Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Isolasi Sosial
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Isolasi Sosial
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Isolasi Sosial
Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
1. Rahayu Aisyah : P27901118036
2. Sherina Intan Latifa : P27901118039
3. Sindi Wati Russadi : P27901118040
4. Siti Arwanah : P27901118041
5. Siti Fauziah : P27901118042
6. Siti Kholidasih : P27901118043
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya dan
karunia-Nya sehingga pada akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik. Dimana makalah ini penyusun sajikan dalam bentuk buku yang
sederhana. Adapun judul makalah yang diterima adalah sebagai berikut:
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA
ISOLASI SOSIAL
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
sebagai suatu kegiatan belajar dan mengajar di Poltekkes Kemenkes Banten
Jurusan Keperawatan dan sebagai penambah wawasan tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa isolasi sosial. Makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik karena banyak dukungan dari berbagai pihak, oleh
karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Hj. Een Sukaedah, S.KM, M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes
Banten.
2. Ibu Kusniawati, S.Kep, Ners, M.Kep sebagai Ketua Jurusan Keperawatan.
3. Ibu Lailatul Fadilah, S.Kep, Ners, M.Kep sebagai Ketua Prodi D-III
Keperawatan dan koordinator mata kuliah Keperawatan Jiwa.
4. Ibu Hj. Ermawati Dalami, S.Kp, M.Kes sebagai dosen mata kuliah
Keperawatan Jiwa.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Karena keterbatasan waktu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang mendukung sangat kami
harapkan. Kami juga berharap makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya
bagi kami sebagai penulis dan umumnya bagi semua pembaca.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Pokok Bahasan............................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan....................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................... 3
A. Konsep Dasar Isolasi Sosial........................................................ 3
B. Asuhan Keperawatan Teoritis Isolasi Sosial............................... 12
C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Isolasi Sosial............ 19
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 41
A. Kesimpulan.................................................................................. 41
B. Kritik dan Saran........................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... iii
LAMPIRAN........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang
lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien
dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan
untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk
melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien
menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga
kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin
banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial
dan emosional dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998).
Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang
respon yan adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif
merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan
respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang
kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya.
Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadi
dalam kehidupan sehari hari, khususnya sering dialami pada pasien
menarik diri sehingga melalui pendekatan proses keperawatan yang
komprehensif penulis berusaha memberikan asuhan keperawatan yang
semaksimal mungkin kepada pasien dengan masalah keperawatan utama
kerusakan interaksi sosial: menarik diri.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlunya mempelajari lebih
dalam lagi mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
isolasi sosial menarik diri yang dapat membantu menambah wawasan
sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Maka, pada
kesempatan kali ini penyusun mencoba memaparkan lebih dalam mengenai
2
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa isolasi sosial menarik
diri.
B. Pokok Bahasan
1. Konsep dasar isolasi sosial
2. Asuhan keperawatan teoritis isolasi sosial menarik diri
3. Asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial menarik diri
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa/i dapat memahami dan menjelaskan tentang konsep dasar
isolasi sosial
2. Mahasiswa/i dapat memahami dan menjelaskan tentang asuhan
keperawatan teoritis isolasi sosial menarik diri
3. Mahasiswa/i dapat memahami dan menjelaskan tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial menarik diri
D. Manfaat Penulisan
Dengan adanya penyusunan makalah ini, semoga mampu
mempermudah penulis dan pembaca dalam memahami materi tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa isolasi sosial menarik diri.
Penyusunan makalah ini dapat menambah pengalaman, kemampuan dan
pengetahuan penulis dan pembaca dalam membuat karya tulis berupa
makalah.
BAB II
LANDASAN TEORI
Interdependen curiga
Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi
sosial.
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku.
Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika
menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk
respons adaptif.
1) Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah terjadi dilingkungan sosialnya.
2) Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu
sama lain.
4) Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
b. Respons maladaptif
6
4. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan pada masing-
masing gangguan hubungan sosial yaitu regresi, proyeksi, persepsi dan
isolasi.
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat
diterima, secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku.
lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain dan kegiatan
sehari-hari terabaikan. Beberapa faktor pendukung terjadinya gangguan
jiwa dalam hubungan sosial yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya
perilaku menarik diri, yaitu:
1) Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan sosial. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini
tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial
yang nantinya akan menimbulkan masalah.
2) Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang
dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah
otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah
dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak
seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel
dalam limbik dan daerah kortikal.
3) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial
merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah
dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota keluarga yang tidak
produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan penyandang
cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4) Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam
teori ini yang ternasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga
menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan
dimana seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu yang bersamaan atau ekspresi emosi
yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan
dengan lingkungan di luar keluarga.
b. Faktor Presipitasi
9
6. Pohon Masalah
Gambar 6.1 Pohon Masalah pada Pasien dengan Isolasi Sosial
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) ECT (Electro Confulsive Therapy)
Jenis pengobatan dengan menggunakan arus listrik pada otak
menggunakan 2 elektrode.
2) Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relative lama dan merupakan
bagian penting dalam proses teraupetik, upaya dalam psikoterapi
ini meliputi: memberikan rasa nyaman dan tenang, menciptakan
lingkungan yang teraupetik, bersifat empati, menerima klien apa
adanya, memotivasi klien untuk dapat mengungkapakan
perasaanya sacara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur.
3) Terapi Okupasi
Ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipan seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga
diri seseorang (Dalami, 2009).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Perawatan Isolasi Sosial: Psikoterapi Individual
12
e. Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak dekat dengan Anda?
Bila punya siapa anggota keluarga dan teman yang tidak dekatnya itu?
f. Apa yang membuat Anda tidak dekat dengan orang tersebut?
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan melalui
observasi adalah sebagai berikut:
a. Pasien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat
c. Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
d. Kontak mata kurang
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala
Isolasi sosial yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda
dan gejala isolasi sosial, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan
adalah:
3. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan pada isolasi social, dilakukan terhadap
pasien dan keluarga. Saat melakukan pelayanan di poli kesehatan jiwa di
Puskesmas atau kunjungan rumah, perawat menemui keluarga terlebih
dahulu sebelum menemui klien. Bersama keluarga, perawat
mengidentifikasi masalah yang dialami pasiendan keluarga. Setelah itu,
perawat menemui pasienuntuk melakukan pengkajian dan melatih cara
untuk mengatasi isolasi sosial yang dialami klien. Setelah perawat selesai
melatih klien, maka perawat kembali menemui keluarga dan melatih
keluarga untuk merawat klien, serta menyampaikan hasil tindakan yang
telah dilakukan terhadap pasiendan tugas yang perlu keluarga lakukan
yaitu untuk membimbing pasien melatih kemampuan mengatasi isolasi
sosial yang telah diajarkan oleh perawat.
a. Tujuan: Pasien mampu:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari isolasi sosial yang dialaminya
3) Berinteraksi secara bertahap dengan anggota keluarga dan
lingkungan sekitarnya
4) Berkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah tangga dankegiatan
sosial
b. Tindakan Keperawatan:
1) Membina hubungan saling percayadengan cara:
Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
Berkenalan dengan klien: perkenalkan nama dan nama
panggilan yang perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama
panggilan yang disukai pasien
Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
Buat kontrak asuhan: apa yang Perawat akan lakukan bersama
klien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana
Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi
15
4. Evaluasi
a. Evaluasi kemampuan pasien isolasi sosial berhasil apabila pasien
dapat:
1) Menjelaskan kebiasaan keluarga berinteraksi dengan klien.
2) Menjelaskan penyebab pasien tidak mau berinteraksi dengan
orang lain.
3) Menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain.
4) Menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
5) Memperagakan cara berkenalan dengan orang lain, dengan
perawat, keluarga, tetangga.
6) Berkomunikasi dengan keluarga saat melakukan kegiatan sehari-
hari
7) Berkomunikasi saat melakukan kegiatan sosial
8) Menyampaikan perasaan setelah interaksi dengan orang tua.
9) Mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain.
10) Merasakan manfaat latihan berinteraksi dalam mengatasi isolasi
sosial
b. Evaluasi kemampuan keluarga dengan pasien isolasi sosial berhasil
apabila keluarga dapat:
1) Mengenal Isolasi sosial (pengertian, tanda dan gejala, dan proses
terjadinya isolasi sosial) dan mengambil keputusan untuk
merawat klien
2) Membantu pasien berinteraksi dengan orang lain
3) Mendampingi pasien saat melakukan aktivitas rumah tangga dan
kegiatan sosial sambil berkomunikasi
4) Melibatkan pasien melakukan kegiatan harian di rumah dan
kegiatan sosialisasi di lingkungan
17
5. Dokumentasi
Pendokumentasian dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan
dengan pasien dan keluarga. Berikut contoh pendokumentasian asuhan
keperawatan isolasi sosial pada kunjungan kedua. Pendokumentasian
dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan dengan pasien dan
keluarga. Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan isolasi
sosial pada kunjungan kedua.
IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl….bulan….tahun…jam…
S: Klien
Data pasien dan kemampuan: Pasien mengatakan senang dapat
Pasien mengatakan masih malu berbicara dengan anaknya saat
bercakap-cakap dengan orang lain. masak dan mencuci piring
Sudah mencoba latihan bercakap- Pasien mengatakan senang kenal
cakap dengan adiknya saat adiknya dengan 2 orang kader kesehatan
datang kerumahnya. Sudah kenalan
dengan satu orang tetangga baru. S Keluarga
Keluarga mentakan senang
mendampingi pasien memasak,
Data keluarga dan kemampuan mencuci piring, dan berkenalan
Keluarga mengatakan sudah lebih dengan kader
faham dengan masalah ibunya yang
sulit bergaul dengan orang lain, sudah O: Klien
18
1. Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. C (P) Tanggal Pengkajian : 05-09-2020
Umur : 45 Tahun RM No. : 99007289
Informan : Pasien dan rekam medis
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan criminal 50 45
Jelaskan:
Klien pernah mengalami korban penganiayaan fisik, dan kekerasan
dalam keluarga oleh suaminya dengan alasan klien susah tidur dan
sering marah-marah. Klien pernah mengalami gangguan jiwa 3 tahun
lalu, kontrol tidak rutin, pengobatan kurang berhasil. Pasien
mengatakan sudah merasa sembuh sehingga malas dan jenuh meminum
obat.
Masalah Keperawatan: Respon pasca trauma
IV. FISIK
1. Tanda vital:TD : 120/80 mmHg, N: 95 x/menit, S: 37oC, P: 19 x/menit
V
2. Ukur: TB : 155 cm BB : 70 kg Turun Naik
V
3. Keluhan fisik: Ya Tidak
21
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
a. Buatlah genogram minimal 3 generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dengan keluarga. Contoh:
= laki-laki
= perempuan
= klien
2. Konsep diri:
a. Citra tubuh: Klien tidak menyukai dari anggota tubuhnya anggota
tubuhnya yaitu rambutnya berwarna putih dan klien menyukai bola
mata karena jarak pandang klien masih terang.
22
4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan: Klien beragama islam dan klien meyakini
adanya Allah SWT yang Maha Menolong
Jelaskan: Baju klien tidak diganti dan hanya pakai baju tidur setiap hari
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis V Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan: Pembicaraan dengan klien lambat dimana klien setiap
berbicara memikirkan apa yang mau dikatakan ke pasien
3. Aktivitas motorik
Lesu Tegang Gelisah
Agitasi V
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan: Klien nampak tremor pada jari dan kaki
4. Alam perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebihan
V
Jelaskan: Klien merasa sedih, bosan, dan suntuk berada di RSJ
24
5. Afek
Datar Tumpul V Labil Agitasi Tidak sesuai
Jelaskan: Ekspresi klien labil saat diaamiti karena emosi klien cepat
berubah-ubah.
7. Proses pikir
Sirkumstansial Tangensial Mudah Kehilangan asosiasi
Flight ofideas Blocking Mudah Pengulangan
V
pembicaraan
Jelaskan: Saat berinteraksi klien berulang kali mengulang kalimat yang
disebutkanya.
8. Tingkat kesadaran
Bingung Sedasi V Stupor
Disorientasi Waktu Tempat Pikiran Orang
Jelaskan: Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik
seperti biasanya klien makan 3x sehari, pagi, siang dan malam.
2. BAB / BAK
Jelaskan: Klien BAB 1x sehari dan BAK kurang lebih 5x sehari, dan
mampu melakukan eliminasi dengan baik, menjaga kebersihan setelah
BAB dan BAK dengan baik.
3. Mandi
6. Penggunaan obat
Ya Tidak
Perawatan lanjutan V
Sistem pendukung
V
Klien mengatakan tidak pernah bergaul dengan orang lain karena saat
dirumah klien lebih sering dirumah dan menutup diri dengan keadaaanya.
Klien memiliki masalah dalam berhubungan dengan rumah tangganya
karena suaminya telah selingkuh dari dirinya dan suaminya telah menghina
dia dalam sebutan kata yang menyakitkkan dan perhatian keluarga dalam
kesehatan tidak diketahui oleh keluarganya.
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial dan harga diri rendah
X. ASPEK MEDIK
Diagnosa medic : Skizofernia paranoid episode berkurang
Terapi medic : - Clozapine 25 mg 2x1
- Inj. Diazepam 1 amp/hari
- Inj. Lodomer 1 amp/hari
- Resperidon 2 mg 2x1
2. Analisa Data
a. Analisa data
DATA MASALAH
Subjektif: Isolasi Sosial
- Sukar didapat jika klien menolak
komunikasi, kadang hanya dijawab dengan
singkat, ya atay tidak.
- Klien mengatakan lebih suka sendiri
daripada berhubungan dengan orang lain.
Objektif:
- Tidur berlebihan
28
b. Diagnosa Keperawatan
1) Isolasi sosial: Menarik diri
c. Pohon Masalah
Pasien Keluarga
No
SP1P SP1K
Mengidentifikasi penyebab isolasi 1. Mendiskusikan masalah yang
1. social pasien. dirasakan keluarga dalam
Berdiskusi dengan klien tentang merawat pasien.
2. keuntungan berinteraksi dengan orang 2. Menjelaskan pengertian, tanda
lain. dan gejala isolasi sosialyang
Berdiskusi dengan klien tentang dialami klien beserta proses
3. kerugian berinteraksi dengan oranglain. terjadinya.
Mengajarkan klien cara berkenalan 3. Menjelaskan cara-cara merawat
4. dengan satu orang . klien dengan isolasi sosial
Menganjurkan klien memasukkan
5. kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan
harian.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih
pasien. keluarga mempraktikan cara
2. Memberikan kesempatan kepada klien merawat klien dengan isolasi
mempraktikan cara berkenalan dengan sosial.
satu orang. 2. Melatih
3. Membantu klien memasukkan kegiatan keluarga mempraktikan cara
latihan berbincang-bincang dengan merawat langsung kepada klien
orang lain sebagai salah satu kegiatan isolasi sosial.
harian.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga membuat
pasien. jadwal aktivitas dirumah
2. Memberikan kesempatan kepada klien termasuk minum obat
mempraktikan cara berkenalan dengan (discharge palnning).
dua orang atau lebih. 2. Menjelaskan follow up klien
3. Menganjurkan klien memasukkan setelah pulang.
dalam jadwal kegiatan harian.
30
31
SP 2
- Evaluasi SP1
- Latih berhubungan sosial secara bertahap
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
- Evaluasi SP1 dan 2
- Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau
lebih
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
35
berkenalan
Klien mempraktekan
berkenalan dengan seorang
perawat
Kontak mata kurang
Afek tumpul
Bicara lambat
Klien dapat memasukkan
latihan berkenalan dengan
satu orang, kedalam jadwal
hariannya.
A : SP2P Tercapai
P:
- Perawat: Lanjutkan SP3P
Isolasi Sosial pada pertemuan
selanjutnya.
3. 08-09-2020 Isolasi Sosial SP3P Isolasi Melakukan SP3P Isolasi S :
Sosial Sosial : Pasien mengatakan mampu
1. Menevaluasi jadwal melakukan jadwal kegiatan
40
A : SP3P Tercapai
P:
- Perawat : Lanjutkan SP budaya
Isolasi Sosial
- Klien : memotivasi klien latihan
berkenalan dengan perawat dank
lien lain sesuai jadwal yang
dibuat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari
interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran,
prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara
spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan
diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan
orang lain.
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi
diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain,
ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih
menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain dan kegiatan sehari-hari
terabaikan.
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya
rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain.
Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan
perubahan persepsi sensori: halusinasi dan risiko tinggi mencederai diri,
orang lain, bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga
bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh
terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri.
Untuk itu perlu pengalihan dengan mekanisme koping. Mekanisme
pertahanan diri yang sering digunakan pada masing-masing gangguan
hubungan sosial yaitu regresi, proyeksi, persepsi dan isolasi.
41
42
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Keperawatan Jiwa Tindakan Keperawatan (LP dan SPTK)
untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna & Akemat. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta: EGC.
iii
Lampiran
iv
v
2. Kerja
“Apa yang membuat bapak atau ibu tidak suka bergaul dengan orang
lain?”
vi
“Apakah karena sikap atau perilaku orang lain terhadap Bapak atau
Ibu? atau ada alasan lain?”
“Apakah ruginya kalau kita tidak punya teman?”
“Menurut Bapak atau Ibu apakah keuntungannya kalau kita banyak
teman?”
“Nah kita sudah mengetahui penyebab bapak atau Ibu tidak mau
bergaul dengan orang lain, ruginya tidak punya teman, dan untungnya
punya teman?”
3. Terminasi
Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak atau Ibu setelah kita berdiskusi
mengenai penyebab Bapak atau Ibu tidak mau bergaul dengan orang
lain beserta keuntungan dan kerugiannya?”
Evaluasi Objektif
“Bisakah bapak atau ibu menceritakan kembali tentang keuntungan
dan kerugian bergaul dengan orang lain?”
Rencana tindak lanjut
“Bagaimana Bapak atau Ibu apakah Bapak atau Ibu ingin belajar
bergaul dengan orang lain?”
Kontrak yang akan datang
a. Topik : “Bagaimana kalau besok kita belajar mengenai cara-cara
bergaul dengan orang lain”
b. Tempat : “ di mana Nanti kita bercakap-cakap bagaimana kalau
di sini saja?”
c. Waktu : “Bapak atau Ibu ingin jam berapa? Bagaimana kalau
jam 13 00, setelah bapak atau ibu makan siang?”
vii
SP 1 pasien:
Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab isolasi
sosial, membantu pasien mengenal manfaat berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan.
Orientasi
"Selamat pagi! Saya Suster HS. Saya senang dipanggil Suster H Saya perawat di
Ruang Mawar ini."
"Siapa nama Anda? Senang dipanggil apa?"
"Apa keluhan S hari ini?" Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga
dan teman-teman S? Mau di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di
ruang tamu? Mau berapa lama, S? Bagaimana kalau 15 menit?"
Kerja
(Jika pasien baru)
"Siapa saja yang tinggal serurnah dengan S? Siapa yang paling dekat dengan S
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang
bercakap-cakap dengannya?"
(Jika pasien sudah lama dirawat)
“Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? S merasa sendirian? siapa saja yang
S kenal di ruangan ini?"
"Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?"
"Apa yang menghambat dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?"
"Menurut S, apa saja manfaatnya kalau kita memiliki teman? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi? (Sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah, apa kerugiannya kalau tidak memiliki
teman? Ya, apa lagi? (Sampai pasien dapat menyebutkan beberapa).
Nah, banyak juga ruginya tidak punya teman ya? Jadi, apakah S belajar bergaul
dengan orang lain?"
“Bagus! Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain?"
viii
"Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita,
nama panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobi kita. Contohnya: Nama Saya
SN, senang dipanggil S. Asal saya dari Kota X, hobi memasak."
"Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berberkenalan dengan
saya! Ya, bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali!"
"Setelah S berkenalan dengan orang tersebut bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan S bicarakan, misalnya tentang cuaca, tentang hobi,
tentang keluarga, pekerjaan, dan sebagainya.”
Terminasi
"Bagaimana perasaan setelah kita latihan berkenalan?"
"S tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali. Selanjutnya S
dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada sehingga
S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau mempraktikkan ke orang
lain? Bagaimana kalau S mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat N.
Bagaimana, S mau kan?"
"Baiklah, sampai jumpa!"
SP 2 pasien:
Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang
pertama (perawat).
Orientasi
"Selamat pagi S! Bagaimana perasaan hari ini?"
"Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba sebutkan lagi
sambil bersalaman dengan Suster!"
“Bagus sekali, S masih ingat. Nah, seperti janji saya, saya akan mengajak S
mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10
menit."
"Ayo kita temui perawat N di sana!"
Kerja
(Bersama-sama S, perawat mendekati perawat N)
"Selamat pagi perawat N, S ingin berkenalan dengan N. Baiklah S, S bisa
berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktikkan kemarin."
(Pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N: Memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya.)
"Ada lagi yang ingin tanyakan kepada perawat N? Coba tanyakan tentang
keluarga perawat N!"
"Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S dapat menyudahi perkenalan ini.
Lalu S, bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang
nanti."
"Baiklah perawat N, karena sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke
ruangan S. Selamat pagi!"
(Bersama pasien, perawat H meninggalkan perawat N untuk melakukan terminasi
dengan S di tempat lain.)
Terminasi
"Bagaimana perasaan' S setelah berkenalan dengan perawat N?"
ix
x
Orientasi
"Selamat pagi S! Bagaimana perasaan hari ini?"
"Apakah S bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang (jika jawaban pasien,
ya, perawat dapat melanjutkan komunikasi berikutnya dengan pasien lain).
"Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap dengan perawat N kemarin
siang?"
"Bagus sekali S menjadi senang karena punya teman lagi!"
"kalau begitu S ingin punya banyak teman lagi?"
"Bagaimana kalau sayang kita berkenalan lagi dengan teman seruangan S yang
lain, yaitu O. seperti biasa kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia di ruang
makan."
Kerja
(Bersama-sama S, perawat mendekati pasien lain)
Selamat pagi, ini ada pasien saya yang ingin berkenalan."
"Baiklah S, S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah S lakukan
sebelumnya." (Pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam,
menyebutkan nama, nama panggilan, asal, hobi, dan menanyakan hal yang sama.)
"Ada lagi yang singin tanyakan kepada O? Kalau tidak ada lagi yang ingin
dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat janji bertemu lagi,
misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti (S membuat janji untuk bertemu kembali
dengan O)."
"Baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke
ruangan S. Selamat pagi (bersama pasien perawat meninggalkan O untuk
melakukan terminasi dengan S di tempat lain)
Terminasi
"Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O?"
xi
xii
xiii
SP 1 keluarga:
Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai masalah isolasi
sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien isolasi sosial.
Orientasi
"Selamat pagi Pak! Perkenalkan saya perawat H. Saya yang merawat anak Bapak,
S, di ruang Mawar ini."
"Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?"
"Bagaimana perasaan Bapak hari ini Bagaimana keadaan S sekarang?"
"Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara
perawatannya?"
“Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau
setengah jam?"
Kerja
"Apa masalah yang Bapak hadapi dalam merawat S? Apa yang sudah dilakukan"
"Masalah yang dialami oleh anak S disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu
gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain.
Tanda-tandanya, antara lain tidak mau bergaul
dengan orang lain, mengurung diri, dan kalaupun berbicara hanya sebentar dengan
wajah menunduk. Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman
yang mengecewakan ketika berhubungan
dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan
orang-orang yang dicintai. Jika masalah isolasi sosial ini tidak diatasi, seseorang
dapat mengalami halusinasi, yakni mendengar suara atau melihat bayangan yang
sebetulnya tidak ada. Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan
anggota keluarga lainnya harus sabar menghadapi S. Untuk merawat S, keluarga
perlu melakukan beberapa hal. Pertama, keluarga harus membina hubungan saling
percaya dengan S, caranya adalah dengan bersikap peduli terhadap S dan jangan
ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada S
untuk dapat melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian
xiv
xv
yang wajar dan jangan mencela kondisi S. Selanjutnya jangan biarkan s sendiri.
Buatlah rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan S, misalnya ibadah bersama,
makan bersama, rekreasi bersama, atau melakukan kegiatan rumah tangga
bersama."
"Nah, bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan Semua cara itu?
Begini contoh komunikasinya Pak, "S, *Bapak lihat sekarang kamu sudah bisa
bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangennya juga lumayan lama. Bapak
senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu berbincang-bincang
dengan yang lain. Bagaimana S, kamu mau coba kan, Nak?"
"Nah, coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya
contohkan! Bagus, Bapak telah memperagakan dengan baik sekali !n"
"Sampai di sini ada yang ingin ditanyakan Pak?"
Terminasi
"Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan
tadi?"
"Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi social dan tanda-tanda
orang yang mengalami isolasi sosial. Selanjutnya dapatkah Bapak sebutkan
kembali cara-cara merawat anak Bapak yang mengalami isolasi sosial?"
"Bagus sekali, Bapak dapat menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut!
Nanti kalau ketemu S coba Bapak lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua
keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama. "
"Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung dengan S?"
"Kita bertemu di sini ya Pak, pada jam yang sama. Selamat pagi!"
SP 2 keluarga:
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien isolasi sosial langsung di
hadapan pasien
Orientasi
"Selamat pagi Bapak! Bagaimana perasaan Bapak hari ini?"
"Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari
berberapa hari yang lalu?"
"Mari praktikkan langsung pada S! Bapak punya waktu berapa lama? Baik kita
akan cuba 30 menit."
"Sekarang mari kita temui S!"
Kerja
"Selamat pagi S. Bagaimana perasaan S hari ini?"
"Bapak S datang membesuk. Beri salam! Bagus. Tolong S tunjukkan jadwal
kegiatannya!" (Kemudian Anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
"Nah Pak, sekarang Bapak dapat mempraktikkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu. (Perawat mengobservasi keluarga memperaktikan cara
merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya.)"
"Bagaimana perasaan S setelah berbincang-bincang dengan Ayah S?"
"Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu" (Perawat dan
keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga.)
Terminasi
"Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi? Bapak sudah bagus
melakukannya."
"Mulai sekarang Bapak sudah dapat melakukan cara perawat tersebut pada S."
"Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang ya Pak?"
xvi
SP 3 keluarga:
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
Orientasi
"Selamat pagi Pak! Karena besok S sudah boleh pulang, kita perlu membicarakan
tentang perawatan S di rumah."
"Bagaimana kalau kita membicarakan jadwal S tersebut di sini saja."
"Berapa lama kita dapat bicara Bagaimana kalau 30 menit?"
Kerja
"Bapak, ini jadwal S selama di rumah sakit. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan
di rumah? Di rumah Bapak yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di
rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya berikan pujian jika
benar dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan anak Bapak selama di rumah. Misalnya kalau S terus-menerus tidak
mau bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K
di Puskemas Inderapuri, yang terdekat dari rumah Bapak, ini nomor telepon
puskesmasnya: (0651)554xxx. Selanjutnya perawat K tersebut yang akan
memantau perkembangan S selama berada di rumah."
Terminasi
"Bagaimana Pak? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk
dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di Puskesmas Inderapuri.
Jangan lupa kontrol ke Puskesmas sebelum obat habis atau ada gejala yang
tampak. Silakan selesaikan administrasinya!"
xvii