Diagnosa Kesulitan Belajar Kelompok 1 (Satu)
Diagnosa Kesulitan Belajar Kelompok 1 (Satu)
Diagnosa Kesulitan Belajar Kelompok 1 (Satu)
BERKESULITAN BELAJAR
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Diagnosa Kesulitan Belajar
Oleh Kelompok 1 :
SAHRIL (0102173216)
AYUMI ZAHRA (0102173092)
MEGA ANJANA (0102173108)
Dosen Pengampu :
ADIF JAWADI SAPUTRA, M.Pd., Kons
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan secara filosofis merupakan hak asasi manusia. Sejalan dengan
Undang-undang Dasar 1945, sesungguhnya pendidikan bersifat terbuka,
demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa
kecuali. Dalam konteks ‘education for all’ anak-anak yang mengalami kelainan
fisik, intelektual, sosial emosional, gangguan motorik, atau anak dengan
kebutuhan khusus (ABK) merupakan warga negara yang memiliki hak yang sama
untuk menikmati pendidikan seperti warga negara yang lain. Untuk itu,pemikiran
dan realisasi ke arah upaya memenuhi kebutuhan pendidikan bagi mereka harus
terus dilakukan,termasuk didalamnya anak berkesulitan belajar.
Guru atau pembimbing berperan membantu memecahkan masalah yang
pada peserta didik sebagaimana ajaran islam melarang memberikan kesulitan
melainkan menunjukkan kepada hal kemudahan. Allah SWT berfirman yang
artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki tidak
menghendaki kesukaran bagimu. (Q.S Al-Baqarah (2):185), maka diagnosis
bertujuan untuk mengetahui dimana letak kesulitan belajar yang dihadapi oleh
siswa serta untuk mencari pemecahannya. Oleh karena itu, guru perlu memiliki
pengetahuan teoritik yang dapat digunakan sebagai bekal dalam menciptakan
strategi pembelajaran yang tidak hanya efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran tetapi juga efektif untuk membangun kepribadian yang sehat untuk
anak. Peran sekolah dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan melalui proses
belajar mengajar di sekolah juga sangat diharapkan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu (diakses pada 15 November 2020, pukul
20.14)
2
terapan yang diarahkan langsung untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, ilmu murni umumnya belum dapat digunakan untuk memecahkan
masalah seperti itu. Meskipun demikian, jika ilmu terapan gagal memecahkan
suatu maslah yang dihadapi, maka ikmu tersebut akan melihat kembali landasan
ilmu murninya. Ini tidak berati bahwa ilmu terapan bukan ilmu yang otonom atau
ilmu yang berdiri sendiri, karena baik ilmu terapan maupun ilmu murni memiliki
objek formal yang berbeda meskipun mungkin objek materinya sama. Menurut
Jujun S. Suariasumantri , ilmu pendidikan merupakan ilmu terapan yang
mengaplikasikan tiga ilmu sosial psikolog, sosiologi, dan antropologi. Ilmu
pendidikan memiliki objek materi yang sama dengan ilmu murninya yaitu
manusia, tetapi memiliki bidang telaah yang berbeda dari ilmu murninya yaitu
pendidikan. Oleh karena itu, ilmu pendidikan adalah ilmu yang berdiri sendiri,
dalam memecahkan masalah-maslah kependidikan sering diperlukan pendekatan
multidisipliner yang melibatkan barbagai ilmu yang terkait.
Pendidikan bagi anak yang berkesulitan belajar merupakan bagian dari
ilmu pendidikan luar biasa atau sering disingkat PLB atau sering disebut juga
Ortopedagogik. Ilmu pendidikan luar biasa atau ortopedagogik adalah cabang
ilmu pendidikan atau pedagogik. Sebagai cabang dari ilmu pendidikan maka ilmu
PLB berusaha membangun teori-teorinya sendiri.2
2
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003 ), hlm 18
3
adalah untuk membantu anak yang mengalami kesulitan belajar agar mencapai
prestasi belajar yang diharapkan melalui penyembuhan atau perbaikan dalam
aspek kepribadian atau dalam proses belajar mengajar. Pentingnya peembelajaran
remedial ini agar dalam proses pembelajaran anak-anak didik dapat mencapai
hasil belajar yang sesuai dengan kemampuannya, untuk membantu mengatasi
perubahan tingkah laku yang dialami anak-anak tersebut.
4
f. Fungsi Terapeutik
Fungsi Terapeutik adalah fungsi yang memperbaiki atau menyembuhan
kondisi pribadi anak yang menyimpang.3
3
Jurnal repository.uin-suska.ac.id (diakses pada 15 November 2020, pukul 20.14)
5
g. Memberikan pengayaan ( tugas tambahan)
4
Jurnal Staffnew.uny.ac.id (diakses pada 15 November 2020, pukul 20.14)
6
C. Berbagai Teori tentang Hubungan Proses Belajar dengan Hasil Belajar
1. Proses Belajar
Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat syaraf
indivdu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara
mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu, proses belajar hanya dapat
diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan
sebelummnya . Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif,
maupun psikomioriknya. Dimyadi dan Mudjiono (1996:7) mengemukakan siswa
adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Berhasil atau
gagalnya pencapain tujuan pendidikan amat tergantung dari proses belajar dan
mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa itu di sekolah
maupun di lingkungan keluarganya sendiri. Menurut Gagne (1984) belajar sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman.
7
rupa sehingga perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi.5
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Proses belajar terjadi karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang dimaksud adalah berupa hasil belajar. Hasil belajar harus
menunjukkan suatu perubahan tingkah laku yang bersifat menetap, fungsional,
positif dan disadari. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan
kegiatan evaluasi. Untuk itu diperlukan teknik dan prosedur evaluasi belajar yang
dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.
H.M. Surya (2008:8.6) menyatakan hasil belajar ditandai dengan
perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar meliputi aspek tingkah laku kognitif, konotatif, afektif atau motorik.
Belajar yang hanya menghasilkan perubahan satu atau dua aspek tingkah laku saja
disebut belajar sebagian dan bukan belajar lengkap.
5
Dian Ekawat, Teori-Teori Dan Proses Belajar, Dian Pelita, 2011
<https://dianpelita.wordpress.com/2011/02/21/teori-teori-dan-proses-belajar/>.
(Diakses pada 15 November 2020, pukul 20:14)
8
3. Informasi verbal (verbal information).
4. Keterampilan motor (motor skills).
5. Sikap (attitudes).
6
Citra Kunia putri dan trisna insan Noor, Analisis Teori Hasil Belajar,
2013 <http://eprints.walisongo.ac.id/4096/3/133911138_bab2.pdf>. (Diakses
pada 15 November 2020, pukul 20:14)
9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak pada anak ditandai
adanya prestasi atau hasil belajar yang rendah serta berada di bawah norma yang
ditetapkan. Teori ilmiah tentang pendidikan bagi anak yang berkesulitan belajar
dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena kesulitan belajar, meramalkan
peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi jika suatu perlakuan digunakan, dan
dapat digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan agar fenomena kesulitan
belajar tidak terjadi atau bertambah parah.
Pembelajaran remedial adalah upaya perbaikan terhadap siswa yang
mengalami kesulitan belajar, agar anak mampu mengikuti pembelajaran secara
klasikal sehingga hasil belajarnya optimal. Pelaksanaan pengajaran remedial harus
disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dialami anak.
Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat syaraf
indivdu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara
mental dan tidak dapat diamati. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
11