Makalah Akidah Akhlak
Makalah Akidah Akhlak
Makalah Akidah Akhlak
Definisi pendidikan dan pendidikan islam ajaran pertama dalam islam adalah
ketika jibril datang menemui Nabi Muhammad yang ada di gua Hira. Dalam
pengajarannya Jibril bertanya kepada Nabi. Membaca dan mengikuti apa yang
dibacakan kepadanya. Surah al-Alaq ayat 1 sampai 5 adalah bukti bahwa kemunculan
islam ditandai dengan pengajaran dan pendidikan sebagai fondasi utama setelah iman,
islam dan ihsan.
Dari ayat al-qur‟an diatas setidaknya ada empat poin, yaitu pertama, manusia
sebagai subjek dalalm membaca, memperhatikan, merenungkan, menelliti dengan
prinsip niat baik ditandai dengan menyebut nama Tuhan. Kedua objek yang dibaca,
diperhatikkan, dan direnungkan, yaitu materi dan proses penciptaan menjadi manusia
yang sempurna. Ketiga, media dalam melakukan aktivitas membaca dan lainnya. Dan
keempat, motivasi dan potensi yang dimiliki manusia, “rasa ingin tahu”.
Sementara itu Harun Nasution yang dikutip oleh syahidin mengatakan tujuan
pendidikan agama islam (secara khusus disekolah umum) adalah untuk membentuk
manusia takwa, yaitu manusia yang patuh kepada allah dalam menjalankan ibadah
dengan menekankan pembinaan kepribadian muslim, yakni pembinaan akhlakul
karimah, meski mata pembelajaran agama tidak diganti mata peljaran akhlak dan
etika.
Dalam trem yang serupa (menurut penulis) dengan pendidikan agama islam
adalah pendidkan islam. Al-syaibani mengartikan sebgai “usaha pendidikan untuk
mencapainya, baik pada tingkah laku individu dan pada kehidupan pribadinya atau
pada kehidupan masyarakat dan pada kehidupan alam sekitar. Sedangkan Al-nahlawi
memberikan pengertian pendidikan islam adalah “sebagai pengaturan pribadi dan
masyarakat” sehingga dapat memeluk islam secara logis dan sesuai secara
keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun masyarakat (koleksi)”.
dari uraian diatas dapat disimpulkan pendidikakan agama islam yang sesuai
dengan tuntutan Nabi Muhammad SAW sebagai mana tercantum dalam al-qur‟an san
Hadist serrta pendidikan islam yang berkaitan dengan pengamalan dari nilai-nilai
agama islam yaitu rukun iman dan rukun islam secara keseluruhan.
Pendidikan dan pendidikan agama islam ikhtisar konten materi, konten atau
materi tidak dapat dipisahkan dari konsep kurikulum. Muhaimin melihat makna yang
terkandung dalam definisi kkurikulum dalam sistem oendidikan nasional adalah
bahwa ada dua pemahaman berbeda dalam melihat makna kurikulum, pertama,
kurikulum yang menekankan pada aspek konten, dimana masyarakat dianggap statis,
pendidik. Kedua, kurikulum yang menekankan proses dan pengalaman yang tentunya
melibatkan siswa. Sehingga tidak ada asumsi bahwa tidak ada kurikullum standar,
hanya ada kurikulum minimal dalalm implementasinya dikembangkan bersama
siswa.
Menurut Ashan, yang dikutip oleh E. Mulyasa, menyatakan: Tiga hal perlu
dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, yaitu
penentuan kompetensi yang ingin dicapai, pengembangan strategi untuk mencapai
kompetensi, dan evaluasi. Kompetensi yang ingin dicapai adalah pernyataan yang
ingin didapatkan siswa, menggambarkan hasil belajar pada aspek pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap. Strategi untuk mencapai kompetensi adalah upaya
untuk membantu siswa menguasai kompetensi yang ditetapkan, misalnya: membaca,
menulis, mendengarkan, menciptakan, dan mengamati, hingga kompetensi terbentuk.
Sedangkan evaluasi adalah kegiatan penilaian terhadap pencapaian kompetensi untuk
setiap siswa.
Berikut ini adalah penjelasan dari istilah dalam pendidikan Islam yang mirip
dengan pendidikan agama Islam, sebagai berikut:
3. Akhlak
Akhlak merupakan bagian penting dalam kehidupan muslim. Sebab
misi Nabi dalam dakwahnya adalah memperbaiki akhlak umat
manusia, sebagai mana sabdanya: “Innama buitstu li utammima
makarim al-akhlak”, bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak. Misi dakwah Nabi Muhammad SAW tersebut sesuai dengan
tujuan pendidikan Islam, yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga
mencapai tingkat akhlak mulia. Faktor kemulian akhlak dalam
pendidikan Islam dinilai sebagai faktor kunci dalam menentukan
keberhasilan pendidikan, yang menurut pandangan Islam berfungsi
menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata kehidupan yang
sejahtera di dunia dan kehidupan di akhirat. Dari makna yang
terkandung dalam nilai-nilai moral ini, siswa dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya dan aspek kehidupan
lainnya tidak dapat dipisahkan dari landasan moral dan etika.
4. Bayani, „Irfani dan Burhani
Pengertian Bayani Secara etimologi, Bayan berarti penjelasan
(eksplanasi). Al Jabiri berdasarkan beberapa makna yang diberikan
kamus lisan al Arab mengartikan sebagai al fashl wa infishal
(memisahkan dan terpisah) dalam kaitannya dengan metodologi dan
al dhuhur wa al idhar (jelas dan penjelasan) berkaitan dengan visi dari
metode bayani. Sementara itu, secara terminology bayan mempunyai
dua arti (1) sebagai aturan penafsiran wacana, (2) sebagai syarat-
syarat memproduksi wacana. Berbeda dengan makna etimologi yang
telah ada sejak awal peradaban Islam, makna etimologis ini baru lahir
belakangan, yakni pada masa kodifikasi (tadwin). Bayani adalah
metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks (nash),
secara langsung atau tidak langsung. Langsung berarti memahami
teks sebagai pengetahuan yang sudah selesai dan segera
menerapkannya tanpa perlu berpikir; secara tidak langsung berarti
memahami teks sebagai pengetahuan mentah sehingga perlu
interpretasi dan penalaran. Namun, ini tidak berarti bahwa alasan atau
rasio dapat bebas menentukan makna dan tujuan, tetapi tetap harus
bergantung pada teks. Perkembangan Bayani Pada masa Syafi‟I,
bayani berarti nama yang mencakup makna-makna yang mengandung
persoalan ushul/pokok dan yang berkembang hingga ke furu‟ atau
cabang. Dari segi metodologi, Syafi‟i membagi bayan dalam lima
bagian dan tingkatan, yaitu: 1) Bayan yang tidak butuh penjelasan
lanjut berkenaan dengan sesuatu yang telah dijelaskan Tuhan dalam al
Qur‟an sebagai ketentuan bagi makhlukNya, 2) Bayan yang beberapa
bagiannya masih global sehingga butuh penjelasan sunnah, 3) Bayan
yang keseluruhannya masih global sehingga butuh penjelasan sunnah,
4) Bayan sunnah sebagai uraian atas sesuatu yang tidak terdapat
dalam al Qur‟an, 5) Bayan Ijtihad yang dilakukan dengan Qiyas atas
sesuatu yang tidak terdapat dalam al Qur‟an maupun sunnah. Dari
lima derajat bayan tersebut, Syafi‟I kemudian menyatakan bahwa
yang pokok ada tiga yaitu al Qur‟an, sunnah dan qiyas, kemudian
ditambah ijma.
Metode Bayani untuk mendapatkan pengetahuan, bayani
menempuh dua jalan. Pertama berpegang pada redaksi teks dengan
menggunakan kaidah bahasa Arab. Kedua, menggunakan metode
qiyas (analog) dan inilah prinsip utama epistemologi bayani. Dalam
kajian ushul fikih, qiyas diartikan memberikan keputusan hukum
suatu masalah berdasarkan masalah lain yang telah ada kepastian
hukumnya dalam teks, Karena adanya kesamaan illah. Ada beberapa
hal yang harus dipenuhi dalam melakukan qiyas: 1) Adanya al-Ashl
yakni nash suci yang memberikan hukum dan dipakai sebagai ukuran,
2) al-far yakni sesuatu yang tidak ada hukumnya dalam nash,3)
hukum al-ashl yakni ketetapn hukum yang diberikan oleh ashl, 4)
illah yakni keadaan tertentu yang dipakai sebagai dasar ketetapan
hukum Ashl.
Menurut Jabiri, metode qiyas sebagai cara mendapatkan
pengetahuan dalam epistemologi bayani digunakan dalam 3 aspek
yaitu : 1) qiyas jali , dimana far mempunyai persaolan hukum yang
kuat di banding ashl , 2) qiyas fi makna an nash dimana ashl dan far
mempunyai derajat hokum yang sama, qiyas al-kahfi dimana illat ashl
tidak diketahui secara jelas dan hanya menurut perkiraan mujtahid.
Menurut Abd al jabar, seorang pemikir teologi muktazilah, metode
qiyas bayani diatas tidak hanya untuk menggali pengetahuan dari teks
tetapi juga bisa dikembangkan dan digunakan untuk mengungkapkan
persoalan non fisik ( ghoib). Pengertian Irfani Irfan dari kata dasar
bahasa Arab „arafah semakna dengan makrifat berarti pengetahuan.
Tapi ia berbeda dengan ilmu. Irfan atau makrifat berkaitan dengan
pengetahuan yang diperoleh secara langsung lewat pengalaman
sedangkan ilmu menunjuk pada pengetahuan yang diperoleh lewat
transformasi (naql) atau rasianalitas (aql). Karena itu, secara
terminologis, irfan bisa diartikan sebagai pengungkapan atas
pengetahuan yang diperoleh lewat penyinaran hakikat oleh Tuhan
kepada hambaNya setelah adanya olah ruhani yang dilakukan atas
dasar cinta Perkembangan irfani secara umum dibagi dalam 5 fase.
Pertama, fase pembibitan, Terjadi pada abad pertama hijriyah. Apa
yang disebut baru ada dalam bentuk prilaku zuhud. Kedua, Fase
kelahiran terjadi pada abad kedua hijriyah. Jika awalnya zuhud
dilakukan atas dasar takut dan mengharap pahala, dalam periode ini,
ditangan Robiah al adawiyah ( 801 M ) zuhud dilakukan atasa dasar
cinta pada Tuhan, bebas dari rasa takut atau harapan mendapat pahala.
Ketiga, Fase pertumbuhan terjadi abad 3 – 4 H, Para tokoh sufisme
mulai menaruh perhatian terhadap hal hal yang berkaitan dengan jiwa
dan tingkah laku, sehingga sufisme menjadi ilmu moral keagamaan
(akhlak). Keempat, fase puncak terjadi pada abad ke- 5 H. Pada
periode ini Irfan mencapai masa gemilang. Irfan menjadi jalan yang
jelas karakternya untuk mencapai pengenalan serta kefanaan dalam
tauhid dan kebahagiaan. Kelima, fase spesikasi terjadi abad ke-6 dan
7 H berkat pengaruh al ghozali yang besar, Irfan menjadi semakin
dikenal dan berkembang dalam masyarakat islami . Pada fase ini,
secara epistemologi irfan telah terpecah dalam 2 aliran yaitu irfan
sunni dan irfan teoristis. Keenam, fase kemunduran terjadi abad ke -8
sejak abad itu, irfan tidak mengalami perkembangan bahkan
mengalami kemunduran. Metode Irfani Pengetahuan irfan tidak
didasarkan atas teks seperti bayani, tetapi pada kasyf, tersingkapnya
rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan. Karena itu, pengetahuan irfani
tidak diperoleh berdasarkan analisa teks tetapi dengan olah ruhani,
dimana dengan kesucian hati, diharapkan Tuhan akan melimpahkan
pengetahuan langsung kepadanya. Masuk dalam pikiran, dikonsep
kemudian dikemukakan kepada orang lain secara logis. Dengan
demikian pengetahuan irfani setidaknya diperoleh melalui tiga
tahapan, (1) persiapan, (2) penerimaan, (3) pengungkapan, dengan
lisan atau tulisan. 1
1
Mahmudi, Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam tinjau epistiologi, isi, dan Materi. Vol. 2,
no 1. 3-12
mendukung terwujudnya sosok muslim yang diidealkan. Pendidikan islam ialah
pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan al-Qur‟an dan Al-Hadits.2
2
Lalu Muhammad Nurul Wathoni, Integrasi Pendidikan Islam dan Sains (Ponorogo: CV Uwais Inspirasi
Indonesia, 2018), 42-43.
PETA KONSEP
Mahmudi, Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam tinjau epistiologi, isi, dan Materi. Vol. 2,
no 1. 3-12
Wathoni Lalu Muhammad Nurul 2018, Integrasi Pendidikan Islam dan Sains Ponorogo: CV Uwais
Inspirasi Indonesia