Marathondy Al Fahmi - 170301192 - Analisis Meiosis

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

1

ANALISIS MEIOSIS

LAPORAN

OLEH:
MARATHONDY AL FAHMI
170301192
PET 18

LABORATORIUM SITOGENETIKA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
2

ANALISIS MEIOSIS

LAPORAN

OLEH:
MARATHONDY AL FAHMI
170301192
PET 18

Laporan sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di
Laboratorium Sitogenetika Program Studi Angroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM SITOGENETIKA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Analisis Meiosis” merupakan salah

satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Sitogenetika

Pertanian Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua

orang tua atas segala dukungan dan doanya dan kepada dosen pembimbing

Laboratorium Sitogenetika yaitu: Ir. Eva Sartini Bayu, MP.,

Ir. Emmy Harso Khardinata, M.Sc., Dr. Diana Sofiah Hanafiah, SP, MP.,

Ir. Revandy Iskandar Muda Damanik, M.Si., M.Sc., Ph.D., serta abang-kakak

asisten yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan laporan

ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

untuk menyempurnakan laporan ini. Harapan penulis semoga laporan ini

bermanfaat di masa yang akan datang dan semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak

yang membutuhkan.

Medan, September 2019


4

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Tujuan Praktikum ........................................................................................ 3
Kegunaan Penulisan..................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum .................................................................... 6
Alat dan Bahan ........................................................................................... 6
Prosedur Praktikum ..................................................................................... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil ............................................................................................................. 8
Pembahasan ................................................................................................. 9

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
5

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kromosom memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan

suatu makhluk hidup, karena kromosom merupakan alat pengangkutan bagi gen

– gen yang akan dipindahkan dari suatu sel induk ke sel anakannya,dari

generasi yang satu ke generasi yang lainnya. Pengamatan terhadap perilaku

kromosom sama pentingnya dengan mempelajari struktur kromosom. Perilaku atau

aktivitas kromosom dapat terlihat dalam siklus sel, termasuk didalamnya adalah

pembelahan sel (mitosis atau meiosis). Analisis kromosom, baik mitosis maupun

meiosis merupakan langkah awal yang dapat dilaksanakan untuk mempelajari

kromosom (Abele, 2009).

Peningkatan produksi lili harus didukung dengan adanya benih yang baik

sacara kualitas dan kuantitas. Dalam penyediaan benih lili, pada tanaman

heterozigotapabila telah diperoleh generasi F1, tanaman kemudian diseleksi

dan diperbanyak secara normal, tanpa melihat lagi bagaimana pewarisan

karakter-karakter penting pada tanaman tersebut. Akibatnya sulit menentukan

trend masa depan, karena akan bergantungpada hasil yang diperoleh. Secara alami

lili (Lilium sp.)memiliki susunan genetik heterozigot yang tinggi (Benson, 2008)

Tanaman haploid tersebut akan diinduksi penggandaan dengan menggunakan

zat kimia khusus(kolkisin). Dari hasil penggandaan akan diperoleh tanaman doubel

haploid yang jika disilangkan dengan sesamanya akanmenghasilkan biji yang


6

seragam. Tanaman haploid Lilium formosanum diperoleh pada medium MS dengan

penambahan picloram dan zeatin. Pada penelitian ini menggunakan eksplan umbi

mikro hasil kultur antera, setelah berkembang menjadi planlet dilakukan deteksi

tingkat ploidi. Deteksi awal ploidipada beberapa tanaman dapat dilakukan dengan

memeriksa jumlah kloroplas pada sel penjaga stomata, karena berkorelasi dengan

jumlah kromosom seperti hasil penelitian yang dilakukan pada tanaman Brasicca

(Erlod, 2010)

Stadium haploid dari siklus seksual dihasilkan dari proses pembelahan inti

yang disebut meiosis. Meiosis berlangsung pada sel-sel yang terdapat di

dalam jaringan reproduksi pada suatu organisme. Seperti halnya dengan

mitosis, meiosis berlangsung setelah fase G1, S dan G2 dari interfase dan

menentukan distribusi kromosom yang tepat ke dalam sel-sel anak.

Pembelahan meiosis akan menghasilkan 4 sel anak yang memiliki jumlah

kromosom hanya setengah dari kromosom tetuanya. Hal ini bertujuan untuk

menjaga agar jumlah kromosom individu tetap dari generasi ke generasi

(Novel, 2010).

Pembelahan meiosis lebih kompleks dibandingkan pembelahan mitosis,

karena terjadi dua kali siklus pembelahan. Pada meiosis terjadi perpasangan

kromosom homolog dan segregasi kromosom secara bebas. Pembelahan pertama

dari meiosis disebut pembelahan reduksi. Meiosis pertama mengubah inti dari

suatu meiosit yang mengandung kromosom diploid menjadi inti haploid yang

mengandung kromosom n. Jumlah kromosom direduksi saat pasangan

kromosom homolog terpisah. Pembelahan kedua disebut equation devision atau


7

meiosis kedua. Miosis kedua mengubah dua hasil dari pembelahan meiosis

pertama menjadi 4 inti haploid (Shrestha, 2004).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum yaitu untuk mengetahui fase-fase

pembelahan meiosis pada tanaman Lilium sp.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Sitogenetika Progarm Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai sumber

informasi bagi yang membutuhkan.


8

TINJAUAN PUSTAKA

Pembelahan meiosis lebih kompleks dibandingkan pembelahan mitosis,

karena terjadi dua kali siklus pembelahan. Pada meiosis terjadi perpasangan

kromosom homolog dan segregasi kromosom secara bebas. Pembelahan pertama

dari meiosis disebut pembelahan reduksi. Meiosis pertama mengubah inti dari

suatu meiosit yang mengandung kromosom diploid menjadi inti haploid yang

mengandung kromosom n. Jumlah kromosom direduksi saat pasangan kromosom

homolog terpisah. Pembelahan kedua disebut equation devision atau meiosis

kedua. Miosis kedua mengubah dua hasil dari pembelahan meiosis pertama

menjadi 4 inti haploid (Suryo, 2007).

Kejadian peningkatan keragaman pada tanaman adalah saat proses meiosis

dan penyerbukan. Meiosis yang terjadi pada sel telur (megasporofit) maupun calon

serbuk sari yang biasanya terjadi saat bunga masih kuncup, merupakan proses

pemisahan kromosom dari 2n menjadi 1n. Saat meiosis, mungkin saja terjadi pindah

silang gen, delesi, insersi atau translokasi. Peningkatan keragaman berikutnya

terjadi saat penyerbukan dan pembuahan, dimana kromosom dari serbuk sari

terpilih bergabung melebur dengan kromososm dari ovul, sehingga menjadi embrio
9

dengan kandungan kromosom 2n. Kandungan kromosom pada setiap butir serbuk

sari dari bunga yang sama bisa saja berbeda secara genetik jika terjadi

proses pindah silang gen, delesi, insersi atau translokasi saat

meiosis (Rahayu et al., 2015).

Suatu meiosis sel mengalami dua pembelahan berurutan meiosis mereduksi

atau mengurangi jumlah kromosom menjadi setengahnya.Sel anakan yang

dihasilkan adalah 4 sel, bukan 2 sel seperti mitosis. Dua pembelahan meiosis

dilangsungkan oleh hanya satu proses duplikasi kromosom, sehingga hasilnya

keempat sel anakan hanya memiliki separuh jumlah kromosom induknya. Reduksi

jumlah kromosom terjadi selama meiosis I. Di saat terjadi reduksi dalam meiosis

dari dua kromosom dalam sel-sel diploid menjadi masingmasing unit tunggal, maka

individu memberikan satu jiplakan tunggal dari setiap satuan hereditas ke sel-sel

germ haploid yang dengannya ia memperanakan turunannya. Setiap fase pada

meiosis memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri-ciri itu berupa tingkah laku kromosom

yang hamper sama dengan pembelahan mitosis (Gindo, 2004).

Didalam pengamatan meiosis, metode yang digunakan dalam pengamatan

meiosis pada bunga lili adalah metode tanpa larutan former atau larutan fiksatif,

karena bunga lili yang digunakan masih segar, baru dipetik. Penggunaan bunga lili

karena mempunyai ukuran kromosom yang besar, sehingga akan mempermudah

dalam pengamatannya. Pemilihan umur mikrospora yang tepat sangat penting,

karena akan berpengaruh terhadap fase-fase yang dapat diamati pada meiosis. Jika

terlalu tua, maka proses meiosis sudah terlewat sehingga tidak dapat diamati secara

detail. Apabila terlalu muda, maka proses meiosis belum

terjadi (Ritonga dan Aida, 2010).


10

Waktu minimum yang dibutuhkan untuk jaringan dalam fiksatif ini adalah

24 jam dan maksimum 1 minggu. Konsentrasi formaldehid tidak terlalu

berpengaruh, dan berkisar dari 2,5-10%. Fiksasi dilakukan dengan cara

membenamkan potongan kecil jaringan ke dalam larutan fiksatif. Pengambilan

jaringan dilakukan dengan pisau yang tajam. Hal ini bertujuan untuk menghindari

kerusakan pada jaringan (Genesser, 1994).

Suatu jaringan dipotong tanpa diberi perlakuan, maka segera jaringan

tersebut mengaiami perubahan yaitu akar kering dan mengkerut. Apabila jaringan

dipertahankan dalam keadaan basah (dimasukkan larutan garam), tidak akan

mengalami perubahan dengan segera, tetapi akan dirusak oleh bakteri, sehingga

untuk mempertahankan elemenelemen sel atau jaringan tersebut perlu di beri media

yaitu fiksatif (Brata, 2013).

Berlangsungnya pembelahan sel secara langsung adalah proses pembelahan

sel tanpa melalui fase-fase atau tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan secara

langsung disebut juga pembelahan amitosis atau pembelahan biner. Pembelahan sel

secara tidak langsung adalah pembelahan yang melalui tahapan-tahapan tertentu.

Setiap tahapan pembelahan sel ditandai dengan penampakan kromosom yang

berbeda- beda. Pembelahan sel secara tidak langsung adalah pembelahan mitosis

dan meiosis. Pertumbuhan dan perkembangan serta reproduksi makhluk hidup tidak

dapat lepas dari aktivitas pembelahan sel. Menurut teori sel modern, semua sel

berasal dari sel-sel yang telah ada melalui proses pembelahan sel. Sekitar 10 – 14

sel yang menyusun tubuh manusia berasal dari pembelahan sel zigot (satu sel) yang

merupakan peleburan 2 sel gamet. Sel-sel gamet ini berasal dari proses pembelahan

sel-sel parental tertentu (Enjel, 2014).


11

Meiosis hanya terjadi pada fase reproduksi seksual atau pada jaringan

nuftah. Pada meiosis, terjadi perpasangan dari kromosom homolog serta terjadi

pengurangan jumlah kromosom induk terhadap sel anak. Disamping itu, pada

meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel, yaitu pembelahan I(meiosis I) dan

pembelahan II (meiosis II). Meiosis I dan meiosis IIterjadi pada sel tumbuhan.

Demikian juga pada sel hewan terjadi meiosis I dan meiosis II.Baik pada

pembelahan meiosis I dan II, terjadi fase-fasepembelahan seperti pada mitosis. Oleh

karena itu dikenal adanya profase I, metafase I, anafase I , telofase I, profase II,

metafase II, anafase II, dan telofase II. Akibat adanya dua kali proses pembelahan

sel, maka pada meiosis, satu sel induk akan menghasilkan empat sbaru, dengan

masing-masing sel mengandung jumlah kromosom setengah dari jumlah kromosom

sel induk (Dwidaputri, 2011).


12

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum dilaksanakan di Laboratorium Sitogenetika Program

Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada hari Selasa, 13 Oktober 2020 pukul 12.40 WIB sampai dengan selesai, pada

ketinggian tempat ±25 mdpl.

Bahan dan Alat Praktikum

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bunga lili

( Lilium longiflorum Thunb ).sebagai objek yang akan diamati, larutan HCl 1 N

untuk melunakkan sel-sel akar tanaman, aquadest untuk mencuci objek yang

diamati, larutan asam asetat untuk melunakkan akar tanaman, asetokarmin sebagai

pewarna kromosom, tissue untuk membersihkan larutan yang tumpah dan


13

membersihkan alat alat serta meja selesai praktikum, dan buku untuk mencatat hasil

pengamatan yang dilakukan,

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop untuk

melihat kromosom tanaman, pisau silet untuk memotong akar tanaman, pinset

untuk mengambil objek pada saat perendaman dalam larutan, bunsen untuk

mensterilkan preparat, pensil dengan karetnya sebagai alat bantu pemencetan

(squash), preparat dan object glass untuk meletakkan objek yang akan diamati,

Gelas penutup untuk meletakkan dan menutup objek yang akan diamati, korek api

untuk menyalakan bunsen, petridish sebagai tempat objek yang diamati, botol

kultur sebagai wadah untuk merendam potongan akar tanaman, jarum pentul untuk

mengambil objek, pipet tetes untuk meneteskan asetokarmin di preparat, alat tulis

untuk mencatat hasil praktikum dan kamera digunakan untuk mendokumentasikan

objek praktikum

Prosedur Praktikum

Dengan Perendaman Larutan Fiksatif

- Dimasukkan kuncup bunga lili ke dalam larutan fiksatif dan di simpan di

tempat dengan suhu kamar apabila kurang dari 24 jam atau di simpan dalam

lemari es apabila lebih dari 24 jam

- Dikeluarkan sel induk megaspora dengan menggunakan jarum pentul

- Dibilas potongan bunga lili menggunakan aquades sebanyak 3 kali

- Diletakkan bagian tersebut di atas gelas objek dan teteskan 2 tetes

acetokarmin serta biarkan 15 menit agar warna bias terserap, kemudian

tutup dengan gelas penutup

- Dilewatkan preparat diatas Bunsen 2-3 kali


14

- Diketuk preparat dengan karet pinsil dan ditekan dengan ibu jari

- Diamati preparat di bawah mikroskop

- Digambar hasil yang diperoleh di lembar data.

Tanpa Perendaman Larutan Fiksatif


- Dimasukkan kuncup bunga lili ke dalam larutan non fiksatif yaitu larutan

etanol 70 % selama 15 menit

- Dikeluarkan sel induk megaspora dengan menggunakan jarum pentul

- Dibilas potongan bunga lili menggunakan aquades sebanyak 3 kali

- Diletakkan dibagian tersebut di atas gelas objek dan teteskan 2 tetes

acetokarmin

- Dibiarkan beberapa saat agar warna bias terserap, kemudian tutup dengan

gelas penutup

- Diletakkan preparat di atas api bunsen sebanyak 2-3 kali

- Diketuk – ketuk preparat dengan karet pensil dan ditekan dengan ibu jari

- Diamati preparat di bawah mikroskop dan digambar hasil yang diperoleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

No Gambar Asli Referensi

1. Larutan Fikastif

Pembelahan meiosis
pada tahap anafase

Penampang megasprora
Meiosis Fase anaphase
bunga lili
15

2. Non Fiksatif

Pembelahan meiosis
pada tahap anafase

Meiosis Fase metaphase


Penampang megasprora
bunga lili

Sumber: Ritonga, A. dan Wulansari. 2011. Analisis Mitosis. IPB Press. Bogor.

Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan bahwa meiosis adalah

proses pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel kelamin dari organisme yang

mengadakan reproduksi secara generatif atau seksual. Hal ini sesuai dengan

literatur Simawita (2008) yang menyatakan bahwa meiosis adalah salah satu cara

sel untuk mengalami pembelahan. Ciri pembelahan secara meiosis adalah: Terjadi

di sel kelamin, Jumlah sel anaknya , Jumlah kromosen 1/2 induknya, Pembelahan

terjadi 2 kali.

Pada praktikum analisis meiosis ini menggunakan bunga lili yang masih

kuncup sebagai objek praktikum. Hal ini dikarenakan oleh bunga lili yang memiliki

ukuran kromosom yang besar jumlah kromosom bunga lili Kromosom lili

berjumlah 2n=24, sementara pada tingkat haploid kromosom berjumlah 12.


16

. Hal ini sesuai dengan literatur Ritonga dan Aida (2010) yang menyatakan bahwa

penggunaan bunga lili karena mempunyai ukuran kromosom yang besar, sehingga

akan mempermudah dalam pengamatannya.

Pada praktikum meiosis digunakan bunga lili yang masih kuncup atau

belum mekar. Hal ini dikarenakan pemilihan umur mikrospora yang tepat sangat

penting, karena akan berpengaruh terhadap fase-fase yang dapat diamati pada

meiosis. Jika terlalu tua, maka proses meiosis sudah terlewat sehingga tidak dapat

diamati secara detail. Apabila terlalu muda, maka proses meiosis belum terjadi. Hal

ini sesuai dengan literatur Ritonga dan Aida (2010) yang menyatakan bahwa

pemilihan umur mikrospora yang tepat sangat penting, karena akan berpengaruh

terhadap fase-fase yang dapat diamati pada meiosis. Jika terlalu tua, maka proses

meiosis sudah terlewat sehingga tidak dapat diamati secara detail.

Praktikum analisis meiosis ini menggunakan 2 perlakuan yaitu dengan

menggunakan larutan fiksatif dan nonfiksatif. Larutan fiksatif digunakan karena

bunga lili yang digunakan masih segar, baru dipetik. Hal ini sesuai dengan literatur

Ritonga dan Aida (2010) yang menyatakan bahwa di dalam pengamatan meiosis,

metode yang digunakan dalam pengamatan meiosis pada bunga lili adalah metode

tanpa larutan former atau larutan fiksatif, karena bunga lili yang digunakan masih

segar, baru dipetik.

Pembelahan meiosis terdiri dari tahap fase- fase , yaitu meiosis I dan meiosis

II. Meiosis I dapat dibedakan lagi menjadi interfase I, profase I, metafase I, anafase

I, dan telofase I. Meiosis II juga dibedakan atas interfase II, profase II, metafase II,

anafase II, dan telofase II. Pembelahan meiosis ini merupakan proses yang dinamis,

tidak terputus – putus, dan tidak terdapat batas yang kelas antar setiap fasenya. Hal
17

ini sesuai dengan literatur (Dwidaputri, 2011) bahwa meiosis hanya terjadi pada

fase reproduksi seksual atau pada jaringan nuftah. Pada meiosis, terjadi

perpasangan dari kromosom homolog serta terjadi pengurangan jumlah kromosom

induk terhadap sel anak. Disamping itu, pada meiosis terjadi dua kali periode

pembelahan sel, yaitu pembelahan I (meiosis I) dan pembelahan II (meiosis II).

Meiosis I dan meiosis II terjadi pada sel tumbuhan

Berdasarkan pengamatan terhadap pembelahan meiosis pada bunga

Lilium sp, meiosis I dapat diamati fase-fasenya secara lengkap yaitu profase I,

metafase I, anafase I dan telofase I. Tetapi meiosis II yang secara teori mirip dengan

mitosis tidak dapat diamati fase-fasenya secara lengkap.hal ini sesuai literatur

Enjel, (2014). Berlangsungnya pembelahan sel secara langsung adalah proses

pembelahan sel tanpa melalui fase-fase atau tahap-tahap pembelahan sel.

Pembelahan secara langsung disebut juga pembelahan amitosis atau pembelahan

biner. Pembelahan sel secara tidak langsung adalah pembelahan yang melalui

tahapan-tahapan tertentu. Setiap tahapan pembelahan sel ditandai dengan

penampakan kromosom yang berbeda- beda. Pembelahan sel secara tidak langsung

adalah pembelahan mitosis dan meiosis. Pertumbuhan dan perkembangan serta

reproduksi makhluk hidup tidak dapat lepas dari aktivitas pembelahan sel. Menurut

teori sel modern, semua sel berasal dari sel-sel yang telah ada melalui proses

pembelahan sel. Sekitar 10 – 14 sel yang menyusun tubuh manusia berasal dari

pembelahan sel zigot (satu sel) yang merupakan peleburan 2 sel gamet. Sel-sel

gamet ini berasal dari proses pembelahan sel-sel parental tertentu .

Larutan asam asetat 45% digunakan sebagai larutan fiksasi, yaitu

larutan yang nantinya dapat masuk kedalam sel dan meluruhkan organel sel yang
18

ada pada sitoplasma sehingga pengamatan kromosom dapat dilakukan dengan

mudah. Saat maserasi digunakan larutan larutan asam asete dan larutan HCl 1 N

dengan perbandingan 3 : 1, larutan yang berfungsi untuk melunakkan jaringan ini

harus dikombinasikan pada suhu 600C selama 2-3 menit agar maserasi berjalan

dengan baik. Hal ini sesuai literatur Genesser,( 1994).yang menyatakan tentang

Waktu minimum yang dibutuhkan untuk jaringan dalam fiksatif ini adalah 24 jam

dan maksimum 1 minggu. Konsentrasi formaldehid tidak terlalu berpengaruh, dan

berkisar dari 2,5-10%. Fiksasi dilakukan dengan cara membenamkan potongan

kecil jaringan ke dalam larutan fiksatif. Pengambilan jaringan dilakukan dengan

pisau yang tajam. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan pada jaringan .

KESIMPULAN

1. Meiosis adalah proses pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel kelamin dari

organisme yang mengadakan reproduksi secara generatif atau seksual.


19

2. Analisis meiosis menggunakan bunga lili sebaga objek praktikum karena

kromosom bunga lili besar-besar sehingga mudah diamati dimikroskop

Kromosom lili berjumlah 2n=24, sementara pada tingkat haploid

kromosom berjumlah 12

3. Larutan fiksasi, yaitu larutan yang nantinya dapat masuk kedalam sel dan

meluruhkan organel sel yang ada pada sitoplasma sehingga pengamatan

kromosom dapat dilakukan dengan mudah dan larutan HCl 1 N dengan

perbandingan 3 : 1, larutan yang berfungsi untuk melunakkan jaringan ini

harus dikombinasikan pada suhu 600C selama 2-3 menit agar maserasi

berjalan dengan baik.

4. Analisis meiosis yang dilakukan menggunakan bunga lili adalah bunga yang

masih kuncup dikarenakan jika terlalu tua, maka proses meiosis sudah

terlewat sehingga tidak dapat diamatisecara detail apabila terlalu muda

maka proses meiosis belum terjadi.

5. Analisis meiosis menggunakan 2 perlakuan untuk menganalisis kromosom

yaitu perlakuan larutan fiksatif dan nonfiksatif. Larutan fiksatif digunakan

karena bunga lili yang digunakan masih segar, dan baru dipetik

6. Kromosom bunga lili terlihat pada fase meiosis 1

7. Pembelahan meiosis terdiri dari tahap fase- fase , yaitu meiosis I dan meiosis

II. Pembelahan meiosis ini merupakan proses yang dinamis, tidak terputus

– putus, dan tidak terdapat batas yang kelas antar setiap fasenya.

DAFTAR PUSTAKA
20

Abele K. 2009. Cytological studies in genus Danthonia. Trans. Roy. Soc. Aust.
83:162-173.

Benson, R. C dan M. L, Pernol. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9.
Jakarta: EGC.

Dwidaputri, G. A. 2011. Induksi Poliploidi Bunga Lili Dengan Pemberian Oryzalin.


FMIPA Udayana. Denpasar.

Brata, T. 2013. Fiksatif, Zat Warna dan Pewarnaan. Pelatihan Mikroteknik


Tumbuhan. Purwokerto

Enjel . 2014. Studi Sitotaksonomi pada Genus Zingiber. Biodiversitas Vol. 1 No.1.

Gindo, A. 2004. Kelainan Komosom Pada Abortus Spontan. FK USU. Medan.

Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi , Alih Bahasa; Arifin Guna Wijaya J.
Jakarta: Bina Rupa Aksara

Rahayu, Hary dan Vitri. 2015. Karakteristik Morfologi Dan Perkembangan Bunga
Aeschynanthus tricolor Hook. (Gesneriaceae) [Morphological
Characteristic And Flower Development Of
Aeschynanthus tricolor Hook. (Gesneriaceae)]. Berita Biologi Vol. 14 No.
3.

Ritonga, A.W dan Aida. 2010. Analisis Meiosis. FP IPB. Bogor.

Erlod, S dan W, Stansfield. 2010. Genetika. Erlangga. Jakarta.

Novel, S. S., 2010., Medium Analisis Mikrorganisme (Isolasi dan Kultur)., Jakarta
: Trans Info Media. p. 29-34.

Shrestha, R.K., 2004. Exploring the potential for silvopasture adoption in south-
central Florida: an application of SWOT-AHP method. Elsevier.
Agricultural Systems Volume 81: pages 185-199.

Suryo, H. 2007. Sitogenetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai