Dania Auliza Putri - 1703025015
Dania Auliza Putri - 1703025015
Dania Auliza Putri - 1703025015
Disusun Oleh:
DANIA AULIZA PUTRI
1703025015
Disusun Oleh:
DANIA AULIZA PUTRI
1703025015
ii
LEMBAR PENGESAHAN
MONITORING DAN AKUISISI DATA PADA MASTER STATION SCADA
Waktu pelaksanaan:
3 Februari 2020 – 28 Februari 2020
Pada:
PT PERUSAHAAN ISTRIK NEGARA (PLN) PERSERO
UNIT INDUK PUSAT PENGATUR BEBAN
Disusun oleh :
Dania Auliza Putri
NIM. 1703025020
Disetujui oleh:
iii
LEMBAR PENILAIAN KERJA PRAKTEK
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
melaksanakan Kerja Praktik sekaligus menyelesaikan laporannya tepat waktu.
Laporan Kerja Praktik ini disusun dan dibuat berdasarkan apa yang telah penulis
lakukan pada saat Kerja Praktik di PT PLN (Persero) Unit Pusat Pengatur Beban yang
dimulai dari tanggal 3 Februari s/d 28 Febuari 2020.
Pada Program Studi S1 Teknik Elektro UHAMKA, Kerja Praktik merupakan salah
satu syarat wajib yang harus dilaksanakan. Selain itu, Kerja Praktik ini memberikan
banyak manfaat baik dari sisi akademik maupun non- akademik yang belum tentu ada di
bangku kuliah.
Dalam penyusunan laporan Kerja Praktik ini, penulis mengucapkan terima kasih
banyak kepada pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, koreksi dan
saran serta teman yang telah memberi bantuan kepada penulis.
Demikian laporan ini penulis buat, semoga bermanfaat bagi penulis serta orang
lain yang membaca laporan Kerja Praktik ini. Mohon maaf jika ada kekeliruan dalam
penulisan maupun data dalam laporan ini. Penulis sangat mengharapkan kritikan serta
saran untuk penyempurnaan dalam penulisan laporan yang akan datang.
v
DAFTAR ISI
2.4.1 Struktur Organisasi Unit Induk Pusat Pengatur Beban Lampiran IA............. 6
vi
2.4.2 Struktur Organisasi Unit Induk Pusat Pengatur Beban Lampiran IB ............. 7
4.3 Telesignaling....................................................................................................... 15
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Struktur Organisasi Unit Induk Pusat Pengatur Beban Lampian IA 6
Gambar 2-2 Struktur Organisasi Unit Induk Pusat Pengatur Beban Lampiran 1B
......................................................................................................................................... 7
Gambar 4-1 Proses Telemetering pada SCADA ...................................................... 15
Gambar 4-2 Proses Telesignaling pada SCADA ...................................................... 16
Gambar 4-3 Proses Telecontroling pada SCADA .................................................... 16
Gambar 4-4 Proses Aliran Data SCADA .................................................................. 17
Gambar 4-5 Proses Sistem Load Frequency Control .............................................. 18
Gambar 5-1 Data Kondisi Load Frequency Control (LFC) .................................... 19
Gambar 5-2 Data Input Beban Pembangkit Oleh Dispatcher ................................ 20
viii
DAFTAR LAMPIRAN
d. Dokumentasi Kegiatan
ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Listrik merupakan sebuah energi yang sangat dibutuhkan oleh manusia, karena
peranan yang sangat penting dalam menunjang kebutuhan kehidupan sehari-hari
maupun dalam kebutuhan industri. Penyediaan listrik yang stabil dan berkelanjutan
adalah suatu hal yang harus dipenuhi secara mutlak. Pengoptimalan dalam penyaluran
sistem tenaga listrik merupakan kegiatan yang sangat penting maka dibutuhkan sistem
seperti Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) yang berada di PT. PLN
(Persero) Unit Induk Pusat Pengatur Beban (UIP2B).
Pemanfaatan SCADA yang dioperasikan oleh PT. PLN UIP2B yaitu dapat
mengumpulkan data-data di sisi Gardu Induk Tegangan Tinggi (Gitet) maupun GI,
mengirimkan akuisisi data ke pusat kontrol atau control center, melakukan pengolahan
data untuk berbagai aplikasi pengaturan dan manajemen kelistrikan, dan
mendistribusikan informasi dari komputer ke komputer yang lainnya. Penggunaan
SCADA sangat mempermudah pekerjaan manusia dalam memonitoring tenaga listrik
dari pembangkit hingga pendistribusian listrik kerumah-rumah.
1
2
kehandalan sogi ialah lebih tinggi karena adanya fungsi monitoring otomatis pada
semua peralatan yang dapat membantu User dalam mendapatkan data pada Human
Machine Interface (HMI).
SCADA di PT. PLN (Persero) UIP2B berperan sebagai penyaluran tenaga listrik
dari pembangkit sampai ke distribusi yang di monitoring oleh system SCADA. Tertera
banyak informasi dalam penyaluran listrik dari Gitet ke GI se Jawa-Bali yang
divisualisasikan melalui Single Line Diagram. Baik dalam pengawasan kondisi suatu
indikasi alarm dan peralatan serta menjaga kontrol parameter sesuai dengan batasan yang
sudah ditentukan dalam penyaluran listrik se Jawa-Bali.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Kerja Praktik ini adalah:
1. Mengetahui pengolahan data yang diproses di sisi Master Station
2. Mengawasi data suatu kondisi peralatan dan parameter dalam User Interface
3. Mengetahui cara pengoperasian software Signaut Spectrum pada Master Station
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari Kerja Praktik ini adalah:
1. Mengetahui proses pengolahan data untuk disampaikan ke Dispatcher
2. Melakukan pengawasan suatu kondisi peralatan dan parameter dalam User Interface
secara real time lalu membandingkan hasil data dari GI ke Master Station atau
sebaliknya
3. Menjalankan software Signaut Spectrum sebagai User Interface (UI)
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus
1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para
pemuda dan buruh listrik melalui delagasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang
bersama-sama dengan Pemimpin KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno
untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik
Indinesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan
Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit
tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN
(Bada Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas
dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua)
perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga
listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas
diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status Perusahaan
Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai
Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga
listrik bagi kepentingan umum.
4
5
PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan
juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang
Logo pertama pada Gambar (a) PT PLN (Persero) dari tahun 1976 - 2017 yang
berdimensi kotak kuning berukuran 4x3 dan bertuliskan PT. PLN (Persero) sedangkan
6
logo kedua pada gambar (b) terdapat perubahan logo PT PLN (Persero) berdimensi
kotak kuning 4x4 dan bertuliskan PLN
Gambar 2-1 Struktur Organisasi Unit Induk Pusat Pengatur Beban Lampian IA
Pada Lampiran IA Bagan Organisasi Unit Induk Pusat Pengaturan Beban
merupakan bagan yang dikeluarkan sesuai dengan Peraturan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 0092.P/DIR/2018 pada tanggal 29 Juni 2018. Dimana Unit Induk Pusat
Pengatur Beban memiliki jajaran masing-masing Bidang yaitu Bidang Perencanaan,
Bidang Operasi Sistem. Bidang Teknik, Bidang Keuangan, SDM dan Administrasi, Biro
Perencanaan Pengadaan, Biro Pelaksana Pengendaan, Biro Pengendali K3L dan Unit
Pelaksan Pengatur Beban.
7
Gambar 2-2 Struktur Organisasi Unit Induk Pusat Pengatur Beban Lampiran 1B
Pada Lampiran IA Bagan Organisasi Unit Induk Pusat Pengaturan Beban
merupakan bagan yang dikeluarkan sesuai dengan Peraturan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor : 0092.P/DIR/2018 pada tanggal 29 Juni 2018. Dimana Unit Induk Pusat
Pengatur Beban memiliki jajaran masing-masing Manager yaitu Senior Manager
Perencanaan, Senior Manager Operasi Sistem, Senior Manager Teknik, Senior Manager
Keuangan, SDM dan Administrasi, Pejabat Perencanan Pengadaan, Pejabat Pelaksana
Pengadaan, Pejabat Pengendali K3L dan Manager Unit Pelaksana Pengatur Beban.
Operation Procedure (SOP) operasi sistem untuk mencapaian kondisi sistem yang
andal, berkualitas dan efsien
c. Melakukan koordinasi dengan Unit Pelaksana Transmisi saat pemeliharaan instalasi
operasi system
d. Mengkoordinir proses niaga Transmission Service Agreement (TSA), Power Sales
Agreement (PSA), dan MVA Avalaible sesuai yang telah ditetapkan
e. Melaksanakan pemeliharaan SCADATEL, Otomasi Gardu Induk, fasilitas operasi
(Master Station) dan sarana pendukung lainnya
f. Mengembangkan hubungan kerja sama dengan pihak lain dan berkoordinasi dengan
stakeholder dalam rangka mendukung pengelolaan operasi sistem penyaluran
termasuk koordinasi terkait dengan perizinan
g. Mengimplimentasikan Tata Kelola Operasi Sistem Penyaluran sesuai dengan Standar
yang telah ditetapkan berbasis Keselamatan, Kesehatan Kerja, Keamanan dan
Lingkungan (K3L)
h. Mengelola dan mengembangkan SDM di unitnya dengan melaksanakan Coaching,
Mentoring dan Counceling (CMC) selaras dengan kebijakan MSDM-BK
BAB 3 DASAR TEORI
3.1 SCADA
Scada merupakan kombinasi telemetri dan akuisisi data. Scada mengumpulkan
informasi dan mentransfer kembali kembali ke pusat kendali serta melaksanakan setiap
analisis dan kontrol yang diperlukan. Sistem SCADA pada tingkat dasarnya adalah
Sistem Kontrol Industri. Scada adalah computer sistem kontrol berbasis yang memantau
dan mengontrol proses industri yang ada di fisik dunia. Sistem SCADA dapat ditemukan
di fasilitas manufaktur, produksi dan pemrosesan minyak, obat-obatan, energi,
pengolahan dan distribusi air, dan daftarnya terus berlanjut. Scada memiliki metode
kontrol untuk proses yang memiliki sejumlah besar data yang perlu dikumpulkan dan
dianalisis, atau tersebar jarak jauh, atau membutuhkan kontrol kritis dalam proses cepat.
(Adams, 2014)
9
10
secara berurutan, bukan didorong oleh peristiwa. Jika suatu proses mulai pindah dari
parameter yang ditetapkan, DCS merespons untuk mempertahankan nilai parameter itu.
Memberitahu Operator adalah pertimbangan sekunder. Acara dan daftar alarm adalah
nomor dua yang penting bagi menampilkan proses, dan pemfilteran mungkin tidak
serumit dan sefleksibel. Di sisi atas, pembuatan dan tampilan data, terutama tren analog
dan blok proses standar, masih jauh lebih ramah pengguna dan lebih mudah bagi
operator. (Adams, 2014)(UIP2B, n.d.-b)
Dimana :
∆P = Governor Action
k = Faktor Partisipasi (MW/Hz)
∆f = Deviasi Frekuensi (f – fo) Hz
b. Pengendali Frekuensi Kedua (Secondary Regulation / Load Frequency Control / LFC
)
LFC adalah pengendali frekuensi ke-dua, bereaksi lebih lambat dari Governor Free
tepi lebih cepat dibandingkan operator. LFC juga dalam hal teknis nya bekerja secara
terpusat atas dasar deteksi penyempingan frekuensi yang dipantau pusat kontrol. LFC
dinyatakan OFF jika sebuah system tenaga listrik mengalami gangguan.
𝑃𝑔 = 𝑃𝑜 + 𝑁. Pr − 𝑘. ∆𝑓
Dimana :
Pg = Daya keluaran unit pembangkit (MW)
Po = Set Point (MW)
Pr = Rentang Regulasi (MW)
N = Level Isyarat (output PI controller ACE)
k = Faktor Partisipasi (MW/Hz)
∆f = Deviasi Frekuensi (f – fo) Hz
Digital Output
Tinggi/Rendah dan Open/Close
Analog Output
LFC
REMOTE
MASTER
STATION Sinkronisasi Waktu STATION
Analog Input
MW, MVAR, KV,A
Digital Input
Status dan Alarm
Sistem SCADA memiliki 3 bagian utama yaitu Master Station, Telekomunikasi dan
Remote Station. Master Station mempunyai fungsi secara umum melaksanakan
telekontrol (telemetering, telesignaling dan remote control) terhadap remote station
sedangkan Remote Station adalah stasiun yang akan dimonitoring atau dimonitoring
sekaligus dikendalikan oleh Master Station. Seperti blok diagram diatas menjelaskan
bahwa Master Station melakukan keluaran berupa sinyal analog dan digital yang akan
memonitoring dan mengendalikan sinyal yang akan masuk ke Remote Station. Antara
Master Station dan Remote Station akan terjadi sinkronisasi waktu pada data. Dari
Remote Station akan memberikan keluaran berupa data yang diambil dari Gardu Induk
untuk sebuah parameter akan dimasukan ke Master Station untuk diproses lebih lanjut.
4.2 Telemetering
Penggambaran proses telemetering akan digambarkankan pada Gambar 4.1 dibawah ini.
14
15
4.3 Telesignaling
Penggambaran telesignaling akan digambarkan pada Gambar 4.2 dibawah ini
16
Telesignaling melakukan pengindikasi dari semua alarm dan kondisi pada Gardu Induk
yang sedang menyalurkan atau mendistribusikan energi listrik. Dari Gardu Induk akan
mengirimkan sinyal ke Remote Terminal Unit (RTU) yang akan di transmisikan ke Data
Acquisition Subsystem (DAS ) lalu akan ke Real Time Controller (RTC) dimana semua
indikasi akan segera di proses.
4.4 Telecontroling
Proses telecontroling akan digambarkan pada pada Gambar 4.3 dibawah ini.
Pusat kontrol akan mengirimkan perintah kontrol berupa inyal analog ke remote station.
Sinyal analog tersebut akan dikirimkan ke remote station yang didalamnya Analog
Digital Converter (ADC). Dari Remote Station akan mengirimkan perintah yang sudah
berupa sinyal digital yang akan mengoperasikan switching di Gardu Induk.
Proses aliran data SCADA dari pengambilan data telemetering yang akan masuk ke
dalam server pada Control Center. Data analog value yang datang dari RTU akan
terhubung ke DA01. Lalu data analog value diproses di RTC01. Kemudian analog value
value disimpan di Server HFD. Tampilan pengukuran (Analog value ) ditampilkan di
bWorlmap pada tiap User Interface. Tahap terakhir analog value digunakan oleh Power
Application subsystem.
Sistem frekuensi akan terbaca pada Komputer JCC atau Master Station dalam
pengawasan Dispatcher sebagai operator. Komputer JCC akan melakukan pengawasan
terhadap parameter yang berhubungan dengan LFC seperti Power output generator (Pg)
, Power operation (P’o) , Bandwidth power regulation (P’r) dan level (N). Parameter-
parameter tersebut akan keluar dan masuk untuk pengawasan ke Komputer Regional
Control Center (RCC) dan RTU. Tiap Komputer Unit Pembangkit akan melakukan
penaikan atau penurunan beban tegangan sesuai arahan dari Dispatcher .
19
Dari data diatas terdapt beberapa kondisi LFC tiap lokasi yang berbeda. Kondisi Normal
dengan tidak adanya permasalahan berada di Suralaya 500kV Unit 5, 6 dan 7 , Gresik
500kV PLTGU. Kondisi LFC di Saguling 500Kv Unit 1, 2, 3 dan 4 berupa normal akan
tetapi memiliki permasalahan pada Power Regulasi Bandwidth tidak dapat dipantau
karena terbatasnya Input/Output (I/O) penyelesaian dari permasalahan di Saguling
500Kv Unit 1, 2, 3 dan 4 adalah diadakan I/O untuk SCADA pack. Kondisi LFC di
Cirata 500kV Unit 1 s/d 8 berupa Normal akan tetapi memiliki permasalahan Output P’o
dan P’r belum sempurna. Penyelesaian dilakukan dirangkai seri dengan sambungan
langsung di Jakarta Control Center (JCC).
Dari data diatas tertera parameter P’g, P’o, P’r, P’oop dan P’rop. P’oop dan P’rop adalah
parameter beban pembangkit masukan yang dikirim oleh Dispatcher. Parameter P’g,
P’o, P’r harus diperhatikan untuk mengetahui frekuensi apakah masih dibatas standar
yang ditentukan atau tidak. Pada Gresik 500kV mempunyai P’o = 354 MW dan P’r 20
maka pembangkit ini secara otomatis dapat naik dan turun kan beban dalam batas 334
MW sampai dengan 374 MW mengikuti naik turunnya frekuensi sistem. Sedangkan
pada Paiton 500kV mempunyai P’o = 351 MW dan P’r = 5 maka pembangkit ini ini
secara otomatis dapat naik dan turun kan beban dalam batas 346 sampai dengan 356
tetapi terdapat masalah pada P’g yang melakukan hingga 404 MW, Dispatcher
melakukan input beban pembangkit P’oop = 400 untuk batas beban pembangkit.
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil data dan analisa dapat disimpulkan bahwa:
a. Kondisi LFC pada SCADA dipengaruhi oleh P’g, P’o , P’r dan Power yang
dikirimkan oleh Dispatcher yang berperan sebagai Operator dalam Telecontroling
b. Untuk menentukan batas atas dalam range beban pembangkit dengan
menjumlahkan nilai P’o dan P’r. Sedangkan untuk menentukan batas bawah dalam
range beban pembangkit dengan mengurangkan nilai P’o dan P’r
c. Frekuensi kurang dari 50 Hz memiliki beban lebih dari 400 MW dan Frekuensi
yang lebih dari 50 Hz memiliki beban kurang dari 400 MW. Jika Frekuensi
dibawah toleransi 5% dari 50 Hz maka peralatan kontrol terbuka dan unit
pembangkitan menjadi terbebani secara penuh dan jika Frekuensi diatas toleransi
5% dari 50 Hz akan berakibat kurang kualitas pasokan daya .
21
DAFTAR PUSTAKA
Umrao, R., Kumar, S., Mohan, M., & Chaturvedi, D. K. (2012). Load Frequency Control
methodologies for power system. In ICPCES 2012 - 2012 2nd International
Conference on Power, Control and Embedded Systems.
https://doi.org/10.1109/ICPCES.2012.6508133
22
LAMPIRAN
23
24
25
26
27
DOKUMENTASI KEGIATAN
28
29