Hubungan Antara Kecerdasan Linguistik Dengan Keterampilan Menulis Karangan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan berbahasa.

Berbahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia.

Bahasa merupakan alat komunikasi manusia sebagai makhluk social,

yang perlu berinteraksi dengan sesame manusia. Sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dituntut

untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang

memiliki kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah

menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun

tulisan. Oleh karena itu, diperlukan suatu kecerdasan dan

keterampilan agar informasi yang baik tersebut tersampaikan.

Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu

keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.

Menyimak dan berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa

dengan ragam lisan yang memiliki sifat reseptif. Sedangkan membaca

dan menulis merupakan aspek keterampilan berbahasa dengan

ragam tulisan dan bersifat produktif. Salah satu kecerdasan yang

dimiliki seseorang adalah kecerdasan linguistik. Kecerdasan linguistik

adalah kemampuan membaca, menulis dan berkomunikasi dengan


2

kata-kata atau bahasa. Orang-orang yang memiliki kecerdasan

linguistik ini mampu menggunakan kata secara efektif, baik secara

lisan maupun secara tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan

terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata

yang diucapkan.

Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang

untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui

bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Secara sederhana,

narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau

kejadian dalam satu urutan waktu. Jadi, narasi adalah cerita yang

dipaparkan berdasarkan alur, narasi dapat berisi fakta atau fiksi.

Karangan narasi adalah jenis pengembangan paragraf dalam sebuah

tulisan yang memiliki rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu dengan

urutan awal tengah, dan akhir.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan narasi

merupakan pengisahan suatu cerita atau kejadian. Jadi, karangan

narasi adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa

menurut urutan kejadian atau kronologisnya. Penyajian karangan

narasi ini bermaksud untuk memberi arti kepada serentetan kejadian

yang ada sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu

sendiri. Seseorang dapat dikatakan memiliki keterampilan menulis

apabila memilih bentuk-bentuk bahasa tertulis yang berupa kata,


3

kalimat, paragraph, dan retorika yang berguna untuk mengutarakan

pikiran, perasaan, gagasan, dan juga fakta.

Permasalahan yang sering ditemui pada keterampilan menulis

karangan narasi pada siswa berpangkal pada bagaimana guru

sebagai pendidik dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran

sesuai dengan kemampuannya untuk menggunakan bahasa dalam

kegiatan sehari-hari, seperti kemampuan siswa dalam membaca serta

minat yang dimilikinya dengan memberikan kesempatan kepada

siswa dalam menuangkan ide atau gagasan yang dimilikinya, dan

menghargai setiap karya yang dihasilkan oleh siswa berupa tulisan.

Dan guru hendaknya mengetahui serta memahami tingkatan-

tingkatan kecerdasan linguistik yang dimiliki oleh siswa, hal ini

bertujuan agar guru dapat melakukan metode pembelajaran yang

sesuai dengan tingkat kecerdasan siswa.

Dari hasil penelitian menggunakan data awal kelas IV A yang

berjumlah 27 siswa, IV B berjumlah 24 siswa, IV C berjumlah 28

siswa, dan IV D yang berjumlah 28 siswa Sekolah Dasar Negeri

Julang Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Diketahui bahwa

keterampilan menulis karangan narasi di sekolah tersebut masih

rendah, terlihat dari masih banyaknya siswa yang belum mampu

memilih kata yang tepat dalam menyusun kalimat, serta kurangnya

minat membaca yang dimiliki siswa sehingga siswa kesulitan


4

mengolah kata dengan baik. Oleh karena itu, kecerdasan yang dimiliki

siswa mempengaruhi hasil karangan narasi yang dibutuhkan siswa.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan suatu

penelitian berkaitan dengan kecerdasan linguistik dan keterampilan

menulis karangan narasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan diantara keduanya maka penulis dirasa perlu melakukan

penelitian yang berjudul : Hubungan antara kecerdasan linguistik

dengan keterampilan menulis karangan narasi siswa.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat

diidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya masalah yang

berkaitan dengan kecerdasan linguistik dan keterampilan menulis

karangan narasi siswa, yaitu sebagai berikut :


1. Keterampilan menulis siswa masih kurang.
2. Tingkat kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa masih rendah.
3. Siswa belum sepenuhnya memahami kecerdasan yang

dimilikinya.
4. Minat yang dimiliki siswa dalam menulis karangan narasi masih

rendah.
5. Masih terdapat siswa yang masih belum mampu membaca

sehingga siswa kesulitan untuk memilih kata yang tepat dalam

penyususnan kalimat.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah

yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kecerdasan linguistik

sebagai variabel bebas dan keterampilan menulis karangan narasi


5

anak sebagai variabel terikat di kelas IV A, IV B, IV C, dan IV D

Sekolah Dasar Negeri Julang Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017.


D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka perumusan masalah

dalam penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara

kecerdasan linguistik dengan keterampilan menulis karangan narasi

siswa kelas IV A, IV B, IV C, dan IV D Sekolah Dasar Negeri Julang

Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor Semester Ganjil Tahun

Pelajaran 2016/2017?
E. Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitiaan ini diharapkan dapat memberi kegunaan yang

meliputi kegunaan praktis dan kegunaan teoritis :


1. Teoretis
a. Diharapkan dapat di jadikan penambah kebaikan dalam

keilmuan khususnya pada bidang pendidikan dan

memperkaya hasil-hasil penelitian yang telah ada dan

berhubungan dengan penelitian ini.


b. Sebagai bahan kajian mengenai hubugnan antara

kecerdasan linguistik dengan keterampilan menulis karangan

narasi siswa.
c. Hasil penelitian digunakan sebagai referensi untuk penelitian

lebih lanjut.
2. Praktis
a. Guru
1) Dapat mengetahui kecerdasan yang dimiliki siswa terutama

kecerdasan linguistik.
2) Dapat meningkatkan potensi siswa dengan mengetahui

kecerdasan yang dimiliki siswa.


6

3) Dapat mengembangkan potensi siswa setelah mengetahui

kecerdasan yang dimiliki siswa.


4) Dapat mengetahui cara yang tepat untuk mengembangkan

kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa.


5) Dapat mengembangkan keterampilan menulis karangan

narasi yang dimiliki siswa.


b. Siswa
Menumbuhkan semangat belajar siswa sehingga siswa dapat

mengembangkan kecerdasan linguistik yang dimilikinya dengan

berlatih meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi.

c. Sekolah
Dapat memberikan masukan mengenai hubungan antara

kecerdasan linguistik dengan keterampilan menulis karangan

narasi siswa dan bahan pertimbangan untuk membuat program-

program khusus ddiperuntukan untuk menggali kecerdasan

linguistik yang dimiliki siswa.


7

BAB II

KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERFIKIR,

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teoretik
1. Keterampilan Menulis Karangan Narasi
a. Pengertian Keteramplan Menulis Karangan Narasi
Menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan

kedalam lambang-lambang tulisan. Dalam hal tersebut menulis

memiliki tiga aspek, yaitu adanya tujuan atau maksud tertentu yang

hendak dicapai, adanya gagasan yang hendak dikomunikasikan, dan

adanya sistem pemindahan gagasan yang berupa sistem bahasa.

Jauhari (2013:16) mengemukakan bahwa keterampilan menulis ialah

keterampilan proses. Karena dalam membuat sebuah karangan,

menulis tidak hanya sekedar menuangkan gagasan, tetapi ada fase-


8

fase yang harus dilalui. Fase-fase tersebut yakni fase persiapan,

penulisan, dan perbaikan.


Atar Semi (2007: 14), mengartikan menulis sebagai tindakan

memindahkan gagasan atau pikiran dan perasaan ke dalam bahasa

tulisan dengan menggunakan lambang-lambang. Senada dengan

pendapat tersebut, menurut Dalman (2014: 3) mengemukakan bahwa

menulis adalah proses penyampaian pikiran, angan-angan, dan

perasaan dalam bentuk lambang, tanda, atau tulisan yang bermakna

sehingga dapat terjadinya komunikasi antarpenulis dan pembacanya

dengan baik. Selain itu dalam kegiatan menulis terdapat suatu

kegiatan-kegiatan lain seperti merangkai, menyusun,melukiskan

lambang atau tulisan yang berbentuk kumpulan huruf yang

membentuk kata, kumpulan kata yang menjadi kelompok kalimat, atau

kumpulan kalimat yang membentuk paragraf, dan kumpulan paragraf

membentuk karangan yang utuh dan bermakna.


Keterampilan menulis seperti halnya dengan keterampilan

berbahasa yang lain perlu dimiliki oleh siswa. Keterampilan menulis

sudah mulai dilatihkan di tingkat Sekolah Dasar. Dasar-dasar menulih

mulai ditanamkan pada kelas rendah yang kemudian jika dasarnya

sudah kuat dan dikuasai dengan benar maka siswa dapat menulis

dengan baik dan benar. Keterampilan menulis karangan narasi

kemudian mulai diajarkan pada siswa kelas tinggi yaitu kelas IV, V,

dan VI. Pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi terdapat

pada silabus kelas IV SD dengan kompetensi dasar yang harus


9

dicapai yaitu menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana

dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik,

tanda koma, dan lain sebagainya). Pembelajaran keterampilan

menulis karangan narasi harus dilaksanakan dalam kondisi yang

menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian serta minat siswa.


Keterampilan menulis karangan narasi adalah keterampilkan

mengungkapkan ide, gagasan serta perasaan dalam bentuk

rangkaian peristiwa secara kronologis. Keterampilan menulis

karangan narasi dapat dilatih dengan cara menugasi siswa untuk

menulis karangan dengan tema tertentu, keterampilan tersebut dapat

ditingkatkan melalui penggunaan media gambar seri. Senada dengan

pendapat Lado dalam Tarigan (2008 : 22) mengemukakan bahwa

menulis ialah gambaran atau lukisan yang memiliki makna. namun

seseorang harus memiliki pemahaman sehingga dapat memahami

bahasa beserta representasinya. Kegiatan menulis tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan berbahasa lainnya. Menulis merupakan

kegiatan yang produktif dan ekspresif, berikut hubungan menulis

dengan keterampilan berbahasa lainnya :


1. Hubungan Menulis dengan Membaca
Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat

erat, sehingga Tarigan (2008 :4) mengemukakan bahwa

hubungan antara menulis dan membaca adalah hubungan antara

penulis dan pembaca.


2. Hubungan Menulis dengan Berbicara
Menulis dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang

bersifat aktif dan produktif. Artinya, penulis dan pembicara


10

berperan sebagai penyampai atau sebagai pengirim pesan

kepada pihak lain.


3. Hubungan Menulis dengan Menyimak
Dengan menulis, seseorang seseorang mendapat informasi dan

ide untuk bahan tulisannya. Hal tersebut dapat diperoleh dari

berbagai sumber seperti berita, majalah, radio, pidato, diskusi,

wawancara ataupun obrolan-obrolan. Maka keterampilan

menyimak seseorang dapat menentukan hasil sebuah tulisan.

Keraf Gorys (1981: 136) Narasi adalah ragam wacana yang

menggambarkan suatu peristiwa yang telah terjadi. Karangan ini

berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan

terjadinya, dengan bermaksud memberi arti kepada serentetan

kejadian agar pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut.

Suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan

keterampilan berbahasa yang dianggap paling sukar karena penulis

dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya

b. Tujuan Keterampilan Menulis


Pada dasarnya seseorang yang hendak menulis tentu memiliki

maksud tertentu, baik untuk dirinya maupun untuk para pembaca. Atar

Semi (2007: 14-21) mengklasifikasikan tujuan menulis, yaitu sebagai

berikut :
1. Untuk menceritakan sesuatu;
2. Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan;
3. Untuk menjelaskan sesuatu;
4. Untuk meyakinkan; dan
5. Untuk merangkum.
11

Setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan. sehubungan

dengan tujuan penulisan, Hugo Hartig dalam Tarigan (2008 : 25-26)

merangkumnya sebagai berikut :


1. Assignment purpose (tujuan penugasan)
Yang dimaksud dengan assignment purpose yaitu tujuan

penugasan yang tidak memiliki tujuan sama sekali, ia hanya

menulis karena ditugaskan, bukan atas kemauannya sendiri.


2. Alturistic purpose (tujuan altruistic)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca sehingga

penulis menghindarkan para pembaca dari kedukaan, dan hanya

ingin membuat para pembaca lebih menyenangkan dengan karya

tersebut. Karena tujuan dari altruistic adalah kunci keterbacaan

sesuatu tulisan.
3. Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan

kebenaran gagasan yang diutarakan.


4. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Yang bertujuan untuk memberi informasi atau keterangan kepada

para pembaca.

5. Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)


Tulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan diri sang

pengarang kepada para pembaca.


6. Creative purpose (tujuan kreatif)
Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai

kesenian.
7. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Penulis ingin menjelaskan serta meneliti secara cermat pikiran-

pikiran beserta gagasannya agar dapat dimengerti dan diterima

oleh para pembaca.


12

c. Fungsi Keterampilan Menulis


Pada prinsipnya menulis sangat penting bagi pendidikan karena

memudahkan para pelajar dalam berpikir, juga dapat membantu kita

dalam berpikir kritis, juga memudahkan kita merasakan dan

menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap,

memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, dan menyusun

urutan bagi pengalaman. Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai

alat komunitas yang tidak langsung, Tarigan (2008 : 22). Tulisan dapat

membantu kita menjelaskan apa yang sebenarnya kita pikirkan

mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan

kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang aktual.

d. Manfaat Menulis
Menurut Suparno dalam Jauhari (2013: 14-15) manfaat menulis

yaitu:
1) Peningkatan kecerdasan, pada saat menulis tingkat nalar kita

berjalan. Selain mengeluarkan ide-ide, kita juga dapat mengingat

informasi yang pernah kita dapat. Hal seperti itu sama dengan

melatih ketajaman dan daya tangkap otak.


2) Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, yaitu kemampuan

sseseorang untuk mendokumentasikan fenomena yang terjadi

sehingga memiliki keinginan untuk melakukan aksi penelitian

yang kemudian hasilnya ditulisankan.


3) Penumbuhan keberanian, banyak orang kurang percaya diri

dalam menyampaikan gagasan dan pendapatnya secara

langsung. Padahal dalam tulisan sebelum disampaikan kepada

orang lain, dapat dipertimbangkan kemudian dikoreksi terlebih


13

dahulu sehingga tidak ada alas an untuk takut dan tidak percaya

diri dalam menulis.


4) Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Topik yang sudah ditentukan kemudian dikembangkan dengan

mulai mencari bahan-bahan tulisan seperti buku, hasil

wawancara, pengamatan, dan lain sebagainya untuk dituangkan

menjadi sebuah tulisan.

e. Jenis-jenis Karangan
Secara umun, jenis karangan dapat dibedakan menjadi

karangan deskripsi, karangan eksposisi, karangan naratif, karangan

argumentasi. Dapat diuraikan jenis-jenis karangan tersebut menurut

Iskak dan Yustinah (2008: 66-67) sebagai berikut:


1) Deskripsi (pemerian)
Karangan yang melukiskan sesuai keadaan sehingga pembaca

dapat mencitrai segala sesuatu uang dilukiskan sesuai dengan

penulisnya.
2) Eksposisi (paparan)
Ragam wacana yang menguraikan, memaparkan, dan

menyampaikan suatu hal atau topik dengan tujuan memberikan

informasi atau pengetahuan kepada pembaca.


3) Narasi (penceritaan atau pengisahan)
Ragam wacana yang berisi rangkaian peristiwa atau kejadian

sehingga membentuk suatu peristiwa. Peristiwa yang diuraikan

tersebut dapat berupa fiksi dan nonfiksi.


4) Argumentasi (pembahasan atau pembuktian)
Ragam wacana yang berisi alasan-alasan kuat yang bermaksud

untuk meyakinkan pembaca, serta membuktikan kebenaran yang

disampaikan oleh penulisnya.


14

2. Kecerdasan Linguistik
a. Pengertian Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan merupakan anugerah teristimewa yang dimiliki oleh

manusia. Makhluk lain memiliki kecerdasan yang sangat terbatas

sedangkan manusia tidak. Manusia lebih beradab dan lebih bijak

karena memiliki kecerdasan. Oleh karena itu, kecerdasan sangat

diperlukan oleh manusia untuk proses keberlangsungan hidupannya

di dunia.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kecerdasan

linguistik atau sering dikenal dengan kecerdasan bahasa, hendaklah

kita mengetahui terlebih dahulu pengertian kecerdasan secara umum.

Kecerdasan secara umum dipahami pada dua tingkat, yakni

kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi

yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Dan kecerdasan

sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehinggaa masalah-

masalah yang kita hadapi dapat terpecahkan dan pengetahuan pun

akan bertambah. Jadi dapat dipahami bahwa kecerdasan adalah

sebagai panduan bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran secara

efektif dan efisien. Dengan kecerdasan seseorang akan belajar

bagaimana cara memaknai hidup, terutama belajar dari pengalaman

dilingkungan sekitarnya sehingga mereka dapat menyelesaikan

segala permasalahannya meskipun masalah tersebut rumit.


Kecerdasan adalah properti dari pikiran yang mencakup banyak

kemampuan mental yang terkait, seperti kapasitas untuk berfikir,


15

merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami

gagasan dan bahasa, dan belajar.


Jhon Lyons (1995) mengemukakan bahwa linguistik

didefinisikan sebagai pengkajian bahasa secara ilmiah. Yang

dimaksud pengkajian secara ilmiah yaitu penyelidikan bahasa melalui

pengamatan-pengamatan yang teratur dan secara empiris dapat

dibuktikan benar atau tidaknya, serta mengacu kepada suatu teori

umum tentang struktur bahasa.


David Wechsler dalam Wirawan (2008: 77) intellegensi adalah

keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara

terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.

Jadi, intelegensi lebih banyak mengandung unsur pikiran serta tingkah

laku seseorang dalam bertindak.


Intelegensi atau kecerdasan ialah suatu kemampuan umum

yang merupakan suatu kesatuan. Menurut William Stern dalam Abdul

Rahman (2009) mengemukakan intelegensi adalah kesanggupan jiwa

untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu

situasi yang baru dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai

dengan tujuannya. William Stern berpendapat, bahwa intelegensi

sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan. Pendidikan

atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi

seseorang.
Gardner (Mulyadi et al. 2016: 202) mengajukan mengenai teori

bersifat jamak atau multiple intelligence yang membahas mengenai


16

kemampuan otak manusia dan sensitivitasnya terhadap berbagai

budaya manusia.
Menurut Sudaryanto (1985 :16-17) Kecerdasan linguistik

merupakan kecerdasan verbal, karena seseorang yang memiliki

kecerdasan linguistik mewujudkan dirinya dalam kata, baik dalam

tulisan maupun secara lisan. Selain itu, seseorang yang memiliki

kecerdasan ini juga dipastikan memiliki keterampilan auditori

(berkaitan dengan pendengaran) yang sangat tinggi, sehingga mereka

dapat belajar hanya dengan mendengar.


Salah satu aspek keragaman individu adalah kecerdasan dan

bakat yang terkandung dalam potensinya, sehingga menjadi hal

penting bagi proses perilaku dalam berbagai situas dan lingkungan.

Pengertian intelegensi menunjukkan kepada bagaimana individu itu

berperilaku dan bagaimana individu itu bertindak, apakah individu

bertindak secara intelegen atau tidak.

b. Jenis-jenis Kecerdasan
Gardner yang dikutip dari Mulyadi (2016: 203) dalam bukunya

Psikologi Pendidikan, tahun 1983 Gardner mengelompokkan

intelegensi ke dalam tujuh kelompok, berikut deskripsinya:


1. Kecerdasan linguistik (linguistic intelligence) adalah kemampuan

menggunakan bahasa dalam memahami bacaan.


2. Kecerdasan logika matematika (logical-mathematical

intelligence) merupakan kemampuan dalam menghitung,


17

mengukur, dan memperhitungkan proposisi dan hipotesis, serta

menyelesaikan operasi-operasi matematis.


3. Kecerdasan spasial (spatial intelligence) yaitu kemampuan

membentuk suatu model mental dari masalah spasial meliputi

kemampuan menggerakkan dan mengoperasionalkannya sesuai

dengan model tersebut.


4. Kecerdasan musik (musical intelligence) Yaitu kemampuan

menggunakan bahasa musik, atau seseorang yang memiliki

sensitivitas pada pola titinada, melodi, ritme, dan nada.


5. Kecerdasan kinestik-tubuh (bodily-kinesthetic) kemampuan

seseorang untuk menggerakan objek dan keterampilan-

keterampilan fisik yang halus sehingga dapat memecahkan

masalah dengan menggunakan seluruh badan.


6. Kecerdasan interpersonal (Interpersonal intelligence) merupakan

kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang

lain secara efektif


7. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence) merupakan

kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri

sendiri dan menggunakan pengetahuan dalam merencanakan

dan mengarahkan kehidupan seseorang.


Chaplin dalam Slameto (2013: 55-56) berpendapat bahwa

intelegensi atau kecerdasan terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan

menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan

cepat dan efektif, mengetahui serta menggunakan konsep-konsep

yang abstrak secara efektif, dan mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat.


18

c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecerdasan


Saleh Rahman (2009: 260-262) Mengemukakan beberapa

faktor yang dapat memengaruhi intelegensi atau kecerdasan

seseorang, sehingga dapat kita lihat perbedaan tingkat kecerdasan

seseorang dengan yang lainnya, ialah:


1) Faktor Pembawaan
Faktor ini ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak

lahir.

2) Faktor Kematangan
Kematangan hubungannya erat dengan umur. Setiap organ

dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan

perkembangan, sehingga seseorang dapat dikatakan telah

matang jika ia telah mencapai kesanggupan dalam menjalankan

sesuatu sesuai dengan fungsinya.


3) Faktor Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang

memengaruhi perkembangan intelegensinya.


4) Faktor Minat dan Pembawaan Khas
Minat mengarahkan perbuatan pada suatu tujuan dan merupakan

dorongan bagi perbuatan itu sendiri, sehingga apa yang dianggap

menarik minat seseorang dapat mendorongnya berbuat lebih giat

dan lebih baik.


5) Faktor Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih sesuatu

sesuai dengan kebutuhannya.


d. Cara Mengembangkan Kecerdasan Linguistik
Secara umum kecerdasan lingustik dapat dilakukan dengan

cara membaca buku, majalah, dan literature lainnya yang dapat

menunjang kecerdasan itu sendiri. Gunawan dalam Fatmawati (2015:


19

46) mengemukakan cara mengembangkan kecerdasan linguitik, yaitu

sebagai berikut :
1) Menjadi pendengar yang efektif
a) Anda harus bisa mencari atau menemukan hal yang menarik

dari apa yang sedang dibicarakan.


b) Jangan terlalu terpengaruh dengan cara menyampaikan

informasi suatu ide.


c) Anda harus bisa menahan diri untuk tidak langsung

memotong pembicaraan.
2) Melatih keahlian berbicara
a) Bergabung dengan suatu organisasi
b) Mengarang cerita dengan melatih kata secara acak
c) Mengarang cerita
d) Mengajar
e) Menulis buku harian
f) Diskusi
g) Debat
e. Mengukur Kecerdasan Linguistik
Setiap manusia memiliki kemampuan pada kecerdasan

linguistik yang dimilikinya, namun yang berbeda adalah tingkatannya.

Banyak tes yang dilakukan untuk mengukur tingkat kecerdasan yang

dimiliki seseorang, baik yang dibuat berdasarkan sistem

komputerisasi maupun dengan menggunakan cara tradisional seperti

mengamati kebiasaan seseorang.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Berdasarkan hasil penelitian Laila Fatmawati Mahasiswa

lulusan Universitas Pakuan, yang membahas tentang Hubungan

antara kecerdasan linguistik dengan keterampilan menulis karangan

narasi siswa menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara

kecerdasan linguistik dengan keterampilan menulis karangan narasi


20

siswa 0,886 dengan berarti terdapat hubungan antara variabel sangat

kuat. Berdasarkan pernyataan ini, bahwa terdapat hubungan yang

sangat positif antara kecerdasan linguiatik (variabel X) dan

keterampilan menulis karangan narasi siswa (variabel Y).


C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teoretik diatas, dapat disusun kerangka

berfikir mengenai penelitian hubungan antara kecerdasan linguitik

dengan keteraampilan menulis karangan narasi. Maka dilakukan

penelitian untuk mengetahui hasil dari kecerdasan linguitik dan

keterampilan menulis. Kecerdasan linguistik adalah salah satu jenis

kecerdasan yang memiliki kemampuan untuk mengolah kata-kata

dalam bentuk lisan maupun tulisan. Selain itu, kecerdasan linguistik

merupakan kempuan untuk menyusun kata menjadi baik bahkan

menambahkan kosa kata atau menambah kata baru.


Keterampilan menulis adalah keterampilan berbahasa yang

digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang-

orang .
Terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan linguistik

dengan keterampilan menulis karangan narasi, yaitu membuat siswa

menjadi aktif dan kreatif dalam menulis karangan narasi.


Berdasarkan kerangka berfikir tersebut hubungan antara

kecerdasan linguisik dengan keterampilan menulis karangan narasi

terdapat hubungan yang positif. Semakin siswa mengetahui

kecerdasan yang dimilikinya maka semakin terlatih kercerdasan dan

semakin baik keterampilan menulis karangan narasinya.


D. Hipotesis Penelitian
21

Berdasarkan kajian teoretik dan kerangka berpiki diatas, dapat

diajukan hipotesis penelitian : Terdapat Hubungan Antara

Kecerdasan Linguistik dengan Keterampilan Menulis Karangan Narasi

Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Julang Kota Bogor.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan uraian yang telah disebutkan pada bab

sebelumnya, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan antara kecerdasan linguistik dengan

keterampilan menulis karangan narasi siswa di Sekolah Dasar Negeri

Julang Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.


B. Tempat dan Waktu Penelitian
22

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelsa IV Sekolah Dasar

Negeri Julang Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Penelitian ini

dilaksanakan dari mulai bulan Desember 2016 sampai Maret 2017.

Proses penelitian dimulai dari penyusunan bimbingan proposal,

seminar proposal, perbaikan proposal, uji coba instrument, penelitian,

analisis data, penyusunan laporan hasil penelitian, dan penulisan

skripsi.
C. Metode Penelitian
Agar suatu penelitian dapat memperoleh hasil yang maksimal

maka suatu penelitian harus berdasarkan pada suatu metode yang

tepat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Karena

ketepatan dalam memilih metode penelitian akan berpengaruh

terhadap kelancaran dan keberhasilan yang diperoleh dalam kegiatan

penelitian. Penelitian ini menggunakan metode survei melalui

pendekatan studi korelasional. Studi korelasi adalah studi kasus yang

mempelajari hubungan dua variabel atau lebih untuk menentukan

apakah ada keterkaitan antara kedua variabel tersebut. Feldman

(2012: 47) mengemukakan bahwa penelitian korelasi merupakan

penelitian dimana hubungan antara dua rangkaian variabel dipelajari

untuk menentukan apakah mereka saling terkait, atau berkorelasi.

Data penelitian tersebut diambil dari sampel penelitaian siswa kelas IV

di Sekolah Dasar Negeri Julang Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.


D. Konstelasi Masalah Penelitianan
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu kecerdasan

linguistik sebagai variabel bebas (X) dan variabel keterampilan


23

menulis karangan narasi siswa sebagai variabel terikat (Y). konstelasi

masalah variabel penelitiannya yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1 Bagan Konstelasi Masalah Penelitian

X Y

Keterangan:

X = Variabel bebas, yaitu kecerdasan linguistik

Y = Variabel terikat, yaitu keterampilan menulis karangan narasi

= Variabel lain tidak diteliti secara langsung, karena hasilnya

tidak banyak berperan dalam kecerdasan linguistik,

E. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Sugiyono (2015: 167) mengemukakan populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam

penelitian ini bersifat homogenn yang berasal dari siswa kelas IV A, IV

B, IV C, dan IV D Sekolah Dasar Negeri Julang Kecamatan Tanah

Sareal Kota Bogor, yang berjumlah 113 siswa. Data jumlah populasi

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2 Populasi Penelitian per-Kelas IV


24

No. Kelas Jumlah Populasi

1. IV A 27
2. IV B 24
3. IV C 28
4. IV D 28
Jumlah 113
2. Sampel
Sugiyono (2015: 168) mengemukakan sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik simple random

sampling yaitu dengan cara sistem acak sederhana. Banyaknya

sampel di SDN Julang Kota Bogor sebagai tempat penelitian dengan

menggunakan rumus Taro Yamaro, yaitu sebagai berikut:


N
n= 2
N . d +1
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah populasi
d = Presisi yang ditetapkan (10%)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel dalam

penelitian sebanyak 53 responden, dengan perhitungan sebagai

berikut:
N 113 113
n= = = =53,05=53
N . d +1 113.0, 1 +1 2,13
2 2

Tabel 3.3 Distribusi Jumlah Sampel Penelitian Per-Kelas


25

Jumlah Jumlah
No. Kelas Perhitungan Sampel
populasi Sampel
27
x 53=12,6
1. IV A 27 113 13

24
x 53=11,3
2. IV B 24 113 11

28
x 53=13,13
3. IV C 28 113 13

28
x 53=13,13
4. IV D 28 113 13

Jumlah 113 ---- 50

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Tes
Dalam penelitian ini siswa diberi tugas untuk membuat sebuah

tulisan karangan narasi dengan tema liburan sekolah. Tes ini

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam

menulis karangan narasi dengan menerapkan ejaan yang benar.


2. Angket
Pada penelitian ini penulis mengumpulkan data menggunakan

metode pokok, yaitu metode angket (kuisoner). Untuk mengukur

variabel tersebut penulis menggunakan skala likert dengan item

angket tipe pilihan yang hanya meminta responden untuk memilih

salah satu jawaban dari sekian banyak jawaban yang sudah

disediakan. Adapun alternative jawabannya sebagai berikut:


Tabel 3.4 Pengambilan Skor Angket

NO Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Skor


1 Selalu Tidak Pernah 5
2 Sering Pernah 4
3 Kadang-kadang Kadang-kadang 3
4 Pernah Sering 2
26

5 Tidak Pernah Selalu 1


G. Instrumen Penelitian
Instrumen bagi seorang peneliti adalah sebagai sarana

penelitian yang berupa seperangkat alat tes untuk mengumpulkan

data sebagai bahan pengolahan data selanjutnya, penelitian ini

meliputi definisi konseptual, definisi operasional, kisi-kisi instrument

dan uji coba instrument yang meliputi uji validitas dan perhitungan

reliabilitas.
1. Instrumen Penelitian Karangan Menulis narasi Siswa
a. Definisi Konseptual
Keterampilan menulis karangan narasi adalah kemampuan

seseorang dalam menuangkan serta mengembangkan pemikiran

dan daya ingatnya dalam bentuk tulisan yang berusaha

merangkai sebuah peristiwa secara kronologis menjadi sebuah

paragraf.
b. Definisi Operasional
Keterampilan menulis karangan narasi adalah hasil

pengukuran yang diperoleh dari jawaban responden melalui

instrument penelitian dengan indikator : Isi Karangan; Bahasa

Penyajian; dan Teknik Penulisan.


c. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi penyusunan instrument penelitian keterampilan

menulis karangan narasi ini mencakup indikator-indikator yang

telah tertuang dalam definisi operasional diatas.


Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Menulis
Karangan Narasi

Bobot Skor
No Indikator Komponen Penilaian
1 2 3 4 5
1 Isi 1. Kesesuaian tema dengan
27

Karangan judul
2. Kesesuaian isi dengan

tema
2 Bahasa 3. Ketepatan pilihan kata

Penyajian dan kalimat secara efektif


3 Teknik 4. Penulisan sesuai EYD
5. Kerapihan karangan
Penulisan
d. Uji Instrumen Penelitian
Uji coba instrument akan dilaksanakan di kelas IV Sekolah

Dasar Negeri Julang Kecamatan Tanah Sarean Kota Bogor.


1) Uji Validitas dan Perhitungan Koefisien Reliabilitas
Validitas atau kesahihan berkaitan dengan instrument yang

digunakan dapat mengukur secara tepat sesuatu yang dapat

diukur. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian,

instrument penelitian perlu diuji validitass dengan meminta

pendapat dari ahli (expert judgement). Dalam hal ini setelah

instrument dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan

diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya

dikonsultasikan dengan para ahli dengan cara dimintai

pendapatnya tentang instrument yang telah disusun.

Instrument yang sudah dinyatakan valid akan digunakan

sebagai instrument untuk diberikan kepada sampel penelitian,

yaitu 113 orang siswa kelas IV SDN Julang Kecamatan Tanah

Sareal Kota Bogor.


2. Instrument Kecerdasan Linguistik
a. Definisi Konseptual
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan seseorang untuk

berpikir dan mengolah ide-ide ke dalam bentuk kata-kata dengan


28

menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna yang

kompleks baik secara lisan maupun tulisan.


b. Definisi Operasional
Hasil pengukuran yang diperoleh dari kecerdasan linguistik

adalah jawaban responden melalui instrument penelititan dengan

indikator: (1) Kemampuan menggunakan bahasa; (2)

Kemampuan menguasai bahasa; (3) Kemampuan mendengar

dan merespon; (4) Kemampuan belajar melalui pendengaran; (5)

Kemampuan mengingat kata.


c. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Berikut kisi-kisi penyusunan instrument penelitian

kecerdasan linguistik yang mencakup indikator-indikator yang

tertuang dalam definisi operasional diatas.


Tabel 3.6 Kisi-kisi instrument kecerdasan linguistik
sebelum uji coba

Butir pernyataan Jumlah


No Indikator Positif Negatif
butir
1 Kemampuan menggunakan
bahasa
2 Kemampuan menguasai
bahasa
3 Kemampuan mendengar
dan merespon
4 Kemampuan belajar melalui
pendengaran
5 Kemampuan mengingat
kata
Jumlah
d. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilaksanakan kepada kelas IV non-

sampel Sekolah Dasar Negeri Julang Kecamatan tanah Sareal

Kota Bogor.
29

1) Uji Validitas
Validitas atau kesahihan berkaitan dengan instrumen yang

digunakan dapat mengukur secara tepat sesuatu yang akan

diukur. Uji validitas dihitung dengan menggunakan rumus

koefisien korelasi Product Moment Pearson (rxy), yaitu:


( n . X 2 ( X )2 ) (n . Y 2( Y )2 )


ryx
n ( XY ( X )( Y ) )

Keterangan :
n = Banyaknya responden yang diuji
r = Koefisien korelasi
X = Skor butir pernyataan variabel x
Y = Skor butir penyataan variabel y
rxy = Koefisien korelasi validitas skor butir pernyataan
X = Jumlah skor item
X2 = Jumlah skor total item
Y = Jumlah skor Individu
Y2 = Jumlah skor total individu
2
(X ) = Kuadrat jumlah skor variabel X
(Y2) = Kuadrat jumlah skor variabel Y

Dengan syarat nilai koefisiensi korelasi r hitung> rtabel pada

taraf signifikansi 5% atau 1%, maka butir instrumen

dinyatakan valid.

2) Perhitungan Koefisien Reliabilitas


Reliabilitas merupakan tingkat konsistensi pengukuran

instrumen atau tidak berubah dari waktu ke waktu.Uji

reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach,

yaitu:
S i2
rtt ( )(
k
k 1
. 1
S t2 )
30

Keterangan:

rtt = Koefisien reliabilitas

k = Banyaknya pernyataan

Si2 = Jumlah varians butir

St 2 = Varians total

Dengan syarat indeks reliabilitas instrumen r tt> rtabel

pada taraf signifikansi 5% dan 1%, maka butir instrumen

dinyatakan reliabel.

H. Teknik analisis Data


1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif data penelitian terdiri dari:

a. Rata-rata Skor Data (Mean)


jumlah data
Mean=
banyak data

b. Jarak Skor (Range)


R=Skor tertinggiSkor terendah

c. Banyak Kelas
K=1+3,3 log n

d. Jarak atau Interval Kelas


JK =Range : K

e. Nilai Tengah (Median)


1
F
2n
Me=b+ p ( )
fk

f. Nilai yang Sering Muncul (Modus)


b
Mo=b+ p (b + b )
g. Varians Sampel (G2)
31

n Y 2(Y )2
G =
n ( n1 )

h. Standar Deviasi (SD)


SD= G

2. Uji Persyaratan analisis


a. Uji Normalitas
Uji normalitas galat baku taksiran, digunakan untuk mengetahui

apakah populasi berdistribusi normal atau tidak berdasarkan data

yang diperoleh. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan

Uji Lilliefors (Lo) dengan syarat nilai L- hitung < L-tabel pada taraf

signifikan 0,05 maka dapat dinyatakan data menyebar normal.

Rumus Uji Liliefors:


Lo = F (Zi) S (Zi)
Keterangan:
Lo = Nilai liliefors hitung
F (Zi) = Probabilitas komulatif normal
S (Zi) = Probabilitas komulatif empiris

Dengan syarat nilai Lhitung < Ltabel pada taraf signifikansi 10%

maka data dinyatakan normal.

b. Uji homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk membuktikan apakah sampel

yang diambil berasal dari populasi yang homogeny, dalam uji

homogenitas menggunakan Uji Bartlett dengan syarat nilai X 2hitung -

< X2tabel dalam taraf signifikansi ( = 0,05 (5%)) maka data

penelitian dinyatakan homogen.


c. Uji Signifikansi
Uji signifikansi dalam penelitian ini menggunakan rumus:
r n2
thitung 1r
32

Keterangan:

t = Nilai thitung

r = Koefisien korelasi thitung

n = Jumlah sampel

Uji signifikansi dengan syarat jika nilai thitung> ttabel maka H0

ditolak dan sebaliknya jika nilai t hitung< ttabel maka H0 diterima. Ftest

digunakan untuk menguji hubungan signifikansi variabel bebas

dengan variabel terikat.Apabila F hitung> Ftabel maka H0 ditolak dan

Ha diterima. Regresi Linear Sederhana digunakan untuk

mengukur hubungan fungsional satu variabel bebas dengan satu

variabel terikat. Adapun rumus regresi linearnya sederhananya

sebagai berikut : =a+bx


d. Derajat Koefisien Determinasi
Derajat koefisien determinasi dihitung dengan rumus:
KD = r x 100

I. Hipotesis Statistik
H0 : y = 0 (tidak terdapat hubungan antara kecerdasan linguistik (X)

dengan keterampilan menulis karangan narasi (Y).


Ha : y > 0 (terdapat hubungan antara kecerdasan linguistik (X)

dengan keterampilan menulis karangan narasi (Y).


Keterangan :
Ho = Hipotesis nol
H1 = Hipotesis alternative
Py = Hubungan variabel X terhadap variabel Y

J. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian


33

Proses penelitian dimulai dari penyusunan proposal, seminar

proposal, bimbingan komprehensif, uji coba, analisis data hasil uji

coba, penelitian sesungguhnya, analisis data dan penulisan skripsi,

dan finalisasi atau pengesahan skripsi. Rencana jadwal pelaksanaan

penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


Tabel 3.8 Rincian Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan
No Kegiatan Desember Januari Februari Maret

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan
1.
proposal
Seminar
2.
proposal
Perbaikan
3.
proposal
Uji coba
4.
intrumen
Perbaikan
5.
instrument
6. Penelitian

7. Analisis data
Penyusunan
8. laporan hasil
penelitian
Penulisan
9.
skripsi

Anda mungkin juga menyukai