2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

1.

Perpajakan terbaru tentang Pertambahan Nilai (yang masih berlaku tahun


2020).
Jawab:
a. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
48/PMK.03/2020 tentang tata cara penunjukkan pemunguut,
pemungutan, dan penyetoran, serta pelaporan pajak pertambahan nilai
atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dan/atau jasa kena
pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean melalui
perdagangan melalui sistem elektronik.
b. Pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 29/PMK.03/2020 tentang Pelaksanaan Pelayanan Administrasi
Perpajakan dalam Keadaan Kahar Akibat Pandemi Corona Virus
Disease 2019, maka dengan ini disampaikan implementasi terkait
Surat Keputusan Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Terutang berdasarkan Pasal 3 PMK-29/PMK.03/2020:
1) Surat Keputusan tentang Persetujuan Pemusatan Tempat PPN
Terutang yang paling lambat disampaikan pemberitahuan
perpanjangan pada bulan Januari 2020 sampai dengan bulan Mei
2020, dengan masa berlaku pemusatan berakhir pada masa pajak
Maret 2020 sampai dengan Juli 2020, diperpanjang masa
berlakunya sampai dengan 5 (lima) tahun tanpa perlu adanya
pemberitahuan secara tertulis dari PKP dan tanpa adanya
penerbitan produk Surat Keputusan Persetujuan Pemusatan PPN
terutang yang baru;
2) Dalam hal PKP yang bersangkutan menghendaki untuk tidak
memperpanjang Surat Keputusan tentang Persetujuan Pemusatan
Tempat PPN Terutang, PKP harus menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah DJP sesuai PER-
19/PJ/2010.
2. Jelaskan tentang PKP dalam PPN
Jawab:

1) Pengertian PKP
PKP merupakan pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenai pajak
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1984  yang kini telah
diubah menjadi UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga
Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.

Dalam peraturan tersebut, pengusaha berkewajiban melaporkan


usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP bila melakukan penyerahan
BKP/JKP di dalam daerah pabean atau melakukan ekspor BKP, JKP,
dan ekspor BKP tidak berwujud.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2013
tentang Batasan Pengusaha Kecil PPN, pengusaha yang wajib menjadi
PKP adalah pengusaha yang dalam 1 tahun buku memiliki omzet
minimal Rp4,8 miliar.

Namun, bila pengusaha memiliki omzet tidak mencapai Rp4,8


miliar, pengusaha tersebut bisa mengajukan diri sebagai PKP.
Biasanya, banyak pula pengusaha yang meski omzetnya tidak
mencapai angka tersebut, namun memilih untuk menjadi PKP. Sebab,
ada banyak keuntungan yang bisa pengusaha dapatkan bila menjadi
PKP. Tapi, sebelum membahas keuntungan menjadi PKP, mari simak
pembahasan tentang hak dan kewajiban PKP atas PPN terlebih dahulu.
2) Hak PKP atas PPN

Apabila seorang pengusaha sudah dikukuhkan sebagai PKP. Maka


terdapat hak dan kewajiban yang wajib dipenuhi oleh PKP. Nah,
berikut ini hak PKP atas PPN:

o PKP dapat melakukan pengkreditan pajak masukan/pembelian


atas BKP/JKP.

o PKP juga meminta restitusi jika pajak masukan lebih besar dari
pajak keluaran/penjualan dan berhak pula atas kompensasi
kelebihan pajak.

3) Kewajiban PKP atas PPN

Setelah mengetahui hak PKP, jika Anda merupakan pengusaha yang


sudah dikukuhkan sebagai PKP, maka Anda juga perlu mengetahui
kewajiban apa saja ditanggung oleh PKP sebagai berikut:

o PKP wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai


PKP jika sudah memiliki omzet mencapai Rp4,8 miliar dalam
satu tahun buku.

o PKP wajib memungut PPN dan PPnBM terutang.

o PKP juga wajib menyetorkan PPN yang masih harus dibayar


dalam hal pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan yang
bisa dikreditkan. Selain itu, PKP juga wajib menyetorkan
PPnBM terutang.

o PKP wajib melaporkan penghitungan pajak ke dalam SPT


Masa PPN.
o PKP juga wajib menerbitkan faktur pajak atas setiap
penyerahan BKP/JKP.

4) Keuntungan menjadi PKP

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, menjadi PKP memiliki


beberapa keuntungan. Nah, berikut ini keuntungan-keuntungan yang
bisa Anda dapatkan jika menjadi PKP:

o Bila wajib pajak menjadi PKP, maka pengusaha akan dianggap


telah memiliki sistem yang legal secara hukum karena tertib
membayar pajak.

o Menjadi PKP berarti pengusaha atau wajib pajak memiliki


perusahaan yang cukup besar dan lebih dipercaya. Hal tersebut
sangat berpengaruh saat ingin menjalin kerja sama dengan
perusahaan lain yang juga tergolong besar.

o Pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai PKP juga dapat


melakukan transaksi jual-beli dengan bendaharawan pemerintah.

3. Jelaskan tentang tarif PPN lengkapi dengan contoh BKP atau JKP dalam
PPN
Jawab:

Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen).
Sedangkan tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:
a. Ekspor BKP Berwujud.
b. Ekspor BKP Tidak Berwujud.
c. Ekspor JKP.
Pengenaan tarif 0% (nol persen) tidak berarti pembebasan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Dengan demikian, Pajak
Masukan yang telah dibayar untuk perolehan BKP/JKP yang berkaitan
dengan kegiatan tersebut dapat dikreditkan.

Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan atau


peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, pemerintah diberi
wewenang mengubah tarif Pajak Pertambahan Nilai menjadi paling
rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen)
dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal. Perubahan tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat ini dikemukakan oleh pemerintah
kepada Dewan Perwakilan Rakyat dalam rangka pembahasan dan
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Contoh BKP dalam PPN

Arini membuka toko dan menjual barang kena pajak. Ia membeli suatu
barang secara tunai seharga Rp. 2.300.000 dengan faktur Pajak
Masukan sebesar Rp. 230.000. Ia menjual pakaiannya seharga
2.600.000. Lalu berapa Pajak Pertambahan Nilai yang ditetapkan Arini
pada pembeli pakaiannya?

PPN Dipungut = Dasar Pengenaan Pajak (DPP) x Tarif

PPN Dipungut = Rp. 2.600.000 x 10%

PPN Dipungut = Rp. 260.000

Kewajiban Pajak Pertambahan Nilai yang disetor adalah dengan


mengurangi PPN Keluaran dengan Kredit Pajak (FPM)

Perhitungan Setoran PPN : Rp. 260.000 – Rp. 230.000 = Rp. 30.000

4. Jelaskan mengapa PPN dikenakan terhadap BKP maupun JKP


Jawab:
Pada prinsipnya semua barang atau jasa dikenakan pajak karena perlunya
insentif fiskal untuk barang atau jasa tertentu yang terkait dengan
kepentingan nasional. PPN dikatakatan sebagai pajak penjualan baik itu
barang atau jasa, kecuali apabila barang atau jasa tersebut termuat dalam
negatif list di dalam UU, maka seluruh penjualan atas BKP/JKP diluat
negatif list melekat PPN. Maka, PPN terjadi akibat adanya suatu
pertambahan nilai yang diberikan terhadap BKP/JKP, yang atas
pertambahan nilai tersebut wajib dikenakan pajak.

Anda mungkin juga menyukai