395 729 2 PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ners Volume 3 Nomor 2 Tahun 2019 Halaman 1 – 10

JURNAL NERS
Research & Learning in Nursing Science
http://journal.stkiptam.ac.id/index.php/ners

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN


TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
DI KELOMPOK BERMAIN PERMATA

Alini1, Wirdatul Jannah2


Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
[email protected]

Abstrak
Di Indonesia, dalam kurun waktu satu tahun terdapat 23 - 83 % dari anak usia prasekolah pernah mengalami
tempertantrum. Penyebab dari temper tantrum ini beragam, satu diantaranya adalah pola asuh orangtua.
Akibat yang ditimbulkan dari temper tantrum ini cukup berbahaya, diantaranya adalah anak akan mengalami
cedera fisik saat terjadinya ledakan emosi, dan anak temper tantrum ketika dewasa akan mempunyai kontrol
diri yang rendah dan mudah marah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh
orang tua dengan kejadia temper tantrum pada anak prasekolah. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi yang terdaftar di Kelompok
Bermain Permata Bunda desa Pulau Sarak yang berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian adalah dengan menggunakan teknik total sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisa
univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pola asuh demokratis dengan kejadian
temper tantrum (p value = 0,033 ≤ α 0,05), ada hubungan antara pola asuh otoriter dengan kejadian temper
tantrum (p value = 0,041 ≤ α 0,05), tidak ada hubungan antara pola asuh permisif dengan kejadian temper
tantrum (p value = 0,0274 ≥ α 0,05). Diharapkan kepada Orangtua mampu menerapkan pola asuh yang baik,
seperti pola asuh demokratis dimana pola asuh ini dianggap baik diterapkan kepada anak karena resiko
terjadinya temper tantrum pada anak lebih kecil dibandingkan dengan pola asuh otoriter dan permisif..
Kata Kunci: Temper Tantrum, Demokratis, Otoriter, Permisif
Abstract
In Indonesia, within one year there are 23-83% of preschool-aged children have experienced tempertantrum.
The causes of temper tantrums vary, one of which is parenting. As a result of this temper tantrum is quite
dangerous, including the child will experience physical injury during emotional outbursts, and temper
tantrum children as adults will have low self-control and irritability. The purpose of this study was to
determine the relationship between parenting parents with the occurrence of temper tantrums in preschool
children. This type of research is quantitative with cross sectional design. The sample in this study were all
students enrolled in the Permata Bunda Play Group in Pulau Sarak village, amounting to 30 people. The
sampling technique in this research is to use a total sampling technique. Analysis of the data used is
univariate and bivariate analysis. The results showed there is a relationship between democratic parenting
with the occurrence of temper tantrums (p value = 0.033 α α 0.05), there is a relationship between
authoritarian parenting with temper tantrum events (p value = 0.041 ≤ α 0.05), there is no relationship
between permissive parenting with the occurrence of temper tantrums (p value = 0.0274 ≥ α 0.05). Parents
are expected to be able to apply good parenting, such as democratic parenting where the parenting is
considered good applied to children because the risk of temper tantrums in children is smaller compared to
authoritarian and permissive parenting.
.Keywords: Temper Tantrum, Democratic, Authoritarian, Permissive
@Jurnal Ners Prodi Sarjana Keperawatan & Profesi Ners FIK UP 2018

Corresponding author :
Address : Jl. Tuanku Tambusai No. 23 Bangkinang
Email : [email protected]
Phone : 085265591056

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


2| HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN PERMATA

PENDAHULUAN bergerak dari sikap dependen ke independen.


Anak didefenisikan sebagai individu yang Namun bila dibiarkan terus menerus akan
berada dalam satu rentang perubahan berdampak negatif terhadap perkembangan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga psikologis anak (Yusuf, 2016 ).
remaja. Sesuai dengan pengertian anak menurut Data badan pusat statistika (BPS) tahun 2016
UU Perlindungan Anak, masa anak dapat menyebutkan bahwa jumlah anak pra sekolah di
dikatakan sebagai masa pertumbuhan dan Indonesia dengan rentang usia 2-7 tahun sebanyak
perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1) hingga 30,26 juta jiwa. Menurut data dinas kependudukan
remaja (11-18). Ada juga yang kemudian membagi catatan sipil tahun 2018, jumlah penduduk riau
masa tumbuh kembang anak muali dari usia adalah 6.074.068 jiwa, dan 333.482 jiwa
bermain/ toddler (1-2,5 tahun), prasekolah (2,5-5 diantaranya adalah anak usia pra sekolah. Itu
tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja artinya 9,1% penduduk Riau adalah anak-anak
(11-18 tahun) (Suryani dan Badi’ah, 2012). dengan usia pra sekolah. Sedangkan data dinas
Prasekolah adalah program untuk anak-anak pendidikan kabupaten Kampar tahun 2019,
berusia 3-5 tahun, sebelum mereka memasuki menyatakan bahwa ada 4.383 anak dengan
Taman Kanak-Kanak (TK). Tujuan utama program rentang usia 3-5 tahun.
prasekolah adalah membantu anak bersosialisasi, Berdasarkan data dari dinas pendidikan dapat
meningkatkan sosioemosional anak dan diketahui bahwa anak yang berusia 3-5 yang
mempersiapkan anak memasuki TK atau kelas satu terdaftar di PAUD tahun 2019 dengan jumlah anak
(Morrison, 2012). Usia pra sekolah adalah anak- terbanyak berada di kecamatan Kampar dengan
anak dengan rentang usia 3-5 tahun, dimana anak jumlah 512 anak. Sebagian besar anak-anak
mulai berkembang superegonya (suara hati) yaitu dengan rentang usia 3-5 tahun ini terdaftar di KB
merasa bersalah bila ada tindakannya keliru. Pada yang tersebar di kecamatan Kampar. Berdasarkan
masa ini anak juga mulai mengenal cita-cita, data Kelompok Bermain di Kabupaten Kampar
belajar menggambar, menulis, dan mengenal diketahui bahwa jumlah murid kelompok bermain
angka serta bentuk/ warna benda. Pada tahap ini, yang ada di kecamatan kampar adalah 512, dengan
orang tua perlu mulai mempersiapkan anak untuk rentang usia 3-5 tahun.
masuk sekolah. Bimbingan, pengawasan, Pada usia pra sekolah, anak mulai berkenalan
pemgaturan yang bijaksana, perawatan kesehatan, dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang
dan kasih sayang dari orang tua serta orang-orang dikehendaki tidak terpenuhi. Rasa kecewa, marah,
di sekitarnya sangat diperlukan oleh anak sedih dan sebagainya merupakan suatu rasa yang
(Ambarwati dan Nasution,2012). wajar dan natural. Namun seringkali orangtua
Pada tahap perkembangan kepribadian anak menyumbat emosi yang dirasakan oleh anak.
mengalami periode perlawanan atau masa krisis Misalnya saat anak menangis karena kecewa,
pertama. Krisis ini terjadi karena adanya orangtua dengan berbagai cara berusaha
perubahan yang hebat dalam dirinya, yaitu anak menghibur, mengalihkan perhatian, bahkan
mulai sadar akan Aku-nya, dia menyadari bahwa memarahi demi menghentikan tangisan anak. Hal
dirinya terpisah dari lingkungan atau orang lain, ini sebenarnya membuat emosi anak tak
anak suka menyebut nama dirinya apabila tersalurkan dengan lepas. Jika hal ini berlangsung
berbicara dengan orang lain. Dengan kesadaran ini terus menerus, akibatnya timbullah yang disebut
anak akan menemukan bahwa ada dua pihak yang dengan tumpukan emosi. Tumpukan emosi inilah
berhadapan, yaitu (Aku-nya) dan orang lain ( yang nantinya dapat meledak tak terkendali dan
orangtua, saudara, guru dan teman sebaya). muncul sebagai temper tantrum (Kirana, 2013).
Dia mulai menemukan bahwa tidak setiap Temper tantrum adalah luapan emosi yang
keinginannya dipenuhi orang lain, memperhatikan meledak-ledak dan tidak terkontrol. Tanda dan
kepentingannya, pertentangan antara kemauan diri gelaja temper tantrum ini beragam, mulai dari
dan tuntunan lingkungannya, dapat mengakibatkan (hanya) merengek, menangis, menjerit-jerit,
ketegangan dalam diri anak, sehingga tidak jarang mengguling-gulingkan badan di lantai,
anak meresponsnya dengan sikap membandel atau menendang, memukul, mencakar, bahkan ada yang
keras kepala serta meledakkan emosinya. Bagi usia bereaksi menahan nafas. Biasanya, tantrum ini
anak, sikap seperti ini merupakan suatu kewajaran, berlangsung 30 detik sampai 2 menit dan intensitas
karena perkembangan pribadi mereka sedang tertinggi terjadi pada 30 detik pertama. Tantrum

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


3| HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN PERMATA

bisa muncul kapan saja dan dimana saja. Tak lebih menyerupai perilaku anak yang lebih muda.
peduli di rumah, dalam perjalanan, maupun di (3) Goncangan keseimbangan tubuh tercermin
tengah keramaian. Seringkali orang tua terkaget- pada efisiensi mental yang menurun, terutama
kaget dengan perilaku ini, dan membuat orang tua dalam segi ingatan, konsentrasi dan penalaran. (4)
kalang-kabut untuk mengatasinya (Rahmah, 2012). Nilai sekolah juga tampak dipengaruhi oleh
Temper tantrum ini biasanya dipicu oleh beberapa ketegangan emosional, kesulitan membaca,
hal, diantaranya: (1) Orang tua menolak atau tidak merupakan kesulitan yang umum pada anak yang
mengabulkan permintaan anak. (2) Anak tak emosionalnya meninggi. (5) Emosionalitas yang
mampu mengungkapkan keinginannya. (3) Anak meninggi mempengaruhi penyesuaian anak secara
bisa frustasi karena tak berhasil melakukan sesuatu tidak langsung karena penilaian sosial yang
yang ia anggap mampu ia lakukan. (4) diterima anak mempengaruhi sikap dan perilaku
Terhalangnya keinginan anak untuk mandiri. (5) anak terhadap orang lain. (6) Penyesuaian sosial
Anak merasa lelah, lapar atau merasa tidak berkaitan dengan konsep diri anak, emosionalitas
nyaman. (5) Suasana hati anak sedang buruk, dan yang meninggi menimbulkan dampak yang
(6) Anak sedang menarik perhatian orangtuanya merugikan bagi perkembangan kepribadian anak
(Rahmah, 2012). Untuk mencegah perilaku (Hurlock, 2009 dalam Wulansari, 2015).
tantrum pada anak maka dibutuhkan peran Akibat yang ditimbulkan dari Temper tantrum
orangtua.. Salah satu yang mempengaruhi sikap ini cukup berbahaya, misalnya anak yang
dan perilaku anak adalah pola asuh yang melampiskan kekesalannya dengan cara berguling-
diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya. guling dilantai yang keras dapat menyebabkan
Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak mengalami cedera fisik. Anak yang
anak-anaknya sangat diperlukan terutama pada melampiaskan amarahnya dapat menyakti dirinya
saat mereka masih berada dibawah usia lima sendiri, menyakiti orang lain atau merusak benda
tahun. Mengasuh, membina, dan mendidik anak di yang ada disekitanya. Jika benda-benda yang ada
rumah merupakan kewajiban bagi setiap orang tua disekitar anak merupakan benda keras maka akan
dalam usaha membentuk pribadi anak. Dengan sangat berbahaya karena anak dapat tersakiti dan
menjaga dan melindungi serta menanamkan rasa mengalami cedera akibat dari tindakan tantrumnya
kasih sayang kepada anak, agar anak tersebut (Kirana,2013). Akibat jangka panjang bagi anak
dibekali dengan rasa kasih sayang terhadap temper tantrum ketika dewasa adalah anak
sesamanya. Namun demikian didalam proses mempunyai kontrol diri yang rendah dan mudah
pengasuhan, pembinaan dan pendidikan terdapat marah, karena itu perilaku temper tantrum harus
beberapa masalah yang menimbulkan kesulitan segera dikurangi sedikit demi sedikit (Izzati,2005
dalam pengasuhan anak. Suherman (2000, dalam dalam Suzanti 2014).
Mutiah, 2010) menyebutkan bahwa ada 3 jenis Penelitian yang dilakukan di Chichago
pola asuh yang sering diterapkan orang tua dalam menyatakan 50-80 % temper tantrum terjadi pada
mendidik anaknya, yaitu otoriter, liberal dan anak usia 2-3 tahun terjadi seminggu sekali, dan
demokratis (Mutiah,2010). Penerapan pola asuh 20% terjadi hampir setiap hari (Tiffany, 2012
dalam keluarga dapat berpengaruh terhadap dalam Zakiyah, 2015). Penelitian lain yang
tumbuh kembang anak. Penerapan pola asuh yang dilakukan di Northwestem Feinberg, berdasarkan
tidak tepat dapat menjadi pemicu terjadinya survey dari 1.500 orang tua, studi ini menemukan
temper tantrum pada anak. bahwa 84% dari anak-anak usia 2-5 tahun
Seiring dengan adanya emosi yang meninggi meluapkan frustasinya dengan mengamuk dalam
yang terjadi pada anak dapat menimbulkan satu bulan terakhir, dan 8,6% diantaranya memiliki
dampak tersendiri pada perkembangan anak. tantrum sehari-hari yang justru jika itu terjadi
Hurlock (2009), mengemukakan dampak setiap hari merupakan tidak normal
emosionalitas yang meninggi antara lain: (1) (Wakschlag,2012 dalam Zakiyah,2015) .
Keadaan emosional yang menguat sering atau Sedangkan di Indonesia, dalam kurun waktu satu
menetap dapat menggoncangkan keseimbangan tahun terdapat 23 - 83 % dari anak usia 2 hingga 4
tubuh dan mencegah berfungsinya tubuh secara tahun pernah mengalami temper tantrum
normal. (2) Apabila keseimbangan tubuh (Psikologizone, 2012 dalam Zakiyah,2015).
terguncang emosi, perilaku anak menjadi kurang Penelitian yang dilakukan oleh Kirana (2013),
teratur dibandingkan dalam keadaan normal, dan menyatakan terdapat hubungan antara pola asuh

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


4| HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN PERMATA

orang tua dengan kejadian temper tantrum pada temper tantrum fisik. Dari wawancara yang
anak usia prasekolah. Pola asuh orangtua sangat dilakukan dengan orang tua diduga pemicu
mempengaruhi setiap perilaku anak. Segala model munculnya temper tantrum pada anak karena pola
atau gaya pengasuhan orangtua akan membentuk asuh yang kurang tepat dari orang tua, misalnya
suatu perilaku dan pengelolaan emosi yang orang tua sering memaksakan kehendak kepada
berbeda-beda sesuai apa yang telah diajarkan oleh anak sehingga anak yang dipaksa berubah dari satu
orang tua. Orang tua merupakan lingkungan aktivitas ke aktivitas lain akan lebih mudah
pertama yang sangat berperan penting dalam setiap menjadi marah dan bertingkah laku berlebihan.
perkembangan anak khususnya perkembangan Dari permasalah yang ada, maka penulis tertarik
kepribadian dan emosi anak. untuk melakukan penelitian tentang “hubungan
Penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah pola asuh orangtua dengan kejadian temper
(2015),tentang hubungan antara pola asuh orang tantrum pada anak usia pra sekolah di kelompok
tua dengan kejadian temper tantrum pada anak bermain Permata Bunda kecamatan Kampar tahun
usia toddler, hasil penelitian tersebut menyatakan 2019”.
terdapat hubungan antara pola asuh orang tua
dengan kejadian temper tantrum pada anak usia METODE
toddle. Hasil penelitian ini menunjukkan pola asuh Desain Penelitian
orangtua masih cenderung kurang baik, cuek saat Rancangan dalam penelitian ini adalah jenis
menangis, kurang memuji, masih membandingkan rancangan cross sectional. Rancangan cross
anak, menegur dengan keras serta tidak meminta sectional merupakan rancangan penelitian dengan
melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat
pendapat anak. Sedangkan kejadian temper
bersamaan (sekali waktu) antara faktor
tantrum yang sering terjadi pada anak adalah
resiko/paparan dengan penyakit (Hidayat,2011).
menangis, menjerit dan merengek.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eka Lokasi dan Waktu Penelitian
dan Tanti (2018) diperoleh hasil bahwa terdapat Lokasi dan waktu penelitian merupakan
hubungan jumlah saudara dengan kejadian temper rencana tentang tempat dan jadwal yang akan
tantrum pada anak usia 3-5 tahun. Banyak faktor dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan
yang menyebabkan anak mengalami temper kegiatan penelitian (Hidayat,2011). Penelitian ini
tantrum, salah satunya adalah lingkungan keluarga dilakukan dengan mengunjungi orangtua dari anak
yang didalamnya terdapat jumlah saudara. Anak yang terdaftar di Kelompok Bermain Permata
yang memiliki jumlah saudara yang besar akan Bunda Desa Pulau Sarak kecamatan Kampar pada
cenderung menghasilkan perselisihan daripada tanggal 24 sampai tanggal 31 mei 2019.
anak dengan jumlah saudara yang kecil.
Sebelum mengadakan penelitian, terlebih Populasi
dahulu peneliti mengadakan studi pendahuluan di Populasi adalah wilayah generalisasi yang
2 kelompok bermain yang berada di kecamatan terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai
Kampar, yaitu KB Permata Bunda dan KB kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
Sulthana Latifah. Peneliti melakukan wawancara oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
serta pembagikan angket kepada 15 orang tua kesimpulannya (Sugiyono, 2004 dalam Hidayat,
2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa di 2 kelompok bermain. Berdasarkan
orang tua siswa Kelompok Bermain Permata
wawancara dengan orang tua siswa di KB Permata Bunda Desa Pulau Sarak yang berjumlah 30 anak.
Bunda, diketahui bahwa semua anak pernah
mengalami gejala temper tantrum dengan Sampel
persentase 65,93% ,28,6% diantaranya anak Sampel merupakan bagian dari populasi yang
mengalami temper tantrum fisik dan 37,3% anak akan diteliti atau sebagai jumlah dari karakteristik
mengalami temper tantrum verbal. Sedangkan di yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian
KB Sulthana Latifah terdapat 15 orang anak yang keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria
menunjukkan gejala temper tantrum verbal dan 11 inklusi dan kriteria ekslusi, dimana kriteria
anak memperlihatkan gejala temper tantrum fisik tersebut menetukan dapat atau tidaknya sampel
dengan persentase sebesar 44,6%. Di KB Sulthana tersebut digunakan (Hidayat, 2011) Sampel dalam
Latifah terdapat 28,6% anak mengalami yang penelitian ini adalah sebagian orang tua siswa di
temper tantrum verbal dan 16 % anak mengalami Kelompok Bermain Permata Bunda desa Pulau

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


5| HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN PERMATA

Sarak yang memiliki kriteria inklusi sebagai 4 tahun yaitu 17 orang anak (56,7%), sebagian
berikut: orang tua dari siswa Kelompok Bermain besar anak berjenis kelamin perempuan yaitu 17
Permata Bunda desa Pulau Sarak dengan usia anak orang anak (56,7%), hampir sebagian anak yang
prasekolah saat penelitian dilakukan. Sedangkan menjadi responden adalah anak pertama yaitu
kriteria eksklusinya adalah tidak bersedia menjadi sebanyak 12 orang anak (40,0%), sebagian
responden. Teknik pengambilan sampel dalam responden dengan jumlah saudara dua orang
penelitian ini adalah menggunakan teknik total sebanyak 12 anak (40,0%), sebagian besar
sampling, yaitu pengambilan sampel yang responden memiliki tipe keluarga inti yaitu 20
dilakukan dengan cara mengambil seluruh anggota orang (66,7%), dari keseluruhan responden hanya
populasi. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebagian kecil anak yang memiliki saudara tiru
adalah 30 siswa. yaitu ada 2 orang anak (6,7%) dan hampir
seluruhnya anak tidak memiliki saudara tiri yaitu
Alat Pengumpulan Data 28 orang anak (93,3%), serta hampir seluruhnya
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk anak tidak dititipkan atau diasuh sepenuhnya oleh
mengetahui kejadian temper tantrum pada orang tua yaitu 27 anak (90,0%).
penelitian ini berupa kuesioner. Alat ukur yang Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
digunakan menggunakan skala likert. Hasil ukur
sebagian dari responden memiliki rentang usia 20-
kejadian temper tantrum dibagi menjadi 2
kategori yaitu temper tantrum fisik dan temper 29 tahun yaitu sebanyak 15 orang (50%), sebagian
tantrum verbal. Dari 2 kategori ini dibagi lagi besar ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT)
menjadi kategori rendah, sedang dan tinggi. yaitu ada 22 orang (73,3%), sebagian besar
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk pendidikan ibu adalah SMA sederajat yaitu
mengetahui pola asuh orang tua pada penelitian ini sebanyak 12 orang (30%), sebagian besar anak
berupa kuesioner. Hasil ukur pola asuh orang tua mengalami temper tantrum tinggi yaitu 21 orang
dalam penelitian dibagi 3 kategori, yaitu:
anak (70,0%), orang tua yang menerapkan pola
Demokratis, Otoriter dan Permisif. Kemudian dari
tiga kategori ini, dibagi lagi dalam 3 kategori asuh demokratis sebagian besar dengan kategori
yaitu, rendah, sedang dan tinggi. Kuesioner ini sedang yaitu 21 orang tua (70,0%), kemudian
diambil dari penelitian Kirana (2013) dengan judul hampir setengah dari orang tua yang menerapkan
hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian pola asuh otoriter kategori sedang yaitu 14 orang
temper tantrum pada anak pra sekolah. Kuesioner (46,7%), sedangkan untuk pola asuh permisif
pola asuh orang tua terdiri dari 31 pernyataan. setengah dari orang tua menerapkan kategori
rendah yaitu 15 orang (50,0%).
Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah analisa
univariat dan analisa bivariat. Analisa univariat Analisa Bivariat
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan Analisa bivariat ini memberikan gambaran ada
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada tidaknya hubungan antara variabel independen
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan (pola asuh orang tua) dan variabel dependen
distribusi frekuensi dan persentase dari setiap (kejadian temper tantrum) pada anak usia pra
variabel. Analisa bivariat digunakan untuk melihat sekolah. Analisa bivariat diolah dengan
hubungan antara variabel independen dengan menggunakan program komputerisasi
variabel dependen. Analisa bivariat dalam menggunakan kolmogorov smirnov. Kedua
penelitian ini menggunakan uji chi-square (X2) variabel terdapat hubungan apabila p value ≤ 0,05.
dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% Hasil analisa bivariat dapat dilihat pada tabel
dengan menggunakan sistem komputerisasi. berikut ini:

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1: Hubungan Pola Asuh Demokratis Dengan


Analisis Univariat Kejadian Temper Tantrum Pada Anak Usia Pra
Sekolah Di Kelompok Bermain Permata Bunda
Analisa univariat dalam penelitian ini adalah Kecamatan Kampar tahun 2019
karaktersitik responden (usia, jenis kelamin, urutan
anak, jumlah saudara, tipe keluarga, anak yang
mempunyai saudara tiri, anak dititipkan, dan
tempat penitipan anak), usia ibu, pekerjaan ibu dan
pendidikan ibu. Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa sebagian besar responden berusia

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


6| HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN PERMATA

dengan pola asuh otoriter rendah, tidak satupun


(0%) responden yang mengalami temper tantrum
Dari tabel 1 diatas diketahui bahwa hasil rendah/sedang dan selurunya yaitu 1 responden ini
tabulasi silang (crosstabs) antara pola asuh (100%) mengalami tempertantrumtinggi.
demokratis rendah terhadap kejadian Kemudian hasil tabulasi silang (crosstabs) antara
tempertantrum menunjukkan bahwa dari 1 pola asuh otoriter sedang terhadap kejadian
responden (3,3%) dengan pola asuh demokratis tempertantrum menunjukkan bahwa dari 14
rendah, tidak ada satupun (0%) yang mengalami responden (46,7%) dengan pola asuh otoriter
temper tantrum rendah/sedang dan seluruhnya sedang, 8 diantaranya mengalami temper tantrum
yaitu 1 responden ini (100%) mengalami rendah/sedang(57,1%) dan 6 anak (42,9%)
tempertantrumtinggi. Kemudian hasil tabulasi mengalami tempertantrumtinggi. Selanjutnya
silang (crosstabs) antara pola asuh demokratis tabulasi silang pada pola asuh otoriter tinggi
sedang terhadap kejadian tempertantrum terhadap kejadian tempertantrum menunjukkan
menunjukkan bahwa dari 21 responden (70%) bahwa dari 15 responden (50%) dengan pola asuh
dengan pola asuh demokratis sedang, 3 otoriter tinggi, 1 diantaranya mengalami temper
diantaranya mengalami temper tantrum tantrum rendah/sedang (6,7%) dan 14 anak
rendah/sedang (14,3%) dan 18 anak (85,7%) (93,3%) mengalami tempertantrumtinggi.
mengalami tempertantrum tinggi. Selanjutnya
tabulasi silang pada pola asuh demokratis tinggi Hasil analisa statistik diperoleh nilai signifikan
terhadap kejadian tempertantrum menunjukkan p value = 0,041 (p value ≤ α 0,05). Hal ini dapat
bahwa dari 8 responden (26,7%) dengan pola asuh diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
demokratis tinggi, 6 diantaranya mengalami antara pola asuh otoriter dengan kejadian temper
temper tantrum rendah/sedang(75,0%) dan 2 anak tantrum pada anak usia pra sekolah di Kelompok
(25,0%) mengalami tempertantrumtinggi. Bermain Permata Bunda desa Pulau Sarak dengan
nilai OR = 5,949. Dengan demikian orang tua yang
Hasil analisa statistik diperoleh nilai signifikan menerapkan pola asuh otoriter beresiko 5,949 kali
p value = 0,033 (p value ≤ α 0,05). Hal ini dapat lipat memicu kejadian temper tantrum pada anak
diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan usia pra sekolah.
antara pola asuh demokratis dengan kejadian
temper tantrum pada anak usia pra sekolah di Tabel 3: Hubungan Pola Asuh Permisif Dengan
Kelompok Bermain Permata Bunda desa Pulau Kejadian Temper Tantrum Pada Anak Usia Pra
Sarak dengan nilai OR = 0,055. Dengan demikian Sekolah Di Kelompok Bermain Permata Bunda
orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis Kecamatan Kampar tahun 2019
beresiko 0,055 kali lipat memicu kejadian temper
tantrum pada anak usia prasekolah

Tabel 2: Hubungan Pola Asuh Otoriter Dengan


Kejadian Temper Tantrum Pada Anak Usia Pra
Sekolah Di Kelompok Bermain Permata Bunda
Kecamatan Kampar tahun 2019
p
Pola Temper tantrum Dari tabel 3 diatas diketahui bahwa hasil
N Total valu
asuh Rendah/sedang tinggi e
o
otoriter tabulasi silang (crosstabs) antara pola asuh
N %
N % N % permisif rendah terhadap kejadian tempertantrum
1 Rendah 0 0,0 1 100 1 100 menunjukkan bahwa dari 15 responden (50%)
2 Sedang 8 57,1 6 42,9 14 100 0,041 dengan pola asuh permisif rendah, 7 responden ini
3 Tinggi 1 6,7 14 93,3 15 100 (46,7%) mengalami tempertantrumrendah/sedang
Total 9 30,0 21 70,0 30 100 dan 8 responden (53,3%) mengalamitinggi.
Kemudian hasil tabulasi silang (crosstabs) antara
Dari tabel 2 diatas diketahui bahwa hasil pola asuh permisif sedang terhadap kejadian
tabulasi silang (crosstabs) antara pola asuh otoriter tempertantrum menunjukkan bahwa dari 11
rendah terhadap kejadian tempertantrum responden (36,7%) dengan pola asuh permisif
menunjukkan bahwa dari 1 responden (3,3%) sedang, 1 diantaranya mengalami temper tantrum

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


7| HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN PERMATA

rendah/sedang(9,1%) dan 10 anak (90,9%) permusuhan dan rasa cemburu antara saudara
mengalami temper tantrum tinggi. Selanjutnya kandung yang memunculkan suasana
tabulasi silang pada pola asuh permisif tinggi menegangkan antara saudara kandung. Hal ini
terhadap kejadian tempertantrum menunjukkan didukung oleh karakteristik responden dimana dari
bahwa dari 4 responden (13,3%) dengan pola asuh keseluruhan responden yaitu 80% diantaranya
permisif tinggi, 1 diantaranya mengalami temper anak memiliki saudara.Menurut Boyle (dalam
tantrum rendah/sedang(25%) dan 3 anak (75%) khasanah & Rosyida) persaingan antara saudara
mengalami temper tantrum tinggi. kandung terjadi karena masalah sehari-hari seperti
Hasil analisa statistik diperoleh nilai signifikan perhatian orang tua yang terbagi, sehingga anak
p value = 0,274 (p value ≥ α 0,05). Hal ini dapat akan menunjukkan reaksi yang agresif seperti
diartikan bahwa tidak terdapat hubungan yang mencubit, memukul, melukai adiknya bahkan
signifikan antara pola asuh permisif dengan menendang dan dapat pula terjadi kemunduran
kejadian temper tantrum pada anak usia pra pada anak seperti mengompol, manja, rewel,
sekolah di Kelompok Bermain Permata Bunda menangis sampai meledak-ledak seta menangis
desa Pulau Sarak dengan nilai OR = 2,772. tanpa sebab.
Dengan demikian orang tua yang menerapkan pola Menurut asumsi peneliti, jenis kelamin juga
asuh permisif beresiko 2,772 kali lipat memicu berpengaruh terhadap kejadian temper tantrum
kejadian temper tantrum pada anak usia pra pada anak. Ditinjau dari karakteristik responden,
sekolah. sebagian besar anak berjenis kelamin perempuan
(56,7%) dan hampir setengahnya berjenis kelamin
PEMBAHASAN laki-laki (43,3%). Jenis kelamin adalah perbedaan
1. Hubungan pola asuh demokratis dengan antara perempuan dengan laki-laki secara biologi
kejadian temper tantrum sejak seorang dilahirkan. Jenis kelamin berkaitan
Orang tua yang menerapkan pola asuh dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana
demokratis beresiko 0,055 kali lipat memicu laki-laki memproduksi sel telur dan perempuan
kejadian temper tantrum pada anak usia pra menghasilkan sel telur. Perbedaan biologis dan
sekolah. Menurut asumsi penelitisemakin tinggi fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak
penerapan pola asuh demokratis pada anak maka dapat ditukarkan dan fungsinya tetap dengan
resiko anak untuk mengalami temper tantrum akan segala ras yang ada dimuka bumi (Hungu, 2007
semakin berkurang. Hal ini didukung oleh dalam Mediansari dkk).
karakteristik responden yang menerapkan pola Hal ini didukung oleh penelitian yang
asuh demokratis tinggi maka kejadian temper dilakukan purba (2011) yang menyatakan bahwa
tantrumpada anak cederung rendah. terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
Menurut asumsi peneliti, selain pola asuh kelamin dengan perilaku temper tantrum pada
kejadin temper tantrum juga dipengaruhi oleh anak. Anak laki-laki memiliki kepribadian temper
urutan kelahiran anak. Hal ini didukung oleh tantrum dengan alasan anak-laki-laki cenderung
karakteristik responden dimana hampir setengah sering marah dengan menendang, memukul dan
dari responden (40%) adalah anak pertama atau melempar benda disekitarnya. Sedangkan anak
anak sulung. Menurut Gunarsa (1995 dalam perempuan memiliki kepribadian temper tantrum
Siregar, 2011) anak sulung atau anak pertama yang dengan alasan anak perempuan lebih sering
lahir di suatu kelurga maka berarti pengalaman menunjukkan sikap manja dan sering menangis
merawat anak, pengalaman mendidik anak belum atau lebih sensitive dan cenderung ingin
dimiliki oleh kedua orang tuanya. Kekurangan diperhatikan. Selain itu, pada semua tingkat usia
pengetahuan dan pengalaman dari orangtua dan ditinjau sebagai suatu kelompok, anak
membawa akibat tersendiri dalam diri anak. jadi perempuan memperlihatkan ketakutan yang lebih
karena orang tua belum berpengalaman merawat banyak dari pada laki-laki.
anak sewaktu menghadapi anak pertamanya, orang
tua cenderung terlalu cemas dalam melindungi 2. Hubungan pola asuh otoriter dengan
berlebihan. kejadian temper tantrum
Kemudian peneliti juga berasumsi bahwa Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter
anak-anak yang memiliki saudara akan memicu beresiko 5,949 kali lipat memicu kejadian temper
terjadinya sibling rivalry. Sibling rivalryini adalah tantrum pada anak usia pra sekolah. Hal ini

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


8| HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN PERMATA

didukung oleh karakteristik responden, dimana menjalankan peran asuh, selain itu orang tua akan
semakin tinggi penerapan pola asuh otoriter pada lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan
anak maka kejadian temper tantrum juga akan dan perkembangan yang normal.
semakin tinggi. Hasil analisa ini didukung oleh Menurut asumsi peneliti temper tantrum pada
teori Hasan (2011, dalam Kirana, 2013) yang anak dengan pola pengasuhan otoriter ini juga
menyatakan bahwa cara orang tua mengasuh anak dipengaruhi oleh fungsi afektif keluarga. Hal ini
berperan untuk menyebabkan temper tantrum, didukung oleh karakteristik responden yang
semakin orang tua bersikap otoriter, semakin besar sebagian besar menerapkan pola asuh otoriter ini
pula kemungkinan untuk bereaksi dengan amarah. cenderung tinggi. Menurut Soetjiningsih dan
Kemudian menurut asumsi peneliti terjadinya Ranuh (2013) temper tantrum pada anak karena
temper tantrum bukan hanya disebabkan oleh pola orang tua terlalu memanjakan anak, mencemaskan
asuh namun juga disebabkan jumlah saudara anak dan terlalu melindungi anak. hal ini didukung oleh
dalam keluarga dan hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2018)
penelitian yang didapat dimana karakteristik anak menyatakan terdapat hubungan antara fungsi
memiliki saudara yaitu sebesar 80% anak yang afektif keluarga dengan perilaku temper tantrum
memiliki saudara. pada anak usia 3-5 tahun.
Hal ini sejalan dengan penelitian supriyanti &
Hariyanti (2018), dimana hasil penelitian 3. Hubungan pola asuh permisif dengan
menunjukkan bahwa keluarga yang didalamnya kejadian temper tantrum
ada jumlah saudara cenderung menghasilkan Orang tua yang menerapkan pola asuh
perselisihan. Penelitian ini juga menunjukkan permisif beresiko 2,772 kali lipat memicu
adanya hubungan signifikan antara jumlah saudara kejadian temper tantrum pada anak usia pra
dengan kejadian temper tantrum. Soetjiningsih sekolah. Angka ini cukup tinggi dibandingkan
(2013 dalam) menyatakan bahwa jumlah anak resiko yang diterapkan jika orang tua menerapkan
yang banyak didalam keluarga dapat menyebabkan pola asuh demokratis. Berdasarkan karakteristik
perhatian dan kasih sayang orang tua kepada anak responden, sebagian besar dari responden orang
berkurang, terutama jika selisih usia anak terlalu tua sudah mulai meninggalkan jenis pola asuh ini.
dekat. Hal ini didukung dengan karakteristik responden
Jumlah saudara dapat mempengaruhi temper yang hanya 13,3% saja orang tua yang
tantrum karena rasa cemburu anak dengan menerapkan pola asuh permisif kategori tinggi.
saudaranya. Temper tantrum bukanlah suatu Menurut asumsi peneliti, rendahnya kejadian
penyakit yang berbahaya namun jika orang tua temper tantrum pada pola asuh permisif ini
membiarkan temper tantrum berlarut-larut dan disebabkan oleh sebagian besar orang tua sudah
tidak pernah memberikan solusi yang benar meninggalkan pola asuh ini. Hal ini disebabkan
kepada anak maka perkembangan emosional anak oleh pekerjaan ibu, dimana sebagia besar
dapat terganggu (karyati,2017 dalam supriyanti & responden (73,3%) adalah ibu rumah tangga. Ibu
Hariyanti, 2018). yan tidak bekerja akan lebih memiliki banyak
Selain itu, peneliti berasumsi bahwa waktu untuk memantau kegiatan anak dan kontrol
pengalaman dalam mendidik anak sebelumnya ibu kepada anak akan cenderung lebih tinggi.
juga berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya Berbeda dengan teori pola asuh permisif, dimana
kajadian temper tantrum pada anak. Maka orang tua memiliki kontrol sangat lemah terhadap
berdasarkan hasil analisa resiko kejadian temper anak, juga tidak memberikan bimbingan pada
tantrum pada anak dengan pola asuh otoriter ini anaknya.
cenderung tinggi, hal ini dipengaruhi oleh Hal ini didukung oleh penelitian yang
pengalaman orang tua dalam mendidik anak dilakukan oleh Lusiana (2015), yang menyatakan
sebelumnya. Hal ini didukung oleh hampir terdapat perbedaan resiko temper tantrum antara
setengah (40%) responden adalah anak pertama, ibu yang bekerja dengan yang tidak bekerja pada
ini berarti orang tua belum memiliki pengalaman anak usia pra sekolah. Ibu yang tidak bekerja
sebelumnya dalam mendidik anak. Menurut menunjukkan resiko temper tantrum lebih sedikit
Supartini (2004 dalam Syam, 2013) menyatakan dibandingkan dengan ibu bekerja, hal ini dapat
bahwa orang tua yang mempunyai pengalaman disebabkan karena waktu ibu lebih banyak
sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


9| HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN PERMATA

bersama anaknya, serta mengasuh anaknya sendiri Dahlan, Sopiyudin. (2009). Statistika untuk
tanpa campur tangan orang lain. Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta,
Menurut asumsi peneliti, selain pola asuh Salemba Medika
Fitri, Lisca Nurmalika (2018). “Hubungan Fungsi
orangtua, pendidikan orangtua juga berpengaruh
Afektif Keluarga dengan Perilaku Temper
terhadap kejadian temper tantrum. Semakin tinggi Tantrum Anak Usia 3-5 Tahun di
tingkat pendidikan orangtua, maka orangtua Kecamatan Patrang Kabupaten Jember”.
mudah memperoleh informasi. Hal ini didukung Skripsi. Universitas Jember
oleh karakteristik responden yang sebagian besar Hidayat, A. Aziz Alimul, (2011). Metode
orang tua berpendidikan SMA sederajat. Niniek Penelitian Keperawatan dan Teknik
(2011 dalam Syam, 2013) yang menyatakan Analisis Data. Jakarta, Salemba Medik
Khasanah, dkk. “ Kejadian Sibling Rivalry pada
terdapat hubungan antara pendidikan orang tua
Anak Usia Sekolah. Jurnal penelitian.
dengan pola asuh, berpengaruh positif jika tingkat Universitas Islam Sultan Agung
pendidikan orang tua semakin baik dalam Kirana, Rizkia Sekar, (2013). “hubungan pola asuh
mendidik anak maka semakin baik pula hasil pola orang tua dengan temper tantrum pada
asuh pada anak. anak pra sekolah. Skripsi. Universitas
Negeri Semarang,
SIMPULAN https://lib.unnes.ac.id/18549/1/155040806
1. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh 0.pdf , diperoleh tanggal 1 April 2019.
Lusiana, Esti, (2015). “Perbedaan Risiko Temper
demokratis dengan kejadian temper tantrum
Tantrum Anak Usia Pra Sekolah antara
pada anak usia pra sekolah di Kelompok Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja Di
Bermain Permata Bunda desa Pulau Sarak (p Roudlotul Atfal Man 2 Kelurahan Gebang
value = 0,033 ≤ α 0,05). Kecamatan Patrang Kabupaten Jember”.
2. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh Skripsi. Universitas Jember,
otoriter dengan kejadian temper tantrum pada https://library.unej.ac.id/index.php?p=sho
anak usia pra sekolah di Kelompok Bermain w_detail&id=170299&keywords= ,
diperolah tanggal 1 april 2019.
Permata Bunda desa Pulau Sarak (p value =
Masnur, (2011). Pendidikan Anak Usia Dini dalam
0,041 ≤ α 0,05). Islam. Jakarta, Pustaka Pelajar
3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola Mediansari, Rosaning Harum. “Hubungan antara
asuh permisif dengan kejadian temper tantrum kecerdasan emosional orangtua dengan
pada anak usia pra sekolah di Kelompok perilaku temper tantrum. Jurnal
Bermain Permata Bunda desa Pulau Sarak (p penelitian. Fakultas kedokteran UNS
value = 0,274 ≥ α 0,05). Morrison, George s, (2012). Dasar-Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta,
Indeks
SARAN
Mutiah, Diana, (2010). Psikologi Bermain Anak
Penelitian ini diharapkan dijadikan acuan serta
Usia Dini. Jakarta, Kencana
menambah pengetahuan. Untuk peneliti
Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi
selanjutnya diharapkan juga untuk meneliti
Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka
variabel lain yang dimungkinkan memiliki
Cipta
pengaruh terhadap kejadian temper
Rahmah, Nur Faizah, (2012). Mendesain Perilaku
tantrum¸seperti: hubungan urutan anak dalam
Anak Sejak Dini. Surakarta, Adi Cipta
keluarga terhadap hubungan pendidikan orangtua
Cemerlang
dan hubungan pola komunikasi orangtua. Siregar, Nofia Susanti, (2011). “Perbedaan
kecerdasan emosional antara anak sulung
DAFTAR PUSTAKA dan anak bungsu”.skripsi. UIN Sultan
Syarif Kasim Pekanbaru
Achroni, Keen, (2012). Ternyata Selalu Mengalah
Soetjiningsih & Ranuh, IG.N.Gde, (2015).
Itu Tidak Baik. Yogyakarta, Javalitera
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta, EGC
Ambarwati & Nasution, (2012). Pintar Asuhan
Supriyanti, Eka & Hariyanti, TB (2018).
Keperawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta,
“Hubungan antara jumlah saudara dengan
Cakrawala Ilmu
kejadian temper tantrum pada anak usia 3-
Data kependudukan dan catatan sipil tahun 2018,
5 tahun di TK wilayah Tumpang
https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/
kecamatan Malang
diperoleh tanggal 8 April 2019.
Suryani, Eko & Badi’ah, Atik, (2017). Asuhan
Keperawatan Anak Sehat & Berkebutuhan
Khusus. Yogyakarta, Pustaka Baru Press
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
10| HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI KELOMPOK BERMAIN PERMATA

Suhartini, Titin, (2017). “hubungan komunikasi


orang tua dengan temper tantrum pada
anak prasekolah”. Skripsi. STIKES Insan
Cendekia Medika,
https:///www.google.com/url?sa=t&source
=web&rct=j&url=http://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/37/1/, diperoleh tanggal 27 April
2019.
Syam, subhan (2013). “Hubungan pola asuh
orangtua terhadap kejadian temper
tantrum pada anak usia toddler di paud
dewi kunti Surabaya. Jurnal penelitian.
Unair Surabaya
Wulansari, Mutiara, (2015). “Perilaku Tantrum
Anak Usia 5-6 Tahun di Tk Marditama
Timbulharjo Sewon Bantul”.skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta,
http://eprints.uny.ac.id/26693/1/Mutiara%
20Wulansari_11111241029.pdf, diperoleh
tanggal 12 April 2019.
Yusuf, Syamsu, (2016). Psikologi Perkembangan
Anak & Remaja. Bandung, Rosda Karya
Zakiyah, Nisaus, (2015). “hubungan pola asuh
orang tua dengan kejadian temper tantrum
pada anak usia toddler di dukuh pelem
kelurahan baturetno banguntapan bantul”.
Skripsi . STIKES Aisyiyah Yogyakarta,
http://digilib.unisayogya.ac.id/642/1/Naskah
%20Publikasi.pdf , diakses pada tanggal 1
April 2019.

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)

Anda mungkin juga menyukai