Pleno Kasus 2 Modul Psikiatri FK Trisakt 2020

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 31

PLENO

KASUS 2
MODUL PSI
Kelompok 8 Kelas A
Disusun oleh :
Nadia Mayra Afina (030001800070)
Nadira Aqsenta (030001800071)
Najwa Dean Hasana (030001800073)
Naufal Andi Giffary (030001800075)
Putri Mayola (030001800081)
Ratu Aurany Desnissa (030001800085)
Shaniza Ardiva Haming (030001800098)
Bianda Astari Warman (030001800124)
Nanda Berliana Agustin (030001800141)

Kelompok 8A
“Ayahku Sukarno dan Ibuku Raden Ajeng Kartini”

Seorang perempuan berusia 26 tahun diantar ke IGD RS dengan keluhan


merasa tidak butuh tidur, bicara terus menerus tiada henti, melakukan
banyak aktivitas, tidak bisa diam sejak 7 hari. Ketika diwawancara ia yakin
dirinya orang hebat, pelayan Tuhan, ayahnya adalah presiden Soekarno
sedangkan ibunya adalah Raden Ajeng Kartini. Perubahan perilaku
tersebut membuat keluarganya sangat terganggu. Hasil pemeriksaan fisik
saat ini dalam batas normal dan tidak ada riwayat pengunaan zat
psikoaktif. Menurut keluarga, perubahan pasien terjadi setelah suaminya
diberhentikan dari pekerjaannya setahun yang lalu. Pasien sering terlihat
murung dan mengurung diri. Setelah berobat, pasien kembali beraktivitas
dan ikut pindah bersama suami yang telah diterima bekerja di Jakarta dan
menumpang di rumah kakaknya. Sebelum ada keluhan, pasien adalah
seorang yang periang, suka bergaul, dan senang menjadi pusat perhatian.
Riwayat perkawinan menikah 4 tahun dan belum dikaruniai anak.

Kata kunci :
Tidak butuh tidur, bicara terus menerus, melakukan banyak aktivitas, tidak bisa
diam, yakin dirinya orang hebat
Klarifikasi Istilah
1. Tidur : periode istirahat tubuh dan pikiran, interval ketika kemauan
volunter dan kesadaran ditekan sementara dan fungsi-fungsi tubuh terhenti
sebagian.
2. Zat psikoactive : zat yang apabila masuk kedalam sistem tubuh manusia
maka akan berpengaruh ke proses mental seperti kognisi dan afek. (WHO)
3. Zat psikoactive : zat yang mempengaruhi selektif pada sistem saraf
pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku.(UU
1997)
Identifikasi Masalah
1. Perempuan 26 tahun merasa tidak butuh tidur, berbicara terus menerus
tiada henti, banyak aktivitas, tidak bisa diam sejak 7 hari = gejala manik/elasi,
ciri-ciri perasaan suasana meningkat.
2. Ketika di wawancara pasien yakin bahwa dirinya adalah orang hebat,
pelayan tuhan, ayahnya presiden soekarno dan ibunya raden ajeng kartini =
bentuk waham kebesaran, ciri-ciri/gejala psikosis.
3. Perubahan mulai terjadi sejak 1 tahun yang lalu saat suaminya
diberhentikan dalam pekerjaan, pasiennya berubah menjadi sering terlihat
murung dan juga mengurung diri = tanda-tanda gejala depresi yang terjadi
pada esisode sebelum keluhan utama .
4. Sebelum ada keluhan, pasien adalah seorang yang periang, suka bergaul
dan senang menjadi pusat perhatian.
5. Pemeriksaan fisik normal dan tidak ada penggunaan zat psikoactive.
6. Riwayat berobat pasien sudah dapat beraktivitas dan riwayat perkawinan
menikah 4 tahun dan belum dikaruniai anak.
Brainstorming
Learning Objective
1. Diagnosis multiaksial & kriteria diagnosis gangguan bipolar
2. Diagnosis banding gangguan bipolar
3. Definisi gangguan bipolar
4. Etiologi gangguan bipolar
5. Epidemiologi gangguan bipolar
6. Faktor risiko gangguan bipolar
7. Manifestasi klinis gangguan bipolar
8. Patofisiologi gangguan bipolar
9. Klasifikasi gangguan bipolar
10. Tatalaksana & pencegahan gangguan bipolar
11. Komplikasi gangguan bipolar
12. Prognosis
Diagnosis
Multiaksial
1. Axis 1 : F31.2 Gangguan Afektif Bipolar
Episode Kini Manik Dengan Gejala
Psikotik
2. Axis 2 : tidak ada gangguan
3. Axis 3 : tidak ada gangguan
4. Axis 4 : ada beberapa faktor risiko
5. Axis 5 : tidak ada gangguan
Kriteria Diagnosis

Kriteria Diagnosis (PPDGJ III) Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini


Manik Dengan Gejala Psikotik (F31.2)
1. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
mania dengan gejala psikotik : gambaran klinis berupa
bentuk mania yang lebih berat dari mania yang tanpa gejala
psikotik, adanya harga diri yang membumbung dan gagasan
yang kebesaran yang dapat berkembang menjadi waham
kebesaran atau adanya iritabilitas dan kecurigaan dapat
berkembang menjadi waham kejar
2. Harus ada sekurang-kurangnya 1 episode afektif lainnya di
masa lampau : hipomanik,manik, depresif dan campuran.
Kriteria Diagnosis
Kriteria Diagnosis Gangguan Bipolar (DSM V):
1. Gangguan Bipolar I
memenuhi kriteria untuk episode mania. Episode mania mungkin telah didahului oleh dan dapat diikuti
oleh episode hipomania atau depresi berat
A. Episode Mania : minimal 1 minggu dan paling banyak, hampir setiap hari
tiga (atau lebih) dari gejala berikut
- Harga diri meningkat atau berlebihan
- Berkurangnya kebutuhan tidur
- Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus berbicara
- Gagasan flight atau pengalaman subjektif bahwa pikiran sedang berlomba.
- Distractibility
- Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang memiliki potensi konsekuensi menyakitkan yang tinggi

B. Episode Hipomania : 4 hari berturut-turut dan sebagian besar hampir setiap hari.
Sama seperti mania
Kriteria Diagnosis
C. Depresi Berat
Lima (atau lebih) dari gejala berikut telah hadir selama periode 2 minggu yang sama dan merupakan
perubahan dari fungsi sebelumnya
- Suasana hati tertekan
- Kurang minat atau kesenangan
- Penurunan berat badan yang signifikan
- Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
- Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari
- Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
- Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan hampir setiap hari
- Berkurangnya kemampuan berpikir atau berkonsentrasi, atau ragu-ragu, hampir setiap hari
- Ide/usaha bunuh diri berulang tanpa rencana tertentu

Setidaknya salah satu gejalanya adalah (1) tekanan pada mood atau (2) kehilangan minat atau
kesenangan. Catatan: tidak disertakan gejala yang jelas terkait dengan kondisi medis lainnya.
Kriteria Diagnosis
2. Bipolar II Disorder
memenuhi kriteria berikut untuk episode hipomania (sama seperti mania), episode depresi berat (sama
seperti atas)

3. Cyclothymic Disorder
Selama minimal 2 tahun (setidaknya 1 tahun pada anak-anak dan remaja) telah terjadi banyak periode
dengan gejala hipomania yang tidak memenuhi kriteria episode hipomania dan banyak periode dengan
gejala depresi yang tidak memenuhi kriteria untuk episode depresi berat.
Selama periode 2 tahun di atas (1 tahun pada anak-anak dan remaja), periode hipomania dan depresi
telah ada setidaknya separuh waktu dan individu tersebut tidak memiliki gejala lebih dari 2 bulan pada
satu waktu.
Diagnosis Banding

● Major depressive disorder : tidak ada episode manik dan


hipomanik, hanya ada episode depresi

● Bipolar 2 disorder : Adanya episode hipomanik dan


depresi tanpa ada episode manik

● Siklotimik : Gangguan siklotimik yaitu adanya sejumlah


gejala hipomanik/manik yang tidak memenuhi kriteria
episode manik/hipomanik dan sejumlah gejala depresi
yang tidak memenuhi kriteria episode depresi.

● Personality disorder : Gejala perubahan mood yang labil


dan impulsif, menetap, dan onset dewasa muda.
Diagnosis Banding
● Skizoafektif tipe manik : afeknya harus mengalami peningkatan
secara menonjol atau kalau tidak begitu menonjol, dikombinasi
dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak. Adanya
ketidaksesuaian antara afek dan waham atau halusinasi atau yang
dikenal dengan istilah mood in congruent.

● Rapid cycling disorder : bipolar disorder, sama sama ada gejala


depresif, manik, hipomanik, berulang lebih dari 4x dalam setahun.

● Karena penyalahgunaan obat : penyalahgunaan obat amfetamin


yang salah dapat memicu manik, benzodiazepin dapat memicu
depresif

● Hipertiroid/hipotiroid : akan terjadi hipereaktivitas, terjadi manik.


Bedanya dari pemeriksaan fisik nanti akan ditemukan pembesaran
pada leher biasanya ditemukan penurunan bb dengan cepat.
Definisi

● Gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana


perasaan yang ditandai oleh adanya episode berulang
(sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan
tingkat aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri
dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan
aktivitas (mania dan hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan afek disertai penurunan energi dan aktivitas
(depresi).
● Penyakit yang dapat diobati dimana seseorang mengalami
perubahan suasana hati dan tingkat aktivitas yang ekstrim →
WHO
Etiologi
1. Belum diketahui pasti tapi terdapat dugaan yaitu ada
ketidakseimbangan neurotransmitter yaitu senyawa alami yang berfungsi
untuk mengendalikan otak yaitu faktor genetic, fisik, lingkungan, sosial
karena memiliki peranan atas terjadinya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Gejala gangguan bipolar bisa terjadi contoh karena
trauma (kekerasan fisik, diputus oleh pacarnya, kerabat yang meninggal),
penyakit fisik, gangguan tidur, masalah dalam hidup, kecanduan alkohol
dan penyalahgunaan narkotika

2. Faktor biokimia :

- Serotonin, karena kelainan bipolar membuat berkurangnya sensitivitas


serotonin.
- Dopamine, penurunan dopamin membuat episode depresi. Untuk
peningkatan dopamine terjadi episode mania. Menunjukan bahwa
mesolimbic pada orang depresi memang tidak berfungsi.
- Norepinefrin, untuk orang depresi akan membuat penurunan norepinefrin
- Gangguan neurotransmitter lainnya
Etiologi
3. Faktor genetic :Dari keturunan 10-20% salah satu orang tuanya
yang memiliki gangguan mood

Terutama gangguan bipolar tipe 1 memiliki komponen genetic yang


utama, dengan melibatkan gen ANK3, CACNA1C, CLOCK
Etiologi
4. Neuroanatomical : karena ada kerusakan di daerah pada otak yang
terlibat dalam mood dan emosi, yaitu pada area prefrontal cortex ,
anterior cingulate cortex, amygdala, hippocampus

5. Faktor farmakologis : pada orang dengan depresi unipolar,


pengobatan antidepresan dikaitkan dengan peningkatan risiko
gangguan mania atau bipolar lainnya
Epidemiologi
● Gangguan bipolar mempengaruhi 60 juta orang di seluruh dunia, paling sering terjadi
pada rentang usia 15-35 tahun (WHO)
● Gangguan bipolar di Indonesia berkisar antara 0.3-1.5% dari jumlah keseluruhan
gangguan psikologi (PDSKJI)
● Prevalensi gangguan bipolar pada wanita dan pria merata (APA), perempuan lebih
sering mengalami episode depresi dan laki-laki lebih sering mengalami episode manik
(Kaplan)
Faktor Resiko

1. Stress berat : dapat membuat seseorang mendapat


gangguan bipolar

2. Traumatic : contohnya ada keluarga/kerabat yang


meninggal dapat membuat peningkatan risiko
terjadinya gangguan bipolar

3. Kandungan alkohol/narkotika : meningkatkan risiko


gangguan bipolar

4. Riwayat dari keluarga yang memiliki gangguan


bipolar
Manifestasi Klinis

Gejala Depresi:
⦁ Merasa sedih/kosong atau tampak sedih
⦁ Kehilangan minat atau kesenangan untuk hampir seluruh aktivitas sehari-hari
⦁ Hiperinsomnia atau insomnia
⦁ Agitasi psikomotor, pergerakan yang gelisah
⦁ Adanya kegelisahan atau menjadi lambat
⦁ Adanya perasaan tidak berharga atau bersalah yang berlebihan
⦁ Adanya masalah konsentrasi dan menentukan keputusan
⦁ Adanya perasaan tidak berharga atau keinginan bunuh diri
Manifestasi Klinis
Gejala Manik:
⦁ Harga diri yang kebesaran/melambung
⦁ Penurunan kebutuhan untuk tidur
⦁ Lebih banyak bicara dibanding biasanya
⦁ Mudah teralihkan perhatiannya
⦁ Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan
⦁ Berfikir dapat melakukan banyak hal dalam 1 waktu
Klasifikasi
PPDGJ3 :
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar YTT
Klasifikasi
DSM4 :
1. Bipolar tipe I : Ada satu atau lebih episode manik atau campuran disertai
dengan episode depresi major.
2. Bipolar tipe II : ditandai satu atau lebih episode depresi major yang
disertai paling sedikit satu episode hipomanik.
3. Siklotimik disorder : Terjadinya gejala hipomanik yang tidak memenuhi
kriteria episode manik dan juga gejala depresi yang tidak memenuhi kriteria
depresi major, paling sedikit selama 2 tahun
4. Gangguan bipolar yang tidak terinci : tidak masuk ke kalsifikasi.
Patofisiologi
Tatalaksana (algoritma farmakoterapi)
Tatalaksana (algoritma farmakoterapi)
Pencegahan 1. Menjaga gaya hidup yang benar seperti pola tidur,
pola makan
2. Belajar mengenali perubahan suasana hati
3. Apabila mengalami gangguan bipolar berulang,
perlu mengenali gejala peringatan dengan
bantuan dokter atau pemberi perawatan
kesehatan mental
4. Memahami apa yang memicu episode dan
bagaimana menghindari pemicu tersebut
5. Mengikuti gaya hidup sehat dan pola tidur teratur,
makan dan olahraga yang sehat dan sebisa
mungkin hindari stres emosional dan fisik
6. Setidaknya satu orang yang dapat pasien percayai,
dan ada yang memperingatkan pasien jika kondisi
tidak sehat
7. Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang
8. Ikuti aturan minum obat yang diberikan
Komplikasi
1. Suicide : Risiko bunuh diri meningkat pada fase depresi.
Indikasi meningkatnya resiko bunuh diri : perempuan, riwayat penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang, usia
muda, durasi penyakit yang lama, keparahan gejala yang berat, penggunaan benzodiazepin, dan kepatuhan terapi
yang buruk
2. Tindak pembunuhan : Risiko meningkat pada fase manik, dimana pasien merasa tidak senang bila orang lain tidak
memenuhi harapannya, sehingga dapat melakukan tindak kekerasan
3. Adiksi : Memiliki risiko kecanduan obat-obatan, alkohol, dan nikotin yang diyakini untuk mengurangi keluhannya.
4. Gangguan neurologi : Pada pasien bipolar tipe II atau tipe siklotimik akan memiliki episode depresi berat lebih
sering, gangguan ansietas serta fobia
5. Masalah memori dan berpikir : Pasien dengan bipolar memiliki masalah yang bervariasi dengan ingatan jangka
pendek dan panjang, kecepatan memproses informasi lambat, fleksibilitas mental lambat. Risiko meningkat pada
pasien yang memiliki episode manik lebih sering.
6. Asosiasi dengan gangguan fisik : Pasien akan lebih mudah mengalami Diabetes (pada pasien bipolar 3x lebih
sering terjadi dibanding populasi umum), Hipertensi (dan akan memperbesar kematian yang berkaitan dengan
jantung) Serta Migrain (adalah komplikasi umum pada bipolar II)
Prognosis
● Lebih buruk: adanya penyalahgunaan zat terlarang, gejala
psikotik, gejala depresi di antara episode, jenis kelamin laki-laki
● Lebih baik: durasi episode manik yang lebih singkat, onset di usia
yang lebih tua, ide untuk bunuh diri sedikit, sedikitnya masalah
psikiatrik serta masalah medis
● Pada kasus:
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad sanasionam: dubia ad malam
Ad fungsionam: dubia ad malam
Referensi

1. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di


Indonesia III, Depkes, 1993.
2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder - IV TR
(text revision), American Psychiatric Association,
Washington, DC, 1994.
3. Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral
Sciences/ Clinical Psychiatry, Tenth Edition, Lippincott
Williams & Wilkins, 2007.

Anda mungkin juga menyukai