1)
Pembahasan
Molaritas = 0, 02/40 x 1000/0,1
Molaritas = 5M
2. Berapa massa H2SO4 yang diperlukan untuk membuat 500 mL dengan konsentrasi 1,5M?
(Ar H : 1, S : 32, O : 16)
Pembahasan
1,5 = g/98 x 1000/0,5
73,5 = g x 1000
g = 0, 0735 g = 73,5 mg
Normalitas
1. Sebanyak 5 gram NaOH dilarutkan dalam 20mL air sehingga didapatkan larutan natrium
hidroksida. Tentukan normalitas dari natrium hidroksida tersebut!
Pembahasan :

Pada reaksi ini, 2 mol ion H+ terlibat dalam asam sulfat H2SO4 sehingga dapat
ditentukan bahwa asam sulfat memiliki jumlah 2 ekivalen yang bereaksi dengan
NaOH untuk membentuk natrium sulfat dan air.

N=Mxe

N=1x2

N = 2N

2. Tentukan normalitas dari 1.0 M H2SO4 dalam reaksi berikut

H2SO4 + 2 NaOH  Na2SO4 + 2H2O

Pembahasan :

NaOH memiliki satu ion hidroksida (OH–) sehingga memiliki jumlah 1 ekivalen

Massa molekul relatif dari NaOH yaitu 40 g/mol

N = massa x e / Mr x V

N = 5 x 1 / 40 x 0.02

N = 6.25 N

Ppm (Part Per Million)


1. Limbah penyamakan kulit mengandung 0,25 gram krom dalam 10 L larutannya. Berapa
ppm kah krom dalam larutan tersebut ?
Pembahasan :
Massa krom = 0,25 gram = 250 mg
ppm krom = 250 mg/10 L = 25 ppm

2. Berapa konsentrasi (ppm) selenium jika 1,3 miligram ditemukan dalam 2500 kg tanah ?
Pembahasan
Massa selenium = 1,3 mg
ppm krom = 1,3 mg/250 kg = 0,00052 ppm

Anda mungkin juga menyukai