Laporan Tutorial Skenario 1 Blok 17 Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

Laporan Tutorial Skenario

4
Blok 21
Perawatan Kelainan
Tumbuhn
Kembang Dan
Estetik

Dosen Tutor : drg. SwasthiPrasetyarini


Anggota : Fahmi Firdhaus E. D (171610101139)
Mahriana (171610101140)
Daragyta Purnama R (171610101141)
Iza Afkarina (171610101142)
Desy Sofyah H (171610101143)
Mulki Nur Majid (171610101144)
Kevin Justisio (171610101145)
Muhammad Rizki Y (171610101146)
Annisa Ayah Esa S (171610101147)
Maria Eklevina W (171610101148)
Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Jember

2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Blok 17Blok
RekamMedik Dental. Tutorial blok ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib
ditempuh di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Dengan selesainya laporan tutorial
ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan
kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. drg. SwasthiPrasetyarini (Dosen Pembimbing Tutorial)


2. Anggota Kelompok Tutorial 15

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Sabtu , 10November 2019

Penulis

2
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… 3

BAB I……………………………………………………………………………………… 4

PENDAHULUAN………………………………………………………………………… 4

BAB II…………………………………………………………………………………….. 5

PEMBAHASAN…………………………………………………………………………. 5

Step I. Mengklarifikasi Istilah Atau Konsep……………………………………….. 5

Step II. Menetapkan Permasalahan…………………………………………………. 6

Step III. Penyelesaian Masalah……………………………………………………… 6

Step IV. Pemetaan…………………………………………………………………… 8

Step V. Menentukan Objek Pembelajaran……………………………………………8

Step VII. Jawaban Objek Pembelajaran……………………………………………. 10

BAB III……………………………………………………………………………………. 27

KESIMPULAN…………………………………………………………………………… 27

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………... 28

4
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Abses merupakan suatu proses supuratif yang terlokalisir. lnfeksi orofasial merupakan
suatu peradangan di rongga mulut dan jaringan sekitarnya yang berasal dan odontogenik
maupun non odontogenik, Infeksi orofasial yang berasal dan odontogenik merupakan kausa
yang paling sering dijumpai. Abses merupakan infeksi yang gambaran utamanya berupa
pembentukan pus. Pus merupakan pertahanan efektif terhadap penjalaran infeksi dan
cenderung berpindah akibat pengaruh tekanan, gravitasi, panas lokal atau lapisan otot dekat
permukaan.

Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan oleh infeksi
bakteri campuran. Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses ini yaitu
Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Staphylococcus aureus dalam proses ini
memiliki enzim aktif yang disebut koagulase yang fungsinya untuk mendeposisi fibrin.
Sedangkan Streptococcus mutans memiliki 3 enzim utama yang berperan dalam penyebaran
infeksi gigi, yaitu streptokinase, streptodornase, dan hyaluronidase.

Terjadinya infeksi pada salah satu atau lebih fascial space yang paling sering oleh
karena penyebaran kuman dari penyakit odontogenik terutama komplikasi dari periapikal
abses. Pus yang mengandung bakteri pada periapikal abses akan berusaha keluar dari apeks
gigi, menembus tulang, dan akhirnya ke jaringan sekitarnya, salah satunya adalah fascial
spaces. Gigi mana yang terkena periapikal abses ini kemudian yang akan menentukan jenis
dari fascial spaces yang terkena infeksi.

Abses vestibular dari rahang atas, serta dari mandibula, dapat menyebar ke jaringan
lunak pipi. Jika abses berkembang menuju ke arah cranial, memenuhi jaringan adiposa di
pipi, dengan penyebaran berikutnya pada bidang anatomi menuju fossa infratemporal atau
fossa pterygopalatine.

Gangren radiks adalah tertinggalnya sebagian akar gigi. Jaringan akar gigi yang
tertinggal merupakan jaringan mati yang merupakan tempat subur bagi perkembangbiakan
bakteri. Gangren radiks dapat disebabkan oleh karies, trauma, atau ekstraksi yang tidak
sempurna.

5
BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO 2
Skenario 1 (BM danProsto)
Pasien perempuan usia 47 tahun datang ke Bagian Bedah Mulut RSGM FKG Unej
dengan keluhan bengkak dan sakit pada pipi kanan sejak 2 hari yang lalu dan pasien
mempunyai riwayat hipertensi. Setelah dilakukan pemeriksaan subyektif, obyektif dan
pemeriksaan penunjang, dokter gigi mendiagnosis Buccal SpaceAbscess et Causa 46, 47
Gangren Radic,dangigi 48 hilang. Selanjutnya dokter gigi merencanakan tahapan perawatan;
medikasi, ektraksi dan rujukan ke bagian prostodonsia.

STEP 1 Kata Sulit.

1. Abses
 Sekumpulan pus/nanah dalam suatu rongga patologis yang dibatasi/terlokalisir
oleh suatu membran semu pyogenik.
 Yang berisi sel-sel darah putih (netrofil) dan sel-sel jaringan lain yang mati
(nekrotik), kuman-kuman pyogenik dan protein plasma
2. Buccal Space Abscess et cause 46
 Abses spasio bukat et cause artinya penyebabnya dari gigi 46. Absesnya
menyebar ke jaringan lunak pipi.
 Terjadi karena odontogenik infeksion, terjadi pada gigi premolar dan molar
pada bagian maksila dan molar pada mandibulaada juga yang menyebutkan
pada premolar mandibula
3. Gangren
 Luka berwarna merah kehitaman dan berbau akibat sumbatan yang terjadi di
pembuluh darah
4. Gangren radiks
 Tertinggalnya sebagian akar gigi.
 Jaringan ini dapat menjadi perkembangbiakan bakteri.
5. Medikasi

6
 Medicin = obat. Suatu treatment menggunakan obat
 Suatu mekanisme pengobatan menggunakan obat yang bertujuan merawat,
mengobati, mencegah suatu penyakit.
6. Ektraksi
 Suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana gigi tersebut sudah tidak
dapat dilakukan perawatan lagi.
7. Protostodonsia
 Merupakan suatu bidang kedokteran gigi, dibidang pembuatan gigi tiruan.

STEP 2 Identifikasi Masalah

1. Pemeriksaan apa saja yang menyebutkan, mendorong, menunjang bahwa penyakit ini
bukal space abses et cause 46 47 gangren radic?
2. Kondisi gangren pada skenario terjadi pada gigi 46, 47, atau 47 saja?
3. Tatalaksana apa yang dilakukan waktu dirujuk ke klinik prostodonsia?
4. Bagaimana tatalaksana perawatan pada pasien hipertensi?
5. Apa ada hubungan antara gigi yang hilang dengan keadaan penyakit?
6. Dilakukan ekstraksi pada gigi apa saja?

STEP 3 Brainstorming

1. Pemeriksaan apa saja yang menyebutkan, mendorong, menunjang bahwa penyakit ini
bukal space abses et cause 46 47 gangren radic
A. Subjektif
Anamnesa pasien,
1) Autoanamnesis dilakukan langsung pada pasien
2) Heteroanamnesis dilakukan pada keluarga pasien
B. Objektif
1) Palpasi ekstraoral, jika itu abses akan mengalami fluktuasi (menunjukkan
akumulasi pus yang terlokalisir)
2) Intraoral (gigi regio 4 dilihat), gangren radic terlihat jelas intraoral, mahkota terlihat
jelas.
3) gingiva dan jaringan periodontal bila ada pembengkakan

7
4) gigi apakah ada karies, gigi goyang, tes perkusi untuk menilai status ligamen
periodontal dan mobilitas gigi
Pemeriksaan gigi ini untuk mempertimbangkan apakah mahkota dapat dipertahankan,
membutuhkan PSA, atau perlu dilakukan ekstraksi
C. Penunjang
1) Radiografi, adanya gambaran radiolusen pada apeks gigi 46
2) Laboratorium, memeriksa bakteri apa yang menyebabkan abses tersebut
2.Kondisi gangren pada skenario terjadi pada gigi 46, 47, atau 47 saja

 Gigi 46 dan 47 terjadi gangren karena gigi 46, 47 hanya tersisa akar dan
menyebabkan abses tersebut.
 Karena sisa akar tadi menyebabkan infeksi pada jaringan sekitar sehingga
terjadinya penumpukan bakteri kemudian menyebabkan abses
 Gigi dengan kondisi sisa akar yang kronis menyebabkan jaringan periapikal rentan
infeksi (gangren radiks) karena jaringan pulpa yang mati merupakan media yang
baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.

3.Tatalaksana :

 Ektraksi pada gigi 46 dan 47


 Insisi dan drainase pus yang berisi bakteri
 Pembuatan gigi tiruan atau gigi pengganti untuk gigi 46 dan 47
 Cekat dan lepasan yang dilakukan pada skenario adalah gigi tiruan sebagian
lepasan

4. Pasien hipertensi :

 Dicek tekanan darah


 Jika terlalu tinggi, dianjurkan tidak dilakukan perawatan terlebih dahulu,
diinstruksikan pasien agar tekanan darah normal
 Jika indikasi aman untuk perawatan, dilakukan anastesi yang tidak vasokonstriktor

5.Apa ada hubungan antara gigi yang hilang dengan keadaan penyakit

 Tidak ada hubungan gigi 48 hilang terhadap penyakit tersebut


 Karena abses disebabkan oleh pus yang menyebar ke bagian bukal

8
 Hilangnya gigi 48 untuk indikasi perawatan prostodonsia

6. Dilakukan ekstraksi pada gigi apa saja

 Gigi 47 dicabut karena sudah gangren atau sudah tidak dapat dipertahankan karena
sisa akar
 Gigi 46 dicabut karena adanya kerusakan tulang rahang

STEP 4 Mapping

STEP 5 Learning Objective

1. MMM Pemeriksaan subjektif, objektif dan penunjang dari buccal space abses et
cause 46,47 gangren radic

9
2. MMM prognosis dari buccal space abses et cause 46,47 gangren radic
3. MMM rencana perawatan dari buccal space abses et cause 46,47 gangren radic

STEP 7 Jawaban Learning Objective

1. Pemeriksaan subjektif, objektif dan penunjang dari buccal space abses et cause 46,47
gangren radic
 Untuk menegakkan diagnosa, kita harus melakukan anamnesis dan berbagai
pemeriksaan agar diagnosis penyakit pasien tepat dan rencana perawatan dan
pengobatan yang akan dilakukan pun menjadi efektif.
 Dalam melakukan anmnesis, kita melakukan komunikasi interpersonal antara
dokter dan pasien.
 Pemeriksaan Subjektif dan Objektif

Perawatan yang tepat dimulai dengan diagnosis yang tepat. Untuk sampai pada
diagnosis yang tepat diperlukan ilmu pengetahuan, keterampilan dan seni : ilmu
pengetahuan penyakit serta gejala-gejalanya, keterampilan untuk melakukan cara
menguji yang tepat, dan seni menyatakan impresi, fakta dan pengalaman ke dalam
pengertian.

Gambar 1. Prosedur menegakkan diagnose untuk menentukan perawatan yang tepat


Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.

Gejala adalah kesatuan informasi, yang dicari di dalam diagnosis klinis dan
diidefinisikan sebagai fenomena atau tanda-tanda suatu permulaan keadaan sakit yang
normal dan indikatif. Gejala dapat diklasifikasikan sebagai berikut : gejala subjektif
adalah gejala yang dialami dan dilaporkan oleh pasien kepada dokter, gejala objektif
adalah gejala yang dipastikan oleh dokter melalui berbagai uji/tes. Pengertian mengenai

10
keduanya adalah penting agar sampai pada identifikasi penyakit yang tepat dan
disamping itu sampai pada suatu diagnosis masalah yang membawa pasien kepada
seorang klinisi.

a. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis)

Anamnesis merupakan percakapan professional antara dokter dengan pasien untuk


mendapatkan data/riwayat penyakit yang dikeluhkan pasien.Informasi tentang riwayat
pasien dibagi menjadi 3 bagian : riwayat sosial, dental dan medis. Riwayat ini
memberikan informasi yang berguna merupakan dasar dari rencana perawatan.

1. Pengenalan danpembukaan diri terdiri dari :


 Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Melakukan kontak mata dengan pasien
2. Menanyakan identitas pasien, terdiri dari :
 Nama : Tn/Ny.
 Usia
 Jenis Kelamin
 Alamat
 Pekerjaan
3. Menanyakan Keluhan Utama saat ini (presenting complaint) : keluhan saat pasien
datang atau keluhan yang membuat pasien datang menemui dokter gigi
4. Menanyakan sejarah keluhan utama, meliputi :
 Kapan keluhan terjadi (onset)
 Lamanya keluhan berlangsung (duration)
 Lokasi keluhan
 Faktor-faktor yang memperingan
 Faktor-faktor yang memperberat
 Kronologis (investigation thus far) :
 Perawatan yang telah diterima
5. Riwayat medis sebelumnya : riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita
sebelumnya
Guna menghindari informasi yang tidak relevan dan untuk mencegah kesalahan
kelalaian dalam uji klinis, klinisi harus melakukan pemeriksaan rutin. Rangkaian

11
pemeriksaan harus dicatat pada kartu pasien dan harus dijadikan sebagai petunjuk untuk
melakukan kebiasaan diagnostik yang tepat. Riwayat dental sebelumnya : riwayat
penyakit dental yang pernah diderita sebelumnya

6. Riwayat penyakit keluarga : riwayat penyakit yang bersifat herediter


7. Kebiasaan kultural dan sosial : dapat berupa informasi yang berhubungan dengan
lingkungan sosioekonomi dan pekerjaan, riwayat perjalanan keluar negeri, riwayat
seksual, hobby dan kebiasaan-kebiasaan pasien yang relevant.
8. Harapan pasien

 Ada 2 macam yaitu anamnesis:


a. autoanamnesa (langsung pada pasien)
b. alloanamnesa /heteroanamnesa (anamnesa yang dibantu oleh orang lain)
 Menanyakan keluhan utama ? permasalahan utama?
 Apakah ada keluhan lain? Ada demam? Ada nyeri? Ada keluhan lain dalam
rongga mulut
 Kapan keluhan tersebut mulai muncul dan perkembangannya?
 Lokasi keluhan ?
 Frekuensi keluhan (sedang atau parah)
 Riwayat kesehatan rongga mulut pasien, pernah dilakukan perawatan atau tdk?
 Alergi?
 Kebiasaan buruk?
 Kuisioner diisi oleh operator yang bertujuan untuk mencai data adanya kelainan
sistemik secara subjektif
c. Pemeriksaan Ekstraoral

 Setiap kelainan ektraoral yang nampak yang dicatat selama pencatatan riwayat
dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-besar dan berat, corak kulit, mata,
bibir, simetri wajah, dan kelenjar limfe.
 Ekstra oral : abses bukal pada pipi kanan atau kiri , wajah (asimetri) serta kelenjar
limfe, kelenjar saliva (palpasi), dan sendi temporomandibular
 Ekstra oral (Abses bukal)
 Muka : simetris  

12
 Pipi Kiri : bengkak (+), nyeri tekan (+)
 Pipi kanan : dalam batas normal
 Bibir atas : dalam batas normal
 Bibir bawah : dalam batas normal
 Sudut mulut : dalam batas normal
 Kelenjar submandibularis kiri : pembesaran (+), nyeri tekan (+)
 Kelenjar submandibularis kanan : dalam batas normal
 Kelenjar sub mentalis : dalam batas normal  
 Kelenjar leher : dalam batas normal
 Kelenjar sub lingualis : dalam batas normal
 Kelenjar parotis kanan/kiri : dalam batas normal
 Lain- lain : dalam batas normal

 Ekstra oral (Gangren Radix)


 Asimetris muka : (-)
 Tanda- tanda radang :
 Calor (-) , Rubor (-) , Dolor (-) , Tumor (-) , Fungsiolesa (-)
 Tepi rahang : basis mandibula teraba dengan palpasi
 Fluktuasi (-)
 Pingpong phenomena (-) 
 Trismus (-)

13
 Pemeriksaan Intra-oral
 Intra oral absesbukal
 Mukosa labial atas : dalam batas normal
 Mukosa labial bawah : dalam batas normal  
 Mukosa pipi kiri : hiperemi (+)
 Mukosa pipi kanan : dalam batas normal
 Bukal fold atas : dalam batas normal
 Bukal fold bawah : hiperemi (+)
 Labial fold atas : dalam batas normal
 Labial fold bawah : dalam batas normal
 Ginggiva rahang atas kiri : hiperemi (+)
 Ginggiva rahang bawah kiri : hiperemi (+)
 Lidah : dalam batas normal
 Dasar mulut : dalam batas normal
 Palatum : dalam batas normal
 Tonsil : dalam batas normal  
 Pharing : dalam batas normal
 Intra oral (gangren radix)
 Gigi : ditemukan gigi berlubang tinggal sebagian 47
 Gingiva : warna merah pucat, tepi tajam
 Mukosa : tidak ada kelainan
 Lidah : tidak ada kelainan
 Palatum : tidak ada kelainan

14
c. Pemeriksaan objektif
Ditentukan oleh pengujian dan observasi yang dilakukan oleh seorang klinisi.
Pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan visual dan taktil
Uji klinis yang paling sederhana adalah pemeriksaan berdasarkan penglihatan. Hal ini
terlalu sering hanya dilakukan sambil lalu selama pemeriksaan, dan sebagai hasilnya,
banyak informasi penting hilang. suatu pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras
dan lunak yang cermat mengandalkan pada pemeriksaan “three Cs”: color, contour,
dan consistency (warna, kontur dan konsistensi). Pada jaringan lunak, seperti gusi,
penyimpangan dari warna merah muda sehat dapat dengan mudah dikenal bila
terdapat inflamasi. Suatu perubahan kontur yang timbul dengan pembengkakan, dan
konsistensi jaringan yang lunak, fluktuan, atau seperti bunga karang yang berbeda
dengan jaringan normal, sehat dan kuat adalah indikatif dari keadaan patologik.
2. Tes Perkusi
Tujuan tes perkusi adalah :
- Mengevaluasi status periodonsium yang meliputi gingiva, tulang alveolar,
ligament periodontal, dan sementum sekitar gigi dan apical gigi.
- Menentukan ada atau tidak adanya penyakit periradikuler yang meliputi jaringan
dentin, sementum, dan ligament periodontal.
- Terdapat dua metode tes perkusi, yaitu :
 Vertical
Tes vertical dilakukan dengan cara pengetukan pada arah vertical atau
searah dengan daerah periapical yang bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya kelainan periapical. Jika tesperkusi vertical positif, berarti
terdapat kelainan di daerah periapical.
 Horizontal

15
Tes horizontal dilakukan dengan cara pengetukan pada arah horizontal atau
kearah dentin, pulpa, sementum untuk mengetahui ada atau tidak adanya
kelainan pada daerah tersebut. Jikat esperkusi horizontal positif, berarti
terdapat kelainan di peridonsium (Ghom, 2007)

Cara melakukan tes perkusi :

- Pukulan cepat dan tidak terlalu keras pada permukaan oklusal atau incisal dari gigi
yang diduga mengalami karies
- Gigi tetangga di perkusiter lebih dahulu kemudian diikuti gigi yang menjadi
keluhan
- Reaksi yang lebih valid didapat dari pergerakan tubuh pasien (gerak reflex pasien)
- Respon
 Positif (+)
 Negative (-)
3. Tes Tekan
Tujuan tes tekanadalah :
- Untuk mengetahui adanya fraktur atau kelainan pada periapical.

Cara melakukan tes tekan :

- Pasien menggigit objek yang keras misalnya gulungan kapas


- Atau bisa juga dengan memberikan tekanan dengan jari
- Respon
 Positif (+)
 Negative (-)

4. Vitality Test

16
Tes vitalitas merupakan sebuah tes yang bertujuan untuk menentukan diagnosa
dan menentukan apakah gigi tersebut masih vital atau sudah nonvital. Gigi vital
merupakan gigi yang masih punya suplai darah, sedangkan gigi nonvital tidak. Terdapat
berbagai macam tes vitalitas, yaitu: Thermal Test, Elictric Pulp Testing, Test Cavity.
1. Thermal Test
a. Cold Test
Bahan yang digunakan:
- CO2 snow, merupakan metode yang baik karena memiliki temperature -50°C
dan perubahan bentuknya dari solid ke gas sehingga tidak berpotensi untuk
menstimulus gigi yg berada di dekatnya.

- Ethyl Chloride
- Dichlorodifluoromethane (DDM), prosedurnya adalah dengan menyemprotkan
DDM ke cotton pellet kemudian aplikasikan ke gigi yang ingin dites. Sama
dengan CO2 snow, DDM tidak memiliki liquid state.

- Ice sticks, mempunyai liquid state sehingga memungkinkan stimulus gigi yg


berdekatan. Jika cold test dengan menggunakan ice sticks dilakukan maka terlebih
dahulu gigi posterior.

17
b. Heat Test
Bahan yang digunakan adalah Gutta percha yg sebelumnya gigi tersebut diolesi
petroleum jelly untuk mencegah perekatan, kemudian gutta percha dipanaskan dan
aplikasikan pada gigi. Tes ini dilakukan jika pasien mempunyai keluhan saat memakan
atau meminum-minuman panas.Alternatif lain adalah dengan membungkus gigi
dengan rubber dam kemudian alirkan cairan dingin ataupun panas. Bila gigi
memberikan respon berarti gigi vital, jika tidak makan nonvital.
Setelah melakukan berbagai pemeriksaan, dokter akan meminta persetujuan
pasien dengan menunjukkan informed consent. Pada lembar informed consent ini, jika
pasien setuju untuk dilakukannya tindakan maka pasien akan menandatangani lembar
tersebut. Berikut adalah contoh dari lembar informed consent :

Informed Consent

Saya yang bertanda tangan di bawah ini (selaku suami/istri/ayah/ibu/............dari) :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Telah mendapat informasi mengenai tindakan medis yang akan dilakukan dengan
akibat samping/resiko yang mungkin terjadi. Saya menerima persetujuan ini dengan
penuh kesadaran dan tidak akan mengajukan tuntutan.

Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan/tekanan pihak tertentu.

Talegong,

Supervisor Operator Pasien/Wali

5. Odontogram

18
Ekstra oral : abses bukal pada pipi kanan atau kiri , wajah (asimetri) serta kelenjar
limfe, kelenjar saliva (palpasi), dan sendi temporomandibular

Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan radiologis (membedakan jenis abses, agar tidak salah diagnosis/untuk


menegakkan diagnosis) abses bukal pada bagian bukal fold, tidak sampai bagian
submental  panoramik
Contoh : adanya poket periodontal, gigi impaksi
Membaca gambaran radiografi, membaca gambar hitam dan putih, orang orthopedi
sudah terbiasa melihat gambaran patologis sedangkan orang radiologi melihat
gambaran yang umum (sehingga terkadang salah melihat gambaran patologisnya)
b. Biopsi dan HPA

2. Prognosis dari buccal space abses et cause 46,47 gangren radic


Prognosis adalah prediksi dari kemungkinan perawatan, durasi dan hasil akhir
suatu penyakit berdasarkan pengetahuan umum dari patogenesis dan kehadiran
faktor risiko penyakit. Prognosis muncul setelah diagnosis dibuat dan sebelum
rencana perawatan dilakukan. Faktor-faktor prognosis adalah karakteristik yang
memprediksi hasil akhir suatu penyakit begitu penyakit itu muncul sedangkan
faktor-faktor risiko adalah karakteristik individu yang membuatnya berisiko tinggi
menderita suatu penyakit. Prognosis sering rancu dengan risiko. Pada beberapa
kasus, faktor prognosis dan faktor risiko sama. Misalnya pasien dengan diabetes
atau perokok berisiko lebih tinggi menderita penyakit periodontal, dan setelah
mereka terinfeksi maka secara umum mereka memiliki prognosis yang lebih
buruk.
o Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat menentukan prognosis
A. Faktor klinis keseluruhan
1. prognosis dua pasien dengan sisa tingkat perlekatan . Umur pasien
jaringan ikat dan tulang alveolar yang sama lebih baik pada pasien
yang lebih tua. Pasien yang lebih muda memiliki jangka waktu
19
kemunculan destruksi periodontal yang lebih pendek sehingga proses
perbaikan periodontal yang mungkin muncul secara alami akan
terlampaui. Selain itu pada beberapa kasus, pasien muda menderita
agressive periodontitis, memiliki penyakit sistemik atau merokok.
2. Tingkat keparahan penyakit periodontal sebelumnya Hal yang harus
diperhatikan : kedalaman poket, tingkat perlekatan, tingkat
kehilangan tulang, dan tipe defek tulang.
3. Kontrol plak , Plak merupakan faktor etiologi utama dari penyakit
periodontal.
4. Kooperasi pasien, Prognosis pasien dengan penyakit gingival dan
periodontal bergantung dari sikap pasien, keinginan untuk
mempertahankan gigi asli, kemauan dan kemampuan untuk merawat
OH yang baik.
B. Faktor sistemik/lingkungan
1. Merokok mempengaruhi keparahan destruksi periodontal dan
potensial penyembuhan jaringan periodontal. Akibatnya pasien
perokok tidak merespon terapi periodontal konvensional sebaik
pasien yang tidak merokok. Oleh karena itu prognosis pasien
perokok dengan periodontitis ringan sampai sedang adalah sedang
sampai buruk dan pasien dengan periodontitis parah prognosisnya
buruk sampai tidak ada harapan.
2. Penyakit/kondisi sistemik misalnya diabetes tipe 1 dan 2, kondisi
yang membatasi pasien untuk menerima prosedur oral seperti
penyakit Parkinson’s dengan well-controlled diabetes dan slight to
moderate periodontitis berprognosis baik.
3. Faktor genetik
4. Stress
C. Faktor lokal
1. Plak/kalkulus
2.Restorasi subgingival margin subgingival dapat meningkatkan
akumulasi plak, inflamasi dan kehilangan tulang yang berdampak
buruk bagi periodontium. Jumlah kerusakan periodontal yang
muncul dipengaruhi oleh ukuran dan waktu restorasi ada di dalam
mulut.

20
3. Faktor anatomik seperti akar yang pendek dan runcing, Cervical
enamel projections, enamel pearls, bifurcation ridges, kecekungan
akar, developmental grroves, kedekatan akar, keterlibatan furkasi,
mobilitas gigi
D. Faktor protesa/restoratif
1. Pilihan abutment Gigi yang berperan sebagai abutment berfungsi
untuk meningkatkan fungsi. Gigi yang telah mendapat perawatan
endodontik dengan pasak lebih mungkin fraktur jika berperan
sebagai distal abutment yang menyokong gigi tiruan sebagian distal.
2. Karies gigi dengan karies ekstensif harus direstorasi dan dirawat
endodontik dahulu sebelum dilakukan perawatan periodontal.
3. Gigi non-vital, gigi vital dan non-vital memiliki prognosis periodontal
yang sama karena perlekatan baru dapat muncul pada sementum
baik di gigi vital maupun nonvital.
4. Resorpsi akar

o Jenis-jenis prognosis
A. Sangat Baik (excellent prognosis) tidak ada kehilangan tulang, kondisi
gingiva sangat baik, kooperasi pasien baik dan tidak ada penyakit sistemik/
faktor lingkungan tertentu.
B. Baik (good prognosis) sokongan tulang yang tersisa cukup, kemungkinan
untuk mengontrol faktor etiologi dan merawat gigi geligi cukup, pasien
cukup kooperatif, tidak ada faktor sistemik/lingkungan atau jika ada
terkontrol baik
C. Sedang (fair prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan
berikut : sokongan tulang yang tersisa tidak cukup, beberapa gigi goyang,
keterlibatan furkasi grade 1, memungkinkan perawatan yang baik, pasien
cukup kooperatif, terdapat beberapa faktor sistemik/lingkungan.
D. Buruk (poor prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa ketentuan
berikut: kehilangan tulang moderate-advance, mobilitasi gigi, keterlibatan
furkasi grade 1 dan 2, area tersebut sulit dirawat dan/ atau kooperasi pasien
diragukan, ada faktor sistemik/lingkungan.

21
E. Dipertanyakan (questionable prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa
ketentuan : kehilangan tulang advanced, keterlibatan furkasi grade 2 dan 3,
mobilitasi gigi, area tersebut tidak dapat diakses, ada faktor
sistemik/lingkungan
F. Tidak ada harapan ( hopeless prognosis) jika memenuhi satu atau beberapa
ketentuan berikut : kehilangan tulang advanced, area tersebut tidak dapat
dirawat, indikasi ekstraksi, ada faktor sistemik tidak terkontrol/lingkungan.

Selain jenis prognosis di atas, ada juga jenis prognosis yang lain, yakni Provisional
prognosis. Prognosis tersebut dibuat setelah terapi fase 1 dilakukan dan dievaluasi.
Prognosis ini dibuat karena hanya ada beberapa prognosis yang cukup akurat yaitu
sangat baik, baik dan tidak ada harapan; sedangkan prognosis sedang, buruk dan
dipertanyakan sangat tergantung dari banyak faktor yang dapat mempengaruhi.
Dengan prognosis ini, operator dimungkinkan melakukan perawatan pada gigi yang
meragukan dengan harapan responnya akan baik dan memungkinkan gigi tsb
dipertahankan.

Prognosis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :


1. Prognosis keseluruhan (overall prognosis)
Faktor yang mempengaruhi: seperti ”faktor klinis keseluruhan”, ”faktor
sistemik/lingkungan” di atas dan kemungkinan protesa. Prognosis ini
menjawab pertanyaan: apakah perawatan harus dilakukan? Apakah akan
berhasil? Jika dibutuhkan protesa, apakah gigi yang tersisa dapat mendukung
beban tambahan dari protesa
2. Prognosis masing-masing gigi (individual tooth prognosis) Prognosis ini
ditentukan setelah prognosis keseluruhan dipengaruhi olehnya. Faktor yang
mempengaruhi: seperti ”faktor lokal” dan ”faktor protesa/restoratif” di atas.

Prognosis untuk kasus ini adalah SEDANG .

3. Rencana perawatan dari buccal space abses et cause 46,47 gangren radic
Medikasi (diberi obat antibiotik, anti inflamasi ) Ekstraksi  lalu dirujukan ke
Prosto (nunggu sekitar seminggu)  buat gigi tiruan lepasan

22
PENATALAKSANAAN ABSES RONGGA MULUT
Adapun tahap penatalaksanaa abses odontogenik secara umum adalah:
1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan x-ray secara periapikal dan panoramik perlu dilakukan sebagai
skrining awal untuk menentukan etiologi dan letak fokal infeksi.
2. Tes Serologi
Tes Serologi yang paling sering digunakan adalah tes fiksasi komplemen dan tes
aglutinasi. Kedua tes ini digunakan untuk mengetahui etiologi.
3. Penatalaksanaan
Langkah utama yang paling penting dalam penatalaksanaan abses gigi adalah
incisi abses, dan drainase pus yang berisi bakteri. Tujuan dari tindakan insisi dan
drainase, yaitu mencegah terjadinya perluasan abses/infeksi ke jaringan lain,
mengurangi rasa sakit, menurunkan jumlah populasi mikroba beserta toksinnya,
memperbaiki vaskularisasi jaringan (karena pada daerah abses vakularisasi
jaringan biasanya jelek) sehingga tubuh lebih mampu menanggulangi infeksi
yang ada dan pemberian antibiotik lebih efektif, dan mencegah terjadinya
jaringan parut akibat drainase spontan dari abses. Selain itu, drainase dapat juga
dilakukan dengan melakukan open bur dan ekstirpasi jarngan pulpa nekrotik,
atau dengan pencabutan gigi penyebab (Topazian et al, 1994). Prosedur ini pada
umumnya dilakukan apabila sudah di anaestesi lokal terlebih dahulu, sehingga
area yang sakit akan mati rasa. Jika abses periapikal, abses akan dipindahkan
melalui perawatan saluran akar untuk mengeluarkan abses dan membuang
jaringan yang rusak dari pulpa.
Kemudian ditumpat untuk mencegah infeksi peradangan lebih lanjut. Jika abses
periodontal, maka abses akan dikeluarkan, dan secara menyeluruh
membersihkan periodontal pocket. Kemudian melicinkan permukaan akar gigi
dengan scaling dan marginal gingiva untuk membantu penyembuhan dan
mencegah infeksi/peradangan lebih lanjut
a. Jika merupakan abses periapikal dan infeksi berulang, maka harus
membuang jaringan yang rusak
b. Jika abses periodontal dan infeksi berulang, maka perawatannya dengan
membuang poket periodontal dan membentuk kembali jaringan gingiva.

23
c. Dalam stadium periostal meningkat tinggi dan sub periostal dilakukan
trepanasi untuk mengeluarkan abses dan gas gangren yang terbentuk,
kemudian diberikan obat-obatan antibiotik, antiinflamasi, antipiretik,
analgesik dan roboransia. Dengan cara ini diharapkan abses tidak meluas
dan dapat sembuh.
d. Dalam stadium serosa dianjurkan untuk kumur-kumur air garam hangat dan
kompres hangat, supaya abses masuk ke arah rongga mulut.
e. Dalam stadium submukosa dan subkutan dimana sudah terjadi fluktuasi
maka dilakukan insisi dan dimasukkan kain gaas steril atau rubber-dam
sebagai drainase, kemudian diberikan obat-obatan antibiotika, antiinflamasi,
antipiretika, analgesika dan roboransia. Pencabutan gigi yang terlibat
(menjadi penyebab abses) biasanya dilakukan sesudah pembengkakan
sembuh dan keadaan umum penderita membaik. Dalam keadaan abses yang
akut tidak boleh dilakukan pencabutan gigi karena manipulasi ekstraksi yang
dilakukan dapat menyebarkan radang sehingga mungkin terjadi
osteomyelitis.

 Prinsip berikut ini harus digunakan bila memungkinkan pada saat melakukan
insisi dan drainase adalah sebagai berikut (Topazian et al., 1994; Peterson,
2003; Odell, 2004).
a. Melakukan insisi pada kulit dan mukosa yang sehat. Insisi yang
ditempatkan pada sisi fluktuasi maksimum di mana jaringannya nekrotik
atau mulai perforasi dapat menyebabkan kerutan, jaringan parut yang tidak
estetis (Gambar 1)

24
Penempatan insisi untuk drainase ekstraoral infeksi kepala leher. Insisi
pada titik-titik berikut ini digunakan untuk drainase infeksi pada spasium
yang terindikasi: superficial dan deep temporal, submasseteric,
submandibular, submental, sublingual, pterygomandibular,
retropharyngeal, lateral pharyngeal, retropharyngeal (Peterson, 2003)
Tempatkan insisi pada daerah yang dapat diterima secara estetis, seperti
dibawah bayangan rahang atau pada lipatan kulit alami Garis Langer
wajah. Laserasi yang menyilang garis Langer dari kulit bersifat tidak
menguntungkan dan mengakibatkan penyembuhan yang secara kosmetik
jelek. Insisi bagian fasia ditempatkan sejajar dengan ketegangan kulit.
(Pedersen, 1996).
b. Apabila memungkinkan tempatkan insisi pada posisi yang bebas agar
drainase sesuai dengan gravitasi.
c. Lakukan pemotongan tumpul, dengan clamp bedah rapat atau jari, sampai
ke jaringan paling bawah dan jalajahi seluruh bagian kavitas abses dengan
perlahan-lahan sehingga daerah kompartemen pus terganggu dan dapat
diekskavasi. Perluas pemotongan ke akar gigi yang bertanggung jawab
terhadap infeksi
d. Tempatkan drain (lateks steril atau catheter) dan stabilkan dengan jahitan.
e. Pertimbangkan penggunaan drain tembus bilateral, infeksi ruang
submandibula.
f. Jangan tinggalkan drain pada tempatnya lebih dari waktu yang ditentukan;
lepaskan drain apabila drainase sudah minimal. Adanya drain dapat
mengeluarkan eksudat dan dapat menjadi pintu gerbang masuknya bakteri
penyerbu sekunder.
g. Bersihkan tepi luka setiap hari dalam keadaan steril untuk membersihkan
bekuan darah dan debris.

Pengetahuan yang seksama mengenai anatomi fascial dan leher sangat penting
untuk drain yang tepat pada abses yang dalam, tetapi abses yang membatasi daerah
dentoalveolar menunjukkan batas anatomi yang tidak jelas bagi ahli bedah. Hanya
mukosa yang tipis dan menonjol yang memisahkan scalpel dari infeksi. Idealnya,

25
abses harus didrain ketika ada fluktuasi sebelum ada ruptur dan drainase spontan.
Insisi dan drainase paling bagus dilakukan pada saat ada tanda awal dari
“pematangan” abses ini, meskipun drainase pembedahan juga efektif, sebelum
adanya perkembangan klasik fluktuasi (Peterson, 2003).

Teknik insisi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Peterson, 2003).


a. Aplikasi larutan antiseptik sebelum insisi.
b. Anestesi dilakukan pada daerah sekitar drainase abses yang akan dilakukan
dengan anestesi infiltrasi.
c. Untuk mencegah penyebaran mikroba ke jaringan sekitarnya maka
direncanakan insisi :
1) Menghindari duktus (Wharton, Stensen) dan pembuluh darah besar.
2) Drainase yang cukup, maka insisi dilakukan pada bagian superfisial pada
titik terendah akumulasi untuk menghindari sakit dan pengeluaran pus
sesuai gravitasi.
3) Jika memungkinkan insisi dilakukan pada daerah yang baik secara estetik,
jika memungkinkan dilakukan secara intraoral.
4) Insisi dan drainase abses harus dilakukan pada saat yang tepat, saat fluktuasi
positif.
d. Drainase abses diawali dengan hemostat dimasukkan ke dalam rongga abses
dengan ujung tertutup, lakukan eksplorasi kemudian dikeluarkan dengan
unjung terbuka. Bersamaan dengan eksplorasi, dilakukan pijatan lunak untuk
mempermudah pengeluaran pus.
e. Penembatan drain karet di dalam rongga abses dan distabilasi dengan jahitan
pada salah satu tepi insisi untuk menjaga insisi menutup dan drainase.
f. Pencabutan gigi penyebab secepatnya.

Membuat Surat Rujukan

Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan


kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter ke dokter lain yang
sesuai. Berikut kami sajikan tata cara rujukan.

Tata Cara Rujukan :

26
1. Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
2. Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yang meminta
rujukan
3. Perlu disepakati pembagian wewenang dan tangung jawab masing - masing
pihak

Pembagian Wewenang dan Taanggung Jawab :

1. Interval referral
Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita sepenuhnya kepada dokter
konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama dokter jangka waktu tersebut,
dokter tersebut tidak menangani.
2. Collateral referral
Menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan penderita untuk satu
masalah kedokteran khusus saja.
3. Cross referral
Menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan penderita sepenuhnya
untuk selamanya kepada dokter lain.
4. Split referral
Menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan penderita kepada
beberapa dokter konsultan,dan selama ditangani oleh dokter konsultan, dokter yang
merujuk tidak boleh ikut campur.

Contoh Surat Rujukan

27
BAB III
KESIMPULAN

Abses merupakan suatu bentuk infeksi akut atau kronis dan proses supuratif yang
dapat terjadi diseluruh tubuh.
Abses rongga mulut yang sering dijumpai adalah abses dentoalveolar yang dapat
terjadi sebagai akibat masuknya bakteri ke daerah periapikal baik melalui saturan pulpa,
jaringan periodontal maupun jaringan perikoronal. Abses merupakan rongga patologis yang
berisi pus yang disebabkan oleh infeksi bakteri campuran yaitu Staphylococcus aureus dan
Streptococcus mutans.

Pemeriksaan Subjektif, Anamnesis merupakan percakapan professional antara dokter


dengan pasien untuk mendapatkan data/riwayat penyakit yang dikeluhkan pasien.Informasi
tentang riwayat pasien

Pemeriksaan objektif ditentukan oleh pengujian dan observasi yang dilakukan oleh
seorang klinisi.

Prognosis adalah prediksi dari kemungkinan perawatan, durasi dan hasil akhir suatu
penyakit berdasarkan pengetahuan umum dari patogenesis dan kehadiran faktor risiko
penyakit.

Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan


kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter ke dokter lain yang sesuai. Berikut
kami sajikan tata cara rujukan.

Rencanaperawatandengan medikasi,ekstraksi, lalu dirujukan ke


Prostodonsiauntukmembuat gigi tiruan lepasan.

28
DAFTAR PUSTAKA
1. http://aton29.wordpress.com/2010/04/27/komunikasi-intrapersonal/
2. M. Ghojali Bagus A.P., S.Psi. Buku Ajar Psikologi Komunikasi – Fakultas Psikologi
Unair 2010.
3. Lamlanto, Nurhaida. 2010. Prosedur Menegakkan Diagnosis dalam Praktik
Kedokteran Gigi. Makassar : Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Hassanudin
4. http://www.psikologizone.com/definisi-komunikasi-interpersonal/06511922
5. https://www.slideshare.net/ikaa388/keterangan-status-pasien
6. file:///C:/Users/HP/Downloads/docdownloader.com_abses-submandibular.pdf
7. https://dokumen.tips/documents/lapsus-gangren-radix.html
8.

29

Anda mungkin juga menyukai