Buku 1 Pedoman Kepala - 11082020 PDF
Buku 1 Pedoman Kepala - 11082020 PDF
Buku 1 Pedoman Kepala - 11082020 PDF
Buku 1
BADAN PUSAT STATISTIK
Buku 1
BUKU 1 PEDOMAN KEPALA BPS PROVINSI, KEPALA BIDANG STATISTIK
SOSIAL, DAN KEPALA BPS KABUPATEN/KOTA
MODUL KETAHANAN SOSIAL
SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL
SUSENAS SEPTEMBER 2020
ISBN :-
No. Publikasi : 04320.2005
Katalog BPS : 1404076
Naskah :
Direktorat Statistik Ketahanan Sosial,
Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat,
Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei
Penyunting :
Direktorat Statistik Ketahanan Sosial
Penerbit :
© BPS RI
Pencetak :
Badan Pusat Statistik
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | v
B Struktur Organisasi ...................................................................... 20
C Tugas dan Tanggung Jawab ..................................................... 22
D Persyaratan Petugas Lapangan ............................................... 25
BAB V. PELATIHAN ........................................................................................................... 27
A Pelatihan Innas ............................................................................. 28
B Pelatihan Inda ................................................................................ 28
C Pelatihan Petugas ......................................................................... 28
BAB VI. PENGAWASAN DAN SUPERVISI .................................................................. 29
BAB VII. PENGOLAHAN DATA ..................................................................................... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Umum
Pada era Sustainable Development Goals (SDGs), Data Revolution, Big Data, dan
Nawacita seperti sekarang ini, informasi capaian pembangunan merupakan sumber data
utama bagi para pemangku kebijakan dalam merencanakan pembangunan nasional.
Informasi berupa indikator statistik digunakan oleh kementerian/lembaga dan berbagai
pihak untuk perencanaan, monitoring, dan evaluasi, serta pengukuran akuntabilitas
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Indikator statistik yang relevan, akurat dan
spesifik yang diperoleh dari survei representatif akan membantukan pengguna
data/informasi dalam memanfaatkannya.
Saat ini, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) merupakan sandaran utama
pemenuhan kebutuhan informasi/data/indikator bagi pemerintah dalam
mengimplementasikan pembangunan nasional agar sejalan dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan agenda internasional (Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs). Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan
pengumpulan data melalui Susenas sebanyak dua kali setiap tahunnya yaitu di bulan Maret
dan September.
Sejak pemerintah mengumumkan adanya kasus positif Virus COVID-19 pada bulan
Maret 2019, perkembangan/penyebaran virus COVID-19 terus meluas. Disisi lain pemerintah
masih membutuhkan data/informasi/indikator utama dari sosial ekonomi masyarakat untuk
melakukan perencanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan terutama dalam kondisi
pandemi. Oleh karena itu pengumpulan data Susenas September tahun 2020 harus tetap
dilaksanakan, meskipun dalam kondisi pandemi COVID-19.
B. Tujuan
Secara umum buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran pelaksanaan kegiatan
Susenas September 2020 kepada Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial, dan
Kepala BPS Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab dan pelaksana kegiatan di daerah.
Buku pedoman ini menjelaskan jadwal kegiatan, metodologi pengumpulan data, organisasi,
pelatihan, pencacahan, pengawasan dan supervisi, serta pengolahan data.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 1
C. Ruang Lingkup
Pelaksanaan Susenas September 2020 mencakup 75.000 rumah tangga sampel yang
tersebar di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota di seluruh wilayah Indonesia.
E. Jadwal
Pelaksanaan Susenas September 2020 mencakup berbagai kegiatan yang
dilaksanakan di pusat dan daerah. Kegiatan dan jadwal pelaksanaan Susenas September
2020 adalah sebagai berikut:
Jadwal Kegiatan Susenas September 2020
A. Persiapan
1 Pelatihan Admin Provinsi 22 - 23 Juli 2020
2 Upload dokumen Susenas September 2020 6 - 9 Agustus 2020
3 Pelatihan Innas 12 - 14 Agustus 2020
4 Pelatihan Inda 18 - 28 Agustus 2020
5 Pelatihan petugas 31 Agust - 14 Sept 2020
B. Pelaksanaan
6 Identifikasi keberadaan rumah tangga sampel 16 – 20 September 2020
7 Pencacahan rumah tangga sampel 21 – 30 September 2020
8 Pengawasan/pemeriksaan 21 Sept – 11 Okt 2020
Monitoring kualitas dengan menggunakan
9 21 Sept – 4 Okt 2020
internet
2 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
No. Uraian Kegiatan Jadwal
10 Penyerahan hasil pencacahan ke BPS Kab/Kota 23 Sept – 11 Okt 2020
Receiving, batching, editing, dan coding di BPS
11 23 Sept – 11 Okt 2020
Kab/Kota
C. Pengolahan
Pengolahan data (data entri dan validasi sesuai
12 25 Sept – 21 Okt 2020
program aplikasi) di BPS Kab/Kota
Umpan balik hasil data entri yang bermasalah
13 1 – 19 Oktober 2020
ke Seksi Statistik Sosial untuk dicek ke lapangan
Evaluasi kualitas data di tingkat BPS Kab/Kota
14 12 – 21 Oktober 2020
(setelah minimal 70% data terkumpul)
15 Pengiriman data ke BPS Provinsi 15 – 27 Oktober 2020
Evaluasi kualitas data dan kelengkapan data
16 15 – 27 Oktober 2020
oleh BPS Provinsi
17 Pengiriman raw data ke BPS RI 26 Okt – 3 Nov 2020
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 3
Daftar yang digunakan dalam Susenas September 2020 adalah sebagai berikut:
G. Arus Dokumen
Arus dokumen seperti pada Gambar 1: Arus Dokumen Susenas September 2020 dari
Pusat sampai Petugas Pencacah/Pengawas dan sebaliknya. Tulisan dicetak tebal
menandakan daftar sudah ada isiannya. Tulisan miring menandakan bahwa semua file
dokumen dapat diunduh melalui filelib Susenas.
4 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
BPS RI
FILELIB
BPS PROVINSI
VSEN20.DSBS
VSEN20.IDENT
VSEN20.DSRT Softfile VSEN20.MH
VSEN20.MH
Buku Pedoman I -VII
Program data entri MH
BPS KAB/KOTA
VSEN20.DSBS VSEN20.DSBS
VSEN20.IDENT VSEN20.IDENT
VSEN20.DSRT VSEN20.DSRT
VSEN20.MH VSEN20.MH
Sketsa Peta BS SP2010- Sketsa Peta BS
WB SP2010-WB
Buku Pedoman I -VII Buku Pedoman I -VII
Program data entri MH Program data entri MH
Petugas Pencacah/Pengawas
Gambar 1. Arus Dokumen (Hard copy dan Soft file) Susenas September 2020 dari Pusat
sampai petugas Pencacah/Pengawas dan sebaliknya
Penjelasan: Sketsa peta blok sensus hasil SP 2010 (SP2010-WB) disiapkan oleh BPS
Kabupaten/Kota (yang di-print dari peta blok sensus digital).
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 5
6 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
BAB II
KERANGKA KERJA
STATISTIK KETAHANAN SOSIAL
A. Latar Belakang
Di tengah kompleksitas persoalan dunia saat ini, masyarakat semakin menaruh
perhatian pada bagaimana meningkatkan kualitas hidup dalam pengertian yang luas.
Masyarakat yang aman, damai, bersinergi dan terpenuhinya kebutuhan hidup material dan
nonmaterial. Pemerintah dan masyarakat juga semakin tertarik mengetahui posisi kehidupan
individual, wilayah dan negara dalam percaturan global terutama yang terkait dengan
tingkat kesejahteraan yang dicapai.
Dalam konteks penyediaan ukuran-ukuran kualitas hidup manusia, maka penyediaan
indikator statistik sosial yang lebih berkualitas, tepat, luas, terkini, komprehensif dan
merefleksikan jalinan permasalahan dan kemajuan pembangunan di bidang sosial secara
sistemik semakin menjadi kebutuhan. Atas dasar kesadaran ini pula maka BPS terus menerus
berupaya untuk mengembangkan beragam indikator statistik sosial yang relevan dengan
kebutuhan masyarakat terkini.
Statistik ketahanan sosial merupakan salah satu dimensi penting untuk
mengembangkan statistik sosial dan mengukur dinamika sosial yang terjadi di masyarakat.
Walaupun upaya pengembangan statistik sosial melalui Direktorat Statistik Ketahanan Sosial
terus menerus dilakukan, namun demikian pemahaman yang lebih baik terkait apa dan
bagaimana Statistik Ketahanan Sosial tersebut sesungguhnya masih perlu terus menerus kita
tingkatkan.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 7
pada masyarakat yang memiliki kekuatan sosial integratif atau dalam bahasa yang lebih
operasional yaitu pada masyarakat komunal yang memiliki kekuatan dirinya sendiri untuk
menghadapi berbagai gejolak yang datang dari luar komunitasnya. Sejalan dengan
kesadaran ini pula maka kebutuhan akan ukuran- ukuran pembangunan yang merefleksikan
kekuatan resiliensi masyarakat semakin menjadi kebutuhan nyata dan penting.
Pembangunan secara otonom mengembangkan pembangunan dengan peran
seimbang antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah membangun perekonomian dan
infrastrukturnya, masyarakat menyambut dengan inisiatif-insiatif lokal untuk memaksimalkan
hasil pembangunan dengan biaya yang terbatas dari pemerintah. Komunitas-komunitas di
tingkat lokal mengembangkan diri mereka berpartisipasi dalam upaya memaksimalkan
kepedulian pada kesehatan lingkungan, peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pendidikan mandiri, menjaga kesehatan dan perbaikan gizi yang dilakukan secara bersama-
sama dengan digerakkan oleh komponen civil society-nya. Dalam bahasa yang lain dapat
disebutkan bahwa masyarakat Kerala (sebuah negara bagian di India bagian barat daya)
memiliki derajat social capital yang sangat tinggi. Social capital itu mampu memberi energi
gerakan masyarakat yang efektif untuk membangun diri mereka sendiri. Pengaruh-pengaruh
negatif dari arus globalisasi dapat mereka redam dengan kekuatan kultural setiap komunitas
yang dalam bahasa sederhananya mereka memiliki tingkat kekuatan dan kelenturan sosial
atau yang disebut sebagai ketahanan sosial (social resilience).
Pembangunan, kesejahteraan masyarakat dan kekuatan sosial masyarakat dalam
menghadapi ancaman eksternal akan sangat ditentukan oleh faktor kultural, dan salah satu
dimensi kultural yang sangat penting sebagai modal pembangunan adalah ketahanan sosial
atau social resilience. Kita kembali bertanya, apa sesungguhnya ketahanan sosial tersebut
dan apa indikatornya. Ke arah ini ulasan berikut akan kita fokuskan.
8 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
Small scale system (tingkatan sistem dalam komunitas) terdiri dari famili (individu,
keluarga dalam rumah tangga), komunitas (terdiri dari institusi sosial komunitas dan
hubungan antar famili/keluarga: kinship) dan sistem politik (pembagian kekuasaan dan
kewenangan) dan sosial-ekonomi di tingkat lokal. Sistem dalam komunitas (small scale
system) ini senantiasa berinteraksi dengan karakteristik yang ada di setiap komunal kecil
berupa 4 (empat) dimensi penting yaitu faktor sosial-politik (yang biasanya terkait dengan
pembagian kekuasaan di tingkat lokal/partisipasi politik lokal), ekonomi (terkait dengan pola
produksi/social organization of production), biological (terkait dengan pola reproduksi/social
organization of reproduction) dan belief (social organization of religion/belief).
Sistem sosial lokal dan karakteristiknya (faktor komunal; internal) dalam
perjalanannya akan senantiasa bersentuhan dan bahkan terintegrasi dengan faktor eksternal
berupa pengaruh-pengaruh dari globalisasi ekonomi, perkembangan ilmu pengetahuan,
sistem nilai universal (universal values) urbanisasi dan berbagai kebijakan pembangunan
internasional, nasional dan regional. Faktor eksternal ini selain membawa kemajuan ke arah
kualitas kehidupan manusia yang lebih baik tetapi juga mengusung kekuatan destruktif pada
kekuatan kebudayaan lokal. Sampai sejauh mana kelenturan sistem sosial lokal beserta
karakteristiknya dapat bertahan dari risk eksternal tersebut, itulah yang disebut sebagai
Ketahanan Sosial (Social Resilience).
Sangat sulit untuk mengukur tingkat kelenturan sistem sosial lokal dalam
mempertahankan kekuatan integratif kebudayaan yang ada dalam setiap komunitas. Karena
itu ukuran resiliensi/ketahanan sosial biasanya didekati dengan outcome dalam upaya
mengatasi risk dari luar yaitu sejauh mana masyarakat tersebut dapat:
(2) memberi dukungan (support) kepada berbagai kelompok rentan (miskin, single
parent, yatim piatu, anak terlantar, kurang gizi, abandoned disabled person, korban
trafficking dan sejenis lainnya);
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 9
(5) dan kekuatan kontrol sosial (social control) dari komunitas terhadap perilaku
menyimpang (deviance behavior), kekerasan (violence) dan kriminalitas (crime).
Kerangka pikir ini jika disajikan dalam bentuk gambar adalah sebagai berikut:
Sistem Sosial
Gambar 2. Ketahanan Sosial Sebagai Hasil dari Dinamika Sosial Skala Lokal/Global
10 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
Dengan kerangka pikir tersebut di atas, maka setiap sub direktorat yang ada di
jajaran Direktorat Statistik Ketahanan Sosial berusaha mengembangkan ukuran-ukuran
statistik atas dasar outcome tersebut.
(3) Statistik Lingkungan Hidup memfokuskan pada penyediaan indikator atau statistik yang
berhubungan dengan lingkungan hidup dengan fokus pada konservasi dan
sustainabiliti. Statistik yang terkait diantaranya kepedulian dan perilaku masyarakat
tentang lingkungan hidup.
(4) Statistik Politik dan Keamanan memfokuskan pada penyediaan dan pengembangan
statistik terkait kekerasan masyarakat (kerusuhan), kriminalitas, politik terutama yang
terkait dengan kehidupan demokrasi dan keterlibatan civil, civil society sebagai
komponen penopang demokrasi, dan statistik terkait keamanan negara dan masyarakat
secara luas.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 11
12 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
BAB III
METODOLOGI SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL
(SUSENAS) SEPTEMBER 2020
A. Jumlah Sampel
Susenas September 2020 dirancang untuk menghasilkan angka estimasi level provinsi
dengan jumlah sampel sebanyak 7.500 blok sensus atau 75.000 rumah tangga. 7.500 blok
sensus tersebut merupakan subsampel Susenas Maret 2020. Basis rumah tangga terpilih
pada Susenas September 2020 yaitu rumah tangga yang terpilih sampel pada Susenas Maret
2020.
B. Stratifikasi
Stratifikasi dilakukan di seluruh populasi blok sensus dan pada rumah tangga untuk
menjamin keterwakilan populasi wilayah dan sampel yang lebih representatif.
- Seluruh populasi blok sensus biasa hasil SP2010 sekitar 720ribuan distratifikasikan
menurut klasifikasi urban/rural.
- Blok sensus juga dilakukan implicit stratification berdasarkan kategori kesejahteraan
(Wealth Index).
- Implicit stratification rumah tangga dilakukan berdasarkan tingkat pendidikan kepala
rumah tangga dan keberadaan ART balita (kurang dari 59 bulan) dan ibu hamil 9
bulan dari hasil pemutakhiran (updating), untuk menjaga keterwakilan dari nilai
keragaman karakteristik rumah tangga.
C. Kerangka Sampel
Master sampling frame yang digunakan dalam pelaksanaan Susenas tahun 2020
adalah sekitar 40% BS, ditarik secara PPS dengan size jumlah rumah tangga SP2010 dari
master frame blok sensus sekitar 720ribuan.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 13
1. Kerangka sampel tahap pertama adalah
a. Daftar blok sensus biasa SP2010
b. Daftar 40% blok sensus SP2010 yang sudah terdapat informasi kode strata
kesejahteraan dan urban/rural.
c. Daftar sampel blok sensus Susenas Maret 2020.
2. Kerangka sampel tahap kedua adalah daftar rumah tangga hasil pemutakhiran
Susenas Maret di setiap blok sensus terpilih.
Estimasi Provinsi:
Tahap 1:
Memilih sebanyak 7.500 blok sensus dari blok Susenas Maret 2020 di tiap strata
kabupaten urban/rural, sesuai dengan tabel alokasi. Pemilihan sampel dilakukan secara
sistematik dengan implicite stratifikasi variabel kesejahteraan.
Tahap 2:
Pada blok sensus terpilih, di lakukan pendataan pada rumah tangga yang menjadi
sampel Susenas Maret 2020. Disediakan sampel cadangan sebanyak 50% sampel rumah
tangga utama, 10 rumah tangga utama dan 5 rumah tangga cadangan.
E. Design Sampling
Systematic
̅
2 Rumah Tangga ̅ Systematic
14 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
N kh = jumlah blok sensus di strata ke-h kabupaten k
nkh = 40% dari jumlah blok sensus di strata ke-h kabupaten k
nkh = jumlah sampel blok sensus Susenas Maret di strata ke-h kabupaten k
= jumlah sampel blok sensus untuk estimasi provinsi di strata ke-h kabupaten k
= jumlah sampel blok sensus untuk Susenas September integrasi SKAM atau jumlah
sampel SKMI di strata ke-h kabupaten k
M khi = jumlah muatan rumah tangga blok sensus ke-i strata ke-h kabupaten ke-k
data SP2010
M kh = jumlah muatan rumah tangga strata ke-h kabupaten ke-k data SP2010
= jumlah muatan rumah tangga hasil pemutakhiran diblok sensus ke-i strata ke-h
up
M khi
m = jumlah sampel rumah tangga di setiap blok sensus
F. Weight
Desain sampling yang telah dijelaskan sebelumnya berguna untuk membentuk weight.
Weight digunakan untuk mengimbangi adanya perbedaan peluang saat pengambilan sampel
dan untuk memperoleh estimasi sesuai dengan populasi yang diketahui sebelumnya. Adapun
tahapan yang dilakukan dalam menyusun penimbang kegiatan Susenas 2020 adalah sebagai
berikut:
1. Membangun design weight berdasarkan sampling scheme
Design weight menggambarkan peluang pengambilan sampel, weight ini merupakan
invers dari sampling fraction, yaitu
1
W design
F
Design weight dibentuk dari jumlah rumah tangga hasil updating dan target awal
pencacahan rumah tangga. Untuk menghasilkan design weight yang baik, perlu kontrol
lapangan saat kegiatan pemutakhiran rumah tangga.
Selanjutnya, ketika pendataan lapangan, sulit mendapatkan semua informasi yang
diinginkan. Jika estimasi dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat nonresponse
maupun noncoverage, hasil estimasi akan bias terhadap populasi. Untuk mengimbangi
nonresponse maupun noncoverage tersebut dilakukan adjusment terhadap Design weight.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 15
2. Nonresponse adjustment weight
Nonrespon adjusment weight digunakan untuk revisi nilai initial weight berdasarkan
realisasi pencacahan pada tingkat blok sensus dan rumah tangga dengan tetap menjaga
total nilai probability pada sampling frame.
dimana
Keterangan:
= weight dengan adjusment non respon
= initial weight
3. Trimming weight
Trimming bertujuan untuk mereduksi variasi weight antar blok sensus dengan tetap
mengacu kepada total weight sebagai kontrol nilai total estimasi.
Trimming menggunakan batas atas
Jika
Jika
Keterangan:
= weight hasil dari proses trimming
= weight hasil adjusment nonrespon
= 3 * interquartil
16 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
dari data proyeksi penduduk. Tahap ini akan menghasilkan weight rumah tangga.
Kelompok umur sangat bergantung pada distribusi hasil pencacahan.
G. Estimator
Misal dan adalah menyatakan nilai karakteristik Y dan X rumah tangga ke-j,
blok sensus ke-i, kabupaten ke-k, strata ke-h, maka estimasi total nilai karekteristik Y dan X,
serta rasio R=Y/X beserta varians nya adalah sebagai berikut:
a. Estimasi total nilai karakteristik X :
̂ ∑∑∑∑
̂ ∑∑∑∑
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 17
18 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
BAB IV
ORGANISASI LAPANGAN
A. Manajemen Lapangan
Kepala BPS Provinsi mengkoordinasikan Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU),
Kepala Bidang Statistik Sosial (Kabidsos), Kepala Bidang Integrasi dan Pengolahan Data
Statistik (Kabid IPDS), dan Kepala BPS Kabupaten/kota untuk membagi tugas dan memonitor
seluruh kegiatan Susenas mulai dari persiapan, pelatihan Inda dan petugas, updating atau
identifikasi, pencacahan lapangan dan pengolahan, serta menginventarisir dan memecahkan
seluruh permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan Susenas September 2020.
Faktor penting untuk meningkatkan kualitas data, yaitu dengan meningkatkan
monitoring dan pengawasan dalam pelaksanaan lapangan. Oleh karena itu, Kepala BPS
Provinsi memegang peranan penting demi terwujudnya data berkualitas dan tepat waktu.
Monitoring progres pencacahan harus dilakukan setiap hari untuk segera dilakukan
tindakan jika terjadi keterlambatan dalam proses pelaksanaan. Seiring dengan monitoring,
pengecekan lapangan mutlak dilakukan untuk melihat fakta langsung di lapangan,
permasalahan apa yang terjadi sehingga dapat segera memberikan instruksi pemecahannya.
Selain itu, Kabidsos juga harus melakukan pengecekan ke lapangan terhadap wilayah
yang belum/jarang tersentuh pengawasan dan lambat pengumpulan datanya atau wilayah
yang mempunyai banyak permasalahan.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 19
Kepala BPS Kabupaten/Kota
Kepala BPS Kabupaten/Kota mengkoordinasikan kegiatan Susenas September 2020,
baik teknis maupun non teknis dengan Kasubbag TU, Kasi Sosial, Kasi IPDS, dan pengawas
lapangan. Kepala BPS Kabupaten/Kota harus memonitor dan mengetahui SOP seluruh
kegiatan dan jadwal pelaksanaan Susenas September 2020 di kabupaten/kota mulai dari
persiapan, updating, pencacahan lapangan, dan pengolahan.
Satu hal terpenting yang memengaruhi kualitas data Susenas September 2020
adalah kualitas petugas. Untuk itu, Kepala BPS Kabupaten/Kota harus melakukan seleksi
petugas lapangan (pencacah dan pengawas) dengan mengutamakan pengalaman calon
petugas dalam melakukan survei Susenas dan memiliki track record yang baik (seperti
kualitas hasil pencacahan yang baik dan pemasukan dokumen yang sesuai jadwal).
Khusus pelaksanaan lapangan progres setiap hari dan kendala yang ada harus ter-
update dan terpecahkan. Untuk itu, semua permasalahan di lapangan harus dilakukan
evaluasi dan dicari pemecahan masalahnya. Kepala BPS Kabupaten/Kota juga harus
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan lapangan, meminta laporan permasalahan
lapangan setiap hari seperti kasus non respon, hasil updating rumah tangga yang turun,
under estimate dan over estimate konsumsi/pengeluaran per kapita, serta memastikan bahwa
pelaksanaan Susenas sudah sesuai SOP dan jadwal yang ditentukan. Kepala BPS
Kabupaten/Kota harus memberikan perhatian khusus terhadap hasil updating atau
identifikasi rumah tangga yang bermasalah, penyebab permasalahan tersebut harus
didokumentasikan.
B. Struktur Organisasi
Tingkat Pusat
1) Pengarah adalah Kepala BPS, Deputi Bidang Statistik Sosial, dan Deputi Bidang
Metodologi dan Informasi Statistik;
2) Penanggung jawab survei adalah Direktur Statistik Kesejahteraan Rakyat;
3) Penanggung jawab teknis adalah Direktur Statistik Ketahanan Sosial;
4) Penanggung jawab metodologi survei adalah Direktur Pengembangan Metodologi
Sensus dan Survei; dan
5) Penanggung jawab pengolahan data adalah Direktur Sistem Informasi Statistik.
20 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
Tingkat Daerah
1) Pengarah di daerah adalah Kepala BPS Provinsi;
2) Penanggung jawab survei di kabupaten/kota adalah Kepala BPS Kabupaten/Kota;
3) Penanggung jawab teknis di provinsi adalah Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala
Bidang IPDS;
4) Koordinator lapangan di provinsi adalah Kepala Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat;
5) Penanggung jawab administrasi keuangan di provinsi adalah Kepala Bagian Tata Usaha;
6) Penanggung jawab teknis lapangan di kabupaten/kota adalah Kepala Seksi Statistik
Sosial;
7) Penanggung jawab entri data di kabupaten/kota adalah Kepala Seksi IPDS;
8) Penanggung jawab administrasi keuangan di kabupaten/kota adalah Kepala Subbagian
Tata Usaha;
9) Pengawas adalah kepala seksi, Koordinator Statistik Kecamatan (KSK), staf inti, atau mitra
statistik;
10) Pencacah adalah KSK, staf inti, atau mitra statistik.
Gambar 3. Struktur Organisasi Survei Sosial Ekonomi Nasional September 2020 di Pusat
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 21
Gambar 4. Struktur Organisasi Survei Sosial Ekonomi Nasional September 2020 di Daerah
Sebagai penanggung jawab teknis Modul Hansos, Direktur Statistik Ketahanan Sosial
bertanggung jawab secara penuh atas pelaksanaan teknis Modul Hansos pada Susenas
September 2020, dari persiapan survei, pelaksanaan, pengolahan, dan diseminasinya.
Bersama dengan Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat melakukan evaluasi data konsumsi
dan pengeluaran Susenas September 2020 guna penghitungan indikator kemiskinan.
22 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
Direktur Sistem Informasi Statistik (SIS)
Adapun monitoring yang dilakukan oleh Kepala BPS Provinsi berkaitan dengan
anggaran, instrumen, pelatihan petugas, perkembangan pelaksanaan pencacahan, dan
pengolahan data. Selain itu, Kepala BPS Provinsi juga bertanggung jawab terhadap kegiatan
teknis termasuk yang tertuang dalam manajemen lapangan serta administrasi Susenas
September 2020.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 23
Selain itu, Kabidsos juga harus melaporkan perkembangan pelaksanaan lapangan
dan pengolahan data ke Direktur Statistik Kesejahteraan Rakyat dan Direktur Statistik
Ketahanan Sosial setiap akhir pekan.
Selain itu, Kepala BPS Kabupaten/Kota juga harus melakukan pengecekan awal blok
sensus terpilih di daerahnya sesuai daftar sampel. Pada pelaksanaan lapangan, Kepala BPS
Kabupaten/Kota bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan lapangan, mengevaluasi
prosedur serta penerapan konsep dan definisi. Pada tahap pengolahan, Kepala BPS
Kabupaten/Kota bertanggung jawab mengecek data hasil entri sebelum dikirimkan ke BPS
Provinsi. Pada tahap pelaporan, Kepala BPS Kabupaten/Kota bertanggung jawab menyusun
dan mengirim laporan pelaksanaan kegiatan Susenas September 2020 kepada penanggung
jawab survei tingkat provinsi, termasuk pengiriman softfile Daftar VSEN20.MH.
24 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
Kepala Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota
Setelah mendapat daftar sampel rumah tangga (DSRT) dari Kepala Seksi IPDS BPS
Kabupaten/Kota, Kepala Seksi Statistik Sosial menyerahkan DSRT tersebut kepada pengawas
untuk didistribusikan kepada pencacah. Kepala Seksi Statistik Sosial juga bertugas menerima
hasil pencacahan petugas (kuesioner yang sudah terisi) dan memeriksa kelengkapan serta
konsistensi isian kuesioner tersebut. Kepala Seksi Statistik Sosial juga bertugas melakukan
evaluasi hasil entri data, jika menemukan data yang tidak wajar maka harus dilakukan
pengecekan terhadap dokumen hasil pencacahan.
Sebagai penanggung jawab entri data, Kepala Seksi IPDS BPS Kabupaten/Kota
bertugas melakukan entri data pemutakhiran/updating/identifikasi dan memilah sampel
rumah tangga dengan menggunakan program aplikasi yang sudah tersedia. Setelah
memperoleh DSRT dari program aplikasi tersebut, Kasi IPDS menyerahkan DSRT kepada Kasi
Statistik Sosial. Selain itu, Kasi IPDS juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan entri data
hasil isian VSEN20.MH secara keseluruhan.
Petugas lapangan Susenas terdiri atas pengawas dan pencacah. Pengawas dan
pencacah Susenas September 2020 adalah pegawai organik BPS atau mitra statistik yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Berpendidikan minimal SLTA (diutamakan lulusan D3 ke atas);
2. Berpengalaman melakukan survei Susenas dan mempunyai track record yang baik dalam
kualitas isian kuesioner dan pemasukan dokumen yang sesuai jadwal;
3. Mampu bekerja dan menaati peraturan/kesepakatan yang telah ditentukan.
Pengawas adalah Kepala Seksi atau KSK atau staf inti di BPS Kabupaten/Kota yang
telah berpengalaman dalam Susenas. Pengawas harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Mampu menjalin pendekatan dengan kepala desa atau ketua RT/RW setempat, serta
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 25
membuka jalan/meminta izin agar pencacah dapat melakukan wawancara;
2. Mampu menyusun rencana kerja dan memimpin 2 sampai 3 orang pencacah untuk
melaksanakan pencacahan;
3. Mampu memecahkan persoalan dan hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan
lapangan;
4. Siap untuk menggantikan tugas pencacah yang karena sesuatu hal tidak dapat
melanjutkan pekerjaannya;
5. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan hasil pencacahan seluruh petugas pencacah
yang berada di bawah koordinasinya.
26 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
BAB V
PELATIHAN
Salah satu kegiatan penting dalam pelaksanaan Susenas adalah pelatihan. Pelatihan
bertujuan untuk menyamakan persepsi petugas terhadap pemahaman konsep dan definisi
operasional dari variabel-variabel yang ditanyakan dalam survei.
Dalam setiap proses pelatihan ada 3 (tiga) hal yang harus dicapai:
1. Setiap peserta pelatihan harus sudah membaca dan memahami isi kuesioner yang
akan digunakan;
2. Setiap peserta pelatihan harus membaca dan memahami konsep definisi yang
terdapat dalam buku pedoman;
3. Setiap peserta pelatihan harus memahami cara wawancara dan cara mengisikan hasil
wawancara ke dalam kuesioner.
Pada pelatihan Innas maupun Inda, hal pokok yang diajarkan adalah pemahaman
terhadap kegiatan survei, konsep/definisi yang digunakan, dan kemampuan untuk
mentransfer pengetahuan yang telah diperoleh kepada petugas. Sedangkan pada pelatihan
petugas lapangan, penekanannya lebih difokuskan pada pemahaman konsep/definisi,
pemahaman prosedur survei, pemahaman pengisian daftar, updating, latihan cara mengisi
kuesioner, dan latihan wawancara.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 27
A. Pelatihan Innas
Pelatihan Innas diselenggarakan oleh BPS RI selama 3 (tiga) hari efektif pada tanggal
12-14 Agustus 2020. Peserta pelatihan berasal dari BPS RI dan BPS Provinsi atau BPS
Kab/Kota. Sebelum memasuki pelatihan peserta diberikan tugas untuk melakukan
pembelajaran mandiri E-Learning yang telah disiapkan selama beberapa hari. Pelatihan Innas
akan dibagi dalam tiga kelas virtual, dimana masing-masing kelas terdiri atas calon Innas dari
BPS RI dan BPS Provinsi atau BPS Kab/Kota.
B. Pelatihan Inda
Pelatihan Inda diselenggarakan oleh BPS provinsi selama 3 (tiga) hari efektif pada
periode tanggal 18-28 Agustus 2020. Peserta pelatihan berasal dari BPS Kab/Kota. Sebelum
memasuki pelatihan peserta diberikan tugas untuk melakukan pembelajaran mandiri
E-Learning yang telah disiapkan selama beberapa hari. Pelatihan Inda akan dibagi dalam
beberapa kelas virtual, disesuaikan dengan banyaknya peserta. Pembagian kelas bertujuan
agar pelatihan dapat berjalan dengan efektif dan terkendali dalam kondisi daring.
C. Pelatihan Petugas
28 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
BAB VI
PENGAWASAN DAN SUPERVISI
Salah satu faktor penting dalam upaya meningkatkan kualitas data adalah
mengoptimalkan pengawasan atau supervisi pada saat pelaksanaan survei. Pengawasan
tidak hanya dilakukan pada saat pencacahan, tetapi juga pada saat pra pencacahan dan
pasca pencacahan. Selain pengawasan yang akan dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota,
pengawasan Susenas September 2020 juga harus dilakukan oleh BPS Provinsi dan BPS RI.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengawasan atau supervisi
Susenas adalah:
1. Pra Pencacahan
a. Rencana jadwal pelaksanaan pencacahan masing-masing petugas harus rasional dan
memperhitungkan kemampuan petugas untuk menyelesaikan tugasnya tepat waktu
dan berkualitas;
b. Alokasi petugas di masing-masing kabupaten/kota harus mempertimbangkan
sebaran sampel dan tingkat kesulitan di lapangan. Beban petugas rata-rata 2 blok
sensus dan harus diselesaikan dalam waktu pencacahan selama 10 hari;
c. Rekrutmen petugas harus sesuai dengan persyaratan dan kompetensi;
d. Dokumen pelaksanaan harus lengkap, dan sesuai dengan kebutuhan;
e. Distribusi dokumen dari BPS Kabupaten/Kota ke petugas harus tepat, tidak ada
kekeliruan dalam pengalokasian jumlah maupun tujuannya.
2. Pencacahan
a. Kesiapan petugas dalam menerapkan strategi lapangan harus maksimal.
b. DSBS dikirim ke BPS Kabupaten/Kota lebih awal karena DSBS digunakan sebagai
daftar alokasi tugas dan pengaturan strategi pencacahan lapangan;
c. Pelaksanaan pencacahan lapangan harus sesuai dengan prosedur dan ketentuan
yang telah ditetapkan;
d. Penanganan hasil lapangan harus berjalan efektif, seperti pengiriman dokumen yang
dilakukan secara bertahap atau penjemputan dokumen secara bertahap dari
lapangan;
e. Monitoring kualitas pencacahan lapangan;
f. Hasil pencacahan harus diperiksa oleh pengawas sebelum diserahkan ke BPS
Kabupaten/Kota.
g. Pengawasan harus dilakukan secara terjadwal;
h. Penanggung jawab pencacahan adalah Kasi Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota.
3. Pasca Pencacahan
a. Hasil pencacahan harus berkualitas dan benar-benar menggambarkan kondisi sosial
ekonomi penduduk pada wilayah pencacahan. Hal ini dilakukan dengan pemeriksaan
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 29
dokumen;
b. Kegiatan receiving-batching, dan editing-coding harus sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan;
c. Seluruh kegiatan editing-coding menjadi tanggung jawab Seksi Statistik Sosial BPS
Kabupaten/Kota sebelum dokumen dikirim ke Seksi IPDS BPS Kabupaten/Kota.
d. Pengecekan kualitas hasil pengolahan dilakukan dengan menggunakan tabel
pengecekan data seperti yang disediakan dalam program entri.
30 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
BAB VII
PENGOLAHAN DATA
Program pengolahan dan pedomannya akan disiapkan oleh BPS RI dan dikirimkan
melalui axway ke BPS Provinsi, untuk selanjutnya dikirimkan ke BPS Kabupaten/Kota. BPS
Kabupaten/Kota harus mempersiapkan sejumlah komputer sesuai kebutuhan, menunjuk
koordinator pengolahan, staf pengentri, staf editing coding, serta upaya-upaya manajemen
entri data lainnya.
Hasil entri data dari BPS Kabupaten/Kota dikirimkan secara bertahap ke BPS Provinsi
tanpa menunggu seluruh dokumen selesai dientri. Namun hal ini tetap mempertimbangkan
keutuhan data per blok sensus. BPS Provinsi bertanggung jawab terhadap kompilasi data
hasil entri dari BPS Kabupaten/kota. Data yang diterima dari BPS Kabupaten/Kota akan
direvalidasi oleh BPS Provinsi dan dikirimkan secara bertahap ke BPS RI. Selanjutnya, BPS RI
akan melakukan proses revalidasi data sebelum dilakukan tabulasi final secara nasional.
1. Receiving-batching
2. Editing-coding
Kedua kegiatan ini merupakan tanggung jawab Seksi Statistik Sosial di BPS
Kabupaten/Kota.
3. Entri
Seluruh dokumen hasil pencacahan di entri di BPS Kabupaten/Kota. Penanggung
jawab kegiatan ini adalah Seksi IPDS BPS Kabupaten/Kota.
4. Pengiriman hasil entri ke BPS Provinsi
Hasil entri data di BPS Kabupaten/Kota dikirimkan secara bertahap ke BPS Provinsi.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 31
5. Pengiriman hasil entri ke BPS RI
Hasil entri data dari seluruh BPS Kabupaten/Kota yang ada di setiap provinsi
dikompilasi oleh Bidang IPDS BPS Provinsi, dicek dan divalidasi oleh Bidang Statistik
Sosial BPS Provinsi, kemudian dikirimkan secara bertahap ke BPS RI.
Data yang telah clean dikirim ke BPS RI oleh Bidang IPDS BPS Provinsi.
32 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
LAMPIRAN
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 33
34 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
Lampiran 1
Alokasi Peserta
Pelatihan Innas dan Pelatihan Operator Kelas Inda
Susenas September 2020
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 35
Lampiran 2
Alokasi Peserta
Pelatihan Inda Susenas September 2020
36 | Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kepala Bidang Statistik Sosial dan Kepala BPS Kabupaten/Kota Modul Ketahanan Sosial SUSENAS September 2020 | 37
Sensus
Penduduk
2020
# MencatatIndonesia
D ATA