Sabun Fix Kelompok 6
Sabun Fix Kelompok 6
Sabun Fix Kelompok 6
Genap/2014 1
Bab 1. Pendahuluan
Sabun merupakan salah satu senyawa kimia paling tua yang pernah
ditemukan. Pada tahun 2500 sebelum Masehi, masyarakat Sumeria telah
menemukan sabun kalium yang digunakan untuk mencuci wol. Sabun ini dibuat
dari minyak dan abu tumbuhan yang kaya akan kalium karbonat. Informasi
tentang sabun juga ditulis dalam literatur – literatur bangsa Mesir yang
berhubungan dengan kedokteran (Unilever, 2009).
2.1 Sabun
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-
asam lemak. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18, namun dapat juga
mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Sekali
penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan
dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan sebagai
pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik (sifat melembabkan
timbul dari gugus- gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan air dan
mencegah penguapan air itu). Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai
hidrokarbon panjang plus ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat
Reaksi Saponifikasi “Pembuatan Sabun”
Praktikum Kimia Organik/Kelompok VI/S.Genap/2014 3
hidrofobik dan larut dalam zat- zat non polar, sedangkan ujung ion bersifat
hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul
sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun
mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni
segerombolan (50-150) molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok
dengan ujung-ujung ionnya yang menghadap ke air (Fessenden, 1992).
Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam
lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar,
karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai
rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik
(tidak suka air) dan larut dalam zat organik sedangkan COONa+ sebagai kepala
yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air. Berikut merupakan proses
penghilangan kotoran, yaitu :
Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan
menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih
(Rudianto, 2007).
Tabel 2.1 Sifat Fisika dan Kimia Sabun
Sifat Fisika Sifat Kmia
1. Panas jenis sabun adalah 0,56 1. Sabun bersifat basa.
Kal/g. 2. Sabun menghasilkan buih
2. Densitas sabun murni berada pada atau busa.
range 0,96 g/ml – 0,99 g/ml. 3. Sabun mempunyai sifat
3. Viskositas sabun tergantung pada Membersihkan
temperatur sabun dan komposisi
lemak atau minyak yang
dicampurkan.
(Sumber : Riwan, 2011)
1. Minyak/lemak
pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh
memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak
jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga
akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi (Rohman, 2009).
2. Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah
NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. KOH banyak digunakan
dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3
(Natrium Karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam
lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (Fitri, 2013).
NaOH atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun,
merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras.
NaOH juga merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan mampu menetralisir
asam. NaOH berbentuk kristal putih memiliki sifat yang cepat dalam menyerap
kelembaban (Maysaroh, 2013). Sifat-sifat dari NaOH yang lainnya terdapat pada
tabel di bawah ini.
Dampak kadar belerang Memberikan bau yang tidak enak dari gas-
gas yang dihasil-kan.
1. Surfaktan ionik, yakni surfaktan yang bila terlarut dalam pelarut (air) akan
terurai menjadi ion negatif dan positif.
1. Minyak kelapa 8 ml
2. Etanol 9 ml
3. Kerosen (minyak tanah) 1 ml
4. Larutan NaCl jenuh 30 ml
5. Natrium Hidroksida (NaOH) 2 N 5 ml
6. Larutan Kalsium Sulfat (Ca2SO4) 5 ml
7. Phenolpthalein
11. Termometer
Minyak Goreng
Larutan berwarna kuning,
Etanol
1 Dipanaskan terdapat dua lapisan dan
Dipanaskan +
berbuih.
NaOH
Campuran (1) +
3 Di aduk Terdapat endapan sabun
NaCl
No
Bahan Pengamatan
.
Kerosen + Air Dikocok Terbentuk 2 lapisan yaitu
1
lapisan minyak dan air
Kerosen + Air + Sabun Dikocok Campuran air dan kerosin
2 menyatu dan berubah menjadi
keruh
Sebagian sabun larut dan
3 Sabun + Air panas
berbusa di bagian atas
Busa sabun hilang dan
4 Larutan sabun + Kalsium Sulfat
terbentuk endapan
4.2 Pembahasan
Pembuatan sabun dilakukan dengan mereaksikan trigliserida dengan alkali
yaitu Natrium Hidroksida. Langkah pertama minyak ditambahkan etanol yang
berfungsi sebagai pelarut minyak agar mudah bereaksi dengan NaOH. Hal ini
disebabkan etanol adalah senyawa semipolar sehingga dapat melarutkan minyak
yang merupakan senyawa nonpolar ataupun air yang merupakan senyawa polar.
Selain itu, etanol mengandung gugus –OH yang bersifat basa dan CH 3 sebagai
asam. Dengan pelarut ini NaOH dapat terlarut dan dapat bercampur dengan lemak
dalam reaksi penyabunan, sehingga bukan alkohol yang termasuk di dalam reaksi
penyabunan.
Setelah ditambahkan NaOH dilakukan pemanasan untuk menguapkan
etanolnya, dimana suhu pemanasan yaitu 70-800C harus dijaga konstan karena
jika suhu pemanasan diatas 80oC maka etanol akan cepat menguap dan proses
pereaksian antar minyak (trigliserida) dengan NaOH tidak sempurna. Sedangkan
jika suhu pemanasan dibawah 70oC maka proses pereaksiannya semakin lama.
Pemanasan dilakukan sampai bau alkohol hilang. Untuk pengendapan sabun
ditambahkan NaCl jenuh. NaCl jenuh berfungsi sebagai agen pengendap, yakni
dengan menurunkan nilai kelarutan dari sabun yang telah terbentuk sehingga
sabun mengendap dan untuk melarutkan gliserol sebagai hasil samping dari reaksi
saponifikasi sehingga didapat sabun mentah. Berkurangnya kelarutan sabun ini
karena penambahan ion sejenis. Jika kita menambahkan ion senama ke dalam
larutan jenuh yang berada pada kesetimbangannya, maka kesetimbangan akan
bergeser ke kiri membentuk endapan. Kemudian dilakukan penyaringan untuk
memisahkan endapan sabun dengan gliserol dengan menggunakan pompa vakum.
Untuk identifikasi sabun menggunakan campuran kerosen dengan air,
membuktikan bahwa sabun yang dihasilkan bersifat emulgator karena dapat
menyatukan minyak dengan air, hal ini disebabkan karena sabun memiliki rantai
hidrokarbon yang bertindak sebagai ekor yang akan mengikat minyak
(hidrofobik) dan COONa- sebagai kepala yang larut dalam air (hidrofilik). Untuk
identifikasi kerja sabun di air sadah dengan menggunakan kalsium sulfat.Pada
pencampuran kalsium sulfat dan sabun tidak menghasilkan busa, sehingga
terbukti sabun tidak dapat bekerja pada air sadah. Hal ini terjadi karena ion Ca 2+
atau Mg2+ dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan. Dengan
terbentuknya endapan, maka fungsi sabun sebagai pengikat kotoran menjadi
kurang atau bahkan tidak efektif. Untuk identifikasi derajat keasaman (pH) sabun
Reaksi Saponifikasi “Pembuatan Sabun”
Praktikum Kimia Organik/Kelompok VI/S.Genap/2014 16
5.1 Kesimpulan
1. Sabun di buat dengan reaksi penyabunan (Saponifikasi) anatara basa
alkali dengan minyak/lemak. Produk yang dihasilkan pada Saponifikasi
adalah sabun sebagai hasil utama dan Gliserol sebagai hasil samping.
2. Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa sabun bersifat emulgator.
Hal ini sesuai dengan kemampuan sabun menyatukan larutan air dengan
kerosen.
3. Sabun bersifat basa, hal ini dibuktikan melalui penambahan
phenolphthalein kedalam larutan sabun, yang menghasilkan larutan
berwarna ungu.
4. Sabun tidak bekerja pada air sadah, karena tidak terdapat busa dan
membentuk endapan garamnya.
5.2 Saran
1. Pada saat pemisahan gliserol dan sabun di pompa vacum sebaiknya bagian
atas pompa vacum benar-benar tertutup dengan kertas saring agar
penyaringannya sempurna.
2. Usahakan agar pada saat pengadukan dilakukan secara merata, agar tidak
ada bagian yang tidak tercampur dengan sempurna.
3. Konsentrasi NaOH harus terhitung dengan teliti dan benar.
Daftar Pustaka