Makalah Akidah Akhlak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKIDAH AKHLAK SEBAGAI BAGIAN DARI PENELITIAN AGAMA


ISLAM DI SD/MI
Pendidikam Agama Islam Dan Pendidikan Islam
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Aqidah Akhlak MI
Dosen Pembimbing: Siti Aminah, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 1:


Nama :Na‟ila Safira Khairunnisa‟
NIM :T20184058
Prodi-Kelas : PGMI-D2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
SEPTEMBER 2020
PEMBAHASAN

Definisi pendidikan dan pendidikan islam ajaran pertama dalam islam adalah
ketika jibril datang menemui Nabi Muhammad yang ada di gua Hira. Dalam
pengajarannya Jibril bertanya kepada Nabi. Membaca dan mengikuti apa yang
dibacakan kepadanya. Surah al-Alaq ayat 1 sampai 5 adalah bukti bahwa kemunculan
islam ditandai dengan pengajaran dan pendidikan sebagai fondasi utama setelah iman,
islam dan ihsan.

Terdapat pada maksa ayat Al qur‟an “Bacalah dengan (menyebut) nama


Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia yang baik diketahui.”

Dari ayat al-qur‟an diatas setidaknya ada empat poin, yaitu pertama, manusia
sebagai subjek dalalm membaca, memperhatikan, merenungkan, menelliti dengan
prinsip niat baik ditandai dengan menyebut nama Tuhan. Kedua objek yang dibaca,
diperhatikkan, dan direnungkan, yaitu materi dan proses penciptaan menjadi manusia
yang sempurna. Ketiga, media dalam melakukan aktivitas membaca dan lainnya. Dan
keempat, motivasi dan potensi yang dimiliki manusia, “rasa ingin tahu”.

Pengertian ayat diatas jika dikaitkan dengan faktor-faktor yang berkaitan


dengan proses pendidikan dalam arti mikro, yaitu: pendidik, siswa, dan alat
[pendidikan, aik material maupun nonbahan. Pendidikan adalah proses
berkesinambungan dalam kehidupan manusia mulai usia 0 (nol) hingga manusia
sempurna (dewasa). Bahkan Muhammad abd. Allim mengatakan bahwa pendidikan
dimulai dari ketika memilih perempuan sebagai isteri.

Islam sangat memperhatikan pendidikan, terutama proses individu dalam


kehidupan. Dan mereka yang berperan dalam membiina kepribadian dan pendidikan
anak-anak adalah orang tua, masyarakat dan sekolah. Pendidikan sebagai upaya
membina dan mengembangkakn pribadi manusia aspek spiritual dan fisik, juga harus
berlangsung secara bertahap. Karena tidak ada ciptaan Tuhan yang secara langsung
diciptakan dengan sempurna tanpa melalui proses. Kematangan dan kesempurnaan
yang diharapkan bertitik tolak pada pengoptimalann kemampuannya dan potensinya.
Tujuan yang diharapkan tersebut mencakup dimensi vertical sebagai hamba tuhan
dan dimensi horizontal sebagai makhluk individual dan sosial. Hal ini dimaknai
bahwa tuuan pendidikakn dalam pengoptimalan kemampuan atau potensi manusia
terdapat keseimbangan dan keserasian hidup dalam berbagai dimensi.

Demikian pula yang diharapkan oleh pendidika agama islam, Muhaimin


berpendapat bahwa pendidikan agama islam bermakna upaya mendidikan agama
islam atau ajaran islaam dan nilai-nilainya agar menjadi pandangan dan sikap hidup
seseorang. Dari aktivitas mendidikan agama islam itu bertujuan untuk membantu
seseorang atau sekolompok anak didik dalam menanamkan dan
menumbuhkembangkan ajaran islam dan nilai-nilainya untuk menjadikan sebagai
pandanngan hidupnya.

Sementara itu Harun Nasution yang dikutip oleh syahidin mengatakan tujuan
pendidikan agama islam (secara khusus disekolah umum) adalah untuk membentuk
manusia takwa, yaitu manusia yang patuh kepada allah dalam menjalankan ibadah
dengan menekankan pembinaan kepribadian muslim, yakni pembinaan akhlakul
karimah, meski mata pembelajaran agama tidak diganti mata peljaran akhlak dan
etika.

Dalam trem yang serupa (menurut penulis) dengan pendidikan agama islam
adalah pendidkan islam. Al-syaibani mengartikan sebgai “usaha pendidikan untuk
mencapainya, baik pada tingkah laku individu dan pada kehidupan pribadinya atau
pada kehidupan masyarakat dan pada kehidupan alam sekitar. Sedangkan Al-nahlawi
memberikan pengertian pendidikan islam adalah “sebagai pengaturan pribadi dan
masyarakat” sehingga dapat memeluk islam secara logis dan sesuai secara
keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun masyarakat (koleksi)”.

Hal yang disampaikan Muhammad Fadhil Aljamaly mendefinisikan


pendidikan islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajar peserta
didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan
yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik
yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dnegan potensi akal, perasaan, maupun
perbuatannya.

dari uraian diatas dapat disimpulkan pendidikakan agama islam yang sesuai
dengan tuntutan Nabi Muhammad SAW sebagai mana tercantum dalam al-qur‟an san
Hadist serrta pendidikan islam yang berkaitan dengan pengamalan dari nilai-nilai
agama islam yaitu rukun iman dan rukun islam secara keseluruhan.

Pendidikan dan pendidikan agama islam ikhtisar konten materi, konten atau
materi tidak dapat dipisahkan dari konsep kurikulum. Muhaimin melihat makna yang
terkandung dalam definisi kkurikulum dalam sistem oendidikan nasional adalah
bahwa ada dua pemahaman berbeda dalam melihat makna kurikulum, pertama,
kurikulum yang menekankan pada aspek konten, dimana masyarakat dianggap statis,
pendidik. Kedua, kurikulum yang menekankan proses dan pengalaman yang tentunya
melibatkan siswa. Sehingga tidak ada asumsi bahwa tidak ada kurikullum standar,
hanya ada kurikulum minimal dalalm implementasinya dikembangkan bersama
siswa.

Menurut Ashan, yang dikutip oleh E. Mulyasa, menyatakan: Tiga hal perlu
dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, yaitu
penentuan kompetensi yang ingin dicapai, pengembangan strategi untuk mencapai
kompetensi, dan evaluasi. Kompetensi yang ingin dicapai adalah pernyataan yang
ingin didapatkan siswa, menggambarkan hasil belajar pada aspek pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap. Strategi untuk mencapai kompetensi adalah upaya
untuk membantu siswa menguasai kompetensi yang ditetapkan, misalnya: membaca,
menulis, mendengarkan, menciptakan, dan mengamati, hingga kompetensi terbentuk.
Sedangkan evaluasi adalah kegiatan penilaian terhadap pencapaian kompetensi untuk
setiap siswa.

Inti dari pembahasan kurikulum di atas adalah tentang pengetahuan yang


didapat, penerapan pengetahuan itu dan aspek nilai. Semua aspek ini jika dilihat dari
pandangan pendidikan agama Islam saling mendukung dan tidak bertentangan di
mana kurikulum pendidikan nasional bertujuan untuk menumbuhkan iman dan
pengabdian kepada Allah SWT, menumbuhkan penalaran yang baik (mau belajar,
ingin tahu, kreatif dan bertanggung jawab) Dalam pendidikan agama Islam ada tiga
mata pelajaran utama, yaitu aqidah, ibadah dan moral. Sedangkan dalam bahasa
pendidikan Islam, ketiga istilah tersebut dijelaskan dalam hal pengantar kepada Allah
SWT, potensi dan fungsi manusia, dan akhlak.

Berikut ini adalah penjelasan dari istilah dalam pendidikan Islam yang mirip
dengan pendidikan agama Islam, sebagai berikut:

1. Pengenalan terhadap Allah SWT


Allah SWT. sebagai pencipta alam semesta. Pencipta yang tidak
terlihat oleh mata telanjang. Namun, manusia telah diberkati dengan
"rasa" yang mampu membimbing manusia untuk mencari Pencipta
Yang Maha Kuasa (rasa iman). Ini bisa diamati, salah satunya adalah
pertumbuhan anak. Artinya, sejak dalam kandungan, janin sudah
mengenal sumber kehidupan dalam aspek biologisnya, dalam hal ini
adalah sang ibu. Dia janin tidak bisa lepas dari lengan dan belaian ibu.
Ini berlanjut hingga ia dilahirkan (bayi) dapat mendengar dan melihat
dilahirkan ke dunia sebagai hamba Tuhan dengan tugas utamanya
sesuai dengan tuntunan AlQur'an, yaitu sebagai khalifah di bumi.
Demikian juga hubungannya dengan Pencipta Yang Maha Kuasa,
yang dalam istilah Islam adalah 'kecenderungan agama' atau fitrah.
Al-Syaibany mengatakan bahwa perasaan religius ini adalah naluri
yang disatukan ketika manusia dilahirkan. Pada saat yang sama ini
juga membayangkan kebutuhan dasar manusia untuk mencapai
kedamaian dan kebahagiaan. Nilai-nilai inilah yang dididikan kepada
anak didik sebagai materi Pendidikan agama Islam kita harus pahami
bersama agar tujuan dari pendidikan ini bisa mengenai sasaran yang
tepat dan bisa di terapan dalam kehidupan sehari-hari. Supaya terbina
rasa ketakwaan kepada Allah yang kokoh dan selalu terpatri dalam
keseharian sebagai mana yang di contohkan oleh Nabi Muhmmad
SAW.
2. Potensi dan fungsi manusia
Manusia diberkati dengan Tuhan dalam bentuk potensi yang
diharapkan mampu melaksanakan misi suci sebagai khalifah Allah di
bumi dan pada saat yang sama sebagai „abd Allah,, hamba Allah.
Oleh karena itu, ia dilengkapi dengan pembentukan potensi seperti
alasan, hati, rasa, dan nafsu (sumber daya manusia / SDM).
Sebenarnya keempat potensi ini bila diberdayakan akan tercipta
kekuatan yang “dahsyat” yang mampu mengemban amanah yang
dibebankan kepadanya. Alam juga merupakan potensi bagi manusia
yang bisa dimanfaatkan bagi kehidupan atau yang disebut dengan
sumber daya alam (SDA) yang mana harus dikelola oleh manusia
yang sesuasi dengan anturan Al-Qur‟an, Hadits, ijma dan Qias agar
tidak menimbulkan kerusakan di alam semesta ini.Sebenarnya,
keempat potensi ini, jika diberdayakan, akan menciptakan kekuatan
"kuat" yang mampu menjalankan mandat yang dibebankan padanya.
Alam juga merupakan potensi bagi manusia yang dapat digunakan
untuk kehidupan atau yang disebut sumber daya alam (SDA) yang
harus dikelola oleh manusia yang sesuai dengan distribusi Alquran,
Hadits, ijma dan Qias agar tidak menyebabkan kerusakan di alam
semesta ini. Epistemologi Islam bersumber dari pedoman hidup
muslim, berupa kalam ilahi (Alquran) yang selalu memberikan
pancaran hidayah Allah bagi siapa saja yang membaca, memahami
dan menggalinya. Surat al- Alaq ayat 1-5 merupakan bukti bahwa
Alquran merupakan kitab yang menaruh perhatian terhadap
pendidikan , tuntunan dan ajaran. Demikian pula dengan lafaz-lafaz
dan ungkapan-ungkapan yang digunakan agar manusia berfikir,
menggunakan akal untuk mendapatkan pengetahuan yang benar,
seperti kata-kata nazara (memperhatikan), tadabbara (merenungkan),
tafakkur (memikirkan), faqiha (mengerti), tazakkara (mempelajari),
fahima (memahami), dan „aqala (mempergunakan akal).
Juga yang menjadi sumber pengetahuan bagi epistemologi
Islam adalah hadis. Hadis diakui memberikan perhatian yang amat
besar terhadap pendidikan. Nabi Muhammad Saw. mencanangkan
program pendidikan seumur hidup (long life education), seperti uthlub
al-„ilm min al-mahd ila al-lahd. Selanjutnya pada hadis yang lain
menegaskan kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan
muslim perempuan, seperti thalab al-„ilm faridhah „ala kulli muslim
wa mulimah.
Sumber pengetahuan lain adalah pikiran, perasaan dan
kesadaran. Dengan ketiga potensi ini, manusia diharapkan dapat
menggunakannya secara optimal untuk menemukan kebenaran
pamungkas dan mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat untuk
kelangsungan hidupnya. Karena sains berfungsi sebagai:
a. Tahu yang sebenarnya,
b. Jelaskan ajarannya/aqidah Islamiyah, menguasai alam,
c. Meningkatkan budaya dan peradaban Islam
Secara lebih rinci keistimewaan-keistimewaan yang
dianugerahkan Allah kepada manusia antara lain adalah kemampuan
berfikir untuk memahami alam semesta (Q.S, Ar Ra‟ad/13:3) dan
dirinya sendiri (Q.S, Ar Rum/30:20-21), akal untuk memahami tanda-
tanda keagungan-Nya (Q.S. Al- Hajj/22: 46), nafsu yang paling rendah
(Q.S, Yusuf/12:53) sampai yang tertinggi kalbu untuk mendapat
cahaya tertinggi (Q.S, Al Fajr/89:27-30, dan ruh yang kepadanya
Allah Swt mengambil kesaksian manusia (Q.S, Al A‟raf/7:172-174).
Islam sangat mendorong orang untuk mencari ilmu. Bahkan dalam
berbagai tradisi, dikatakan bahwa proses mencari pengetahuan adalah
bagian dari melaksanakan ibadah wajib bagi setiap wanita Muslim dan
Muslim. Jadi pikiran, perasaan dan kesadaran sebagai media bagi
manusia untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Sehingga iman,
pengetahuan dan amal terlihat baik dalam kesalehan individu dan
kesalehan sosial dan dapat menciptakan kesejukan dalam bangsa dan
negara sebagai apa yang kita harapkan bersama.

3. Akhlak
Akhlak merupakan bagian penting dalam kehidupan muslim. Sebab
misi Nabi dalam dakwahnya adalah memperbaiki akhlak umat
manusia, sebagai mana sabdanya: “Innama buitstu li utammima
makarim al-akhlak”, bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak. Misi dakwah Nabi Muhammad SAW tersebut sesuai dengan
tujuan pendidikan Islam, yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga
mencapai tingkat akhlak mulia. Faktor kemulian akhlak dalam
pendidikan Islam dinilai sebagai faktor kunci dalam menentukan
keberhasilan pendidikan, yang menurut pandangan Islam berfungsi
menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata kehidupan yang
sejahtera di dunia dan kehidupan di akhirat. Dari makna yang
terkandung dalam nilai-nilai moral ini, siswa dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya dan aspek kehidupan
lainnya tidak dapat dipisahkan dari landasan moral dan etika.
4. Bayani, „Irfani dan Burhani
Pengertian Bayani Secara etimologi, Bayan berarti penjelasan
(eksplanasi). Al Jabiri berdasarkan beberapa makna yang diberikan
kamus lisan al Arab mengartikan sebagai al fashl wa infishal
(memisahkan dan terpisah) dalam kaitannya dengan metodologi dan
al dhuhur wa al idhar (jelas dan penjelasan) berkaitan dengan visi dari
metode bayani. Sementara itu, secara terminology bayan mempunyai
dua arti (1) sebagai aturan penafsiran wacana, (2) sebagai syarat-
syarat memproduksi wacana. Berbeda dengan makna etimologi yang
telah ada sejak awal peradaban Islam, makna etimologis ini baru lahir
belakangan, yakni pada masa kodifikasi (tadwin). Bayani adalah
metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks (nash),
secara langsung atau tidak langsung. Langsung berarti memahami
teks sebagai pengetahuan yang sudah selesai dan segera
menerapkannya tanpa perlu berpikir; secara tidak langsung berarti
memahami teks sebagai pengetahuan mentah sehingga perlu
interpretasi dan penalaran. Namun, ini tidak berarti bahwa alasan atau
rasio dapat bebas menentukan makna dan tujuan, tetapi tetap harus
bergantung pada teks. Perkembangan Bayani Pada masa Syafi‟I,
bayani berarti nama yang mencakup makna-makna yang mengandung
persoalan ushul/pokok dan yang berkembang hingga ke furu‟ atau
cabang. Dari segi metodologi, Syafi‟i membagi bayan dalam lima
bagian dan tingkatan, yaitu: 1) Bayan yang tidak butuh penjelasan
lanjut berkenaan dengan sesuatu yang telah dijelaskan Tuhan dalam al
Qur‟an sebagai ketentuan bagi makhlukNya, 2) Bayan yang beberapa
bagiannya masih global sehingga butuh penjelasan sunnah, 3) Bayan
yang keseluruhannya masih global sehingga butuh penjelasan sunnah,
4) Bayan sunnah sebagai uraian atas sesuatu yang tidak terdapat
dalam al Qur‟an, 5) Bayan Ijtihad yang dilakukan dengan Qiyas atas
sesuatu yang tidak terdapat dalam al Qur‟an maupun sunnah. Dari
lima derajat bayan tersebut, Syafi‟I kemudian menyatakan bahwa
yang pokok ada tiga yaitu al Qur‟an, sunnah dan qiyas, kemudian
ditambah ijma.
Metode Bayani untuk mendapatkan pengetahuan, bayani
menempuh dua jalan. Pertama berpegang pada redaksi teks dengan
menggunakan kaidah bahasa Arab. Kedua, menggunakan metode
qiyas (analog) dan inilah prinsip utama epistemologi bayani. Dalam
kajian ushul fikih, qiyas diartikan memberikan keputusan hukum
suatu masalah berdasarkan masalah lain yang telah ada kepastian
hukumnya dalam teks, Karena adanya kesamaan illah. Ada beberapa
hal yang harus dipenuhi dalam melakukan qiyas: 1) Adanya al-Ashl
yakni nash suci yang memberikan hukum dan dipakai sebagai ukuran,
2) al-far yakni sesuatu yang tidak ada hukumnya dalam nash,3)
hukum al-ashl yakni ketetapn hukum yang diberikan oleh ashl, 4)
illah yakni keadaan tertentu yang dipakai sebagai dasar ketetapan
hukum Ashl.
Menurut Jabiri, metode qiyas sebagai cara mendapatkan
pengetahuan dalam epistemologi bayani digunakan dalam 3 aspek
yaitu : 1) qiyas jali , dimana far mempunyai persaolan hukum yang
kuat di banding ashl , 2) qiyas fi makna an nash dimana ashl dan far
mempunyai derajat hokum yang sama, qiyas al-kahfi dimana illat ashl
tidak diketahui secara jelas dan hanya menurut perkiraan mujtahid.
Menurut Abd al jabar, seorang pemikir teologi muktazilah, metode
qiyas bayani diatas tidak hanya untuk menggali pengetahuan dari teks
tetapi juga bisa dikembangkan dan digunakan untuk mengungkapkan
persoalan non fisik ( ghoib). Pengertian Irfani Irfan dari kata dasar
bahasa Arab „arafah semakna dengan makrifat berarti pengetahuan.
Tapi ia berbeda dengan ilmu. Irfan atau makrifat berkaitan dengan
pengetahuan yang diperoleh secara langsung lewat pengalaman
sedangkan ilmu menunjuk pada pengetahuan yang diperoleh lewat
transformasi (naql) atau rasianalitas (aql). Karena itu, secara
terminologis, irfan bisa diartikan sebagai pengungkapan atas
pengetahuan yang diperoleh lewat penyinaran hakikat oleh Tuhan
kepada hambaNya setelah adanya olah ruhani yang dilakukan atas
dasar cinta Perkembangan irfani secara umum dibagi dalam 5 fase.
Pertama, fase pembibitan, Terjadi pada abad pertama hijriyah. Apa
yang disebut baru ada dalam bentuk prilaku zuhud. Kedua, Fase
kelahiran terjadi pada abad kedua hijriyah. Jika awalnya zuhud
dilakukan atas dasar takut dan mengharap pahala, dalam periode ini,
ditangan Robiah al adawiyah ( 801 M ) zuhud dilakukan atasa dasar
cinta pada Tuhan, bebas dari rasa takut atau harapan mendapat pahala.
Ketiga, Fase pertumbuhan terjadi abad 3 – 4 H, Para tokoh sufisme
mulai menaruh perhatian terhadap hal hal yang berkaitan dengan jiwa
dan tingkah laku, sehingga sufisme menjadi ilmu moral keagamaan
(akhlak). Keempat, fase puncak terjadi pada abad ke- 5 H. Pada
periode ini Irfan mencapai masa gemilang. Irfan menjadi jalan yang
jelas karakternya untuk mencapai pengenalan serta kefanaan dalam
tauhid dan kebahagiaan. Kelima, fase spesikasi terjadi abad ke-6 dan
7 H berkat pengaruh al ghozali yang besar, Irfan menjadi semakin
dikenal dan berkembang dalam masyarakat islami . Pada fase ini,
secara epistemologi irfan telah terpecah dalam 2 aliran yaitu irfan
sunni dan irfan teoristis. Keenam, fase kemunduran terjadi abad ke -8
sejak abad itu, irfan tidak mengalami perkembangan bahkan
mengalami kemunduran. Metode Irfani Pengetahuan irfan tidak
didasarkan atas teks seperti bayani, tetapi pada kasyf, tersingkapnya
rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan. Karena itu, pengetahuan irfani
tidak diperoleh berdasarkan analisa teks tetapi dengan olah ruhani,
dimana dengan kesucian hati, diharapkan Tuhan akan melimpahkan
pengetahuan langsung kepadanya. Masuk dalam pikiran, dikonsep
kemudian dikemukakan kepada orang lain secara logis. Dengan
demikian pengetahuan irfani setidaknya diperoleh melalui tiga
tahapan, (1) persiapan, (2) penerimaan, (3) pengungkapan, dengan
lisan atau tulisan. 1

Pebedaan Pendidikan Islam dengan pendidikan Agama Islam

Banyak orang merancunkan pengertian istilah “pendidikan islam” dan


“pendidikan Agama Islam” kedua istilah ini di anggap sama sehingga ketika
seseorang berbicara tentang pendidikan islam ternyata isinya terbatas pada
pendidikan agama islam. Atau sebaliknya seseorang berbicara tentang pendidikan
agama islam justru yang dibahas didalamnya adalah tentang pendidikan islam
padahal kedua istilah tersebut memiliki subtansi yang berbeda .

Sependapat dengan ahmad tafsir dan muhaimin yang membedakan antara


pendidikan islam dan pendidikan agama islam (PAI). PAI dibakukan sebagai nama
kegiatan mendidikan agama islam. PAI sebagai mata pelajaran, dalam hal ini PAI
sejajar dengan mata pelajaran matematika, IPA, IPS, PPKn, PJOK, dan mata
pelajaran lainnya.

Sedangkan pendidikan islam adalah nama system, yaitu system pendidikan


yang islami, yang memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan

1
Mahmudi, Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam tinjau epistiologi, isi, dan Materi. Vol. 2,
no 1. 3-12
mendukung terwujudnya sosok muslim yang diidealkan. Pendidikan islam ialah
pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan al-Qur‟an dan Al-Hadits.2

2
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Integrasi Pendidikan Islam dan Sains (Ponorogo: CV Uwais Inspirasi
Indonesia, 2018), 42-43.
PETA KONSEP

Pendidikam Agama Islam Dan Pendidikan Islam

Berikut ini adalah penjelasan dari Pebedaan Pendidikan Islam dengan


istilah dalam pendidikan Islam yang pendidikan Agama Islam
mirip dengan pendidikan agama
Islam Pendidikan agama islam adalah suatu
pembelajaran yang dilakukan oleh
1. Pengenalan terhadap Allah SWT
seseorang sedangkan
2. Potensi dan fungsi manusia Sedanglkan pendidikan islam usaha
orang dewasa muslim yang bertakwa
3. Akhlak
decara sadar dalam mengarahlan dan
4. Bayani, „Irfani dan Burhani membimbing anak melalui ajaran
islam.
Daftar Pustaka

Mahmudi, Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam tinjau epistiologi, isi, dan Materi. Vol. 2,
no 1. 3-12
Wathoni Lalu Muhammad Nurul 2018, Integrasi Pendidikan Islam dan Sains Ponorogo: CV Uwais
Inspirasi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai