Laporan Kasus Kista Ovarium

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

KISTA OVARIUM

Disusun Oleh :

Ismiyati Tanjung

2016730053

Dokter Pembimbing :

dr. Riady, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA SUKAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat


Allah SWT karena berkat rahmat, nikmat, dan karunia serta hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “KISTA OVARIUM” yang penulis ajukan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan
Ginekologi di Program Studi Profesi Dokter Universitas Muhammadiyah Jakarta. Tidak lupa
shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman yang yang penuh ilmu
pengetahuan sampai hari ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun dan bermanfaat. Semoga referat ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
setiap pembacanya.

Jakarta, 8 Desember 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Kista adalah kantung yang berisi cairan atau jaring Kista adalah kantung yang berisi
cairan atau jaringan lainnya. Torsio kista merupakan kasus kegawatdaruratan ginekologi
dengan merupakan kasus kegawatdaruratan ginekologi dengan insidensi 3% dari seluruh
kasus insidensi 3% dari seluruh kasus kegawatdaruratan ginekologi dan sering salah dinding
kegawatdaruratan ginekologi dan sering salah didiagnosis oleh klinisi.

Torsi dapat ditemukan pada komponen adneksa yakni ovarium dapat ditemukan pada
komponen adneksa yakni ovarium dan tuba falopi, di mana dapat terjadi pada torsi ovarium,
torsi ovarium dengan torsi tuba, dan isolated fallopian tube torsion.
4

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. A

Ruang Perawatan : Al- Adawiyah

Usia : 20 tahun

Alamat : Jl. Kalibaru Timur

Pekerjaan : Mahasiswi

Status Perkawinan : Belum Menikah

Masuk RS : 30 November 2020

No. RM : 002957XX

2. Anamnesis

a. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri perut hebat, perdarahan (-), mual (+), muntah (-)

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang mengeluhkan nyeri perut hebat sebelah kiri bawah dan mengganggu
aktivitas sehari-hari, pasien merasakan adanya mual, perdarahan (-), muntah (-).
Pada tahun 2018 awal pasien merasakan nyeri perut sebelah kiri, nyeri saat tiduran.
Mei tahun 2020 setiap menstruasi sebelum dan sesudah pasien merasakan nyeri
yang hebat bahkan mengganggu aktivitas. 2 hari SMRS pasien mengeluhkan nyeri
perut yang hebat serta adanya mual.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit hipertensi, asma, diabetes mellitus,
penyakit jantung, ginjal, dan kista.
5

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang dirasakan pasien saat ini.
Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, asma, diabetes mellitus penyakit jantung dan
ginjal.

e. Riwayat Psikososial
⚫ Minum kurang lebih 500cc/hari
⚫ Makan 1-3x/hari, dengan porsi yang sedikit
⚫ Konsumsi alkohol, merokok disangkal
⚫ Pasien merupakan seorang mahasiswi yang sering mengonsumsi makanan siap
saji, dan makanan proses penyajiannya dibakar.

f. Riwayat Pengobatan

Pasien tidak mengkonsumsi obat apapun.

g. Riwayat Alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, debu dan cuaca

h. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun

Siklus Menstruasi : Teratur setiap 28 hari

Nyeri ketika haid : Tidak

Lama haid : 6 hari

HPHT : 23 November 2020

i. Riwayat Pernikahan

Pasien belum menikah


6

j. Riwayat Obstetri
Pasien tidak hamil

3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalisata
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 129/94 mmHg
Nadi : 93 x/menit, reguler
Laju Pernapasan : 18 x/menit, spontan
Suhu : 36,6oC

Antropometri
Berat badan : 52 kg ; Tinggi badan : 155 cm ; BMI : 21,6 kg/m2

b. Pemeriksaan Fisik Generalisata


Kepala : Normocephal, rambut tidak rontok.
Mata : Mata cekung (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Septum deviasi (-), epistaksis (-), sekret (-)
Mulut : Bibir kering (-). stomatitis (-), gigi karies (-), tonsil T1/T1,
faring hiperemis (-)
Leher : KGB dan tiroid tidak tampak pembesaran.
Thorax
Payudara : Simetris
Cor : BJ I & II Reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Ekstremitas :
Atas : Akral dingin, edema (-/-), CRT < 2 detik
Bawah : Akral dingin, edema (-/-), CRT < 2 detik
7

c. Pemeriksaan Fisik Obstetri


Pemeriksaan Luar
Abdomen
Inspeksi :tampak datar, tidak ada bekas luka dan jaringan parut
Palpasi :teraba benjolan diperut bagian bawah, teraba nyeri tekan
dibagian kuadran kiri bawah

Pemeriksaan Dalam
Tidak dilakukan

4. Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan USG

Kista Ovarium

• Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 10,8 gr % 11,3 - 15,50
Leukosit 14.820 mm3 3.980 - 10.040
Hitung Jenis
Basofil 0% 0-1
Eosinofil 0% 1- 6
Neutrofil 71 % 34 - 71
Limfosit 21 % 19 - 52
Monosit 8% 4 - 12
Trombosit 460 ribu/mm3 132 - 440
Hematokrit 32,3 % 38 - 47
Pembekuan/Hemostasis
Masa Perdarahan 2 menit 1-3
Masa Pembekuan 4 menit 2-6
Renal Profile
Ureum 10 mg/dl 15-40
8

Kreatinin 0,7 mg/dl 0,6-1,1


Liver Profil
SGOT (37’C) 16 u/l <31
SGPT (37’C) 7 u/l <31
Imunologi/Serologi
Anti HIV (Rapid tes)
SD HIV 1/2 Non reaktif
Fokus 1/2
Biomerruex
Seromarker
HBsAg Non reaktif Non reaktif
SARS COVID-19 Antibodi
IgM Antibodi Non Reaktif Non Reaktif
IgG Antibodi Non Reaktif Non Reaktif

5. Resume
Pasien nona datang ke IGD RSIJ Sukapura diantar oleh kedua orang tua.
Pasien mengeluhkan nyeri perut hebat, perdarahan (-), mual (+), muntah (+). 2
hari SMRS pasien mengeluhkan nyeri perut terasa hebat dan adanya mual.
Awalnya pada tahun 2018 pasien merasakan nyeri di sebelah kiri, perdarahan (-).
Pada tahun 2020 bulan Mei pasien merasakan nyeri sebelum dan sesudah
menstruasi. Pasien merupakan seorang taekwondo sejak masih Sekolah Dasar.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai kadar hemoglobin 10,8%.

6. Diagnosis
• Pra bedah : Kista Ovarium suspek Torsi
• Post bedah : Kista Ovarium Kiri 2 x 360°

7. Rencana Tindakan
• Observasi KU dan TTV
• Pemasangan DC
• Infus RL 20 TPM
• Rencana Laparotomi pada tanggal 01 Desember 2020, jam 14.50 WIB
9

8. Laporan Pembedahan
• Tanggal : 02 Desember 2020
• Waktu : 14.50 - 15.27
• Tindakan : Laparotomi
• Diagnosa Pra-Bedah : Kista Ovarium suspek Torsi
• Diagnosa Pasca Bedah : Kista Ovarium Kiri 2x360°
• Dokter Operator : dr. Rusmaniah, Sp.OG
• Asisten : Budi, Ismiyati Tanjung
• Perawat Instrumen : Ella

9. Uraian Pembedahan
• Asepsis dan antisepsis
• Insis pfannenstiel ± 10 cm
• Tampak kista ovarium 2x360° dengan ukuran 10x10x10
• Adnexa dan uterus dalam batas normal
• Robekan pada uterus luas pembukaan 0,5 cm x 0,5 cm dilakukan
penjahitan
• Kontrol pedarahan, perdarahan (-)
• Jahit dinding abdmen
• Operasi selesai

10. Perencanaan medis pasca bedah


• Monitor TD, nadi, RR, suhu setiap 15 menit selama 1 jam
• Tramadol 100 mg IV
• Ondansetron 4 mg IV

11. Follow Up

Waktu Assessment Intruksi

01 Desember S : Os mengeluh nyeri perut P :


2020 sejak 2 hari, mual, muntah, Intruksi PPA :
01.45 USG hasil Kista Ovarium dr. Nia sudah dihubungi
O : K/U baik, Kes CM, TD
dokter sudah tahu hasil lab,
120/80mmHg, RR tambahkan cek BT, CT,
20x/menit, S:36,5°C, N SGOT, SGPT, Ureum,
78x/menit Kreatinin, HBsAg + HIV

A : Kista Ovarium Pasien puasa malam ini


10

Besok jam 07.45

Rencana USG di poli

Pasang DC sebelum USG

Rencana Operasi Laparatomi

01 Desember S : Luka OP masih sakit P:


2020, 09.00 O : K/U baik, Kes CM Intruksi PPA : Jam 16.45
A : Post OP Laparatomi Bila kesakitan diberi
tramadol 100 mg IV
Bila mual muntah beri inj.
ondasteron 4 mg IV
Infus RL/4 jam
TTV/6 jam
02 Desember S : Nyeri luka OP (+) P:
2020, 06.00 O : K/U baik, Kes CM, Intruksi PPA : Infus RL/4
Perdarahan (-) jam, Tramadol 100 mg IV,
A : Post OP Laparatomi Ceftriaxone 1 gr, Ketoprofen
supp
02 Desember S : Nyeri luka OP (+), BAK P :
2020, 12.45 (+), BAB (-), flatus (+) Intruksi PPA : Infus RL/4
O: K/U baik, Kes CM, bising jam, Tramadol 100 mg IV,
usus (+), luka OP Ceftriaxone 1 gr, Ketoprofen
A: Post OP hari 2 supp
02 Desember S : Luka OP masih sakit P:
2020 O: K/U baik, Kes CM, Intruksi PPA : Observasi
jaringan (+) dikirim ke PA TTV, Cefixime 100 mg
(sudah di kirim ke lab)
A: Post OP Laparatomi
03 Desember S : Nyeri luka OP (-) P:
2020, 06.00 O: K/U baik, Kes CM, Rencana Pulang
Mobiilisasi aktif
A: Post OP Laparatomi hari
kedua
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
KISTA OVARIUM

Kista ovarium disebut juga kistoma ovarii, yaitu suatu kantong abnormal berisi
cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Dengan istilah lain
kista ovarium adalah tumor neoplastik jinak ovarium yang bersifat kistik. Gambaran
klinis :

a) Benjolan perut bagian bawah

b) Nyeri perut bagian bawah (karena peregangan kapsula, torsi, atau ruptur)

c) Gangguan penekanan (ureter, vesika urinaria, rektum)

d) Gejala endokrin (maskulinisasi atau feminimisasi)

ANATOMI

Gambar 1 Genitalia interna wanita

Ovarium merupakan sepasang organ pada sistem reproduksi wanita. Ovarium


terletak pada rongga pelvis, masing-masing terletak di samping uterus dan berukuran
kira-kira sebesar biji almond. Ovarium memproduksi sel telur dan hormon-hormon yang
akan mengatur fungsi organ reproduksi.
12

Setiap bulan, selama siklus menstruasi, sel telur dilepaskan dari salah satu ovarium
dalam suatu proses yang disebut sebagai ovulasi. Telur tersebut melakukan perjalanan
sepanjang tuba fallopi menuju uterus. Ovarium juga merupakan sumber utama penghasil
hormone estrogen dan progesterone. Hormon-hormon juga berperan dalam
berkembangnya organ seks sekunder wanita, seperti payudara, bentuk tubuh, dan rambut
dibeberapa lokasi tubuh, dan juga dapat mengontrol siklus menstruasi dan kehamilan.
Salah satu bagian ovarium yang penting adalah yang berada di dalam cavum
peritonei dilapisi oleh epitel kubik silindrik, disebut epitelium germinativum. Dibawah
epitel ini terdapat tunika albuginea dan dibawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat
folikel primordial. Pada wanita diperkirakan terdapat banyak folikel. Tiap bulan satu
folikel, kadang-kadang dua folikel, berkembang menjadi folikel de graaf. Folikelfolikel
ini merupakan bagian ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan di korteks ovarii
dalam letak yang beraneka ragam, dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan dari
satu sel telur yang dikelilingi oleh suatu lapisan sel-sel saja sampai folikel de graaf yang
matang. Folikel yang matang ini terisi likuor folikuli yang mengandung estrogen, dan
siap untuk berovulasi.

Gambar 2. Ovarium dan folikel-folikel dalam berbagai tingkat perkembangan.


13

Klasifikasi

A. Tumor non-neoplastik

1. Tumor akibat radang

2. Tumor lain

a) Kista folikel

b) Kista korpus luteum

c) Kista lutein

d) Kista inklusi germinal

e) Kista endometrium

f) Kista Stein-Leventhal

B. Tumor neoplastik jinak

1. Kistik

a) Kistoma ovarii simpleks

b) Kistoma ovarii serosum

c) Kistoma ovarii epidermoid

d) Kista dermoid

2. Solid

a) Fibroma, Leiomioma, Fibriadenoma, Papiloma, Angioma

b) Tumor Brenner

c) Tumor sisa adrenal


14

Jenis Kistoma Ovarii

1. Berdasarkan letak

a. Intraligamenter

- gerak terbatas

- gambaran pembuluh darah (+)

- terdapat diantara ligamentum latum

b. Bertangakai

- batas jelas, gerak bebas

- perlengketan (-)

- dapat berubah mengakibatkan torsi

- dapat tumbuh intraligamenter sebagai kistoma ovarii intraligamenter

c. Pseudo Intraligamenter

- gerak terbatas

- terletak diluar ligamentum latum

2. Berdasarkan histopatologi

a. Kistoma Ovarii Simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,


seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di
dalam kista jernih, serous, dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak
lapisan epitel kubik. Berhubungan dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi
(putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu
jenis kistadenoma serosum, yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubungan
dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera
diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.
15

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, kista ini berasal
dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan
elemen-elemen lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari epitel
germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama
dengan tumor Brenner. Tumor lazimnya berbentuk multilokuler, oleh karena itu,
permukaan berlobus (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat
besar, lebih-lebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar
tidak lagi dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya
unilateral, akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral.

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan, yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada
pemeriksaan makroskopis (Intraoperatif) dapat ditemukan cairan lendir yang khas,
kental seperti gelatin, melekat, dan berwarna kuning sampai coklat, tergantung dari
percampurannya dengan darah.

Pada pemeriksaan mikroskopis tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak
tinggi pada dasar sel, terdapat di antaranya selsel yang membundar karena terisi
lendir (sel goblet). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai
potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar. Kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista
baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi robekan atau ruptur
pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum
rongga perut, dan dengan sifatnya yang menghasilkan sekresi maka dapat
menyebabkan pseudomiksoma peritonei.

Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya penyakit menahun dengan


musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan. Akhirnya, penderita
meninggal karena ileus.

Pada kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan


papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti dengan seksama oleh karena disitu
dapat ditemukan tandatanda ganas. Keganasan ini, terdapat dalam kira-kira 5-10%
dari kistadenoma musinosum.
16

c. Kistadenoma Ovarii Serosum

Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal epithelium). Pada umumnya kista jenis ini tidak mencapai
ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum.

Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi kista serosum pun dapat berbentuk
multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan, ciri
khas kista ini ialah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan
keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang
coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya
penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma)

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran


makroskopis kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan
pemeriksaan mikroskopis pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan
mikroskopis terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang
rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena
tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelium), maka bentuk
epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel
bulu getar, seperti epitel tuba. Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan
kalsium dalam stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya
menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum papiliferum, tetapi tidak
berarti bahwa tumor itu ganas. Perubahan kearah ganas apabila ditemukan pertumbuhan
papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel,
kistadenoma serosum secara mikroskopis digolongkan kedalam kelompok tumor ganas.
Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas
kadang-kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi
keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat dikatakan
bahwa 30%-35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan. Bila pada
suatu kasus terdapat implantasi peritoneum disertai dengan asites, maka prognosis
penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan itu mungkin
jinak (histopatologically benign). Klinik kasus tersebut menurut pengalaman harus
dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically malignant).

d. Kista endometrioid
17

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat
satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang
ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan
endometriosis ovarii.

e. Kista dermoid

Sebenarnya kista dermoid ialah suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-
struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan
produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih
menonjol daripada elemen-elemen dan mesoderm.

Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut ialah bahwa
tumor berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Tidak ada ciri-ciri yang
khas pada kista dermoid. Dinding kista terlihat putih keabuan, dan agak tipis. Konsistensi
tumor sebagian kenyal, dibagian lain padat, sekilas terlihat seperti kista berongga satu,
akan tetapi jika dibelah akan tampak suatu kista besar dengan ruangan kecil-kecil di
dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam, yang
menonjol dan padat. Kista dermoid terdiri atas elemen ektodermal, mesodermal dan
entodermal, maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal),
tulang rawan, otot dan jaringan ikat (mesodermal), mukosa traktus gastrointestinal, epitel
saluran pernafasan, dan jaringan tiroid (entodermal).

Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea berupa
massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa
serat, tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti konde/kumparan. Pada kista
dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak diperut bagian bawah.
Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi
kista kedalam rongga peritoneum. Perubahan ke arah ganas agak jarang, kira-kira dalam
1,5 % dari semua kista dermoid, dan biasanya terjadi pada wanita lewat menopause.

Yang tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen
ektodermal. Ada kemungkinan pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan
menyebabkan terjadinya tumor yang khas, termasuk disini adalah :
18

Stroma ovarium

Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan terkadang dapat menyebabkan
hipertiroid.

Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum Kista dapat dianggap
sebagai adenoma yang berasal dari satu elemen dari epithelium germinativum.

Koriokarsinoma. Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagnosis harus dibuktikan
adanya hormon koriogonadotropin.

Diagnosis

a. Berdasarkan gambaran klinis

b. Pemeriksaan fisik

Pada palpasi teraba massa kistik, permukaan halus, mobile, pada perut bagian bawah
(biasanya di lateral tetapi bila besar sulit dibedakan karena memenuhi seluruh abdomen),
pada pemeriksaan bimanual serviks tidak ikut bergerak bila massa tersebut digerakkan.

c. Pemeriksaan penunjang

- Sondase

Pada kistoma ovarii sondase normal karena tidak ada pembesaran uterus.

- Ultrasonografi

Tampak gambaran uterus normal, namun tampak massa pada adneksa, sering bersekat-
sekat, atau multilokuler dan pada kecurigaan keganasan dapat dijumpai gambaran papiler
dan neovaskularisasi.

- BNO-IVP

Pada kistoma ovarii yang besar atau dengan perlekatan dapat merubah topografi ureter.
19

Diagnosa Banding

1. Kista mesenterial

Merupakan neoplasma jinak yang bersifat kistik, yang terdapat pada mesenterium.

2. Mioma uteri degenerasi kistik

Mioma uteri degenerasi kistik dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian
dari mioma manjadi cair, terbentuk ruanganruangan yang tidak teratur berisi cairan yang
kental seperti agaragar, dapat terjadi pembengkakan luas dan bendungan limfe sehingga
menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari
kista ovarium.

3. Tuba ovarial abses

- Biasanya terjadi bersama dengan salpingitis

- Besarnya dapat sampai 15-20 cm

- Sering bilateral

- Konsistensi bisa kistik atau padat

- Dapat menyebabkan menometrorhargia, demam

- Pada pemeriksaan lab terdapat leukositosis

Komplikasi

a. Torsi

- Terjadi warna biru karena tekanan vena

- Menimbulkan akut abdomen

b. Ruptur

- Menimbulkan perdarahan intra abdominal (dari arteri Ovarica) sehingga


menimbulkan akut abdomen.
20

- Peritoneum dan rongga abdomen terisi cairan gelatinosa (Pseudomiksoma


Peritonei)

c. Infeksi

- Panas, nyeri, leukositosis, peritonitis

- Defans muscular

d. Keganasan

- 25 % regresi ganas sebagai Cystadenocarsinoma (terjadi ascites)

Keganasan

Kistoma ovarii dicurigai ganas apabila :

a. Terdapat bagian yang padat

b. Permukaan berbenjol-benjol

c. Pertumbuhannya cepat

d. Perlekatan (sulit digerakkan)

e. Disertai ascites

f. Disertai penurunan berat badan (kakesia)

Penanganan

a. Kistektomi + potong beku (Frozen Section)

b. Ooforektomi unilateral + potong beku

c. Panhisterektomi + Omentektomi pada keganasan

Potong beku (frozen section) adalah pemeriksaan histopatologi hasil operasi yang
dilakukan durante operasi yang berfungsi untuk menentukan ganas atau tidaknya
sediaan tersebut sehingga dapat dipergunakan sebagai pedoman untuk menentukan
jenis tindakan atau operasi yang dilakukan serta tindakan lanjut pesca operasi
(radioterapi / kemoterapi).
21

TORSI KISTA OVARIUM

Pada kasus torsi, umumnya ovarium dan tuba falopii berputar mengelilingi ligamen
latum sebagai sebuah unit tunggal. Namun terkadang, hanya ovarium yang berputar
mengeliling mesovarium ataupun tuba falopi mengeliling mesosalfing. Torsio bisa
terjadi pada jaringan adneksa normal, namun dalam 50-80% kasus ditemukan massa
ovarium unilateral. Singkatnya, torsio kista ovarium merupakan kondisi terputarnya
ligamen yang menyokong dan memvaskularisasi ovarium atau tuba falopi atau
keduanya. Insiden torsi adneksa paling sering terjadi pada usia reproduksi. Hibbard et al
(1985) menemukan bahwa 70% kasus torsi terjadi pada wanita usia 20-39 tahun.
Sebagian kasus torsio juga terjadi pada masa kehamilan dan kasus ini merupakan 20-
25% dari seluruh kasus torsio.

Massa adneksa dengan mobilitas yang meningkat memiliki risiko terjadinya torsio
lebih tinggi. Ligamentum uteroovarian membuat sel mesovarium terlalu banyak atau
tuba falopi dan dapat meningkatkan risiko meskipun pada adneksa normal. Begitu pula,
pembesaran patologis ovarium dengan diameter >6 cm biasanya akan membuatnya naik
dari rongga pelvis. Tanpa gangguan ini, risiko mobilitas dan torsi meningkat. Dengan
demikian, tingkat tertinggi dari torsio massa adneksa ialah berukuran 8-10 cm. Torsi
adneksa lebih sering melibatkan adneksa kanan, kemungkinan pertama karena
ligamentum uteroovari lebih panjang dan kedua karena mobilitas dari ovarium kiri
terbatas dikarenakan adanya kolon sigmoid.

Ada dua poin kunci yang membantu dalam mempertahankan awal dari aliran darah ke
struktur adneksa yang terlibat meskipun terpluntir pada pedikel vaskularnya. Pertama,
adneksa mendapatkan suplai darah dari masing-masing cabang dari pembuluh darah
uterus dan ovarium. Selama terjadi torsi, salah satunya, tapi tidak yang lain mungkin
terlibat. Kedua, meski vena adneksa yang bertekanan rendah terkompresi oleh pedikel
yang terpluntir, arteri bertekanan tinggi dapat menahan kompresi tersebut. Hasilnya
aliran darah tetap mengalir tetapi tersumbat, adneksa menjadi kongesti dan edem tetapi
tidak infark. Karena hal tersebut, penanganan awal pada kasus torsi dapat dilakukan
secara konservatif pada saat sebelum operasi. Namun demikian, stroma yang terus
menerus edem, arteri pun terkompresi yang 45 menyebabkan infark dan nekrosis yang
22

membutuhkan adneksatomi. Torsi adneksa dapat membesar dan menimbulkan


perdarahan.

Faktor risiko yang berhubungan dengan torsi ovarium.

1. Faktor Ovarium

Polikistik ovarium

Stimulasi ovarium

Kista folikular

Kista dermoid

Endometrioma

Kista adenoma serosa/musin

2. Faktor Tuba Falopi

Ligasi tuba

Kista paratuba

3. Lain-Lain

Kehamilan

Operasi abdomen sebelumnya

Diagnosis

1. ANAMNESIS

Pada umumnya, perempuan yang mengalami torsi kista ovarium akan datang dengan
keluhan utama nyeri akut abdomen. Oleh karena itu, keterangan-keterangan mengenai
karakteristik nyeri (lokasi, onset, migrasi, radiasi, kualitas, tingkat keparahan, serta faktor
yang memperberat atau memperingan nyeri) harus dapat digali melalui proses anamnesis.
23

Pasien torsio kista ovarium biasanya merasakan nyeri yang tajam di daerah abdomen
bagian bawah. Nyeri tersebut terlokalisir pada lokasi ovarium yang mengalami gangguan
dan terkadang dapat menjalar ke daerah pinggang dan paha (nyeri referal/referred pain).
Hal ini disebabkan karena serabut saraf viseral dari ovarium memasuki tulang belakang
di tingkatan yang sama dengan serabut saraf somatik yang mempersarafi daerah
pinggang dan paha, yaitu setingkat T9-T10. Onset nyeri terjadi mendadak dan
mengalami perburukan secara intermitten dalam beberapa jam. Onset nyeri biasanya
muncul pada saat pasien mengangkat beban berat, melakukan latihan fisik, maupun
ketika berhubungan intim. Nyeri yang ditimbulkan cukup berat sehingga terkadang
digambarkan sebagai nyeri yang dapat membangunkan pasien dari tidurnya. Nyeri
dengan tingkat keparahan seperti ini biasanya berhubungan dengan kasus torsio yang
telah mengalami iskemia.

Suatu torsio yang menyebabkan obstruksi tuba falopii juga dapat menghasilkan nyeri
kolik. Nyeri kolik pada dasarnya adalah suatu nyeri viseral dan berhubungan dengan
peregangan organ berongga (hollow organ) dalam rongga abdomen. Nyeri kolik ini
menghadirkan suatu gambaran awitan nyeri yang timbul secara bergelombang.

Selain nyeri, keluhan penyerta yang sering didapatkan pada pasien torsio kista
ovarium adalah gejala-gejala refleks autonom seperti mual dan muntah. Di samping itu,
kadang terdapat keluhan demam yang tidak begitu tinggi yang menandakan sudah
terjadinya proses nekrosis.

2. PEMERIKSAAN FISIS

Pada pemeriksaan fisik kasus torsio, dari status generalis dapat ditemukan tanda-
tanda demam jika sudah terjadi proses nekrosis. Selain itu, bila nyeri yang ditimbulkan
sangat hebat, dapat timbul syok neurogenik yang bisa terlihat dari perubahan tanda-
tanda vital, seperti takikardia dan hipotensi.

Pada pemeriksaan status lokalis, dari pemeriksaan abdomen akan ditemukan


abdomen terasa sangat lembut, khususnya di daerah kista ovarium. Tanda paling penting
adalah ditemukannya massa intra abdomen. Namun, pemeriksaan di daerah ini harus
dilakukan dengan lembut dan hati-hati agar kenyamanan pasien dapat terjaga. Jika kista
ovarium telah menyebabkan peradangan peritonuem, terkadang bisa ditemukan tanda-
tanda rangsang peritoneal, seperti nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada pemeriksaan
24

ginekologi, dari pemeriksaan panggul dan pemeriksaan dalam vagina biasanya akan
dapat ditemukan adanya massa dan rasa nyeri di daerah ovarium yang mengalami torsio.

Namun demikian, menurut beberapa hasil penelitian, pemeriksaan panggul pada


pasien dengan keluhan nyeri akut abdomen memiliki tingkat spesifisitas dan sensitifitas
yang rendah. Oleh karena itu, masih dibutuhkan beberapa pemeriksaan penunjang
lainnya agar diagnosa torsio kista ovarium dapat ditegakkan.

3. ULTRASONOGRAFI (USG)

Pemeriksaan ultrasonografi juga memiliki peranan penting dalam evaluasi pasien


dengan persangkaan torsio. Namun demikian, tanda yang ditemukan pada pemeriksaan
sonografi dapat sangat bervariasi tergantung pada derajat gangguan vaskuler,
karakterisitik massa, serta ada atau tidaknya perdarahan adneksa. Pada pemeriksaan
sonografi, suatu kasus torsio dapat menyerupai gambaran kehamilan ektopik, abses tubo-
ovarium, kista ovarium hemoragik, dan endometrioma. Menurut kepustakaan, tingkat
keakuratan dignosa dengan pemeriksaan sonografi sekitar 50-75 persen.

Beberapa gambaran spesifik kasus torsio ovarium yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan adalah ditemukannya gambaran folikel multipel mengelilingi sebuah
ovarium yang mengalami pembesaran memiliki tingkat keakuratan diagnosa sampai
64%. Tanda ini menggambarkan proses kongesti dan edema yang terjadi di ovarium.
Pedikulum yang terpelintir kemungkinan juga akan memberikan gambaran berupa
sebuah struktur bulat hiperekhoik dengan cincin hipoekhoik multipel yang tersusun
secara konsentrik ke bagian dalam.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA

Keluhan nyeri yang dialami oleh pasien pada kasus torsio kista ovarium, khususnya
pada kasus yang telah mengalami iskemia, memiliki persamaan dengan keluhan yang
terjadi pada kasus-kasus kehamilan ektopik. Oleh karena itu, pada pasien yang datang
dengan keluhan tersebut dianjurkan untuk dilakukan tes kehamilan agar dugaan
kehamilan ektopik dapat disingkirkan.

Pemeriksaan laboratorium lainnya ialah darah rutin, urinalisa, kultur discharge dari
serviks atau vagina (untuk menyingkirkan diagnosis Pelvic Inflamatory Disease).
Penanda serum Interleukin-6 (IL-6) juga dihubungkan dengan kejadian torsi ovarium,
25

kemudian penanda tumor CA125, serum alpha-fetoprotein (AFP), carcinoembryonic


antigen (CEA) untuk mengetahui tumor mengarah keganasan atau tidak.

Selain itu, pemeriksaan Transvaginal Color Doppler Sonography (TV-CDS) bisa


menambahkan informasi penting dalam evaluasi klinis kasus torsio. Umumnya, melalui
pemeriksaan ini akan dapat ditemukan gangguan pada aliran darah normal adneksa. Pada
sebagian besar kasus tidak ditemukan gambaran aliran darah vena intraovarium. Seiring
dengan perjalanan kasus torsio, maka aliran darah arteriselanjutnya juga akan mengalami
penurunan. Namun demikian, meski memiliki angka keakuratan yang tinggi bagi
sebagian besar kasus, kasus torsio adneksa inkomplit atau intermitten dapat memberikan
gambaran masih adanya aliran vena maupun arteri. Oleh karena itu, torsio tidak dapat
disingkirkan bila hanya berdasarkan gambaran normal dari pemeriksaan Doppler.

5. PENATALAKSANAAN

Observasi

Pada perempan prepubertas dan usia reproduktif, kista ovarium yang sering
ditemukan ialah tipe kista ovarium fungsional dan akan mengecil perlahan-lahan dalam
waktu 6 bulan. Pada perempuan pasca menopaue dengan kista ovarium sederhana hanya
diobservasi apabila yang ditemukan: 1) kista unilokular, berdinding tipis dengan
sonografi, 2) Diameter kista <5 cm, 3) tidak ada pembesaran kista yang signifikan, dan
4) kadar serum CA125 normal. Setelah terdiagnosis torsi kista 1112 ovarium dan
keadaan umum baik segera rujuk pasien ke dokter spesialis obstetri dan ginekologi di
Rumah Sakit terdekat.

Pembedahan

Penanganan khusus pada perempuan hamil ialah:

Pada torsi kista ovarium yang disertai nyeri perut dilakukan laparotomi.

Pada kista ovarium asimptomatik:

- Bila kista berukuran <5 cm: tidak perlu dioperasi

- Bila kista berukuran 5-10 cm: lakukan observasi, jika menetap atau membesar
lakukan laparotomi pada trimester kedua kehamilan (sebaiknya dilakukan di antara usia
16-20 minggu)
26

- Bila kista berukuran >10 cm: dilakukan laparotomi pada trimester kedua kehamilan

Jika dicurigai keganasan, pasien dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap dan
dilakukan pengangkatan tumor (tanpa menghiraukan usia kehamilan). Bila pengangkatan
terpaksa dilakukan sebelum usia kehamilan 16 minggu, setelah pengangkatan diberikan
suntikan progestin sampai usia kehamilan melewati 16 minggu.

Penanganan pada perempuan tidak hamil ialah:

- Baku emas penanganan torsi kista ovarium ialah laparoskopi

- Manajemen konservatif termasuk detorsi dengan atau tanpa kistektomi merupakan


alternatif

- Reseksi total tuba/ovari/keduanya dilakukan ketika jaringan telah gangren atau

curiga keganasan atau wanita yang telah cukup anak.


27

DAFTAR PUSTAKA

Close, R & Tintinalli, JE. 2004. Acute Abdominal Pain in Women of Childbearing Age. In:
Pearlman, MD et al (Editors). Obstetric & Gynecologic Emergencies: Diagnosis and
Management. 1st Edition. Section VII. Chapter 28. New York: The McGraw-Hill Companies.

Jain, N., et al. 2016. Adnexal torsion-symptoms, diagnosis and management: a review of
literature. India: International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics and
Gynecology.

Hoffman, BL. 2016. Pelvic Mass. In: Schorge, JO et al (Editors). Williams Gynecology.
Section 1. Chapter 9. New York: The McGraw-Hill Companies.

Growdon, WB & Laufer, MR. 2011. “Ovarian and fallopian tube torsion”.

Schaider, JJ., et al. 2015. Rosen & Barkin’s 5-Minte Emergency Medicine Consult 5th
Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer Health.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan.

Naffaa, L, et al. 2017. Imaging of Acute Pelvic Pain in Girls: Ovarian Torsion and Beyond.
Current Problems in Diagnostic Radiology. Elsevier.

Organization of women’s health care. 2016. Practice Bulletin Number 174: Evaluation and
Management of Adnexal Masses. The American College of Obstetricians and Gynecologists.

Rapkin, AJ & Howe, CN. 2007. Pelvic Pain and Dysmenorrhea. In: Berek, JS et al (Editors).
Berek & Novak’s Gynecology. 14th Edition. Section IV. Chapter 15. Massachusetts:
Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai