PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM - Amrin Saragih - DARING 2020 PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM

KURIKULUM 2013

TEXT-BASED LEARNING IN THE CURRICULUM 2013

Amrin Saragih
Universitas Negeri Medan
Universitas Negeri Medan
Jalan Williem Iskandar Pasar V Barat Medan Estate
[email protected]

Tanggal naskah masuk 10 Juli 2016


Tanggal akhir penyuntingan 16 Desember 2016

Abstract:
Language learning in the curriculum in 2013 based on the text. Steps or stages in the
cycle of text-based learning is consistent and aligned with the learning based on a
scientific approach which characterizes the Curriculum 2013. Kesejalanan and
alignment of the text-based learning supports the achievement of integrative
knowledge, skills and attitudes that the distinguishing feature Curriculum 2013 and
the previous curriculum. Furthermore, the text-based learning in the curriculum in
2013 the role of natural language as a draft or perealisasi science in the form of
grammar or leksikogramar strengthened. Thus, the role of language learning across
subjects is in line with the globalization paradigm in science.
Keywords: text-based approach, the curriculum in 2013, the scientific approach

Abstrak :
Pembelajaran bahasa dalam Kurikulum 2013 berbasis pada teks. Langkah atau
tahap dalam siklus pembelajaran berbasis teks itu sejalan dan sejajar dengan
pembelajaran berdasarkan pendekatan ilmiah yang menjadi ciri Kurikulum 2013.
Kesejalanan dan kesejajaran pembelajaran berbasis teks ini mendukung capaian
integratif pengetahuan, keterampilan dan sikap yang menjadi ciri pembeda
Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya. Selanjutnya, dengan pembelajaran
berbasis teks dalam Kurikulum 2013 peran alamiah bahasa sebagai penghela atau
perealisasi ilmu pengetahuan dalam bentuk tata bahasa atau leksikogramar
diperkuat. Dengan demikian, pembelajaran bahasa berperan lintas mata pelajaran
yang sejalan dengan paradigma globalisasi dalam ilmu pengetahuan.
Kata Kunci: pendekatan berbasis teks, kurikulum 2013, pendekatan ilmiah

PENDAHULUAN atau berbasis genre untuk mata pelajaran


Pendekatan pembelajaran bahasa bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
berbasis teks didasarkan pada teori teks yang Pendekatan berbasis teks ini sejalan dengan
dikemukakan oleh pakar linguistik prinsip pembelajaran dalam Kurikulum 2013
fungsional sistemik (LFS). Halliday (2004, yang menekankan pendekatan ilmiah
2005) mengembangkan teori LFS dan teori (scientific approach). Selanjutnya,
ini menjadi dasar pendekatan pembelajaran Kurikulum 2013 menekankan penilaian
bahasa berbasis teks, yang selanjutnya otentik yang berkaitan dengan hakikat
dikenal sebagai mencakupi pendekatan penggunaan teks oleh pembelajar. Makalah
pembelajaran bahasa berbasis genre (Martin ini menguraikan pengertian teks dalam LFS,
1992, 1997, 2010; Feez 1998). Kurikulum pembelajaran bahasa berbasis teks atau
2013 menggunakan pendekatan berbasis teks berbasis genre, aplikasi dan keterkaitan

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
pendekatan berbasis teks dengan Kurikulum atau memaksa seorang pegawainya untuk
2013 dan prospek pembelajaran bahasa di keluar dari ruang kantor’ ketika seorang
Indonesia. atasan marah kepada stafnya karena
kelalaiannya melaksanakan tugas.
TEKS DAN KONTEKS Teks dapat terealisasi dalam bentuk
Teks terkait dengan konteks. Teks lisan atau tulisan. Dalam sarana lisan teks
dapat dipahami dengan mengkajinya dalam dapat berupa percakapan, wawancara, debat,
kaitannya dengan konteks. Dengan rujukan pengumuman melalui pelantang, berbalas
ke teori SFL, teks didefinisikan sebagai unit pantun, dan ceramah. Sebagai bahasa
linguistik yang fungsional dalam konteks. tulisan, teks dapat berupa surat, berita surat
Dengan kata lain, teks adalah unit bahasa kabar, editorial, kontrak, buku, KTP, akte
yang melakukan tugasnya dalam konteks. nikah, ake lahir, ijazah, dan pengumuman di
Teks dapat berupa bunyi, kata, grup atau kain rentang. Selanjutnya, teks dapat berupa
frase, klausa, klausa kompleks atau kalimat, proses atau produk. Sebagai proses, wujud
paragraf, atau buku. Misalnya, bunyi seperti teks berubah atau berkembang dari satu tahap
[st], [ya], [oh] dan [hep] merupakan teks. ke tahap berikutnya, seperti teks percakapan,
Demikian juga, kata pergi, jalan, ambil, lari, debat, chatting, wawancara, berbalas pantun,
cepat, bodoh dan baik dapat berfungsi pidato, dan kuliah. Ini berarti sebagai proses
sebagai teks. Selanjutnya, orang tua, teks bersifat dinamis. Berbeda dengan sifat
selamat jalan, kirim salam dan lempar batu sebagai proses, teks sebagai produk statis dan
adalah teks. Lebih lanjut, klausa berupa saya tidak berubah, seperti surat, buku, dokumen,
pergi ke jakarta, mereka tidur di kasur, rekaman suara, dan batu bersurat.
ambilkan buku itu dan sudah dikirim surat Konteks adalah wadah tempat
itu? adalah teks. Pada ukuran yang lebih terbentuknya teks. Dengan kata lain, teks
besar paragraf atau buku seperti Di Bawah berada dalam konteks dan tidak ada teks
Lindungan Kabah dan Siti Nurbaya adalah tanpa konteks. Konteks didefinisikan
teks. sebagai segala sesuatu yang mendampingi
Teks merupakan unit arti atau semantik teks (co-berarti ‘mendampingi’ atau
dan bukan unit tata bahasa. Dengan rujukan ‘bersama’, seperti copilot, cooperate,
ke prinsip semiotik (Eko 1979; Chandler coordinate, co-opt) dan mencakupi konteks
2008) dan teori LFS (Halliday 2004; linguistik dan konteks sosial. Yang
Halliday dan Matthiessen 2001; Martin 1992; dimaksud dengan konteks linguistik adalah
Fawett 1984; Eggins 2004; Gerot dan unit linguistik yang mendahului dan
Wignell 1994; Iedema 2010) teks adalah mengikuti suatu unit linguistik yang menjadi
‘arti’ yang direalisasikan oleh bentuk fokus perhatian. Unit linguistik membentuk
linguistik berupa bunyi, kata, grup atau frase, lingkung atau lingkup sesamanya yang
klausa, kalimat atau klausa kompleks, selanjutnya lingkung atau lingkup itu
paragraf, atau buku dan pada akhirnya menjadi konteks kepada semuanya dan yang
diekspresikan sebagai bunyi, haruf atau pada gilirannya membentuk, menentukan,
isyarat. Sebagai realisasi teks, unit bunyi, atau mempengaruhi makna. Misalnya, dalam
kata, grup atau frase, klausa, kalimat, klausa dua teks bibiku suka sekali memakai baju
kompleks, paragraf, atau buku itu berfungsi hijau dan bapaknya selalu membanggakan
dalam konteksnya sehingga mempunyai atau baju hijau anaknya ketika berbicara dengan
menyampaikan arti. Bunyi [st] yang orang lain kata hijau berada dalam dua
diucapkan guru, misalnya dapat berarti konteks linguistik yang berbeda dan oleh
‘meminta anak-anak supaya diam’ dalam karena itu menyampaikan makna yang
konteks ketika mereka ribut berbicara satu berbeda pula. Dalam teks pertama, konteks
sama lain pada saat guru menerangkan linguistik kata hijau adalah bibiku suka sekali
pelajaran di kelas. Demikian juga kata memakai baju...dan dalam teks kedua
keluar! adalah teks yang berarti ‘memerintah konteksnya adalah bapaknya selalu

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
membanggakan baju...dan...ketika berbicara bunga mawar atau bunga melati berarti
dengan orang lain. Dengan konteks ‘bagian dari tanaman yang berwarna warni’,
linguistik yang berbeda itu arti kata hijau dengan medan ekonomi bunga uang berarti
dalam teks pertama berbeda dengan arti kata ‘sejumlah uang’ yang diperoleh sebagai balas
hijau dalam teks kedua. Dalam teks pertama jasa atau kompensasi karena penyediaan
arti kata hijau adalah ‘warna’ sedangkan uang atau modal, dengan medan geografi
pada teks kedua adalah ‘tentara’ atau bunga tanah berarti ‘humus tanah’, dengan
‘militer’. medan sejarah atau politik bunga bangsa
Berbeda dengan konteks linguistik yang berarti ‘generasi muda’, dengan medan sastra
dapat langsung diidentifikasi pada teks verbal bunga desa berarti ‘gadis’ atau ‘anak dara’,
tulisan atau lisan, konteks sosial adalah dengan medan keteknikan bunga api berarti
segala unsur eksternal di luar teks verbal ‘percikan api’, dan dengan medan mobil
tertulis atau terucap dan yang mendampingi bunga ban berarti ‘bagian bawah ban yang
atau menyertai teks, atau yang menjadi bergerigi’. Selanjutnya, dengan pelibat yang
wadah terjadinya teks verbal. Dalam berbeda klausa besok kita akan melakukan
persepsi LFS konteks sosial terjadi dari operasi dapat berarti ‘operasi medis’ dengan
konteks situasi, budaya dan ideologi. pelibat dokter—dokter di rumah sakit,
Selanjutnya secara spesifik, konteks situasi ‘operasi militer’ dengan pelibat jenderal—
terinci ke dalam tiga unsur, yakni medan, staf perang, ‘mencek, mengontrol atau
pelibat dan sarana. Yang dimaksud dengan memantau harga kebutuhan pokok’ dengan
medan (makna) adalah ranah atau topik (apa) pelibat pegawai bulog—pegawai bulog,
yang dibicarakan ketika interaksi atau teks ‘merampok’ dengan pelibat penjahat—
berlangsung, pelibat adalah partisipan atau penjahat, ‘mencari hidung belang’ dengan
orang (siapa) yang terbabit dalam interaksi pelibat para PSK, dan lain sebagainya.
serta sifat hubungan peran antarpartisipan Dengan sarana lisan nggak, tak, kagak
dan sarana adalah sumberdaya yang masing-masing berarti ‘tidak’ dan cuma
digunakan (bagaimana) yang memungkinkan berarti ‘hanya’. Dengan sarana tulisan
terjadinya interaksi dan yang menentukan menekankan berarti ‘menguatkan’ atau
jarak realitas dan umpan balik dalam teks. ‘menegaskan’ dan menyebutkan (misalnya,
Keterkaitan teks dengan konteks sosial dalam tes tertulis sebutkan apa yang Anda
diringkas dalam Figura 1 berikut. Makna ketahui...) berarti ‘menuliskan’ dan tersebut
teks tergantung pada konteks sosialnya. atau disebut (misalnya dalam teks kontrak
...selanjutnya disebut...) berarti dirujuk.
Pengertian fungsional dalam teks
IDEOLOGI adalah teks memiliki atau menyampaikan
BUDAYA
arti. Teks menyampaikan arti karena teks itu
Medan
(apa)
berfungsi. Dalam perspektif LFS, fungsi
SITUASI sama dengan arti. Sesuatu disebut bermakna
CULTURE
Pelibat
atau berarti kerena sesuatu itu berfungsi.
SITUATION
TEKS
(siapa)
Ada tiga fungsi bahasa untuk pemakaian
bahasa yang disebut metafungsi. Secara
Sarana rinci, metafungsi mencakupi fungsi
(bagaimana)
ideasional, antarpersona dan tekstual.
Figura 1 Teks dan Konteks Sosial Selanjutnya, fungsi ideasional sebagai fungsi
paparan pengalaman terbagi kedalam dua
Misalnya, berdasarkan konteks subbagian, yakni fungsi ekspriensial dan
situasinya dan yang lebih spesifik terkait logis. Dengan demikian ada empat fungsi
dengan medan teks kata bunga dapat bahasa. Pertama, fungsi eksperiensial, yakni
bermakna banyak bergantung pada medan fungsi bahasa untuk menggambarkan
teksnya. Dengan medan teks biologi kata pengalaman. Kedua, fungsi logis

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
menunjukkan hubungan logis antarunit melibatkan orang lain dan mengikuti
linguistik, misalnya hubungan antarklausa, konvensi sosial. Di samping itu, bahasa itu
antargrup atau antarkata. Ketiga, fungsi sendiri adalah warisan dari orang lain dan
antarpersona mengenai pertukatan bukan ciptaan orang perorang.
pengalaman yang mencakupi fungsi ujar Dalam kegiatan sosial yang
pernyataan, pertanyaan, tawaran dan menggunakan bahasa ada tujuan yang akan
perintah. Secara operasional, fungsi ujar dicapai. Tujuan yang akan dicapai dalam
pernyataan, pertanyaan, tawaran dan perintah suatu penggunaan bahasa secara
terealisasi dalam modus deklaratif, konvensional dipahami oleh semua anggota
interogatif dan imperatif. Keempat, fungsi suatu komunitas. Hal ini lazim dan mudah
tekstual menunjukkan perangkaian atau dipahami karena hampir tidak ada tindakan
pengorganisasian pesan. Setiap teks, manusia yang sadar dan normal tanpa tujuan.
terutama klausa sekaligus menyampaikan Misalnya, seseorang yang mengatakan
empat makna itu, yakni makna eksperiensial, selamat pagi pak kepada mitrabicaranya
logis, antarpersona dan tekstual. Dengan bertujuan memberi salam dan mungkin juga
definisi konseptual terdahulu, secara dengan cara memberi salam itu tercipta
operasional teks merupakan arti keakraban antara keduanya dan peluang
eksperiensial, logis, antarpersona, atau untuk membahas topik lainnya terbuka. Satu
tekstual atau sekaligus keempatnya yang tujuan dalam pemakaian bahasa tidak
terealisasi dalam bunyi, kata, grup atau frase, mungkin dicapai sekaligus, apalagi dalam
klausa, kalimat, paragraf atau buku dalam pemakaian bahasa yang menyangkut teks.
konteks linguistik dan konteks sosial. Dengan kata lain, dalam pemakaian bahasa
sejumlah langkah atau tahap akan dan harus
GENRE dilalui. Tahap atau langkah yang harus
Genre adalah teks yang terbentuk dilalui dalam interaksi verbal secara teknis
sebagai realisasi budaya penutur bahasa. disebut struktur generik (generic structures)
Budaya merupakan unsur konteks sosial yang atau struktur skema (schematic structures)
menentukan pemakaian bahasa atau teks. teks atau genre itu.
Teks yang wujud sebagai realisasi budaya Genre mengontrol medan (makna),
dikenal sebagai genre. Secara umum genre pelibat, dan sarana. Dengan kata lain, genre
diartikan sebagai jenis teks. Kata genre sebagai budaya menentukan apa (medan)
berasal dari bahasa Prancis yang pada yang boleh dilakukan atau dibicarakan
awalnya digunakan dalam sastra. Dengan seseorang (pelibat) dan bagaimana (cara atau
cakupan makna itu prosa dan puisi sarana) membicarakannya. Dengan
merupakan genre. Kemudian genre demikian, sesungguhnya kehidupan
dimasukkan ke dalam lingusitik sebagai seseorang sebagai anggota masyarakat
istilah. Dalam makalah ini sejalan dengan ditentukan oleh genre yang mengontrol
perspektif teori LFS, secara teknis genre ketiga komponen itu. Hal ini berarti bahwa
didefinisikan sebagai kegiatan sosial yang tidak semua topik atau medan boleh
bertahap dan berorientasi ke tujuan dibicarakan oleh semua orang. Kemampuan
(Martin 1992). Sebagai anggota masyarakat seseorang untuk membicarakan suatu medan
seseorang potensial melakukan kegiatan menentukan kekuasaannya dan kekuasaan itu
sosial. Satu dari kegiatan itu adalah ditentukan oleh konvensi masyarakat.
menyampaikan makna atau semiosis. Dari Misalnya, reaksi kimia yang berlangsung
sekian banyak sumber daya penyampaian dalam bahan kimia atau tata cara perjalanan
makna, satu sarana kegiatan semiosis adalah ke ruang angkasa hanya berterima
menggunakan bahasa untuk menyampaikan dibicarakan oleh pakar kimia atau sarjana
makna. Menggunakan bahasa atau berbahasa bidang kajian ruang angkasa dan mustahil
disebut kegiatan sosial karena dalam kedua hal itu dibahas oleh seseorang yang
menggunakan bahasa seseorang harus tidak terpelajar. Kalau pun seseorang yang

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
niraksara atau tidak berpendidikan mencoba
membicarakannya, masyarakat tidak akan Genre merupakan realisasi dari
mengakui pengetahuannya tentang kedua ideologi. Pada Figura 2 diringkas keterkaitan
medan itu. Selanjutnya, tidak semua orang genre dengan ideologi yang juga merupakan
dapat membicarakan sesuatu medan. Ustad unsur konteks sosial dan yang paling abstrak.
atau mubalig hanya berterima bagi Pada Figura 2 juga diringkas hubungan
masyarakat kalau dia membahas topik atau semiotik antara bahasa dan konteks sosial,
medan tentang agama. Kalau ustaz yang merupakan semiotik konstrual
membicarakan pariwisata, atau sifat atau berstarata. Bahasa dan konteks sosial
karakteristik tanaman herbal, konvensi masing-masing terjadi dari tiga strata atau
masyarakat akan menolak kesahihan tingkat. Pertama, bahasa terdiri atas
bahasannya. Apalagi kalau seorang ustad semantik (wacana), tata bahasa atau
membahas konteks kecantikan atau leksikogramar dan fonologi/grafologi/isyarat.
pemilihan miss world, masyarakat akan Bahasa yang terjadi dari tiga strata ini
menyebutnya anomali. Demikian pula merupakan semiotik denotatif, yakni
sesuatu cara atau sarana hanya berterima semiotik yang memiliki ‘arti’ dan ekspresi.
pada satu medan atau hanya berterima kalau Dengan semiotik denotatif ini semantik
dilakukan oleh pelibat tertentu. Misalnya, (wacana) yang merupakan ‘arti’
ketika menjadi khatib salat Jumat di mesjid direalisasikan oleh leksikogramar yang
atau ketika pendeta berkhutbah di gereja merupakan bentuk dan realisasi semantik
menyampaikan ajaran agama (medan) dalam leksikogramar ini diekspresikan oleh
kepada jamaah atau jemaat (pelibat), sarana fonologi (sebagai bahasa lisan), grafologi
atau peran bahasa yang dilakukan adalah (sebagai bahasa tulis) atau isyarat (sebagai
penyampaian satu arah. Dengan kata lain, bahasa isyarat) sebagai unsur ekspresi dalam
pemimpin atau pengemuka agama itu semiotik sosial itu.
menyampaikan medan ajaran agama kepada Kedua, seperti diuraikan terdahulu
pelibat jemaah atau jemaat dengan cara lisan konteks sosial terjadi dari konteks situasi,
dan satu arah dengan pengertian jemaah atau budaya dan ideologi. Ketiga unsur konteks
jemaat tidak boleh mengajukan pertanyaan sosial itu tersusun di atas bahasa dan
atau argumentasi terhadap ajaran itu. Daya merupakan semiotik konotatif dengan
kontrol genre terhadap ketiga unsur konteks konteks situasi sebagai unsur yang langsung
situasi itu berimplikasi bahwa perbedaan berhubungan dengan bahasa yang
kekuasaan atau wewenang seseorang terkait selanjutnya dikenal sebagai unsur konkret
dengan genre. Dengan kata lain, genre dan ideologi sebagai unsur yang paling
menjadi indikator kekuasaan atau wewenang abstrak karena terjauh dari bahasa. Unsur
seseorang. budaya merupakan unsur antara yang konkret
dan abstrak. Berbeda dengan semiotik
bahasa yang merupakan semiotik denotatif,
KONTEKS IDEOLOGI konteks sosial sebagai semiotik konotatif
SOSIAL
hanya memiliki ‘arti’ tetapi tidak memiliki
BUDAYA alat ekspresi. Secara spesifik sebagai unsur
(genre) semiotik konotatif, ideologi tidak memiliki
SITUASI ekspresi tersendiri. Untuk merealisaikan
pelibat
medan sarana makna ideologi, ideologi meminjam semiotik
BAHASA di bawahnya, yakni budaya yang juga tidak
Semantik Tata Bahasa Fonologi/ memiliki ekspresi. Ideologi yang terealisasi
(Wacana) (Leksikogramar) Grafologi/
Isyarat
dalam budaya yang selanjutnya direalissikan
oleh konteks situasi yang juga tidak memiliki
Figura 2 Hubungan Semiotik Konstrual
alat ekspresi tersendiri. Realisasi ideologi
Berstrata antara Konteks Sosial dan Bahasa dalam budaya yang kemudian direalisasikan

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
dalam situasi selanjutnya direaliasikan atau Fungsi
IDEOLOGI
Fungsi
masuk ke unsur semantik (wacana) dan Antarpersona BUDAYA Tekstual
(genre)
demikianlah seterusnya sampai pada strata
ekspresi, yakni fonologi/grafologi/isyarat. Fungsi
SITUASI

Dengan uraian itu bahasa pada tingkat atau Ideasional pelibat


medan Semantik sarana
strata semantik, leksikogramar dan (Wacana)
KONTEKS
fonologi/grafologi/isyarat telah bermuatan SOSIAL Ideasi/ Negosiasi Identifikasi
ideologi, budaya dan situasi. Dengan kata Konjungsi
BAHASA
lain, makna ideologi, budaya dan situasi Leksikogramar

sudah dibebankan kepada sumber daya Transitivitas/ Modus Tema/


Ergativitas Rema
bahasa. Taksis
Fonologi/
Hubungan konteks sosial dan bahasa Grafologi/
Isyarat
yang merupakan semiotik konstrual
berimplikasi hubungan saling menentukan Figura 3 Bahasa dan Konteks Sosial sebagai Semiotik Sosial Berstrata
atau saling mempengaruhi. Pada suatu waktu
konteks sosial menentukan bahasa dan pada Dengan sistem semiotik konstrual
giliran berikutnya bahasa pula menentukan antara konteks sosial dan bahasa seperti
konteks sosial. Metafungsi bahasa bersifat diringkas pada Figura 3, genre merupakan
lintas strata bahasa dan konteks sosial. Pada konstruksi yang kompleks. Kompleksnya
strata leksikogramar fungsi paparan genre karena menyangkut ideologi, budaya,
pengalaman atau fungsi ideasional situasi, semantik (wacana), leksikogramar
direalisasikan oleh dan unsur ekspresi berupa
transitivitas/ergativitas/taksis, pada strata fonologi/grafologi/isyarat. Namun demikian,
semantik (wacana) direalisasikan oleh untuk tujuan pembelajaran di sekolah genre
ideasi/konjungsi dan pada strata konteks dideskripsi berdasarkan tiga kriteria, yakni
situasi oleh medan. Kemudian fungsi fungsi sosial, struktur teks atau struktur
antarpersona atau pertukaran pengalaman generik, dan realisasi linguistik. Realisasi
direalisasikan oleh modus pada strata linguistik mencakupi realisasi leksikogramar
leksikogramar, oleh negosiasi pada strata dan semantik (wacana).
semantik (wacana) dan oleh pelibat pada Karena genre ditentukan oleh budaya,
strata konteks situasi. Hal yang sama juga banyaknya genre dalam satu bahasa
terjadi pada fungsi perangkaian pengalaman tergantung pada budaya penutur bahasa itu.
atau pengorganisasian pesan dengan Dengan demikian, walaupun genre di kedua
tema/rema, identifikasi dan sarana pada bahasa itu memiliki ciri universal, genre
masing-masing strata leksikogramar, bahasa Indonesia berbeda secara kualitatif
semantik (wacana) dan situasi. Realisasi dan kuantitatif dengan genre dalam bahasa
metafungsi bahasa antarstrata bahasa dan Inggris. Di dalam bahasa Inggris terdapat
konteks sosialnya diringkas pada Figura 3. sejumlah genre akademik yang kemudian
dimasukkan dan diutamakan dalam
pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia.
Genre akademik ini selanjutnya dimasukkan
ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia
sejak 2004 hingga sekarang. Genre
akademik itu diutamakan karena kemampuan
pembelajar memahami atau memproduksi
genre itu merupakan indikator
keterdidikannya. Kurikulum 2013 untuk
pembelajaran bahasa telah menggunakan
pendekatan pembelajaran berbasis teks atau
genre dengan mengutamakan genre

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
akademik itu. Genre akademik yang realisasi lingusitik. Realisasi linguistik yang
diutamakan dan dimasukkan dalam diutamakan adalah realisasi pada strata
Kurikulum 2013 mencakupi leksikogramar karena deskripsi genre tidak
1) deskripsi, terpisahkan dari tata bahasa yang digunakan.
2) eksplanasi, Akan tetapi deskripsi lingusitik yang relevan
3) prosedur, dalam kajian genre adalah deskripsi tata
4) eksposisi, bahasa fungsional, seperti yang dikemukakan
5) diskusi, dalam teori LFS (Halliday 2004).
6) narasi,
7) cerita gurau, (1)
8) cerita, Fungsi sosial teks atau genre eksposisi
9) laporan, adalah mempertahankan pendapat terhadap
10) anekdot, suatu isu sosial. Mempertahankan pendapat
11) berita, dapat berupa mendukung atau menegah satu
12) ulasan, dan isu sosial. Pada suatu kurun, sebagai
Abstrak Merokok adalah menghirup asap dari rokok yang terbakar.
Tesis Merokok membahayakan kesehatan, menjejaskan kesejahteraan dan merusakkan
lingkungan.
Argumen 1 Pertama, merokok membahayakan kesehatan. Karena menghirup asap yang
mengandung zat kimia yang berbahaya, perokok menderita penyakit pernafasan,
seperti batuk, tbc, dan infeksi tenggorok. Perokok juga potensial menderita
kanker paru atau serangan jantung. Para perokok bukan hanya mencederai
dirinya tetapi juga orang lain, yang dikenal sebagai perokok pasif. Misalnya, jika
seseorang menghisap rokok di ruang tertutup, orang lain di dalam kamar itu yang
tidak merokok juga menghirup asap rokok dan akan menderita gangguan
pernafasan sebagai akibat nikotin yang terhirup. Demikian juga janin akan
menderita penyakit sebagai akibat dari nikotin yang ada dalam darah ibu
perokok. .
Argumen 2 Kedua, merokok mengakibatkan kerugian ekonomi. Perokok membakar uang
dengan membeli rokok untuk menenangkan diri tetapi menimbukan akibat bagi
kesehatan yang mahal penyembuhannya. Di samping itu, perokok cenderung
sakit-sakitan dan dengan demikian hanya dapat mengerjakan pekerjaan yang
berproduktivitas rendah. Ditaksir sekitar 87% perokok bekerja kurang efisien.
Argumen 3 Ketiga, merokok merusakkan lingkungan. Para perokok menebar puntung dan
berserakan di mana-mana. Jika sepertiga saja dari penduduk bumi yang saat ini
berjumlah tujuh milyar merokok, jutaan liter asap dipompa ke atmosfir yang
akan memperparah kerusakan lapisan ozon. Selanjutnya, Jones (1998: 12)
memperkirakan ribuan hektar hutan ditebang setiap tahun untuk membuat kertas
dan filter rokok.
Simpulan Simpulannya adalah merokok membahayakan orang, ekonomi dan lingkungan.
Dengan demikian, sebaikknya merokok dihentikan.
13) komentar. dinamika perkembangan masyarakat sesuatu
terjadi di masyarakat yang di satu sisi
Untuk tujuan kepraktisan tidak semua memicu anggota masyarakat untuk
genre dapat diuraikan dalam makalah ini. menerima, menyetujui dan dengan demikian
Sebagai contoh teks pada (1) berikut adalah mempertahankan atau mendukung isu sosial
teks eksposisi. Sejalan dengan kriteria yang itu. Di sisi lain, anggota masyarakat
digunakan, genre eksposisi ini akan menolak, tidak menyetujui dan dengan
dideskripsi berdasarkan ketiga kriteri itu, demikian menolak, menentang atau menegah
yakni fungsi sosial, struktur generik dan isu sosial itu. Teks yang dihasilkan untuk

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
mengemukakan satu sisi pendapat itu dikenal Beranalogi dengan sifat klausa, setiap
sebagai genre eksposisi dengan sisi yang genre potensial bergabung dengan atau
menyetujui diidentifikasi sebagai protagonis masuk ke dalam genre lain dalam bentuk
sedangkan sisi yang menentang atau parataksis atau hipotaksis. Gabungan dua
menegah dikenal sebagai antagonis. Teks genre atau lebih dan masuknya satu genre
(1) mendukung isu sosial bahwa merokok atau lebih ke genre lain yang sejenis atau
harus dihentikan. Dengan kata lain, teks itu yang berlainan jenis menghasilkan genre
merupakan suara atau pendapat protagonis. kompleks, suatu keadaan yang merupakan
Struktur generik eksposisi adalah analogi dari kompleks (kata, frase, klausa,
(Abstrak) Ʌ Tesis Ʌ [Argumen]n Ʌ klausa kompleks) pada tingkat atau strata
Simpulan dengan tanda (...) menunjukkan leksikogramar dalam sistem semiotik bahasa.
pilihan atau mana suka, Ʌ berarti ‘diikuti Dengan demikian, satu genre potensial
oleh’ dan [...]n menyatakan tahap itu dapat dikaitkan dengan atau dimasukkan kedalam
terjadi berulang kali mulai dari satu, dua, genre yang lain. Pada akhirnya, genre secara
tiga, empat kali sampai n kali (1, 2, 3...n). keseluruhan ditandai atau diekspresikan oleh
Tahap Abstrak secara singkat menampilkan bentuk linguistik. .
batasan atau defenisi topik atau area yang
dibicarakan. Tahap Tesis mengemukakan PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS
pendapat, pikiran atau teori yang diajukan Pembelajaran berbasis teks berdasar
dan sekaligus menentukan sisi yang pada pandangan bahwa bahasa adalah
dipertahankan, yakni sisi protagonis atau fenomena sosial dengan pengertian bahwa
antagonis. Argumen merupakan dasar atau bahasa adalah sumber daya untuk membuat
data untuk mempertahankan pendapat yang arti antarmanusia. Dengan sifat bahasa
dikemukakan pada Tesis. Argumen dapat sebagai fenomena sosial, belajar bahasa akan
berupa contoh, ilustrasi, statistik dan rujukan lebih efektif jika pembelajar belajar
ke atau kutipan dari pendapat suatu otoritas. menggunakan teks dalam konteks sosial yang
Simpulan merupakan pemadatan makna teks otentik. Guru dan pembelajar terbabit dalam
yang dapat berupa parafrase (dari Tesis), interaksi untuk menyampaikan arti dengan
rangkuman dari semua topik yang dibahas teks. Dengan kata lain, guru dan pembelajar
atau implikasi dari hal yang dikemukan terbabit dalam upaya pembentukan teks
dalam teks. Dalam teks (1) simpulan yang dalam konteks sosial yang berterima atau
dikemukakan adalah parafrase. alamiah. Walaupun tidak terpusat pada guru
Contoh semua jenis genre akademik (teacher-centered), peran guru tidak dapat
tidak dapat diberikan karena ruang yang dihilangkan atau dihindarkan dari memberi
terbatas. Untuk tujuan kepraktisan berikut model, dengan melepas siswa belajar sendiri.
ini ditampilkan dalam satu tabel ringkasan Dengan kata lain, intervensi guru dalam
semua jenis teks atau genre berdasarkan pembelajaran tidak dapat dihindarkan.
fungsi sosial, struktur teks dan realisasi Intervensi guru terealisasi pada upayanya
linguistik. membingkai (scaffolding) kegiatan
Genre merupakan instansiasi budaya pembelajar untuk mencapai tujuan atau fokus
dalam pemakaian bahasa, yang jumlahnya pembelajaran pada setiap tahap dalam siklus
ditentukan oleh budaya penutur suatu bahasa. pembelajaran berbasis teks. Feez (1998: 28)
Jumlah genre yang lengkap dalam suatu merinci kegiatan pembelajaran berbasis teks
bahasa sukar ditentukan dan sampai setakat dalam siklus yang terjadi dari lima tahap,
ini belum ada kajian mengenai hal itu. Genre yakni 1) membangun konteks, 2)
yang dibicarakan di dalam makalah ini memberikan model dan dekonstruksi teks, 3)
khusus mengenai genre akademik. Di dalam membentuk teks bersama, 4) membuat teks
bahasa Inggris terdapat genre yang lebih secara mandiri, dan 5) menautkan teks yang
banyak dari genre akademik ini. terkait. Siklus pembelajaran yang

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
melibatkan guru dan pembelajar diringkas spesifik mengamati unsur register
dalam Figura 4 berikut. teks yang menjadi kebutuhan
pembelajar. Unsur konteks situasi,
seperti diuraikan terdahulu
mencakupi unsur medan, pelibat dan
2
sarana.
Memberikan model dan
dekonstruksi teks Pada tahap memberikan model dan
1
Membangun dekonstruksi teks, para pembelajar
3
konteks
Membentuk teks
(1) mengkaji pola atau struktur teks dan
bersama fitur linguistik teks yang
5 merealisasikan jenis teks yang
Menautkan teks
yang terkait
4 dipelajari, dan
Membuat teks
secara mandiri (2) membanding-bandingkan model
teks yang menjadi fokus kajian
dengan teks lain yang sejenis.

Pada tahap merencanakan teks


Figura 4 Tahap dalam Siklus Pembelajaran bersama, guru dan pembelajar terbabit
dalam kegiatan bersama yang secara
spesifik
Pada setiap tahap siklus pembelajaran (1) para pembelajar mulai memberi
itu guru dan pembelajar terbabit dengan masukan untuk pembentukan
kegiatan yang tertuju ke suatu tujuan atau contoh-contoh teks yang dipelajari
terfokus pada suatu hal. Pada tahap awal dan kemudian
guru berperan dominan, kemudian peran itu (2) guru secara bertahap mengurangi
semakin menurun pada tahap berikutnya perannya dalam pembentukan teks
hingga akhirnya peran guru hampir tidak ada ketika para pembelajar semakin
atau sangat rendah pada tahap akhir. Hal itu menguasai jenis teks yang dipelajari
berimplikasi sebaliknya pada peran dengan cakupan fungsi sosial,
pembelajar, yakni pada tahap awal peran struktur teks dan realisasi dalam
pembelajar minimal dan meningkat pada fitur lingusitik.
tahap-tahap berikutnya hingga dominan pada
tahap akhir siklus pembelajaran itu. Tujuan Pada tahap membuat teks secara
atau fokus kegiatan pembelajaran pada setiap mandiri, secara individu pembelajar
tahap siklus pembelajaran itu diuraikan (1) bekerja sendiri dengan teks yang
dengan merujuk Feez (1998: 28-31) sebagai akan dibuatnya dan
berikut. (2) kinerja masing-masing siswa dalam
Padat tahap membangaun konteks menulis atau menghasilkan teks
sosial teks digunakan sebagai penilaian.
(1) pertama sekali konteks sosial teks
yang otentik yang akan dipelajari Pada tahap menautkan teks yang
diperkenalkan kepada pembelajar, terkait, para pembelajar mengkaji dan
lalu meneliti bagaimana materi yang telah
(2) para pembelajar mengekplorasi mereka pelajari (fungsi sosial, struktur teks
konteks budaya teks dan fungsi dan fitur linguistik) dapat dihubungkan
sosial teks, dan dengan
(3) para pembelajar, kemudian (1) teks lain dengan konteks yang sama
mengamati atau mengeksplorasi atau masih terkait dan
konteks situasi teks yang secara

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
(2) tahap-tahap pembelajaran yang telah arti dengan bahasa (learn language—use),
dilalui atau yang akan dihadapi (2) belajar realitas dalam mata pelajaran
dalam siklus pembelajaran melalui bahasa (learn through language—
berikutnya. reality), misalnya belajar budaya, budi
pekerti, etika, sejarah, fisika dan
Ketika guru dan pembelajar terbabit matematika dan disiplin ilmu lain atau
dalam kegiatan pembelajaran pada semua belajar menafsirkan realitas dengan rujukan
tahap itu, tujuan yang akan dicapai atau ke realitas bahasa, dan (3) belajar tentang
fokus kegiatan untuk setiap tahap bahasa atau belajar tentang kaidah atau
diupayakan dicapai dengan berbagai mekanisme bahasa (learn about language—
kegiatan yang dirancang oleh guru. usage). Pengajaran dan pembelajaran
Kegiatan yang dilakukan poetnsial bahasa di Indonesia dalam kurikulum
bervariasi berdasarkan keterampilan guru. sebelumnya (misalnya, Kurikulum 1975,
Dengan kata lain, model, teknik atau taktik Kurikulum 2004 dan KTSP) hanya
pembelajaran yang digunakan guru berbeda mencakupi dua area, yakni belajar tentang
dari satu kelas ke kelas lain sesuai dengan bahasa dan belajar bahasa. Kurikulum
pengalaman dan ketrampilan guru. 2013 telah membuka peluang untuk
memasukkan unsur ketiga, yakni belajar
TEKS DAN CIRI KURIKULUM 2013 melalui bahasa. Dengan kata lain,
Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pengintegrasian pengetahuan, keterampilan
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dan sikap dalam setiap bahasan dalam mata
memasukkan teks menjadi materi ajar. pelajaran telah memungkinkan guru
Dengan kata lain, yang diajarkan dalam memasukkan materi yang relevan dengan
kurikulum ini adalah teks, yang mencakupi kebutuhan para pembelajar atau lulusan
genre kademik seperti yang diuraikann dalam konteks sosial mereka.
terdahulu. Pemasukan teks atau genre ke Kurikulum 2013 memiliki sejumlah
dalam Kurikulum 2013 relevan dengan ciri yang membedakannya dengan
paradigma globalisasi dalam ilmu kurikulum sebelumnya (seperti Kurikulum
pengetahuan. Paradigma globalisasi dalam 2004 dan KTSP). Dari sejumlah fitur yang
ilmu pengetahuan telah menjadikan teks relevan dibicarakan dalam makalah ini dan
relevan menautkan bahasan tentang aspek terkait dengan pembelajaran bahasa,
kebahasaan dan bahasa dengan mata terutama pembelajaran berbasis teks adalah
pelajaran lain. Secara alamiah orang (1) integrasi tiga unsur pengetahuan,
menggunakan bahasa dalam teks atau genre keterampilan dan sikap dalam
dan bukan dalam kata, frase, atau kalimat pembelajaran bahasa,
yang terputus-putus (Kress 1993:36). (2) pendekalan ilmiah, dan
Selanjutnya, bahasa adalah sumber daya (3) penilaian otentik.
mengodekan makna dalam semua aspek
kehidupan, termasuk ilmu pengetahuan. Pembelajaran bahasa Indonesia dan
Dengan kata lain, dengan pendekatan atau bahasa Inggris secara terintegrasi
pembelajaran berbasis teks ini bahasa menyuguhkan pembelajaran yang
menjadi titik pusat dalam pembelajaran mencakupi pengetahuan, keterampilan dan
semua bidang studi. Artinya, bahasa sikap. Secara operasional pengetahuan
merambah lintas kurikulum. Pendekatan dibatasai sebagai produk dari mengetahui
inilah yang menjadi kekuatan Kurikulum apa, keterampilan sebagai mengetahui
2013 terutama dalam pembelajaran bahasa. bagaimana dan sikap sebagai mengetahui
Halliday (2003: 250) dan Martin (2010: 3) mengapa. Dalam pembelajaran urutan
telah mengamati bahwa pembelajaran mulai dari pengetahuan, keterampilan dan
bahasa mencakupi tiga area, yakni (1) sikap. Dengan kata lain, dalam
belajar bahasa atau belajar menyampaikan pembelajaran apa yang diketahui

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
pembelajar menjadi dasar untuk pembelajaran yang menekankan aktivitas
mengembangkan bagaimana yang pembelajar, yakni
diketahuinya itu menjadi keterampilan dan 1) mengamati
selanjutnya bagaimana pengetahuannya 2) menanya
tentang sesuatu membentuk mengapa 3) menalar
pembelajar mengetahui atau membentuk 4) mencoba, dan
sikap pembelajar. Akan tetapi dalam 5) membentuk jejaring.
menilai capaian pembelajar, yang menjadi
fokus adalah sikap, yang diikuti oleh Pembelajaran berpusat pada
keterampailan dan akhirnyr pengetahuan. pembelajar atau siswa dengan tugas guru
Pengetahuan bahasa yang disuguhkan sebagai pengarah atau membuat bingkai
adalah fungsi sosial teks, struktur teks dan pada kegiatan pembelajaran dalam kelima
pengetahuan kebahasaan. Sajian tahap itu. Dengan bingkai itu para
pengetahuan melalui tahap atau proses yang pembelajar secara bersama atau mandiri
lazim dilakukan seperti yang dikemukakan diharapkan dan diupayakan mencapai
dalam taksonomi Bloom, yakni melalui tujuan atau fokus di setiap tahap
proses mengetahui, memahami, pembelajaran itu.
mengaplikasikan, menganalisis, Penilaian otentik menentukan bahwa
menyintesis, dan mengevaluasi. capaian pembelajar bahasa dinilai
Keterampilan bahasa mencakupi berdasarkan kompetensi atau
menyimak, berbicara, membaca dan kemampuannya merealisasikan ketiga unsur
menulis yang dicapai secara terintegrasi, pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam
dalam pembelajaran dengan pendekatan tugas yang sesunggunya dapat dilakukan
ilmiah. Keterampilan dicapai dan dalam kelas secara pedagogis. Penilaian
dikembangkan melalui tahap atau proses yang dimaksud dalam Kurikulum 2013
yang dibuat oleh Dyers dalam taksonomi adalah penilaian otentik pedagogis bukan
dan yang dikenal sebagai pendekatan ilmiah penilaian otentik realitas. Satu ciri penilai
(scientific approach). sikap adalah penilaian yang dilakukan
Sikap mencakupi sikap spritual, yakni dalam proses pembelajaran yang
sikap keyakinan dan taqwa kepada Allah berlangsung secara terus menerus.
Tuhan Yang Maha Esa dan sikap sosial Penilaian mencakupi Penilaian Kinerja,
(seperti jujur, santun, peduli, toleransi, Penilaian Proyek, Penilaian Portofolio dan
bertanggung jawab, adil, sungguh-sungguh, Penilaian tertulis.
dll). Sikap dicapai dan dikembangkan
melalui tahap atau proses seperti yang KESEJAJARAN PEMBELAJARAN
dikemukakan dalam taksonomi Krathwohl, BERBASIS TEKS DAN PENDEKATAN
yang mulai dari menerima, menanggapi, ILMIAH
menghargai, menghayati sampai Tahap dalam siklus pembelajaran
mengaktualisasikan suatu sikap. Jika berbasis teks sejalan atau sejajar dengan
perpaduan pengetahuan, keterampilan, dan tahap pembelajaran dalam Kurikulum 2013.
sikap disuguhkan kepada pembelajar, Dengan kata lain, secara operasional
diharapkan proses pembelajaran seperti itu kegiatan pembelajaran dalam setiap tahap
akan menghasilkan pembelajar yang pembelajaran berbasis teks membentuk
produktif, inovatif, kreatif dan afektif yang kesejajaran dengan kegiatan pembelajaran
mampu mengubah Indonesia menjadi dalam masing-masing tahap pendekatan
negara maju dan mampu menghadapi ilmiah dalam Kurikulum 2013.
cabaran zaman. Kesejalanan dan kesejajaran tahap itu
Pendekatan ilmiah dalam Kurikulum ditampilkan berpasangan dalam Tabel 2
2013 mencakupi lima tahap atau fase dalam terlampir.

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
Kesejalanan atau kesejajaran tahap itu telah hilang. Karena sedih dan kehilangan
ditampilkan dalam realisasi pembelajaran kekasihnya, dia tersesat dan jatuh ke dalam
berbasis teks dan aplikasi pendekatan jurang dalam. Tamatlah riwayatnya.
ilmiah dalam bentuk kegiatan pembelajaran
dalam kelas sebagai berikut ini. Pengalaman Merokok
Diasumsikan bahwa guru telah menyusun (3)
RPP dengan menampilkan kompetensi Ada pengalamanku yang tidak terlupakan
dasar (KD) yang pada dasarnya diturunkan tentang merokok. Cerita ini terjadi ketika
dari kompetensi inti (KI). KD mencakupi aku berusia sembilan tahun. Aku suka film
pengetahuan, keterampilan dan sikap. cowboys dan senang sekali melihat bintang
Materi pokok adalah bercerita dengan filmnya menembaki penjahat sambil
tujuan pembelajaran dengan bersemangat, merokok. Aku ingin menjadi seperti
sungguh-sungguh dan tekun pembelajar cowboys dalam film itu. Pada suatu hari
bercerita dengan lancar dalam kelas aku dan temanku Ali mencoba merokok.
dengan realisasi bentuk lingusitik yang Ali dan aku pergi ke tempat rahasia dan
tepat, seperti diringkas dalam Tabel 3 favorit kami di bawah rumpun bambu di
(terlampir). tepi sungai yang agak jauh dari kampung
Pembelajar dinilai dalam tampilan dan kami. Ali mengambil satu bungkus rokok
capain mereka pada saat proses laci bapaknya dan aku juga membawa
pembelajaran berlangsung dan produk setengah bungkus rokok yang kuambil dari
pembelajaran diperoleh. Penilaian proses kantung celana ayahku. Kami sembunyi-
ini terutama dilakukan untuk menilai sikap. sembunyi merokok di bawah rumpun
Penilaian sikap dimulai sejak pembelajaran bambu itu. Kami gembira dan menikmati
dimulai dan berlangsung terus-menerus rokok itu. Setelah hampir dua jam merokok
karena sikap hanya terdeskripsi dalam aku merasa pening. Ali memberi tahu aku
keberlanjutan tingkah laku. Penilaian dia merasa sakit kepala dan sesudah itu dia
keterampilan juga berupa proses tetapi mengatakan bahwa dia melihat dunia
dapat dilakukan di akhir pembelajaran. seperti berputar. Tiba-tiba Ali jatuh dan
Berbeda dengan penilaian sikap dan pingsan. Aku panik melihat Ali terlentang
keterampilan, penilaian pengetahuan di rumput. Aku berlari ke kampung dan
didasarkan pada teks dan merupakan memberi tahu orang tua kami. Penduduk
penilaian produk. kampung datang ke tempat itu dan kami
pun dibawa ke puskesmas untuk
(2) pengobatan. Setelah Ali siuman dan aku
Sepasang Rusa segar kembali, orang tua kami marah sekali
Ada satu cerita yang menyedihkan. Ini akibat ulah kami yang nakal itu. Pamanku
terjadi pada sepasang rusa yag dilanda menampar aku dua kali dan Ali dipukul
asmara. Pada suatu hari pasangan itu pergi abangnya sebagai hukuman supaya kami
ke tepi hutan yang ditumbuhi rumput subur jera merokok.
dan muda yang dekat dengan danau.
Mereka berkasih-kasihan dan menikmati PROSPEK PEMBELAJARAN BAHASA
segarnya rumput, udara senja dan air danau BERBASIS TEKS DAN KURIKULUM
yang jernih. Mereka berbahagia sekali. 2013
Akan tetapi, pasangan rusa ini sedang Dengan pendekatan berbasis teks dan
diintai pemburu dari kejauhan yang sudah Kurikulum 2013 dengan ketiga ciri
siap dengan senapan berteleskop. Pemburu utamanya itu, pembelajaran bahasa
melepaskan dua tembakan dan satu peluru Indonesia dan bahasa asing di Indonesia
mengenai rusa betina. Rusa itu tersungkur, diharapkan memiliki prospek yang baik
bersimbah darah dan mati. Rusa jantan dengan produk ahir membentuk pembelajar
berlari masuk hutan. Kasihan kekasihnya atau lulusan dengan pengetahuan

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
kebahasaan yang dalam, keterampilan berbasis teks dalam Kurikulum 2013 akan
berbahasa yang kreatif dan inovatif dan lebih baik karena dengan pendekatan itu
sikap yang baik terhadap agama dan bahasa diletakkan pada fungsi alamiahnya
masyarakatnya. Belajar bahasa sekaligus yakni menghela atau merealisaikan ilmu
mencakupi ketiga area yang dikemukakan pengetahuan. Dengan kata lain,
oleh Halliday (2003: 250), yakni belajar pembelajaran ilmu pengetahuan dalam
(menyampaikan arti dengan) bahasa, berbagai mata pelajaran didukung oleh
belajar (mekanisme atau kaidah) mengenai pembelajaran bahasa. Hal ini berbeda
bahasa dan belajar (realitas) melalui dengan praktik pebelajaran dalam
bahasa. Dengan capaian dalam tiga area kurikulum sebelumnya yang meletakkan
itu pembelajaran bahasa menjadi mata pembelajaran bahasa hanya sebagai urusan
pelajaran lintas bidang studi dan pada saat guru bahasa. Kini dengan Kurikulum 2013
yang sama menjadi penghela ilmu peran guru bahasa semakin besar dalam
pengetahun karena semua mata pelajaran pencapaian ilmu pengetahuan.
adalah sistem makna sesuai dengan sifat
mata pelajaran itu yang kemudian SIMPULAN
direalisasikan oleh tata bahasa atau Pembelajaran berbasis teks memiliki
leksikogramar teks dalam mata pelajaran kesejalanan dan kesejajaran dengan
itu. Sifat satu mata pelajaran berdeda Kurikulum 2013 terutama dalam hal
dengan sifat mata pelajaran yang lain dan kesejajaran tahap dalam siklus pembelajaran
realisasi perbedaan itu terdapat pada tata berbasis teks dengan tahap atau langkah
bahasa atau leksikogramar teks. Secara dalam pendekatan ilmiah. Dengan
operasional hal ini mengindikasikan bahwa pendekatan berbasis teks pembelajaran
tata bahasa atau leksikogramar mata bahasa mendukung capaian kompetensi
pelajaran sejarah berbeda dengan integratif dari pengetahuan, keterampilan dan
leksikogramar teks fisika. Hal ini sikap. Selanjutnya dengan pembelajaran
berimplikasi bahwa belajar mata pelajaran berbasis teks dan pendekatan ilmiah peran
sejarah adalah belajar tata bahasa atau pembelajaran bahasa menjadi lintas
leksikogramar teks sejarah yang berbeda kurikulum dengan pengertian pembelajaran
dengan leksikogramar teks fisika. Dengan bahasa menjadi penghela ilmu pengetahuan.
demikian, prospek pembelajaran bahasa

DAFTAR PUSTAKA
Chandler, D. 2008. Semiotics: the Basics. London: Routledge
Eco, Umberto. 1979. A Theory of Semiotics. Bloomington: Indiana Univesity Press.
Eggins, S. 2004. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. New York:
Continuum.
Fawcett, R. P. 1984. Foreword. Dalam Fawcett, R. P., M. A. K. Halliday, S. M. Lamb dan
A. Makkai (eds) The Semotics of Culture and Language: Language as Social Semiotics.
Vol 1 London: Frances Pinter.
Feez, S. 1998. Text-Based Syllabus Design. Sydney: NCELTR Macquarie University.
Gerot, L. and P. Wignell. 1994. Making Sense of Functional Grammar. Sydney: Gerd
Stabler.
Halliday, M. A. K. 2003. Towards a Language-Based Theory of Learning. Dalam Webster,
J. J (ed.) The Language of Early Childhood. London: Continuum, 327--352.
Halliday, M. A. K. 2004. An Introduction to Functional Grammar. London: Edward
Arnold.
Halliday, M. A. K. 2005. On Grammar and Grammatics. Dalam Webster, J. J (ed.) On
Grammar. London: Continuum, 384—417.

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
Halliday, M. A. K. Dan C. M. I. Matthiessen. 2001. Construing Experience through
Meaning: a Language-based Approach to Cognition. London: Continuum.
Iedema, R. 2011. The history of the accident news story. Australian Review of Applied
Linguuistics 20(2), 95—115.
Kress, G. 1993. Genre as Social Process. Dalam Cope, B and M. Kalanzis (eds) The Power
of Literacy: A Genre Approach to Teaching Wriring. London: The Falmer Press.
Martin, J. R. 1992. English Text: System and Structure. Amsterdam: John Benjamins
Martin, J. R. 1997. Analysing Genre: Functional Parameters. Dalam Christie and J. R
Martin (eds) Genre and Institutions: Social Processes in the Workplace and School.
London: Cassell.
Martin, J. R. 2010. Semantic variation modelling system, text and affiliation in social
semiosis. Dalam Bednaarek, M. dan J. R. Martin (eds) New Discourse on Language:
Funtional Perspectives on Modality, Identity and Affiliation. London: Continuum, 1—
34.

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
LAMPIRAN
Table 1 Jenis, Fungsi Sosial, Struktur Generik dan Realisasi Linguistik Genre
No Jenis Genre Fungsi Sosial Struktur Generik Realisasi Linguistik
1 Deskripsi memerikan orang. Identifikai Λ Deskripsi
- fokus pada Partisipan khusus
tempat atau benda - penggunaan Proses Relasional:
Attributif dan Identifikasi
- kekerapan dalam penggunaan Epitet
dan Klasifikasi dalam grup nomina
- pemakaian the simple present tense
(dalam bahasa Inggris)
2 Eksplanasi menerangkan Pernyataan Umum Λ - fokus pada Partisipan khusus
proses terjadinya [Keterangan]n - kekerapan penggunaan Proses
peristiwa alam dan Material dan Relasional
fenomena sosial - kekerapan penggunaan Sikumstan
temporal dan sebab-akibat
- penggunaan the simple present
tense (bahasa Inggris)
- penggunaan bentuk pasif untuk
ketepatan penempatan Tema
3 Prosedur - memberitahu Gol Λ (Materi/Bahan) - fokus pada pelaku manusia secara
khalayak [Langkah] n. umum
melakukan sesuatu - kekerapan pemakaian modus
dan cara imperatif dalam kala the simple
melakukannya present tense (bahasa Inggris)
- memerikan - kekerapan penggunaan konjungsi
pencapaian sesuatu temporal disertai penomoran untuk
melalui sejumlah menunjukkan urutan
urutan sejumlah - kekerapan penggunaan Proses
atau langkah Material
kegiatan
4 Eksposisi mendukung atau (Abstrak) Tesis - fokus pada Partisipan insani atau
menegah suatu isu [Argumen]n Simpulan nirinsani
sosial - penggunaan Proses Mental Process
untuk menyatakan pendapat
penulis/pembicara tentang suatu isu
sosial
- penggunaan Proses Material
Process untuk menyatakan kejadian
- penggunaan Proses Relasional
untuk menyatakan kedaan atau
sesuatu keharusan
- penggunaan the simple present
tense (bahasa Inggris)
5 Diskusi - menampilkan Isu [Argumen - fokus pada Partisipan insani dan
pandangan Setuju]n [Argumen nirinsani
terhadap satu isu Menegah]n Simpulan - kekerapan penggunaan Proses
sosial sedikitnya Material, Mental dan Relasional
dari dua sisi Isu [Argumen dari - penggunaan konjungsi Komparatif
(Protagonis dan berbagai Sisi]n dan Urutan
Antagonis) Simpulan - hujah dikodekan sebagai verba dan
nominalisasi (pengabstrakan)
Isu: (1) Pernyataan (2)
Pandangan Umum
Argumen: (1) Fokus (2)
Uraian

6 Narasi -bercerita dengan (Abstrak) Orientasi - fokus pada Partisipan khusus


menyatakan ada [(Evaluasi)] n sebagai individu
sesuatu yang salah Komplikasi Resolusi - penggunaan Proses Material
atau tidak wajar (Koda) - penggunaan Proses Relasional
dan ada - penggunaan konjungsi dan
penyelesaian Sirkumstan temporal
masalah itu - penggunaan watu lalu atau the past
tense (bahasa Inggris)
7 Cerita Gurau -menceritakan Orientasi Λ [Peristiwa]n - fokus pada Partisipan sebagai
peristiwa dengan Λ Ulasan Gurau individu

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
nuansa gurau - penggunaan Proses Material use
- penggunaan Sirkumstan temporal
dan tempat
- penggunaan the past tense (bahasa
Inggris)
8 Cerita -menceritakan Orientasi Λ [Peristiwa]n - fokus pada Partisipan khusus
peristiwa Λ Ulasan - penggunaan Proses Material
sebagaimana - penggunaan Sirrkumstan tempat
adanya untuk dan temporal
informasi atau - fokus pada urutan waktu
hiburan - pemakaian the past tense (bahasa
Inggris)
9 Laporan -memerikan Klasifikasi Umum - fokus pada Partisipan secara umum
terjadinya sesuatu Deskripsi - penggunaan Proses Relasional
dengan acuan ke untuk menyatakan apa dan yang
sejumlah mana sesuatu yang dibahas
fenomena alam, - penggunaan the simple present
ulah manusia dan tense (bahasa Inggris)
sosial di - tidak ada urutan waktu
lingkungan kita
10 Anekdot -berbagi dengan (Abstrak) Λ Orientasi Λ - penggunan seruan, pertanyaan
khlalayak suatu Krisis Λ Reaksi Λ retorika dan penguatan (seperti
peristiwa yang (Koda) alangkah, sangat, amat) untuk
tidak lazim dan menguatkan kebermaknaan suatu
menyenangkan peristiwa
- penggunaan Proses Material untuk
menjelaskan apa yang terjadi
- penggunaan konjungsi temporal
11 Berita - Peristiwa Bernilai - informasi singkat, telegrafik
menginformasikan BeritaΛ [Latar sebagai judul berita
kepada pembaca, Peristiwa]n Λ Sumber - penggunaan Proses Material
pendengar, atau - penggunaan proyeksi dengan Proses
pemirsa berita Verbal dari sumber berita
harian yang - fokus pada Sikumstan
dianggap bernilai
berita dan penting
12 Ulasan -mengritik karya Orientasi Λ - fokus pada Pertisipan khusus
seni atau peristiwa InterpretasiΛ Evaluasi - penggunaan lexis Sikap dan epitet,
untuk kepentingan Λ Simpulan Evaluatif Atribut kualitatif dan Proses Mental
umum Afektif
- penggunaan klausa elaboratif,
penambahan dan kompleks grup
- penggunaan bahasa metafora
13 Komentar -menerangkan Pernyataan Umum Λ - Partisipan umum nirinsani
(Gurauan/Uraian) proses yang terkait [Uraian]n - penggunaan Proses Material dan
dalam Relasioanl
pembentukan - penggunaan Sirkumstan temporal
(evaluasi) suatu dan sebab-akibat
fenomena - penggunaan the past tense (bahasa
sosiokultural Inggris)

Tabel 2 Kesejajaran Tahap Pembelajaran Berbasis Teks dan Pendekatan Ilmiah

Pembelajaran Berbasis Teks Pendekatan Ilmiah Kurikulum


No Tahap No. Tahap
.
1 Membangun konteks 1 Mengamati
2 Memberikan model dan dekonstruksi 2 Menanya
teks
3 Membentuk teks bersama 3 Menalar
4 Membuat teks secara mandiri 4 Mencoba

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
5 Menautkan teks terkait 5 Membentuk jejaring

Tabel 3 Kesejajaran Kegiatan Pembelajaran Berbasis Teks dan Pendekatan Ilmiah

Pembelajaran Berbasis Teks Pendekatan Ilmiah Kurikulum


No Tahap No. Tahap
.
1 Membangun konteks 1 Mengamati
Guru memberi tahu pembelajar tentang Pembelajar mengamati
kisah rusa di suatu areal hutan. Pelaku penyampaian guru dengan
cerita adalah sepasang rusa dan mendengarkan dan membuat
pemburu. Ceritanya tragis kerena kedua catatan. Guru meminta siswa
rusa yang bahagia akhirnya menderita agar membuat catatan yang
akibat kekejaman pemburu. Guru dianggap perlu oleh pembelajar
mnyampaikan cerita itu seperti pada
teks (2).
2 Memberikan model dan dekonstruksi 2 Menanya
teks Guru menciptakan situasi yang
Guru menganalisis cerita pada teks (2) memicu dan memacu siswa
berdasarkan fungsi, struktur teks dan untuk bertanya terhadap materi
realisasi linguistik. Peran guru masih atau hal lain yang terkait
besar tetapi sudah mulai menurun. dengan cerita seperti dalam
teks 2.
3 Membentuk teks bersama 3 Menalar
Guru bersama dengan pembelajar Pembelajar menautkan
berupaya membangun teks dengan guru pengalaman mereka dengan
memulai awal cerita dan kemudian teks yang sedang dikonstruksi.
dilengkapi oleh pembelajar. Cerita Satu peristiwa dihubungkan
yang dibentuk terkait dengan kebiasan dan dikaitkan dengan yang
merokok pada saat anak-anak dan lainnya, seperti pada teks (3).
remaja. Pembelajar membaca dan
mengobservasi teks dari berbagai
sumber.
4 Membuat teks secara mandiri 4 Mencoba
Pembelajar diminta menulis teks narasi Para pembelajar mencoba
secara individu dengan memokuskan membentuk atau menulis
perhatian pada fungsi sosial teks, sendiri teks narasi. Guru hanya
struktur generik dan realisasi linguistik memberi bantuan kalau ada
yang relevan. Mereka dikelompokkan pertanyaan dari para
dan setiap kelompok dipimpin oleh pembelajar.
seorang ketua. Setiap kelompok
berdiskusi untuk tugas yang dikerjakan
tetapi pekerjaan mereka secara individu.
Karya mandiri inilah yang dinilai
sebagai capaian pembelajar.
5 Menautkan teks terkait 5 Membentuk jejaring
Pembelajar mengkomunikasikan teks Pembelajar memajangkan teks
yang ditulisnya secara inndividu. yang ditullisnya dan
Dalam kesempatan itu dia juga menghubungkan dengan teks

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237
menjelaskan bagainama teks yang yang lain. Dia juga
ditulisnya berbeda/sama atau apa menceritakan kesulitan atau
perbedaan/persamaan teks yang kemudahan yang dihadapi
ditulisnya dengan yang lain. Pada tahap dalam menulis teks. Pada saat
ini pembelajar berupaya menampilkan ini para pembelajar
keistimewaan teks yang ditulisnya mempertahankan karya mereka
dengan teks yang lain yang dan guru hanya berperan
mengundang diskusi sebagai sebagai ‘juri’ yang adil dalam
penyelesaian. Guru memiliki peran diskusi atau perdebatan sesama
sedikit saja atau sama sekali tidak ada. pembelajar atau sesama grup
pembelajar.

MEDAN MAKNA Vol. 14 No. 2 Hlm. 197 - 214 Desember 2016 ISSN 1829-9237

Anda mungkin juga menyukai