MAKALAH TAK Di Keluarga

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS 1
“TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DI KELUARGA”
Tugas ini
Disusun dalam Rangka untuk Memenuhi Tugas Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Komunikasi Keperawatan
Dosen Pembimbing Yuni Sapto, M.Kep.,Ns

Disusun Oleh:
Fery Akbar Rizky (108118015)
Siska Bella Ocktafia (108118016)
Finka Julietha (108118020)

STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP


S1 KEPERAWATAN 3A
2020/2021
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-NYA
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas yang
berjudul “TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DI KELUARGA” dalam penulisan makalah ini
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen pembimbing
dan teman mahasiswa/i.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yuni Sapto, M.Kep.,Ns dan teman –
teman. Program Studi S1 Keperawatan Tingkat 3A STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap
yang akan memberikan kritik dan saran. Demikianlah makalah ini kami tulis, semoga dapat
bermanfaat, akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Cilacap, 3 Desember 2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebuah keluarga adalah sebuah sistem sosial yang alami, dimana seseorang menyusun
aturan, peran, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, cara mendiskusikan pemecahan
masalah sehingga dapat melaksanakan berbagai kegiatan dengan lebih efektif. Dalam
penjelasan yang lain dikatakan bahwa keluarga adalah suatu unit yang berfungsi sesuai atau
tidak sesuai menurut tingkat persepsi peran dan interaksi di antara kinerja peran dari macam-
macam anggota keluarga
Masalah gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan yang seringkali
memberikan dampak tidak hanya kepada keluarga tapi juga bagi masyarakat. Permasalahan
ini disebabkan oleh masalah social ekonomi, ketatnya persaingan hidup dan masalah
psikologis yang berasal dari keluarga. Keluarga merupakan sumber utama konsep sehat sakit
dan perilaku sehat dan berpengaruh besar terhadap kesehatan fisik maupun mental
anggotanya. Selain itu keluarga cenderung terlibat dalam pengambilan keputusan dan proses
terapi pada setiap tahap sehat dan sakit anggota keluarga dari keadaan sejahtera hingga tahap
diagnosis, terapi dan tahap pemulihan (Campbell, 2000). Ungkapan lain juga dikemukakan
oleh Friedmen (2010) bahwa kesehatan keluarga baik fisik maupun mental saling
ketergantungan dan saling mempengaruhi, kesehatan fisik maupun kesehatan mental
anggota keluarga dapat dipengaruhi oleh kesehatan yang ada dalam anggota.
Sebuah keluarga adalah sebuah sistem sosial yang alami, dimana seseorang menyusun
aturan, peran, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, cara mendiskusikan pemecahan
masalah sehingga dapat melaksanakan berbagai kegiatan dengan lebih efektif. Dalam
penjelasan yang lain dikatakan bahwa keluarga adalah suatu unit yang berfungsi sesuai atau
tidak sesuai menurut tingkat persepsi peran dan interaksi di antara kinerja peran dari macam-
macam anggota keluarga
Penyakit fisik dapat menimbulkan masalah psikososial yang terjadi baik pada pasien
sendiri maupun pada keluarga. Masalah psikososial yang sering dialami oleh klien di rumah
sakit umum adalah Ansietas dimana ansietas merupakan perasaan was-was, khawatir, dan
tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. (Keliat, 2011).
Ketika mengalami ansietas individu biasanya menggunakan berbagai mekanisme koping
untuk menyelesaikan masalahnya akan tetapi jika tidak dapat mengatasi ansietasnya secara
sehat, dapat menyebabkan prilaku maladaptif.
Kesehatan fisik dan mental tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi.
Kesehatan mental, keluarga, merupakan sebuah interaksi yang menunjukkan keadaan dimana
terjadi proses internal atau dinamika, seperti hubungan interpersonal keluarga yang berfokus
pada sub sistem keluarga dan hubungan antar keluarga (Friedmen, 1998 dalam Kelliat,
2011).
Masalah kesehatan mental mendapat perhatian dari WHO karena menjadi beban
keluarga. Masalah kesehatan mental dapat muncul karena adanya masalah kesehatan fisik
yang di derita selama bertahun-tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan mental
di akibatkan dari besarnya beban yang di tanggung keluarga saat merawat anggota keluarga
sakit. Beban tersebut melebihi beban yang di akibatkan oleh penyakit tuberkulosis dan
kanker. Pengenalan dini dan kecepatan dalam melakukan penanganan bagi pasien gangguan
jiwa dapat dilakukan oleh keluarga. Salah satu cara penanganan masalah tersebut dengan
memberikan terapi keluarga.
Pengenalan dini dan kecepatan dalam melakukan penanganan bagi pasien gangguan jiwa
dapat dilakukan oleh keluarga. Salah satu cara penanganan masalah tersebut dengan
memberikan terapi keluarga,
Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami
perilaku, perkembangan simptom dan cara pemecahannya. Model terapi yang diterapkan
dalam keluarga antara lain Experiential/Humanistic, Bowenian, Psikodinamika dan
Behavioral. Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan
orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama
pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu memberikan perawatan
atau terapi spesialis sebagi seorang perawat spesialis jiwa pada klien yang mangalami
ansietas ataupun pada keluarga yang mengalami ansietas karena kondisi atau masalah fisik
pada anggota keluarganya. Pemberian terapi spesialis pada klien ataupun anggota keluarga
memberikan dampak yang sangat besar bagi kesembuhan klien terhadap penyakit fisiknya.
Terapi yang diberikan adalah Psikoedukasi keluarga salah satu elemen program perawatan
kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi, edukasi melalui komunikasi yang
terapeutik.
Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan pragmatik
(Stuart and Laraia, 2005 ). Terapi keluarga ini dapat memberikan support kepada anggota
keluarga. Keluarga dapat mengekspresikan beban yang dirasakan seperti masalah keuangan,
sosial dan psikologis dalam memberikan perawatan yang lama untuk anggota keluarganya.
Teori-teori keperawatan sangat menjanjikan apabila diterapkan dalam keluarga. Teori yang
dapat mendasari tentang terapi keluarga adalah teori dari Friedman, Duval, dan Maglaya.
1.2. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa konsep dan teori terapi keluarga dengan
menggunakan terapi spesialis keluarga.
2) Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menggunakan konsep keluarga.
b. Mahasiswa mampu memahami jenis terapi keluarga yang dapat digunakan
c. Mahasiswa menggunakan terapi tersebut melibatkan keluarga dalam mengatasi
masalah klien dengan resiko dan gangguan jiwa.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Teori dan Model Keperawatan yang Berhubungan dengan Terapi Keluarga
Teori adalah suatu sel interaksi kontruksi (konsep), definisi dan proposisi yang
menghasilkan suatu pandangan sistemik dan fenomena dan pengkhususan hubungan antara
variable dengan tujuan yang menjelaskan dan memprediksikan fenomena. Sedangkan model
keperawatan adalah jenis model konseptual yang menerapkan kerangka kerja konseptual
terhadap pemahaman keperawatan dan bimbingan praktik keperawatan (Basford, 2006).
Terapi Keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami
perilaku, perkembangan symptom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat dilakukan
sesame anggota keluarga dan tidak memerlukan oranglain, terapis keluarga mengusahakan
supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain
berbeda (Almasitoh, 2012).
Sedangkan Imbercoopersmith (dalam Hasnidah, 2002) mengatakan bahwa Family
Conselor/Therapist harus memliki kemampuan menganalisa bagaimana pola triadic di dalam
keluarga, melakukan intervensi yang efektif bagi pola triadic dengan memberikan tugas-tugas,
dan menghindari hubungan yang kurang baik antara hubungan triadic para anggota keluarga
dengan professional. Namun Hasnidah (2002) berpendapat bahwa terapi keluarga sebagai suatu
proses interaktif yang berupaya membantu keluarga memperoleh keseimbangan homeositas,
sehingga setiap anggota keluarga dapat merasa nyaman (comfortable).
Tujuan konseling keluarga terutama adalah untuk mengerti keluarga penderita gangguan
skizofrenia, konseling keluarga dianggap cara baru untuk mengerti dan menangani penderita
gangguan mental. Kemudian konseling keluarga tidak hanya berguna untuk menangani
individu dalam konteks keluarga, tetapi juga keluarga yang tidak berfungsi baik.

Beberapa teori yang mendasari terapi keluarga menurut Farland dkk (1987):
1) Psychodinamik Family Therapy
Safir mengatakan bahwa ada hubungan antara psikopatologi individual dengan
dinamika keluarga. Contoh :seseorang yang mempunyai harga diri rendah akan
menampilkan suatu " False Self " yang ditampilkan pada saat yang sama dia juga
takut kecewa dan sulit mempercayai orang lain termasuk pasangan hidupnya. Hal ini
menyebabkan kesulitan yang serius dalam perkawinannya. Tujuan dari terapi
keluarga yang berorientasi psikodinamika yaitu untuk menolong anggota keluarga
mencapai suatu pengertian tentang dirinya dan caranya beraksi satu sama lain di
dalam keluarga.Disini anggota keluarga didorong kearah asosiasi bebas dengan
membiarkan pikiran mereka berjalan bebas tanpa sensor alam sadar dan
memverbalisasilan pikirannya. Terapist hendaknya dapat secara aktif melakukan
intervensi juga menghindari memberi saran dan memanipulasi keluarga.
2) Behavioral Family Therapy
Terapi perilaku dalam keluarga diawali dengan mempelajari pola perilaku
keluarganya untuk menentukan keadaan yang menimbulkan masalah perilaku itu.
Berdasarkan analisis ini, terapist membuat rencana untuk merubah keadaan tersebut
dengan cara intervensi langsung dalam keluarga. Tujuan utamanya adalah
meningkatkan perilaku yang positif yang diinginkan dan menghilangkan perilaku
negatif. Hal ini dilakukan dengan mengatur keluarga sehingga perilaku yang
diinginkan diperkuat dengan memberi reward.
3) Teori Komunikasi
Terapi keluarga menggunakan teori komunikasi proses komunikasi yang terjadi
didalam keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Komunikasi dan Kognisi
Terapist dari kelompok ini menaruh perhatian untuk menolong keluarga dan
menjelaskan arti komunikasi yang terjadi diantara mereka. Terapist menyuruh
anggota keluarga meneliti apa yang dimaksud oleh anggota keluarga yang lain
saat menyatakan sesuatu. Terapist juga memperhatikan punktuasi dari proses
komunikasi yang terjadi pada keluarga dengan tujuan memperjelas kesalah
pengertian, juga diperhatikan bahwa non verbal yang digunakan.
b. Komunikasi dan Kekuatan
Haley mengatakan bahwa bila seseorang mengkomunikasikan pesan pada
orang lain berati dia sedang membuat siasat untuk menentukan hubungan. Contoh
: orang tua bertanggung jawab terhadap anak – anak dan dia punya hak untuk
membatasi perilaku anak jika anak sudah besar, dia punya hak sendiri untuk
mengambil keputusan. Cara ini sering ditemukan pada terapi struktural dimana
tujuan proses, terapi untuk merubah posisi dari batasan diatara sub sistem yang
berbeda dalam keluarga.
c. Komunikasi dan Perasaan
Virginia safir adalah orang yang banyak memberi penekanan komunikasi
dari perasaan. Dikatakan bahwa pasangan perkawinan yang mempunyai
kebutuhan emosional diharapkan ditentukan dalam perkawinan jika kita
menemukan kebutuhan emosional hari setiap orang maka komunikasi perasaan ini
sangat penting artinya : Tujuan dari terapi adalah memperbaiki bila terdapat
ketidakpuasan.
4) Structural Family Therapy
Dikembangkan oleh Salvador Minuchin. Perlu dinilai 6 aspek dari fungsi
keluarga. Struktur keluarga yang terdiri dari susunan yang mengatur transaksi diatara
anggota keluarga.Fleksibilitas dari fungsi keluarga dan kemampuannya untuk
berubah."The Family Resonance" pada anggota keluarga dapat saling terikat atau
saling merenggang. Konteks kehidupan keluarga ini merupakan supra sistem yang
teridiri dari keluarga besar, tetangga lingkungan kerja, lingkungan sekolah dari
anggota keluarga supra sistem bisa merupakan sumber stress atau sumber support
dari lingkungan.

Model keperawatan yang berhubungan dengan keluarga menurut Basford (2006)


yaitu:

1) Model Sistem dari Neuman


Model keperawatan dari Neuman diperluas berhubungan dengan keluarga
sehingga penerima asuhan keperawatan termasuk ke keluarga (Neuman, 1982).
Dalam hal ini diuraikan keluarga sebagai target yang tepat baik untuk pengkajian dan
interventi primer, sekunder maupun tersier. Proses keperawatan digunakan sebagai
penghubung antara teori keluarga dan praktik.
2) Model Konseptual Perawatan Diri dari Orem
Dalam model keperawatan Orem, keluarga dipandang sebagai faktor syarat dasar
bagi anggota keluarga untuk kembali berfungsi menjalankan tugasnya. Orem tidak
mengungkapkan bagaimana konsep teori keluarga dapat digabungkan dalam model
praktek perawatan tersebut, namun melaksanakan tugas untuk menguraikan
bagaimana struktur, fungsi dan perkembangan keluarga dapat diartkulasikan dengan
model Orem.
3) Model Sistem Terbuka dari King
King memandang keluarga sebagai sistem sosial dan konsep utama dalam
modelnya. King menjelaskan bahwa teori pencapaian tujuan bermanfaat bagi perawat
untuk membantu keluarga dalam memelihara kesehatan mereka atau mengatasi
masalah kesehatannya. Model ini berorientasi pada sistem dan intervensi kepada
keluarga.
4) Model Adaptasi Roy
Roy menjelaskan bahwa keluarga, individu, kelompok, organisasi, sosial serta
komunitas dapat dijadikan fokus dalam praktik keperawatan. Model ini lebih
menekankan promosi kesehatan dan pentingnya membantu klien dalam memanipulasi
lingkungan mereka dan berfokus kepada keluarga.
5) Model Proses Kehidupan dari Roger
Dalam teori Roger, fokus keperawatan adalah proses kehidupan umat manusia.
Tujuan dari keperawatan adalah untuk meningkatkan interaksi simfonis antara
manusia dan lingkungannya. Roger menegaskan bahwa model ini dapat diterapkan
pada keluarga sama seperti pada individu. Bagi Roger, keluarga merupakan suatu
fokus studi keperawatan.
Model-model pendekatan-pendekatan baru yang dikembangkan dalam konseling
keluarga yaitu:
1. Multiple Family Therapy
Keluarga-keluarga yang terpilih menemui konselor tiap minggu, dan pada
waktu itu mereka menceritakan problem mereka masing-masing dan membantu
sesama dalam pemecahan persoalan
2. Multiple impact Therapy
Mencakup seluruh keluarga dalam sederetan interaksi yang berkelanjutan
dengan konselorkonselor komunitas yang multidisipliner mungkin selama dua
hari. Terapi ini mencakup pemberian konseling secara penuh selama dua hari atau
lebih kepada satu keluarga
3. Terapi jaringan (Network Therapy)
Berusaha memobilisasi sejumlah orang untuk berkumpul dalam suatu krisis
untuk membentuk suatu kekuatan terapeutik. Tujuan ini adalah untuk memperkuat
kekuatan dari jaringan yang dikumpulkan untuk memberi kesempatan untuk
berubah di dalam sistem keluarga tersebut.

2.1.1 Cara melakukan Terapi Keluarga


Menurut Almasitoh (2012) terdapat empat langkah dalam proses terapi
keluarga, antara lain :
1) Mengikutsertakan keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga terapis
mendapat informasi nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang strategi
yang cocok untuk membantu pemecahan problem keluarga.
2) Menilai masalah, mencakup pemahaman tentang kebutuhan, harapan, kekuatan
keluarga dan riwayatnya.
3) Strategi-strategi khusus, berfungsi untuk pemberian bantuan dengan menentukan
intervensi yang sesuai dengan tujuan.
4) Follow up, memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan dengan
terapis atau konselor secara periodik untuk melihat perkembangan keluarga dan
memberikan support.

2.1.2. Manfaat Terapi Keluarga


Menurut Perez (dalam Hasnidah, 2002) secara khusus Family Conseling/ terapi
bermanfaat untuk :
1) Membuat semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara atau perilaku yang unik
dari setiap anggota keluarga.
2) Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustasi, ketika terjadi konflik dan
kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak bersama keluarga.
3) Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung, membesarkan hati
dan mengembangkan anggota lainnya.
4) Membantu mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan persepsi anggota
keluarga.

2.1.3 Teori Komunikasi


Terapi keluarga menggunakan teori komunikasi proses komunikasi yang terjadi didalam
keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Komunikasi dan kognisi
Terapist dari kelompok ini menaruh perhatian untuk menolong keluarga dan
menjelaskan arti komunikasi yang terjadi diantara mereka. Terapist menyuruh anggota
keluarga meneliti apa yang dimaksud oleh anggota keluarga yang lain saat menyatakan
sesuatu. Terapist juga memperhatikan punktuasi dari proses komunikasi yang terjadi
pada keluarga dengan tujuan memperjelas kesalah pengertian, juga diperhatikan bahwa
non verbal yang digunakan.

b. Komunikasi dan kekuatan


Haley mengatakan bahwa bila seseorang mengkomunikasikan pesan pada orang
lain berati dia sedang membuat siasat untuk menentukan hubungan. Contoh : orang tua
bertanggung jawab terhadap anak – anak dan dia punya hak untuk membatasi perilaku
anak jika anak sudah besar, dia punya hak sendiri untuk mengambil keputusan. Cara ini
sering ditemukan pada terapi struktural dimana tujuan proses, terapi untuk merubah posisi
dari batasan diatara sub sistem yang berbeda dalam keluarga.

c. Komunikasi dan Perasaan.


Virginia safir adalah orang yang banyak memberi penekanan komunikasi dari
perasaan. Dikatakan bahwa pasangan perkawinan yang mempunyai kebutuhan emosional
diharapkan ditentukan dalam perkawinan jika kita menemukan kebutuhan emosional hari
setiap orang maka komunikasi perasaan ini sangat penting artinya : Tujuan dari terapi
adalah memperbaiki bila terdapat ketidakpuasan.
2.2. Family Psycho Education (FPE)
Family Psychoeducation therapy adalah salah satu elemen program perawatan
kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui
komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat
edukasi dan pragmatik (Stuart & Laraia, 2005). Carson (2000) mengatakan bahwa,
psikoedukasi merupakan alat terapi keluarga yang makin popular sebagai suatu strategi
untuk menurunkan faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan gejala-
gejala perilaku.
Jadi pada prinsipnya psikoedukasi dapat membantu anggota keluarga dalam
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit melalui pemberian informasi dan edukasi
yang dapat mendukung pengobatan dan rehabilitasi pasien dan meningkatkan dukungan
bagi anggota keluarga itu sendiri.
Psikoedukasi keluarga merupakan sebuah metode yang berdasarkan pada
penemuan klinik untuk pelatihan keluarga yang bekerjasama dengan tenaga keperawatan
jiwa profesional sebagai bagian dari keseluruhan intervensi klinik untuk anggota keluarga
yang mengalami gangguan.
Terapi ini menunjukkan adanya peningkatan outcomes pada klien dengan
schizofrenia dan gangguan jiwa berat lainnya ( Levine, 2002). Target dari terapi family
psychoeducation adalah mengurangi tanda dan gejala yang dapat mengancam
kesejahteraan keluarga pada keluarga yang gagal menjalankan fungsinya.

2.2.1. Manfaat Terapi Psikoedukasi Keluarga


Keluarga yang mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsinya akan
mengalami beberapa ketidak mampuan untuk mengatasi masalah atau mendampingi
anggota keluarga dalam mengambil keputusan. Terapi psychoeducation pada keluarga ini
bermanfaat untuk mendekatkan kembali keluarga yang mengalami konflik, membantu
keluarga dalam memecahkan suatu masalah, dan mendampingi keluarga untuk mampu
merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Mc Farlane, Dixon, Lukens, dan Lucksted (2003) menyatakan bahwa terapi
family psychoeducation menurunkan angka kekambuhan, meningkatkan pemulihan
pasien, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga partisipan. Intervensi program family
psychoeducation telah dikembangkan dengan pendekatan empati, pendidikan, dukungan
terus menerus, sumber-sumber klinik selama masa krisis,peningkatan hubungan sosial,
kemampuan memecahkan masalah, dan membina hubungan sosial. Manfaaat lain dari
terapi psikoedukasi keluarga adalah untuk menangani pasien dangen bipolar disorder,
skizofrenia, gangguan obsesive kompulsif, dan pasien dengan harga diri rendah.
Levine (2003) mengatakan bahwa jika ada individu yang mengalami penyakit
mental yang serius, dan keluarganya mau mempelajari lebih dalam tentang penyakit
pasien tersebut dan tahu bagaimana mengatasi penyakit tersebut maka terapi psiko
edukasi ini dapat menjadikan perubahan yang positif seperti, menurunnya gejala,
menurunnya konflik karena pengobatan, menurunnya isolasi, kehidupan keluarga dan
aktifitas sosialnya lebih berkembang, punya pilihan pekerjaan yang lebih baik, dan dapat
menurunkan depresi dan kecemasan.

2.2.2. Tujuan Terapi Keluarga


Tujuan dari terapi psikoedukasi pada keluarga ini diharapkan mampu
meningkatkan kualitas hidup dari pasien yang mengalami gangguan jiwa, selain itu juga
diharapkan mampu menjadikan individu dengan gangguan mental, menjadi individu yang
kembali siap menghadapi hidupnya dalam bermasyarakat maupun didunia kerja. Levine
(2002), memaparkan bahwa tujuan psikoedukasi keluarga adalah untuk mengurangi
kekambuhan klien gangguan jiwa, meningkatkan fungsi klien dan keluarga sehingga
mempermudah klien kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat dengan
memberikan penghargaan terhadap fungsi sosial dan okupasi klien gangguan jiwa.
Ridwan, (2012) memaparkan bahwa tujuan dari psikoedukasi keluarga ini adalah
untuk memberi dukungan terhadap anggota keluarga yang lain dalam mengurangi beban
keluarga terutama beban fisik dan mental dalam merawat klien gangguan jiwa untuk
waktu yang lama.
Indikasi dari terapi psikoedukasi keluarga adalah anggota keluarga dengan aspek
psikososial dan gangguan jiwa. Terapi ini juga dapat diberikan kepada keluarga yang
membutuhkan pembelajaran tentang mental, keluarga yang mempunyai anggota yang
sakit mental/ mengalami masalah kesehatan dan keluarga yang ingin mempertahankan
kesehatan mentalnya dengan training/ latihan keterampilan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keluarga merupakan suatu unit terkecil dalam masyarakat yang memberikan respon
terhadap suatu peristiwa baik didalam maupun diluar keluarga. Kehidupan dalam
keluarga tidak dapat dihindarkan dari suatu stressor, baik stressor itu positive atau
stressor negative. Keluarga sebagai suatu unit yang mempunyai kemampuan adaptasi
yang tinggi dapat bereaksi terhadap kejadian yang penuh stress dan menjelaskan faktor-
faktor yang meningkatkan adaptasi keluarga terhadap peristiwa tersebut.

Psikoedukasi keluarga adalah salah satu elemen program perawatan kesehatan


jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui komunikasi yang
terapeutik. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat edukasi dan
pragmatik (Stuart & Laraia, 2005). Carson (2000), psikoedukasi merupakan alat terapi
keluarga yang makin popular sebagai suatu strategi untuk menurunkan faktor-faktor
resiko yang berhubungan dengan perkembangan gejala-gejala perilaku. Jadi pada
prinsipnya psikoedukasi dapat membantu anggota keluarga dalam meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit melalui pemberian informasi dan edukasi yang dapat
mendukung pengobatan dan rehabilitasi pasien dan meningkatkan dukungan bagi anggota
keluarga itu sendiri.
3.2 Saran
Diharapkan dari makalah ini perawat spesialis dapat menerapkan terapi keluarga 
dan mengaplikasikannya dilingkungan. Di institusi keperawatan agar dapat memberikan
pendidikan yang mendalam mengenai terapi keluarga untuk mengatasi masalah-masalah
yang ada dilingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Adams, J. (2005). Reading the Family Dance: Family Systems Therapy and
Literary Study. College Literature.

Almasitoh, U.H. (2012). Model terapi dalam keluarga. Jurnal Magistra No.80,
ISSN 0215-9511

Basford, Lynn dan oliver slevin.(2006). Teori Dan Praktik Keperawatan. EGC:
Jakarta.

Boyd, M.A & Nihart, M.A. (1998). Psychiatric Nursing Contemporary Practice,
Philadelphia : Lippincott

Chavkin, A. & Nancy. F. (2011). A Family Systems Theory Approach to Saul


Bellow’s Herzog. Soul Bellow Journal.

Copel, Linda C. (2007). Kesehatan Jiwa & Psikiatri, Pedoman klinis Perawat
(Psychiatric and Mental Health Care : Nurse’s Clinical Giude). Edisi Bahasa Indonesia
(Cetakan Kedua).

Friedman, Marilyn M.(2001). keperawatan keluarga. Edisi 3. EGC. Jakarta.

Hasnida (2002). Family Counseling. Universitas Sumatera Utara. di akses tanggal


03 Mei 2015, dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3633/1/psiko
hasnida.pdf

Mc Farland, Gertrude K. and Themas M.D. (1987). Psychiatric Mental Health


Nursing, St. Louis : The CV. Mosby Co.

NANDA (2008), Nursing Diagnoses : Definition & Classification,Philadelphia :


AR

Stuart, G.W and Laraia (2005). Principle and practice of psyhiatric nursing. St.
Louis : Mosby Year B

Workshop Keperawatan Jiwa FIK-UI, (2008). Kumpulan Terapi Individu, Jakarta:


FIK–UI (Tidak dipublikasikan)

Yosep, Iyus.(2009). Keperawatan jiwa edisi revisi. Bandung: PT.Refika Aditama.

SAWWA – Volume 8, Nomor 2, April 2013 “PERAN TERAPI KELUARGA


EKSPERIENSIAL DALAM KONSELING ANAK UNTUK MENGELOLA
EMOSI” Semarang

Anda mungkin juga menyukai