Laporan Hasil Magang PT IKI
Laporan Hasil Magang PT IKI
Laporan Hasil Magang PT IKI
OLEH
FAKULTAS TEKNIK
SUMBAWA
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Mengetahui,
Kepala Bengkel Mekanik & Development Departement
PT. Industri Kapal Indonesia
H. M Rasta
NIK 965311970
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah,
rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga saya diberikan kekuatan dan
kemudahan serta kesehatan dalam menyelesaikan penulisan laporan kerja praktik di
PT. Industri Kapal Indonesia, Sulawesi Selatan, Indonesia. Shalawat serta salam
juga tidak lupa saya panjatkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, dan
sahabat-sahabatnya, yang selalu menjadi panutan bagi saya.
Laporan kerja praktik ini bertujuan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah
Kerja Praktik Jurusan Teknik Mesin dan selain itu untuk memperoleh pengalaman
serta keterampilan langsung dalam penerapan ilmu teknik mekanika di lapangan.
Adapun judul yang diangkat dalam kesempatan ini yaitu “Proses Mentanance Pada
Propeller Shaft Saat Di Docking Pada Galangan Kapal, Makassar”.
Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penulisan laporan kerja praktik kali ini:
1. Bapak Sopyan Ali Rohman. M.Eng selaku dosen pembimbing Kerja Praktik
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Teknologi Sumbawa
yang telah membimbing penulis selama proses kerja praktik berlangsung.
Beserta seluruh keluarga Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Teknologi Sumbawa yang tidak dapat penulis sebutkan
satupersatu.
2. Bapak Rasta selaku kepala Bengkel dan selaku Penanggung jawab yang telah
mengizinkan, memberikan arahan, masukan kepada penulis selama
melaksanakan proses kerja praktik di PT. Industri kapal Indonesia
3. Bapak Safar sebagai
4. Teman kerja praktik satu periode yaitu Bagus dan Marbun yang menemani
serta berbagi ilmu, keluh-kesah, maupun kritik & saran selama penulis
melaksanakan kerja praktik
5. Orangtua yang selalu mendukung, menemani, dan menjadi support system
dalam kelancaran kerja praktek.
6. Bapak Ramli, bapak Mustari, bapak Bahtiar, bapak Ma’ing dan bang Iwan
yang selalu menghibur dan menjawab pertanyaan yang saya berikan
7. Serta seluruh pihak yang telah membantu dalam melaksanakan kegiatan kerja
iii
praktik serta penyelesaian penulisan laporan kerja praktik ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu. Saya berharap laporan kerja praktik ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan bagi penulis
khususnya. Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini
sehingga dalam pembuatan laporan ini tentu terdapat kekurangan-kekurangan
ataupun kesalahan. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran dari
berbagai pihak demi kesuksesan laporan ini serta perbaikan dalam pembuatan
laporan untuk tugas selanjutnya
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................... 2
1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ............................................................. 3
1.6 Ruang Lingkup ......................................................................................... 3
1.7 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 3
1.8 Sistematika Penulisan ............................................................................. 4
v
BAB III DASAR TEORI
3.1 Dasar-dasar mengenai Propeller Shaft ..................................... ........... 13
3.2 Identifikasi ............................................................................................ 14
3.3 Stern Tube Propeller Shaft ................................................................. 14
3.3.1 Fungsi Bagian-Bagian Stern Tube .................................................15
3.3.2 Prinsip Kerja Stern Tube ............................................................... 15
3.4 Sistem Poros Baling-Baling Dengan Pelumasan Air Tawar ................. 16
3.5 Sistem Poros Baling-Baling Dengan Pelumasan Minyak ..................... 17
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Metode Perawatan Propeller Shaft ....................................................... 18
4.2 Sistem Propeller Shaft Baling-Baling ................................................... 21
4.3 Proses Pekerjaan Reparasi Propeller Shaft ........................................... 22
4.3.1 Pencabutan poros Propeller........................................................... 22
4.3.2 Memindahkan poros Propeller ke Bengkel Poros ....................... 22
4.3.3 Membersihkan poros Propeller di Mesin Bubut .......................... 22
4.3.4 Pemeriksaan Kelurusan poros Propeller ...................................... 23
4.3.5 Pengujian Colour Check/MPT....................................................... 23
4.3.6 Memindahkan Poros Propeller Dari Bengkel ke Kapal .............. 24
4.3.7 Pemasangan Poros Propeller ........................................................ 24
4.4 Bagian-Bagian Propeller Shaft ............................................................. 24
4.4.1 Poros Pendorong (Trust Shaft) ...................................................... 24
4.4.2 Bagian Tengah (Poros Antara) Intermediate Shaft........................ 24
4.4.3 Poros Ekor (Tail Shaft) ................................................................. 25
4.5 Perbaikan dan Perawatan Sistem Poros Baling-Baling ........................ 25
4.6 Baling-Baling (Propeller) ..................................................................... 25
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 30
5.2 Saran ...................................................................................................... 30
vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kantor PT. Industri Kapal Indonesia, Makassar............................. 6
Gambar 1.2 Layout galangan Kapal makassar.................................................... 8
Gambar 1.3 Graving Dock.................................................................................. 10
Gambar 1.4 Slipway Dock................................................................................... 11
Gambar 1.5 propeller shaf kapal......................................................................... 13
Gambar 1.6 bagian-bagian poros propeller kapal................................................ 14
Gambar 1.7 Stern Tube....................................................................................... 15
Gambar 1.8 Pelepasan poros propeller........................................................ ...... 22
Gambar 1.9 Pembersihan poros propeller.......................................................... 23
Gambar 2.1 Pemerikasaan kelurusan poros propeller........................................ 23
Gambar 2.2 Bagian bagian Propeller Shaft ....................................................... 25
Gambar 2.3 Fixed pitch propeller...................................................................... 26
Gambar 2.4 Controllable pitch propeller........................................................... 26
Gambar 2.5 Integrated propeller dan rudder Propeller..................................... 27
Gambar 2.6 Adjustable bolted propeller............................................................ 27
Gambar 2.7 Azzimuth thruster............................................................................ 27
Gambar 2.8 Electrical pods ............................................................................... 28
Gambar 2.9 Tunnel Thrusters............................................................................. 28
Gambar 3.1 Waterjet ........................................................................................... 28
Gambar 3.2 Voith scneider propeller................................................................. 29
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktek Kerja Lapangan adalah salah bentuk penintegrasian mahasiswa untuk
mengembangkan dan meningkatkan tenaga kerja yang berkualitas dalm proses
perindustrian. Dengan mengikuti Praktik Kerja Lapangan diharapkan dapat
menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam
mempersiapkan diri memasuki dunia kerja yang sebenarnya serta salah satu tahap
awal untuk menyiapkan diri mengahadapi resolusi 4.0 pada zaman modern ini.
Praktek Kerja Lapangan merupakan wujud aplikasi terpadu antara sikap,
kemampuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah. Melalui
Praktek Kerja Lapangan ini mahasiswa akan mendapat kesempatan untuk
mengembangkan cara berfikir, menambah ide-ide yang berguna dan dapat
menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab mahasiswa terhadap apa yang
ditugaskan kepadanya, sehingga mahasiswa mampu menumbuhkan sifat-sifat yang
baru untuk dirinya dan juga orang-orang yang disekitarnya.
Dalam sebuah mesin akan kita dapatkan komponen-komponen yang berputar,
bergeser, ataupun bergerak relatif terhadap komponen lainnya. Gerakan-gerakan
tersebut akan menciptakan gesekan dengan komponen lain. Roda gigi misalnya,
tidak ada roda gigi yang bekerja sendirian, pasti ada roda gigi lain yang menjadi
pasangannya. Bertemunya gigi-gigi tersebut akan menciptakan gesekan satu sama
lain yang jika dibiarkan tentu akan membuat sebuah treable atau bahkan merusak
mesin itu sendiri.
Maintenance adalah suatu tindakan perbaikan dan perawatan pada suatu objek.
Sedangkan dalam dunia industri, maintenance diartikan sebagai tindakan
pemerliharaan komponen atau mesin pabrik dan cara memperbaharuai masa pakai
ketika dianggap tidak layak atau sudah rusak. Setiap komponen mesin pasti bisa
membutuhkan perawatan, jika sudah rusak maka harus dilakukan penggantian
komponen dan biaya yang harus dikeluarkan tentunya jauh lebih besar ketimbang
biaya perawatan bahkan juga jika sudah terlalu parah sampai harus membeli mesin
yang baru, jika sudah seperti itu tidak ada pilihan lain dan harus membeli yang baru
dengan modal yang tinggi.
Ass Plopeller (propeller shaft) merupakan salah satu bagian terpenting dari
instalasi penggerak kapal. Putaran mesin ditransmisikan ke propeller melalui poros,
maka poros sangat mempengaruhi kerja mesin bila terjadi kerusakan. Yang perlu di
ketahui adalah bahwa kedudukan poros propeller dengan mesin induk harus segaris
atau dengan kata lain harus dalam satu garis sumbu. Tenaga kerja yang dihasilkan
mesin induk di teruskan dalam bentuk putaran melalui serangkaian poros ke baling-
baling diberikan dorongan yang dibangkitkan oleh baling-baling di teruskan
kebadan kapal oleh poros baling-baling.
1
1.2 Rumusan Masalah
Ass Plopeller (propeller shaft) merupakan salah hal utama terhadap
Optimalisasi kinerja dari Kapal laut karna shaft ini sangat membatu dalam
sistem transmisi dari sebuah mesin kapal ke baling-baling, tanpa
pemeliharaan pada Ass Plopeller kapal akan mengalami kerusakan. Oleh
karena itu, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana
pemeliharaan terhadap sistem Ass Plopeller (propeller shaft) di PT Industri
Kapal Indonesia di Makassar.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mendapat gambaran umum mengenai cara Pemeliharaan terhadap
Ass Plopeller (propeller shaft) di PT Industri Kapal Indonesia di
Makassar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mendapatkan gambaran analisa perewatan dari Ass
Plopeller (propeller shaft).
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Perusahaan/Institusi Tempat Praktek Kerja Lapangan
1. Membina hubungan baik dengan pihak institusi pendidikan dan
mahasiswa.
2
3. Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi
dalam dunia kerja.
3
Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data, pencatatan informasi, serta
pengambilan gambar terkait suatu objek untuk memperoleh keterangan yang
lebih detail mengenai Maintanance Pada Ass Propeller Kapal
4. BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini akan ditampikan dan dijelaskan data-data yang telah
diolah, yang didapatkan selama proses pengambilan data, serta
dipaparkan juga pembahasan serta proses pengolahan data sehingga
memperoleh hasil yang ingin dicapai.
5. BAB V : PENUTUP
Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil akhir yang didapatkan
dari proses analisa data dan pembahasan. Juga dituliskan saran dari hasil yang
telah didapatkan.
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Tentang PT Industri Kapal Indonesia
Pada tahun 1962 di Makassar telah dibangun dua buah proyek galangan kapal yang
masing-masing adalah proyek galangan kapal Paotere dan galangan kapal Tallo.
Proyek galangan Paotere pada waktu itu dibangun oleh Departemen Perindustrian
dan Pertambangan. Hal tersebut dimaksudkan untuk membangun kapal-kapal baja
dengan bobot 2500 ton, sedangkan proyek galangan kapal Tallo yang waktu itu
dibangun oleh departemen Urusan Veteran dan Demobilisasinya dimaksudkan
untuk kapal-kapal kayu yang berbobot 300 ton, akan tetapi proyek ini memiki
slipway ( Fasilitas untuk menaikkan dan menurunkan kapal dari daratan ke laut )
yang panjangnya 45 meter dan mempunyai daya angkat 500 LT. Pada pertengahan
tahun 1963 kegiatan kedua proyek tersebut baru sampai pada taraf pekerjaan
dasar, dimana pada waktu itu galangan kapal paotere memiliki fasilitas atau
peralatan yang didatangkan dari polandia yang sekarang bernama PT. Industri
Kapal Indonesia ( persero ) Makassar. Sehubungan terbatasnya biaya maka
pemerintah memutuskan menggabungkan kedua proyek tersebut dengan melihat
keadaan dan kondisi yang tidak memungkinkan, juga karena kedua galangan
tersebut hanya berjarak 2 km, dengan dibawahi oleh Depatemen Perindustrian
Dasar dan Pertambangan serta sepakat merubah namanya menjadi proyek galangan kapal
Makassar dan dengan keputusan presiden RI No.225/163 proyek ini dikatakan
proyek Vital.
Dengan terjadinya penggabungan maka lokasi ex proyek galangan kapal
Paotere, serta mengadakan resedigning yang sesuai dengan pembiayaan yang ada dan
kemudian pemasaran kelak yang dititik beratkan pada penyelesaian tahap pertama
( ex proyek galangan kapal Tallo ). Selanjutnya menunda pembangunan ex
galangan kapal paotere untuk diteruskan pada tahap kedua ( rencana untuk
perluasan ). Akhirnya setelah mengalami masa pembangunan selama lebih dari 7
tahun maka tepat pada tanggal 30 maret 1970 penyelesaian dan pemakaian
galangan kapal Makassar tahap pertama diresmikan oleh Sekjen Departemen
Perindustrian yang pada saat itu diwakili Menteri. Galangan kapal Makassar ini
mempunyai slipway yang horisontal dan terletak dipantai Paotere Kecamatan
Tallo Bagian Utara Kodya Madya Ujung Pandang, tepatnya sekitar 3,5 meter dari
pusat kota yang mana menempati luas area seluas 250.000 M. Sistem docking dan
kapasitas galangan kapal Makassar ini mempunyai slipway horisontal dan miring,
dengan sebuah shiper besar untuk menaikkan dan menurunkan kapal dari daratan
air, dan setelah kapal didaratkan maka kapal dapat ditarik kesamping kesalah satu
side track ( normal ) panjang shifter tersebut maksimum 45 meter dan mempunyai
daya angkat 500 ton, tinggi air diatas shifter maksimun 3,40 ton meter, disebelah
barat dari shifter terdapat area yang sangat luas untuk melihat kapal tersebut.
Sedangkan disebelah barat dari slipway horisontal terdapat empat side track yang
5
panjang masing-masing 140 meter dua buah, dan 70 meter juga dua buah dengan
kapasitas 500 ton. Sedangkan disebelah timur slipway horisontal ada dua side
track yang panjangnya 50 meter dengan kapasitas 300 ton.
Dengan peralatan dan fasilitas yang dimiliki oleh galangan kapal Makassar
sekarang ini telah mampu membuat kapal baru yang berukuran besar sampai
dengan ukuran diatas 1.500 DWT serta mereparasi atau memelihara kapal yang
panjangnya sampai dengan 55 meter atau kapal-kapal yang bobotnya 500 ton
kebawah kurang dari 60 buah pertahun juga kapal-kapal yang berukuran lebih
besar dari itu, serta mempunyai fasilitas daya tampung 5-16 buah sekaligus ukuran
seperti yang tersebut diatas dan pada waktu sekarang ini galangan kapal juga
membuat kapal-kapal kayu seperti kapal kayu laminasi yang mana dikerjakan
sesuai pesanan. Sesuai dengan tingkat dan kondisi kegiatan yang dihadapi oleh
galangan kapal ini, tenaga kerja yang mampu diserap secara keseluruhan kurang
lebih 500 orang.
Semenjak tahun 1970 sampai dengan oktober 1997 galangan kapal ini masih
mempunyai status sebagai proyek vital. Pada tahun 29 oktober 1997 didepan
notaris, didirikan suatu PT. Industri Kapal Indonesia ( persero ) yang pada
mulanya mencakup 4 golongan yaitu :
1. Galangan kapal Gresik ( Jawa Timur )
2. Galangan Kapal Padang ( Sumatera Barat )
3. Galangan Kapal Makassar ( Sulawesi Selatan )
4. Galangan Kapal Bitung ( Sulawesi Utara )
6
2.2.2 Misi
1. Selalu meningkatkan kwalitas yang terbaik berdasar pada pelayanan yang
tepat waktu,
2. Tepat mutu dan tepat biaya
3. mengutamakan kepuasan pelanggan untuk peningkatan nilai perusahaan.
2.4.3 Perdagangan
Menyelenggarakan kegiatan pemasaran baik dalam maupun luar negeri
yang berhubungan dengan hasil produksi tersebut di atas dan produk-produk
lainnya, serta kegiatan impor barang-barang atau suku cadang antara lain
berupa bahan baku atau penolong, komponen dan peralatan industri.
7
meningkat. Sektor reparasi merupakan sasaran utama ditujukan kepada kapal-kapal
yang berhome base di kawasan timur Indonesia. Sedangkan pembuatan kapal baru,
terutama ditujukan pembuatan kapal type caraka jaya III, 28 Unit Kapal Ikan Mina
Jaya 300 GRT, kapal penyeberangan, Tug Boat, Supply Vessel, serta kapal baru
yang berukuran sampai dengan 10.000 DWT. Baik pesanan pemerintah, Pihak
swasta, maupun ekspor.
2.5.2 Site
Site galangan lantai, dekat dengan pantai, ketinggian pada permukaan
laut 2𝑀2 dengan luas area ± 32000 2𝑀2 sangat baik untuk keluar masuknya
kapal
8
2.6 Sarana dan Fasilitas Penunjang Perusahaan
Untuk menjamin kelancaran produksi dan reparasi maka unit dok dan
galangan Makassar dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut :
9
Gambar 1.3 Graving Dock
10
slipway. Kapal yang berada berada di atas craddle di tarik melalui rel dengan
menggunakan sling yang digerakkan oleh tenaga motor eletrik / winches.
Pengedokan dengan cara slipway utamanya dilakukan pada small craft.
Pemeriksaan kapal pada slipway jarang digunakan.
11
2.6.2 Fasilitas bengkel
Bengkel mesin
Bengkel konstruksi ( plater shop )
Bengkel kayu /interior
Bengkel plat
12
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Dasar-dasar Mengenai Propeller Shaf
Poros propeller (propeller shaft) atau juga sering kita menyebutnya poros
kopel merupakan salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga dan poros
propeller ini terdapat pada tipe kendaraan FR (Front Wheel Rear Drive) dan
4WD (Four Wheel Drive) dimana jarak antara mesin dengan roda penggerak
berjauhan sehingga memerlukan komponen tambahan agar dapat meneruskan
tenaga putar dari mesin ke roda belakang. Poros propeller terletak diantara
transmisi dan differential. Fungsi poros propeller yaitu untuk meneruskan atau
memindahkan tenaga putar dari transmisi menuju ke differential. Kontruksi
poros propeller dibuat sedemikian rupa agar saat memindahkan tenaga putar
dari transmisi ke differential dapat dilakukan dengan lembut tanpa dipengaruhi
dari kondisi permukaan jalan dan banyaknya beban.
Pada umumnya poros propeller terbuat dari bahan tabung pipa baja yang
memiliki kekuatan tahanan (ketahanan) terhadap gaya puntir. Pada poros
propeller juga dilengkapi dengan balance weight (bandul penyeimbang) yang
terpasang pada bagian luar pipa poros propeller dengan tujuan pemasangan dari
balance weight adalah untuk menjaga poros propeller agar tetap seimbang
ketika berputar sehingga tidak terjadi getaran pada poros propeller saat
berputar. Rangkaian poros itu disebut Shafting dan pada umumnya terdiri dari
bagian-bagian utama yang sebagai berikut :
13
Gambar 1.6 bagian-bagian poros propeller kapal
3.2 Identifikasi
Identifikasi adalah proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu
dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu. (Menurut JP Chaplin
yang diterjemahkan Kartini Kartono yang dikutip oleh Uttoro 2008 : 8).
Menurut Poerwadarminto (1976: 369), identifikasi adalah penentuan atau
penetapan identitas seseorang atau benda. Menurut ahli psikoanalisis,
identifikasi adalah suatu proses yang dilakukan seseorang, secara tidak sadar,
seluruhnya atau sebagian, atas dasar ikatan emosional dengan tokoh tertentu,
sehingga ia berperilaku atau membayangkan dirinya seakan-akan ia adalah
tokoh tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa identifikasi adalah
penempatan atau penentu identitas seseorang atau benda pada suatu saat
tertentu.
14
Gambar 1.7 Stern Tube
3.3.1 Fungsi Bagian-bagian Stern Tube:
a) Coupling Flange: jenis coupling yang digunakan antara poros berputar yang
terdiri dari flange salah satunya adalah tetap di ujung setiap poros.
b) Nut and Washer: untuk mendistribusikan gaya pengencang secara merata ke
benda yang sedang dikencangkan. Washer juga berfungsi untuk mencegah
rusaknya permukaan benda yang dikencangkan oleh baut.
c) Propeller Shaft: untuk meneruskan atau memindahkan tenaga putar dari transmisi
menuju ke diferensial.
d) Gland Packing: untuk mengontrol kebocoran, bukan untuk mencegah seluruh
kebocoran.
e) Inboard Bush: untuk menguhubungkan arm dengan sasis agar tidak terjadi
singgungan antar logam.
f) Engine Room aft Bulkhead: mengurangi tingkat banjir air laut jika terjadi
kerusakan dan memberikan kekakuan tambahan pada gelagar lambung kapal.
g) Lignum Vitae: sebagai bahan bantalan. Kayu itu terus dilumasi air laut.
h) Locking Pin: digunakan sebagai fastener pada bagian atau komponen yang saling
bergerak.
15
Salah satu penyebab kesalahan dalam memilih bahan pelumas untuk
permesinan kapal adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam
bahan pelumas, yang dapat berakibat fatal karena dapat merusak komponen
mesin yang tidak sesuai dengan standar spesifikasi pabrik pembuat bahan
pelumas. Pengetahuan bahan pelumas mutlak harus dimiliki oleh awak kapal
dalam bekerja diatas kapal, di samping itu awak kapal juga diharuskan
mengetahui dan memahami tentang bahan pelumas yang sering digunakan
dalam bidang permesinan di kapal untuk menghindari kesalahan dalam
pemilihan bahan pelumas yang digunakan dikapal. Sumber utama pelumas
adalah minyak bumi yang merupakan campuran beberapa bahan organic,
terutama hidrokarbon. Segala macam minyak bumi mengandung paraffin,
naftena dan aromatik, jumlah susunan tergantung minyaknya. Aromatik
mempunyai sifat pelumasan yang baik tetapi tidak tahan oksidasi. Paraffin dan
naftena lebih stabil tetapi tidak dapat menggantikan aromatik secara
keseluruhan. Karena tipe aromatik tertentu bertindak sebagai penghalang
oksidasi dan paraffin murni tidak mempunyai sifat pelumasan yang baik.
16
indicator. Pemeriksaan pooros dengan sistem ini (pencabutan poros) dilakukan
setiap tiga bulan sekali.
Bearing berguna untuk menahan gesekan atau beban puntir dari poros sehingga
tidak merusak poros. Bearing terbuat dari bahan white metal. Bahan plastik
yang kaku dapat juga digunakan untuk menggantikan white metal, selain itu
untuk bantalan juga dapat digunakan bahan dari keramik.
Pada kapal dengan perubahan yang besar pada draft, pada umumnya
digunakan dua gravity tank. Upper tank digunakan pada saat muatan penuh
atau ketika terdapat rembesan air laut.
17
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Metode Perawatan Propeller Shaft
18
dilakukan dengan menggunakan poros sederhana. Langkah-langkah proses
balancing di PT. Industri Kapal Indonesia (persero) makassar sebagai berikut :
• Siapkan sebuah poros dengan diameter yang sesuai dengan diameter bos
propeller.
• Masukkan poros tersebut ke dalam hub propeller dan berikan sedikit
pelumas agar putarannya lancar.
• Berikan pengunci pada kedua sisi poros agar propeller tidak terlepas ketika
diputar.
• Daun propeller diputar dengan kecepatan tertentu hingga propeller berhenti
dengan sendirinya akibat massa propeller dan gaya gravitasi.
• Lakukan langkah di atas beberapa kali hingga propeller berhenti dengan
sendirinya.
• Jika propeller berhenti pada satu sisi daun propeller setelah dilakukan
beberapa kali putaran (salah satu daun selalu berada dibawah) dimana
propeller berhenti akibat perbedaan massa dari daun propeller, maka dapat
dipastikan daun tersebut memiliki massa yang tidak sesuai (lebih berat) dari
daun propeller yang lain. Sehingga dapat dikatan propeller tersebut tidak
balance.
• Untuk mengetahui seberapa banyak kelebihan massa dari daun propeller
yang tidak balance tersebut, dapat dilakukan dengan menambahkan sedikit
massa pada ujung daun propeller lain sebagai penyeimbang. Pemberat ini
dapat menggunakan malam. Setelah diberi pemberat, selanjutnya propeller
diputar kembali dan pastikan propeller dapat berhenti dengan sendirinya
akibat massa dan gravitasi, jika masih belum balance tambahkan massa
pemberat hingga terjadi balance. Ketika propeller telah balance maka massa
dari daun propeller yang tidak balance dapat dikatahui dari jumlah massa
malam yang ditempelkan tadi sebagai penyeimbang. Dari massa tersebut
kemudian dilakukan proses grinding hingga massa daun propeller dikurangi
sejumlah massa malam pemberat.
g) Pemasangan propeller pada poros propeller
Peralatan yang digunakan : tali, hammer, kunci L, kunci pas baut propeler,
brander potong, kunci ring.
Proses pengerjaan :
• Tali diikat pada propeller dan ditarik menuju poros propeller.
• Propeller ditarik sampai terpasang dengan baik pada porosnya,
demikian juga dengan pasak/spee-nya.
• Poros didorong sampai ujung poros masuk ke dalam boss propeler.
• Baut dipasang dan dikuatkan dengan memasang baut-baut penguatnya
dan dikuatkan lagi dengan mengikat bonet penutup propeller dengan
baut pengikatnya sebanyak 10 buah.
19
Secara umum proses reparasi propeller berdasarkan jenis kerusakan atau
permasalahan yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
• Pengikisan daun propeller.
• Bersihkan daun propeller
• Lakukan penambahan bahan (sesuai material propeller) dengan las Pada
bagian-bagian propeller yang mengalami pengikisan.
• Setelah dilakukan penambahan ketebalan (las popok), selanjunya digerinda
dan dihaluskan permukaan daun propeller hingga sesuai dengan kondisi
awal dengan bentuk dan ketebalan yang sama.
• Langkah terakhir adalah balancing propeller
20
dan sesuai dengan beban yang mampu ditanggung engine.
• Persiapan sebelum pemotongan adalah pembuatan mal yang telah
disesuaiakan dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Mal yang dipakai
disini terbuat dari kertas sampul, langkah pertama pemotongan adalah
meletakkan mal pada blade yang akan dipotong kemudian dibuat pola sesuai
mal pada blade menggunakan spidol.
• Pemotongan dilakukan pada ujung blade sesuai dengan tujuan awal yaitu
mengurangi diameter. Alat yang digunakan adalah gerinda potong dan
orang yang berhak melakukan proses ini harus memiliki sertifikat dari klas.
• Untuk mempermudah proses pemotongan bagian yang akan dipotong dibagi
beberapa potongan kecil.
• Setelah semua bagian terpotong maka langkah selanjutnya bagian ujung
blade yang terpotong tadi dihaluskan menggunakan amplas atau gerinda,
seluruh blade juga dipoles menggunakan gerinda supaya terlihat rapi dan
indah
21
4.3 Proses Pekerjaan Reparasi Propeller Shaft
4.3.1 Pencabutan Poros Propeller
Poros yang telah lama digunakan harus dirawat, untuk itu poros tersebut
harus dilepas dulu dari dudukannya untuk dibawa ke bengkel mekanik
dan dilakukan perawatan. Sebelum dilepas gap antara poros dengan liner
diukur terlebih dahulu dengan menggunakan alat yang dinamakan wear
down gap. Peralatan yang digunakan untuk melepas poros propeler
antara lain : Hoist/tackle crane, gantry crane 25 ton, tali, tangga bantu
atau peranca dan kunci pas.
Proses pengerjaan :
• Pelepasan sambungan poros Baling-baling dengan flens kopling yang
terdapat pada gear box dikamar mesin. Dilakukan dengan melepas
baut-baut flens, mur dan pasak (key) penghubung. poros baling –
baling terdiri dari dua bagian yaitu intermediette shaft ( poros antara
) dan tail shaft (shaft yang terdapat propeller).
• Hoist dipasang pada bul-bul/kupingan di buritan dengan posisi di
sebelah belakang, kanan dan kiri.
• Tali diikat simpul pada poros propeler yang terlihat, dihubungkan
dengan masing-masing rantai hoist.
• Hoist di belakang dikeraskan sehingga secara perlahan poros tertarik
keluar dari stern tube-nya.
• Poros diangkat perlahan ke lantai dock dengan gantry crane dan diberi
bantalan balok kayu, lalu diangkat dengan Forklift Truck ke bengkel
mekanik.
22
Gambar 1.9 Pembersihan poros propeller
23
merah dan didiamkan beberapa saat agar bila ada kemungkinan terjadi
keretakan, penetrant dapat meresap. Kemudian dilap sampai
bersih/tidak berbekas.
• Disemprot developer berwarna putih, setelah kering kemudian
diperiksa. Jika terdapat bekas bercak/garis berwarna merah berarti ada
keretakan pada poros propeller.
24
lebih dari satu dengan tujuan untuk mempermudah dalam waktu
pemasangan dan pembongkaran pada saat perbaikan
Ketiga poros ini saling di hubungkan oleh flange couplings ( sambungan flens)
25
dengan cara yang sangat sederhana. Jika berdasarkan rumus tersebut hasilnya
janggal karena kalu nilai slip tidak ada maka efisiensi baling-baling 100%.
Akibat dari kejanggalan ini maka menimbulkan munculnya teori baling-baling
sesuai dengan berkembangnya waktu atau zaman. Baling-baling (propeller)
kapal memiliki berbagai jenis, yaitu sebagai berikut :
a. Fixed pitch propeller
Propeller dengan pitch tetap (fixed pitch prop-eller), propeller dengan
langkah tetap (fixed pitchpro-peller), biasa digunakan pada kapal besar
dengan rpm relatif rendah dan torsi yang dihasilkan tinggi.
26
Gambar 2.5 Integrated propeller dan rudder Propeller
e. Azzimuth thrusters
Azzimuth thruster digunakan untuk mempermudah kapal dalam manuver,
namun pemakaian alat penggerak dengan posisi berada dibagian atas
sehingga memberi tempat yang lebih untuk menempatkan penggerak
utamanya, baik berupa motor diesel atau motor listrik.
f. Electrical pods
Penggunaan populsi motor listrik mulai dari 5-25 Mwatt, menggantikan
penggunaan propeller dengan poros dan rudder konvensional. Pod propeller
diadopsi dari azzimuth propeller dengan menempatkan elektro motor
didalam pod diluar bagian kapal.
27
Gambar 2.8 Electrical pods
g. Tunnel Thrusters
Propeller yang ditempatkan didalam terowongan ini biasa digunakan untuk
tujuan manuver, sehingga mempermudah kapak untuk manuver terutama di
pelabuhan.
h. Waterjets
Populsi kapal menggunakan pompa yang menghisap air pada bagian depan
dan mendorongnya kebagian belakang sehingga kapal saat bergerak ke
depan dengan prinsip momentum. Penggerak ini lebih efisien digunakan
untuk kapal dengan kecepatan diatas 25 knots dengan power engine 50 KW
sampai 36 MW.
28
Gambar 3.2 Voith scneider propeller
Beberapa metode untuk meningkatkan daya dorong dan efisiensi dari baling-
baling antara lain :
Membuat beberapa sirip/fin didepan baling- baling hal ini dimaksudkan
untuk lebih mening- katkan aliran air yang masuk ke propeller
Memasang sirip/fin dibelakang baling-baling, tepatnya dipasang pada
kemudinya.
Membuat ujung baling-baling sedemikian rupa untuk mengurangi kavitasi
pada ujung baling- baling dan mengurangi getaran, baling-baling jenis ini
lazim disebut Highly Skewed Blade Shape.
Memasang beberapa sirip/fin pada boss baling- baling yang dilakukan untuk
mengurangi kavitasi pada aliran bebasnya.
Memasang sebuah baling-baling tambahan di- belakang baling-baling
utama dengan putaran yang terbalik dengan sebutan Contra Rotating
Propeller.
Dengan memasang poros baling-baling agak menyamping, sehingga baling-
baling tidak tepat pada posisi centrenya. Metode ini dikembangkan oleh
NKK Corp. Sehingga disebut sebagai NKK Off-centre Propeller Ships
(NOPS).
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Proses perawatan propeller Shaft kapal dilakukan ketika kapal berada di
dalam dok (proses docking), umumnya kerusakan pada propeller terjadi pada
bagian daunnya (blade) dimana daun propeller inilah yang menjadi prantara
antara kapal dan air sehingga kapal dapat berjalan, sebagai contoh kerusakan
pada daun propeller seperti : mengalami fouling, terjadi pengikisan akibat
kavitasi, terjadi keretakan dan bengkokan (bending) akibat berbenturan dan
sebagainya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dengan kondisi propeller
yang tidak optimum tersebut maka performa propeller akan turun.
5.2 Saran
Dalam perawatan Propeller Shaft perlu lebih hati-hati dan juga safety, karna
Propeller Shaft ini sangatlah berat dan besar beratnya mencapai 100 kg bahkan
beratnya dapat mencapai ton. Kehati-hatian dalam perawatan Propeller Shaft ini
sangatlah perlu, contohnya ketika dalam pelepasan, pemasangan kembali
Propeller Shaft atau juga sedang diakut menggunakan Forklif jangan sampai
jatuh karna kemungkinan terbesar yang terjadi Propeller Shaft akan menjadi
bengkok dan itu sangat fatal karna bengkok 3 mm saja, Propeller Shaft harus
diganti
30
DAFTAR PUSTAKA
Paska, A., & Hadi, E. S. (2016). Analisa Engine Propeller Matching Pada Kapal
Perintis Baru Type 200 Dwt Untuk Medapatkan Sistem Propulsi. Jurnal Teknik
Perkapalan, 4(3), 576–585.
Suryo W., Adji, Engine Propeller Matcing, Jurusan Teknik Sistem Perkapalan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
31
Lampiran 1. Rincian Kegiatan
Oktober November
Rencana Kerja Praktek
I II III IV I II III IV
Pengenalan dan Orientasi Dept.
Training
Pengenalan dan Orientasi Dept.
Procces
Pengenalan Proses Maintanance
Pengambilan Data
Analisa Data
Analisa Data dengan Studi Pustaka
Pembuatan Laporan
Penyerahan Laporan Kerja Praktek
Revisi dan Pengesahan Laporan
Tabel 1.1 alur kegiatan praktek
32
No Tanggal Rincian Kegiatan
8. Senin, 12 Oktober 2020 • Memasang bearing ass daun
kemudi kapal KM Takabonerate
9. Selasa, 13 Oktober 2020 • Membersihkan busing
• Memasang ass plans daun
kemudi bagian bawah kiri kapal
KM Takabonerate
Rabu, 14 Oktober 2020 • Menyetel bearing bantalan ass
10. daun kemudi KM Takabonerate
pada mesin bubut
• Survay lubang ass propeller
11. Kamis, 15 Okteober 2020 sebelah kanan kapal KM
Takabonerate
• Survay lubang ass propeller
Jum’at, 16 Oktober 2020 sebelah kiri kapal KM
12.
Takabonerate
13. Senin, 19 Oktober 2020 • Menyetel ass daun kemudi yang
ingin dibubut
33
Lampiran 2. Dokumntasi Kegiatan Magang
34