Buku Panduan Praktikum Biologi Dasar 1 PDF
Buku Panduan Praktikum Biologi Dasar 1 PDF
Buku Panduan Praktikum Biologi Dasar 1 PDF
HANIN
NISWATUL
PETUNJUK
FAUZIAH, M.Si PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN TADRIS IPA,
FAKULTAS TARBIYAH,
IAIN PONOROGO
Jl. Pramuka No. 156, Siman, Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia
1. Praktikan datang 10 menit SEBELUM acara praktikum dimulai dan duduk berdasarkan anggota
kelompoknya.
2. Keterlambatan maksimal 15 menit, lebih dari 15 menit tidak diizinkan mengikuti kegiatan
praktikum.
3. Terlambat lebih dari 3 kali tidak diizinkan mengikuti kegiatan praktikum.
4. Sebelum masuk laboratorium, praktikan sudah membaca dan memahami, dasar teori, tujuan
dan metode topik praktikum pada hari tersebut.
5. Tiket masuk praktikum adalah laporan praktikum poin a-e.(format laporan praktikum BIOLOGI
DASAR)], bagi mahasiswa yang tidak membawa tiket masuk tidak diizinkan mengikuti
praktikum.
6. Setiap pertemuan, praktikan akan menerima pre test atau post test.
7. Mahasiswa yang nilai pre test dan post test kurang dari 70 tiga kali berturut-turut tidak
diperkenankan mengikuti praktikum topik berikutnya.
8. Setelah selesai praktikum, lembar pengamatan praktikum dimintakan persetujuan (acc) kepada
dosen.
9. Setelah praktikum selesai, setiap mahasiswa merapikan meja kursi dan peralatan lainnya.
10. Praktikan ikut bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan tempat praktikum.
11. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum harus membuat surat dan diserahkan kepada
dosen penanggung jawab praktikum.
12. Selama praktikum, praktikan dilarang mengaktifkan alat komunikasi (HP, Ipad dll.)
13. Selama praktikum, praktikan dilarang makan atau minum, gaduh, memakai sandal serta kaos
oblong.
14. Dosen memberikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan topik praktikum kepada
ketua kelas dan ketua kelas WAJIB membagi informasi tersebut kepada teman sekelasnya.
15. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan ditetapkan kemudian.
ttd
6 Maret 2018
Dosen Pengampu
ttd
1. Laporan ditulis tangan dengan menggunakan tinta warna hitam pada kertas A4.
2. Margin kiri 2 cm, kanan, atas dan bawah 1 cm.
3. Isi laporan terdiri atas :
a. Judul
b. Tujuan
c. Dasar Teori
d. Waktu dan Tempat
e. Cara Kerja
f. Hasil dan Pembahasan
g. Daftar Pustaka
h. Lampiran
- Lembar jawaban pertanyaan
- Data pengamatan praktikum
4. Laporan dijilid dengan sampul kertas HVS warna biru. Margin, kiri, kanan, atas 3 cm. Font
Times New Roman size 16 kecuali judul dan identitas diri (oleh, nama, NIM) size 12; spasi 1.
...
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mahasiswa mengetahui bagian-bagian mikroskop dan cara
menggunakannya.
Alat
Mikroskop dan preparat jaringan
Dasar Teori
Mikroskop merupakan alat bantu untuk mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Hal ini
sangat membantu memecahkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan organisme yang
berukuran kecil. Berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati ada dua jenis mikroskop, yaitu
mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan
berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop
elektron. Mikroskop yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop cahaya monokuler LGA tipe
3402. Sebelum menggunakan mikroskop instruksi harap dibaca dengan teliti.
Mikroskop cahaya monokuler (Gambar 1.1) mempunyai perbesaran maksimum 1000x.
Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa okuler, lensa obyektif, dan kondensor. Lensa
okuler terletak pada ujung atas tabung mikroskop yang berdekatan dengan mata pengamat. Lensa
okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung
bawah tabung mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif atau revolver yang bisa dipasang tiga
lensa atau lebih.
Di bawah tabung mikroskop terdapat meja benda yang merupakan tempat meletakkan
preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berfungsi untuk memfokuskan
cahaya ke spesimen. Mikroskop cahaya yang tidak menggunakan aliran listrik, sumber cahaya berasal
dari sinar matahari yang dipantulkan dengan cermin datar ataupun cekung yang terdapat di bawah
kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar ke dalam kondensor. Pada mikroskop
modern sudah dilengkapi lampu sebagai pengganti sumber cahaya matahari. Pada dasarnya bagian-
bagian mikroskop adalah sebagai berikut :
1. Lensa obyektif berfungsi membentuk bayangan pertama suatu spesimen. Lensa ini
menentukan struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir. Kemampuan
kerja lensa obyektif dalam mengumpulkan cahaya ditentukan oleh numerical apperture (NA)
1 Petunjuk Praktikum Biologi Dasar , Jurusan Tadris IPA
yang tergantung pada kecembungan lensa. Numerical apperture (NA) merupakan ukuran daya
pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu
menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah. Bila sudut θ
adalah setengah dari sudut yang dibentuk dari suatu titik pada obyek dengan cahaya yang
dikumpulkan oleh lensa obyektif, dan n adalah indeks bias medium (biasanya udara atau
minyak imersi) yang memisahkan spesimen dengan lensa obyektif, maka NA = n sin θ
(Gambar 1.2). Lensa obyektif dikelompokkan menjadi tiga, yaitu scanning lens (4x), low power
lens (10x) dan high power lens (berkisar dari 20 sampai 100x). Beberapa mikroskop juga ada
yang memiliki oil immersion lens. Lensa ini hanya dapat digunakan bila di atas kaca penutup
telah diteteskan minyak imersi. Kemudian lensa obyektif diturunkan secara perlahan sampai
ujung lensa menyentuh minyak imersi.
2. Lensa okuler, merupakan lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung okuler,
berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar bayangan yang
dihasilkan oleh lensa obyektif. Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4 - 25 kali.
3. Lensa kondensor adalah lensa yang berada di sebelah bawah meja benda, berfungsi untuk
mendukung terciptanya pencahayaan pada obyek yang akan difokuskan. Pengaturan
kondensor akan mempengaruhi resolusi dan kontras tampilan suatu spesimen, sehingga bila
pengaturannya tepat akan diperoleh daya pisah (resolusi) maksimal. Jika daya pisah kurang
maksimal, dua titik yang berdekatan akan tampak menjadi satu. Perbesaran akan kurang
bermanfaat jika daya pisah mikroskop kurang baik. Beberapa kondensor posisinya tidak bisa
diubah tetapi ada yang bisa diubah atau difokuskan sehingga kualitas cahaya bisa diatur.
Apabila posisi lensa kondensor dapat diubah maka posisi yang terbaik adalah sedekat mungkin
dengan meja benda.
4. Diafragma, terdapat di sebelah bawah kondensor yang berfungsi untuk mengontrol diameter
cahaya yang masuk ke lensa kondensor. Bila diafragma pada posisi hampir tertutup maka
cahaya akan sampai pada bagian tengah lensa kondensor akibatnya akan sangat kontras.
Namun, bila diafragma terbuka lebar maka spesimen menjadi kurang kontras.
Gambar 1.2. Cahaya yang difokuskan oleh kondensor memasuki lensa obyektif dengan sudut θ
5. Pengatur kasar, untuk mendekatkan lensa obyektif ke spesimen (perhatikan arah putaran).
6. Pengatur halus, untuk mendapat image dengan kualitas maksimal (perhatikan arah putaran).
7. Meja benda : tempat meletakkan spesimen yang akan diamati, biasanya dilengkapi dengan
penjepit spesimen dan knop pengatur 4 posisi spesimen (kiri-kanan dan maju-mundur). Pada
bagian tengah meja benda ada lubang agar cahaya dapat mengenai spesimen.
Mikrometer okuler digunakan dengan cara diinsersikan pada lensa okuler. Skala pada
mikrometer okuler ditentukan nilai satuan panjangnya menggunakan mikrometer obyektif. Cara ini
dinamakan kalibrasi. Mikrometer obyektif berbentuk slide glass, di tengahnya terdapat skala tanpa
angka sebanyak 100 unit, seperti penggaris. Skala tersebut ditutup dengan cover slip berbentuk bulat.
Skala 100 unit = 1 mm maka tiap unit setara dengan 0.01 mm atau 10 μm (Gambar 1.4). Pada
perbesaran yang berbeda maka jarak tiap unit dari mikrometer obyektif akan tampak berbeda.
Gambar 1.4. Tampilan alignment mikrometer okuler (eyepiece micrometer) terhadap mikrometer
obyektif (stage micrometer)
Jarak tiap unit pada mikrometer okuler dilakukan dengan cara sederhana dan akurat yaitu
menghimpitkan (alignment) 10 unit garis pada mikrometer okuler tepat dengan garis pada mikrometer
obyektif (Gambar 1.4). Beberapa contoh perhitungan kalibrasi dapat dilihat di bawah ini.
10x ►►►► 10 unit okuler = 15 unit obyektif
Maka 1 unit okuler = 10x 15 μm = 15 μm
10
40x ►►►► 10 unit okuler = 3 unit obyektif
Maka 1 unit okuler = 10x 3 μm = 3 μm
10
100x ►►►► 10 unit okuler = 1,5 unit obyektif
Maka 1 unit okuler = 10x1,5 μm = 1,5 μm
10
Oleh karena itu, misalnya panjang sel Hydrilla pada perbesaran 10X menunjukkan skala okuler 5 unit
maka panjang sel Hydrilla sesungguhnya adalah 5 x 15 μm (1 unit okuler) = 75 μm
4 Petunjuk Praktikum Biologi Dasar , Jurusan Tadris IPA
Tugas Mahasiswa
Gambarlah mikroskop dan bagian-bagiannya!
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa mengetahui morfologi akar, batang dan daun
2. Mahasiswa mengetahui anatomi akar batang dan daun
Dasar Teori
Saat ini ilmu yang mempelajari tumbuhan telah berkembang dengan pesat, hingga bidang-
bidang tumbuhan yang semula hanya merupakan cabang-cabang ilmu tumbuhan saja, saat ini telah
menjadi ilmu yang beridiri sendiri, diataranya dalah morfologi dan anatomi tumbuhan. Morfologi
tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh (bagian luar) tumbuhan.
Sedangkan anatomi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari struktur dalam tumbuhan yang meliputi,
sel dan jaringan. Morfologi dan anatomi yang umumnya dipelajari adalah morfologi dan anatomi akar,
batang dan daun.
Tumbuhan dikotil pada umumnya memiliki batang yang dibagian bawahnya lebih besar dan ke
ujungnya semakin mengecil, sementara tumbuhan monokotil mempunyai batang yang dari pangkal
sampai ujung boleh dikatakan tidak ada perbedaan besarnya. Berdasarkan penampang melintangnya
bentuk batang dibedakan menjadi :
a. Bulat (terse) misalnya bambu
b. Bersegi (angularis), dalam hal ini ada kemungkinan
- Segi tiga (triangularis) misalnya teki (Cyperus rotundus)
- Segi empat (quadrangularis), misalnya batang markisah (Passiflora quadrangularis L.)
c. Pipih
Batang suatu tumbuhan ada yang bercabang dan ada yang tidak, yang tidak bercabang
biasanya berasal dari tumbuhan monokotil, misalnya jagung (Zea mays). Percabangan pada batang
dibedakan menajadi 3 macam yaitu :
1. Percabangan monopodial
2. Percabangan simpodial
3. Percabangan menggarpu atau dikotom
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya setiap tumbuhan
mempunyai sejumlah daun. Daun yang lengkap umumnya mempunyai bagian-bagian berikut :
a. Upih daun atau pelepah daun (vagina)
b. Tangkai daun (petiolus)
c. Helai daun (lamina)
Daun merupakan organ tumbuhan yang umumnya berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau,
karena selnya mengandung kloroplas. Jaringan penyusun daun adalah jaringan epidermis – jaringan
parenkim/mesofil - jaringan pengangkut - jaringan sekresi (Gambar 2.3). Epidermis daun, terdapat di
permukaan atas dan bawah helai daun. Epidermis disusun oleh selapis sel, tidak berklorofil, susunan
Cara Kerja
Morfologi Tumbuhan
1. Siapkan alat tulis dan tanaman (bunga sepatu, mawar, melati, cabe, putri malu)
2. Foto tumbuhan tersebut, gambar kemudian identifikasi morfologi batang dan daunnya.
Anatomi Tumbuhan
1. Siapkan mikroskop dan preparat awetan akar, batang, daun dikotil dan monokotil.
2. Amati preparat awetan penampang melintang akar monokotil dan dikotil.
3. Gambarlah hasil pengamatan, perhatikan jaringan penyususn akar dari lapisan paling luar
sampai ke dalam.
4. Bandingkan susunan anatomi akar monokotil dan dikotil.
5. Gantilah dengan preparat awetan penampang melintang batang dan daun monokotil dan dikotil.
6. Gambarlah hasil pengamatan dan bandingkan hasil pengamatan batang tumbuhan dikotil dan
monokotil.
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mahasiswa dapat membuat herbarium dan membuat klasifikasinya,
Dasar Teori
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang dikeringkan.
Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya
disusun berdasarkan sistem klasifikasi. Fungsi herbarium secara umum antara lain:
1. Sebagai pusat referensi; merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli
taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas
yang bergerak dalam konservasi alam.
2. Sebagai lembaga dokumentasi; merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari
taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain-lain.
3. Sebagai pusat penyimpanan data; ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli
farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya.
Material herbarium yang diambil harus memenuhi tujuan pembuatan herbarium, yakni untuk
identifikasi dan dokumentasi. Dalam pekerjaan identifikasi tumbuhan diperlukan ranting, daun, kuncup,
kadang-kadang bunga dalam satu kesatuan. Material herbarium yang lengkap mengandung ranting,
daun muda dan tua, kuncup muda dan tua yang mekar, serta buah muda dan tua. Material herbarium
dengan bunga dan buah jauh lebih berharga dan biasanya disebut dengan herbarium fertile, sedang
material herbarium tanpa bunga dan buah disebut herbarium steril. Untuk keperluan dokumentasi ilmiah
dianjurkan agar dibuat material herbarium fertile dan untuk setiap nomor koleksi agar dibuat beberapa
specimen sebagai duplikat (tiga spesimen atau lebih per nomor koleksi). Persiapan koleksi yang baik di
lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang
baik harus memberikan informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan
kata lain, suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada
keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak nampak pada spesimen herbarium. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam mengkoleksi tumbuhan antara lain:
1. Tumbuhan kecil harus dikoleksi seluruh organnya.
2. Tumbuhan besar atau pohon, dikoleksi sebagian cabangnya dengan panjang 30-40 cm yang
mempunyai organ lengkap: daun (minimal punya 3 daun untuk melihat phylotaksis), bunga dan
buah, diambil dari satu tumbuhan. Untuk pohon yang sangat tinggi, pengambilan organ generatifnya
bisa dilakukan dengan galah, ketapel atau menggunakan hewan, misalnya beruk.
3. Untuk pohon atau perdu kadang-kadang penting untuk mengkoleksi kuncup (daun baru)karena
kadang-kadang stipulanya mudah gugur dan brakhtea sering ditemukan hanya pada bagian-bagian
yang muda.
4. Tumbuhan herba dikoleksi seluruh organnya kecuali untuk herba besar seperti Araceae.
5. Koleksi tumbuhan hidup; dianjurkan untuk ditanam di kebun botani dan rumah kaca.
Catatan lapangan segera dibuat setelah mengkoleksi tumbuhan, berisi keterangan-keterangan
tentang ciri-ciri tumbuhan tersebut yang tidak terlihat setelah spesimen kering. Beberapa keterangan
yang harus dicantumkan antara lain: lokasi, habitat, habit, warna (bunga, buah), bau, eksudat, pollinator
(kalau ada), pemanfaatan secara lokal, nama daerah dan sebagainya. Bersamaan dengan pencatatan
identitas tumbuhan tersebut, perlu juga dibuatkan label gantung yang diikatkan pada material
herbarium. Satu label untuk satu spesimen. Pada setiap label gantung ditulisi kode (singkatan nama),
kolektor, nomor koleksi, nama lokal tumbuhan, lokasi pengumpulan dan tanggal. Penulisan pada label
gantung tersebut menggunakan pensil.
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mengamati hewan-hewan yang tergolong Arthropoda, mendeskripsikan
dan menyusunnya dalam suatu klasifikasi.
Dasar Teori
Filum Arthropoda (arthro = sendi atau ruas; pada = kaki atau juluran) adalah golongan makhluk
hewan yang paling besar di dunia ini. Diperkirakan lebih dari 80% dari seluruh jenis hewan sekarang ini
adalah Arthropoda, menghuni semua jenis habitat yang ada, baik terestrial maupun akuatik. Ciri-ciri
umum filum Arthropoda adalah sebagai berikut :
1. Tubuh terbagi atau ruas-ruas (segmen),
2. Tubuhnya simetris bilateral.
3. Bagian luar tubuh terdiri dari eksoskelet (kerangka luar) mengandung khitin, yang dapat
mengelupas apabila tubuhnya berkembang.
4. Sistem peredaran darah terbuka,
5. Rongga tubuh berisi darah, disebut hemosul.
6. Sistem syaraf terdiri dari ganglion anterior yang merupkan “otak” terletak di atas saluran
pencernaan, sepasang syaraf yang menghubungkan otak dengan syaraf sebelah ventral, serta
pasangan-pasangan ganglion ventral yang dihubungkan satu dengan yang lain oleh urat syaraf
ventral, berjalan sepanjang tubuh dari depan ke belakang di bawah saluran pencernaan.
7. Urat-urat dagingnya bergaris melintang.
8. Sistem pengeluaran (ekskresi) berupa saluran-saluran Malphigi yang bermuara di saluran
pencernaan, limbah dikeluarkan melalui anus.
9. Respirasi berlangsung memakai insang, trakhea dan spirakel.
10. Tidak mempunyai silia atau nefridia.
Klasifikasi Arthropoda
Filum ARTHROPODA : artropoda
Subfilum TRILOBITA : hanya diketahui dari fosil
Subfilum CHELICERATA
Kelas MEROSTOMATA
Kelas ARACHNIDA : laba-laba, kalajengking, caplak, tungau.
Kelas PYCNOGONIDA
Subfilum CRUSTACEA : krustasea
Kelas BRANCHIOPODA
Kelas COPEPODA
Kelas OSTRACODA
Kelas CIRRIPEDIA
Kelas MALACOSTRACA : udang, kepiting
Subfilum UNIRAMIA
Kelas ONYCHOPHORA
Kelas DIPLOPODA : keluwing (kaki seribu)
Kelas CHILOPODA : kelabang (kaki seratus)
Kelas PAUROPODA
Kelas SYMPHILA
Kelas ENTOMORPHA
Kelas INSECTA : serangga
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah melakukan perkembangbiakan vegetatif pada tanaman.
Dasar Teori
Perkembangbiakan pada tumbuhan dibedakan menjadi 2 cara yaitu secara vegetatif (tidak
kawin) dan generatif (kawin). Perkembangbiakan secara generatif adalah melalui biji. Alat kelamin
jantan disebut benangsari dan alat kelamin betina disebut putik. Perkembangbiakan secara generatif
pada tumbuhan dimulai dengan penyerbukan. Penyerbukan adalah bertemunya serbuk sari dan kepala
putik. Setelah sel kelamin jantan dan sel kelamin betina bertemu maka terjadilah pembuahan. Setelah
terjadi pembuahan, akan tumbuh buah dan biji. Biji yang dihasilkan nanti merupakan cikal bakal dari
tumbuhan baru.
Perkembangbiakan vegetatif pada tumbuhan dapat melalui 2 cara yaitu vegetatif alamai dan
vegetatif buatan. Vegetatif alami adalah perkembangbiakan vegetatif yang terjadi tanpa campur tangan
manusia/terjadi secara alami. Sedangkan vegetatif buatan adalah perkembangbiakan vegetatif yang
terjadi tanpa campur tangan manusia. Perkembangbiakan vegetatif alami dapat melalui umbi lapi, umbi
batang, tunas, rhizoma dan geragih (Gambar 5.1).
1. Umbi Lapis
Bawang merah merupakan tanaman yang memiliki bentuk berlapis-lapis, umbi yang berlapis-
lapis itu bagian bawahnya akan tumbuh menjadi akar. Jika umbi ini ditanam akan tumbuh tunas dan
kemudian tumbuh menjadi tumbuhan baru. Tanaman lain yang berkembang biak dengan umbi lapis
adalah bawang bombai dan bawang putih.
2. Umbi Batang
Umbi batang adalah batang yang tumbuh di dalam tanah dan digunakan untuk menyimpan
cadangan makanan sehingga membentuk umbi. Contoh tanaman yang berkembang biak dengan umbi
batang adalah kentang. Pada permukaan umbi kentang, terdapat mata tunas. Mata tunas akan terlihat
dengan jelas jika kentang sudah tua dan disimpan beberapa hari di tempat lembab. Tanaman tersebut
akan tumbuh jika umbi ditanam.
3. Tunas
Tanaman yang berkembang biak dengan tunas contohnya adalah pisang dan bambu. Tunas ini
tumbuh dari bagian bawah tanah dan muncul di samping tumbuhan induk. Akan tetapi ada pula tunas
yang muncul di bagian tumbuhan, seperti tunas yang muncul dan tumbuh di daun. Tunas ini disebut
tunas adventif. Contohnya adalah cocor bebek.
4. Rhizoma
Rhizoma merupakan bagian batang yang tumbuh mandatar di dalam tanah dan menyerupai
akar. Batang beruas dan disetiap ruas dapat tumbuh tunas. Jika batang dipotong dengan menyertakan
ruasnya kemudian ditanam, potongan batang tersebut akan tumbuh menjadi individu baru. Tanaman
yang berkembang biak dengan rhizoma adalah jahe, kunyit, lengkuas dan kencur.
5. Geragih
Geragih merupakan batang yang menjalar di atas permukaan tanah dan apabila batang
tersebut tertimbun tanah akan tumbuh menjadi tanaman baru. Pada setiap buku tersebut terdapat mata
tunas yang dapat tumbuh menjadi individu baru dengan membentuk akar dan tunas. Walaupun tetap
berhubungan dengan tanaman induknya, tanaman baru tidak tergantung kepada tanaman induk.
Tanaman baru tersebut dapat dipisahkan dari induknya dan tumbuh menjadi individu baru. Tumbuhan
yang berkembang biak menggunakan geragih antara lain arbei, pegagan, dan rumput teki.
Perkembangbiakan secara vegetatif buatan misalnya dengan cara stek, cangkok, sambung
(enten), tempel (okulasi), merunduk dan kultur jaringan. Tujuan utama perkembangbiakan secara
vegetatif buatan adalah memperoleh tumbuhan baru yang sama sifatnya dengan induknya.
1. Stek
Stek adalah perkembangbiakan tanaman dengan cara menanam potongan/bagian dari
tumbuhan. Bagian tumbuhan yang dapat ditanam dapat berupa batang, tangkai atau daun. Tanaman
yang dapat dikembangbiakkan dengan cara stek adalah singkong, mawar dan lidah mertua. Singkong
dapat distek bagian batangnya, mawar pada bagian tangkainya dan lidah mertua distek pada bagian
daunnya.
2. Cangkok
Tanaman yang dapat dicangkok diantaranya adalah mangga, jambu dan jeruk. Tujuan
mencangkok adalah mendapatkan individu baru yang memiliki sifat sama persis dengan induknya dan
menghasilkan tanaman yang cepat berbuah.
3. Sambung (Enten)
Mengenten adalah menggabungakan dua tanaman berbeda yang memiliki sifat unggul. Tujuan
mengenten adalah mendapatkan individu baru yang memiliki sifat unggul. Misalnya untuk mendapatkan
tanaman yang memiliki akar yang kuat dan buah yang banyak. Tanaman yang bisa disambung adalah
tanaman dari family yang sama misalnya tomat dengan terung.
4. Tempel (Okulasi)
Menempel adalah menggabungkan mata tunas suatu tumbuhan pada batang tanaman lain.
Menempel bertujuan untuk menggabungkan 2 tumbuhan yang berbeda sifatnya untuk mengahasilkan
tanaman yang memiliki 2 karakter yang berbeda (buah dan bunga berbeda). Contohnya okulasi pada
bunga mawar untk menghasilkan bunga mawar yang memiliki dua warna atau lebih berbeda.
5. Merunduk
Merupakan merupakan proses menimbun batang tumbuhan ke dalam tanah. Batang yang
ditimbun tersebut akan tumbuh akar dan akan menjadi individu baru. Tanaman yang dapat
dikembangbiakkan dengan merunduk diantaranya adalah arbei, apel, tebu, strawberi dan melati.
Cara Kerja
1. Stek
a. Potong serong batang singkong dengan ukuran 15-20 cm.
b. Tanamlah batang singkong tersebut.
c. Siramlah batang singkong tersebut setiap hari.
d. Rawatlah tanaman singkong tersebut sampai besar.
2. Cangkok
a. Kupas kulit cabang pohon yang akan dicangkok dan hilangkan kambiumnya.
b. Tutup bagian yang dikupas dengan tanah yang dibungkus plastik atau sabut kelapa.
c. Ikat dengan tali.
d. Siramlah bagian yang ditutup plastik/sabut kelapa agar tetap lembab.
3. Sambung/Enten
a. Potong batang dari tumbuhan 1.
b. Potong bagian batang dari tumbuhan 2.
c. Sambung batang tumbuhan 1 dengan
batang tumbuhan 2.
d. Ikat batang tumbuhan yang disambung
tersebut (Gambar 5.2).
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah :
1. Membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum
2. Membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan oksigen
Dasar Teori
Fotosintesis adalah proses penyusunan senyawa organik dari karbondioksida dan air pada
tumbuhan hijau. Proses fotosintesis hanya akan terjadi jika ada cahaya dan melalui perantara pigmen
hijau daun (klorofil) yang terletak pada organel sitoplasma tertentu yang disebut kloroplas. Reaksi
keseluruhan dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
Cahaya matahari
6CO2 + 6H2O -------------------------C6H12O6 + O2
Klorofil
Menurut Dwidjoseputro, fotosintesis merupakan suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki khusus
oleh tumbuhan yaitu suatu kemampuan menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi
bahan organik serta diasimilasikan di dalam tubuh tanaman dimana peristiwa ini hanya berlangsung jika
ada/cukup cahaya (Gambar 6.2). Sehingga dapat dikatakan bahwa fotosintesis atau asimilasi zat
karbon merupakan proses dimana zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh klorofil diubah menjadi zat
organik karbohidrat dengan pertolongan cahaya atau sinar. Fotosintesis merupakan suatu proses
biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai
(nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya matahari. Fotosintesis menghasilkan sebagian besar
oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis
disebut sebagai fototrof. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis, diantaranya adalah:
a. Konsentrasi Karbondioksida
Konsentrasi karbondioksida yang rendah dapat mempengaruhi laju fotosintesis hingga kecepatannya
sebanding dengan konsentrasi karbondioksida. Namun bila konsentrasi karbondioksida naik maka
dapat dicapai laju fotosintesis maksimum kira-kira pada konsentrasi 1 % dan di atas persentase ini
maka laju fotosintesis akan konstan pada suatu kisaran lebar dari konsentrasi karbondioksida. Kadar
CO2 tidak boleh melebihi 1000-1200 µmolˉ¹ karena konsentrasi kadar CO2 tersebut sering
menyebabkan keracunan atau penutupan stomata, kadang kala bahkan dapat menurunkan laju
fotosintesis.
b. Intensitas Cahaya
Ketika intensitas cahaya rendah, perputaran gas pada fotosintesis lebih kecil dari pada respirasi. Pada
keadaan di atas titik kompensasi yaitu konsentrasi karbondioksida yang diambil untuk fotosintesis dan
dikeluarkan untuk respirasi seimbang, maka peningkatan intensitas cahaya menyebabkan kenaikan
sebanding dengan laju fotosintesis. Pada intensitas cahaya sedang peningkatan laju fotosintesis
menurun sedangkan pada intensitas cahaya tinggi laju fotosintesis menjadi konstan.
c. Suhu
Laju fotosintesis pada tumbuhan tropis meningkat dari suhu minimum 5ºC sampai suhu 35ºC, di atas
kisaran suhu ini laju fotosintesis menurun. Suhu di atas 35ºC menyebabkan kerusakan sementara atau
Kloroplas berwarna hijau disebabkan oleh adanya klorofil a dan b yang menyerap sinar lembayung
dan merah. Kloroplas pada tumbuhan hijau selain mengandung klorofil a dan b juga mengandung
karotenoid. Molekul-molekul ini juga merupakan pigmen, mempunyai warna yang berkisar antara merah
dan kuning. Cahaya yang diserap paling kuat dibagian biru dan spektrum yang tampak. Karotenoid
sering kali merupakan pigmen dominan pada bunga dan buah. Warna merah buah tomat dan warna
jingga wortel dihasilkan oleh karotenoid. Pada daun, adanya karotenoid sering ditutupi oleh klorofil yang
jauh lebih banyak. Pada musim gugur karena jumlah klorofil dalam daun berkurang, karotenoid mulai
nampak dan menghasilkan warna kuning dan merah pada daun-daunnya.
Gambar 6.3 Cara kerja untuk membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum
Gambar 6.4 Cara kerja untuk membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan oksigen
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mengetahui dampak deterjen terhadap pertumbuhan tanaman (kecambah).
Dasar Teori
Deterjen merupakan campuran berbagai bahan yang digunakan untuk membantu membersihan
benda kotor dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Deterjen saat ini bayak sekali
digunakan dalam rumah tangga dan laundry. Bahan-bahan kimia pembuat deterjen adalah:
1. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung yang
berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hidrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan
tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan air.
Secara garis besar, terdapat empat katagori surfaktan yaitu :
a. Anionik
- Alkyl Benzena Sulfonate (ABS)
Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida,
asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil
Benzena maka persamaan reaksinya adalah:
C6H5C12H25 + SO3 C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonate)
Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil Benzena
Sulfonat.
- Linear Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat
menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
C12H25OH + H2SO4 C12H25OSO3H + H2O
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium
Lauril Sulfat. Secara umum detergen terdiri dari beberapa bahan penyusun, antara lain: Alpha Olein
Sulfonate (AUS)
b. Katonik: Garam Ammonium
c. Non ionic: Nonly Phenol Polyethoxyle
d. Amphoterik: Acyl Ethylenediamines
2. Buildier (Pembetuk)
Builder(Pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci surfaktan degan cara manon-
aktifkan mineral penyebabkan kesadahan air.
b. Phosphates: Sodium Tri Poly Phosphate (STPP).
c. Acetates: Nitril Tri Acetate (NTA) dan Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA).
d. Silicates : Zeolith.
e. Citrates: Citrate acid.
3. Filler (Pengisi)
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak meningkatkan daya cuci, tetapi
menambah kuantitas.
Contah : Sodium Sulfate.
4. Additives
Additives adalah bahan suplemen/tambahan untuk pembuatan produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.
Additives ditambahkan untuk meningkatkan kualitas produk deterjen.
27 Petunjuk Praktikum Biologi Dasar , Jurusan Tadris IPA
Menurut struktur kimia, molekul surfaktan dibedakan menjadi dua yaitu rantai bercabang (Alkyl
Benzena Sulfonate atau ABS) dan rantai lurus (Linear Alkyl Sulfonate atau ALS). Sifat deterjen ABS
merupakan jenis surfaktan yang ditemukan dan digunakan secara luas sebagai bahan pembersih yag
berasal dari minyak bumi. Jenis ini mempunyai sifat yang tidak dapat diuraikan oleh bahan-bahan alami
seperti mikroganisme, matahari dan air. Banyaknya percabangan ABS ini menyebabkan kadar residu
ABS sebagai penyebab terjadi pencemaran air. Sedangkan untuk deterjen LAS merupakan jenis
surfaktan yang lebih mudah diuraikan oleh bakteri. Deterjen LAS mempunyai kemampuan berbusa 10-
30% bahan organik aktif. LAS juga dapat menghilangkan busa yang dapat hilang secara berangsur-
angsur sehingga tidak menggangu lingkungan. Akan tetapi bahan poliposfat dalam deterjen
menghasilkan limbah yang mengandung fosfor sehingga menyebabkan eutrofikasi. Menurut kandungan
gugus aktif maka deterjen diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Deterjen Keras
Deterjen keras sulit diuraikan oleh mikroganisme. Jenis deterjen keras inilah yang dapat
menyebabkan pencemaran air.
Contoh: Alkil Benzena Sulfonate (ABS).
b. Deterjen Lunak
Deterjen lunak merupakan bahan penurun tegangan permukaan yang mudah dirusak oleh
mikroganisme sehingga tidak aktif lagi bila dipakai. Contoh: Lauril Sulfat atau Linear Alkil Sulfonate.
(LAS)
Deterjen dapat merusak lingkungan, diantaranya dapat menyebabkan eutrofikasi yang akhirnya
dapat menyebabkan pendangkalan sungai dan danau, kematian pada ikan, mengganggu reproduksi
ikan, mengganggu pertumbuhan hewan dan tumbuhan. Penelitian Retnaningdiyah dkk menunjukkan
bahwa deterjen dapat menyebabkan abnormalitas perkembangan embrio siput. Abnormalitas tersebut
dapat dilihat dari iregularitas formasi blastomer, lisis, cangkang tidak lengkap, cangkang kecil dan
embrio tidak bercangkang.
Cara Kerja
a. Sediakan tiga cawan petri dan kapas.
b. Buat larutan deterjen 0%, 5% dan 10%
c. Ukur panjang batang kecambah
d. Letakkan kapas pada cawan petri 1, 2 dan 3 dan basahi dengan larutan deterjen 0% (cawan petri
1), 5% (cawan petri 2) dan 10% (cawan petri 3).
e. Letakkan kecambah di atas kapas yang telah dibasahi.
f. Letakkan cawan petri tersebut pada tempat yang gelap.
g. Basahi kapas pada cawan petri tersebut setiap hari.
h. Ukur panjang batang dan kecambah setiap hari.
Tabel Pengamatan
No. Larutan Panjang Batang (cm)
Deterjen Kecambah Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6
(K)
1. 0% K1
2. K2
3. K3
4. 5% K1
5. K2
6. K3
7. 10% K1
8. K2
9. K3
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mengamati keanekaragaman hayati yang ada di sekitar tempat tinggal
mahasiswa.
Dasar Teori
Keanekaragaman hayati atau biodiversity, adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik
tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme, serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan
keanekaragaman sistem ekologi dimana mereka hidup. Termasuk di dalamnya kelimpahan dan
keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang
ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya. Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada
berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi.
Keanekaragaman hayati dibedakan menjadi 3 yaitu, keanekaragaman hayati tingkat gen, spesies dan
ekosistem.
a. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Jika mengamati tanaman bunga mawar, maka tanaman ini memiliki bunga yang berwarna-
warni, dapat berwarna merah, putih atau kuning. Contoh lain pada tanaman pisang, keanekaragaman
dapat ditemukan antara lain pada bentuk buahnya, rasa, dan warnanya. Demikian juga pada hewan
dapat dibandingkan antara ayam kampung, ayam hutan, ayam ras, dan ayam lainnya. Disini akan
terlihat keanekaragaman sifat antara lain pada bentuk dan ukuran tubuh, warna bulu dan bentuk
jengger. Keanekaragaman warna bunga pada tanaman mawar. Bentuk, rasa, warna pada buah
mangga, serta keanekaragaman sifat, warna bulu dan bentuk pial pada ayam, ini semua disebabkan
oleh pengaruh perangkat pembawa sifat yang disebut dengan gen. Semua makhluk hidup dalam satu
spesies/jenis memiliki perangkat dasar penyusun gen yang serupa. Gen merupakan bagian kromosom
yang mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme yang bersifat diturunkan dari induk/orang tua
kepada keturunannya. Gen pada setiap individu, walaupun perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi
susunannya berbeda-beda bergantung pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen inilah
yang menentukan ciri atau sifat suatu individu dalam satu spesies.
b. Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis
Dapatkah kita membedakan antara tumbuhan kelapa aren, nipah dan pinang? atau
membedakan jenis kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang buncis, kacang kapri, dan kacang
hijau? atau membedakan kelompok hewan antara kucing, harimau, singa dan citah?. Jika hal ini dapat
dibedakan dengan benar, maka kita telah mengetahui tentang keanekaragaman jenis. Untuk
mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan atau hewan, dapat diamati, antara
lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan hidup dan lain-lain. Sebagai
contoh dalam suku kacang-kacangan, antara lain; kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan
kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan tersebut dapat dengan mudah dibedakan, karena
diantara jenis tersebut ditemukan ciri-ciri yang berbeda antara ciri satu dengan yang lainnya. Misalnya
ukuran tubuh atau batang (ada yang tinggi dan pendek); kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang
merambat), bentuk buah dan biji, warna biji, jumlah biji, serta rasanya yang berbeda. Sebagai contoh
hewan adalah suku Felidae. Walaupun hewan-hewan tersebut termasuk dalam satu famili/suku Felidae,
tetapi diantara mereka terdapat perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya, perbedaan warna
bulu, tipe lorengnya, ukuran tubuh, tingkah laku, serta lingkungan hidupnya.
c. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem
Lingkungan hidup meliputi komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik meliputi
berbagai jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu (uni seluler) sampai makhluk hidup bersel banyak
(multi seluler) yang dapat dilihat langsung oleh kita. Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan,
Pengelompokan/klasifikasi:
1. Bahan makanan pokok
2. Sayur
3. Lauk
4. Buah
5. Bumbu masakan
6. Spesies eksotis
7. Spesies lokal
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah membuat biopestisida dan mengenal tanaman penarik musuh alami.
Dasar Teori
Revolusi hijau yang terjadi di Indonesia dan negara berkembang lainnya telah mengubah sistem
pertanian tradisional (organik) menjadi sistem pertanian konvensional (anorganik). Pertanian organik
adalah sistem pertanian yang menggunakan sumber alami dan melarang penggunaan pupuk dan
pestisida kimia sintetik, sementara pertanian anorganik adalah sistem pertanian yang mengizinkan
penggunaan pupuk dan pestisida kimia sintetik. Revolusi hijau ini juga telah mengubah paradigma
berfikir petani, yang menganggap bahwa peningkatan produksi pertanian hanya dapat dicapai melalui
penggunaan pupuk dan pestisida kimia sintetik.
Di satu sisi revolusi hijau telah berhasil meningkatkan produksi pangan dan meciptakan negara
swasembada pangan, namun di sisi lain revolusi hijau telah memberikan dampak buruk bagi lingkungan
akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia buatan. Dampak buruk tersebut seperti meledaknya
hama sekunder, hilangnya musuh alami, berkurang bahkan hilangnya biodiversitas, meningkatnya erosi
tanah, pencemaran perairan yang pada akhirnya akan merusak kesehatan ekosistem, residunya
mencemari beras. Melihat dampak buruk revolusi hijau terhadap ekosistem pertanian maka perlu ada
perbaikan ekosistem pertanian melalui pertanian yang berkelanjutan yaitu dengan cara konversi dari
pertanian anorganik menjadi pertanian organik. Konversi sistem pertanian tersebut diharapkan dapat
mengembalikan kesehatan ekosistem pertanian.
A B C D
E F G
Gambar 9.1 Tanaman untuk biopestisida, (atas) dan penarik musuh alami (bawah); Keterangan A:
cabe rawit, B: daun sirsak, C: labu siam, D: bawang putih, E: putri malu, F: kenikir, G:
kemangi.
Praktek pertanian organik selalu mengandalkan bahan-bahan yang berasal dari alam, baik dari
segi pemupukan maupun dari segi pengenadlian hama. Pegendalian hama dalam pertanian organik
menggunakan biopestisida dan tanaman penarik musuh alami. Biopestisida adalah pestisida dari bahan
alami sedangkan tanaman penarik musuh alami adalah tanaman yang dapat digunakan sebagai habitat
oleh musuh alami. Musuh alami adalah hewan yang memakan hama (predator). Tanaman yang dapat
digunakan sebagai biopestisida diantaranya adalah cabai rawit, daun sirsak, jahe, bawang putih, jahe
dan pandan. Sedangkan tanaman penarik musuh alami diantaranya adalah kemangi, putri malu dan
kenikir (Gambar 9.1).
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mengukur kepekaan alat indera mahasiswa terhadap rangsangan yang
diberikan.
Dasar Teori
Alat indera merupakan alat yang berfungsi untuk mengenal, membedakan dan membandingkan
benda di sekitarnya. Alat indera manusia ada 5 yaitu, mata sebagai indera penglihatan, telinga sebagai
indera pendengar, hidung sebagai indera penciuman, lidah sebagai indera pencecap, dan kulit sebagai
indera peraba.
1. Mata
Mata manusia berbentuk bulat dengan diameter + 2,5 cm. Biji mata berada dalam rongga mata
dapat digerakkan oleh otot-otot mata (Gambar 10.1). Otot mata ada 3 jenis yaitu:
a. Otot penggerak ke atas dan bawah.
b. Otot pemutar bola mata.
c. Otot penggerak bola mata ke kiri dan ke kanan.
Kelainan-kelaianan pada mata diantaranya adalah:
a. Juling.
b. Rabun jauh (miopi).
c. Rabun dekat (hipermetropi).
d. Rabun senja (presbiopi).
Cara mencegah kelaianan pada mata diantaranya adalah:
a. Membaca dengan jarak normal (+ 30 cm).
b. Melihat televisi tidak terlalu dekat.
c. Membaca tidak sambil tidur.
Kesehatan mata dapat dijaga dengan cara mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin A,
seperti wortel, tomat, pepaya dan buah-buahan yang berwarna kuning kemerahan.
3. Hidung
Manusia dapat membedakan bau parfum dan masakan melalui indera penciuman/pembau
yaitu hidung. Pada saat bernafas, bau masakan dan parfum ikut terhirup sehingga sampailah pada
rongga hidung bagian atas. Pada bagian itu terdapat selaput lendir yang di dalamnya terdapat ujung-
ujung saraf sehingga ujung-ujung saraf indera pembau tersebut terhubung ke otak (Gambar 10.3).
Apabila selaput lendir pada hidung terganggu maka kemampuan untuk mencim benda-benda di sekitar
kita juga berkurang, misalnya pada saat pilek.
4. Lidah
Pada saat makan, manusia dapat membedakan rasa asin, asam, manis, pedas dan pahit.
Rasa-rasa itu dapat diketahui melalui indera pencecap yaitu lidah. Manusia dapat membedakan
5. Kulit
Manusia dapat merasakan dingin, panas, kasar, halus, dan gatal karena pada kulit terdapat
reseptor yang merupakan ujung-ujung saraf sebagai indera peraba (Gambar 10.5). Reseptor itulah
yang dapat membedakan panas, dingin, halus, kasar, dan gatal. Kulit tersusun dari tiga lapisan yaitu
epidermis, dermis dan jaringan bawah kulit. Epidermis tersusun dari lapisan malpighi, yaitu lapisan ari
dan lapisan mati (lapisan paling luar). Lapisan malpighi tersusun dari satu lapis yang terus membelah
dan bertugas mengganti sel kulit mati yang ada di atasnya. Kepekaan kulit terhadap rangsangan di
setiap permukaan tidak sama, hal ini karena jumlah reseptor pada kulit berbeda. Semakin banyak
jumlah reseptornya maka kepekaan terhadap rangsangannya akan semakin tinggi pula. Kulit
merupakan alat indera yang sangat penting bagi manusia, oelh karena itu perlu dirawat. Cara merawat
kulit diantaranya adalah:
a. Mandi 2 kali sehari.
b. Jika kulit terkena penyakit segera diobatai atau pergi ke dokter.
c. Hati-hati dalam menggunakan benda-benda tajam (pisau) agar tidak mengenai anggota tubuh.
Penyakit-penyakit kulit diantaranya adalah:
a. Panu
b. kutu air
c. Kadas
d. Kurap
2. Indera Pembau
a. Siapkan jahe, kencur dan parfum.
b. Probandus ditutup matanya.
c. Praktikan 1 mendekatkan satu persatu bahan-bahan ke dekat hidung probandus.
d. Probandus menebak bahan-bahan yang diteskan tersebut.
e. Praktikan 2 mencatat jawaban dan menilai jawaban probandus.
3. Indera Perasa/Pencecap
a. Siapkan probandus yang suka merokok, pedas, asam, asin, dan manis.
b. Ujilah indera perasa/pencecap kelima probandus dengan cara menyuruh kelima probandus
tersebut untuk merasakan bahan-bahan yang telah disediakan.
c. Catatlah kepekaan indera perasa/pencecap kelima probandus tersebut.
d. Catatlah rasa yang kurang bisa dirasakan oleh masing-masing probandus.
4. Indera Pendengar
a. Siapkan dua probandus.
b. Tutup telinga probandus 1.
c. Probandus 2 berbicara dengan suara yang pelan.
d. Probandus 1 menebak kata yang diucapkan probandus 2.
e. Probandus 2 mencatat apakah kata yang diucapkan probandus 1 benar atau salah.
5. Indera Peraba
a. Siapkan es batu, air hangat, benda dengan permukaan halus dan kasar
b. Sentuhkan es batu dan air hangat pada kulit tangan dan rabalah bahan yang memiliki permukaan
halus dan kasar dengan telapak tangan.
c. Catatlah hasilnya.
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mengamati rangka manusia dan bagian-bagiannya.
Dasar Teori
Rangka merupakan bagian tubuh manusia yang berfungsi untuk menegakkan tubuh, tempat
melekatkanya otot dan urat dan melindungi bagian tubuh yang lunak seperti otak, jantung dan paru-
paru. Rangka manusia dibagi menjadi tiga golongan yaitu tulang tengorak, tulang badan dan tulang
anggota gerak (Gambar 11.1).
2. Tulang belakang
41 Petunjuk Praktikum Biologi Dasar , Jurusan Tadris IPA Gambar 11.8 Tulang anggota gerak bawah
Posisi duduk yang salah dan kebiasaan membawa beban yang berat dapat menyebabkan
kelainan bentuk pada tulang belakang. Kelainan tersebut adalah Lordosis, kifosis dan skoliosis.
Lordosis yaitu kelianan pada tulang karena tulang terlalu bengkok ke depan (Gambar 11.9). Hal ini
disebabkan oleh posisi duduk yang sering membusungkan dada ke depan. Kifosis yaitu kelainan pada
tulang karena tulang punggungg terlalu bengok ke belakang. Hal ini disebabkan oleh posisi duduk dan
berdiri yang sering membungkuk. Sedangkan skoliosis yaitu kelainan pada tulang karena tulang
punggung terlalu bengkok ke kiri atau ke kanan. Hal ini karena sikap duduk yang sering miring dan
mengangkat beban yang terlalu berat pada salah satu lengan atau bahu.
A B C D
Gambar 11.9 Kelainan bentuk tulang belakang; Keterangan: A. Kifosis, B. Lordosis, C. Skoliosis dan D.
Posisi/sikap duduk yang benar
Cara Kerja
1. Ambilah torso rangka manusia
2. Amatilah torso rangka manusia kemudian gambar dan tuliskan nama bagian-bagian rangka
tersebut.
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah melakukan pemeriksaan dan menentukan golongan darah pada manusia.
Dasar Teori
Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lainnya, berada dalam
konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan
menjalankan fungsi transfor berbagai bahan serta fungsi hemostasis. Sifat utama dari darah yaitu suatu
cairan tubuh yang kental dan berwarna merah. Kekentalan ini disebabkan oleh banyaknya senyawa
dengan berbagai macam berat molekul, dari yang kecil sampai yang besar seperti protein, yang terlarut
dalam darah. Warna merah, yang _lcoho _lcoh yang sangat khas bagi darah, disebabkan oleh adanya
senyawa yang berwarna merah dalam darah. Dengan adanya senyawa yang berwarna merah dalam
sel–sel darah merah (SDM) yang tersuspensi dalam darah. Darah merupakan bagian penting dari sitem
transport, darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma
darah merupakan bagian cair dan bagian korpuskuli yaitu benda–benda darah yang terdiri atas lekosit,
eritrosit, dan trombosit.
Golongan darah secara umum terbagi menjadi empat golongan darah yaitu A,B,O dan AB.
Dalam darah terdapat antigen dan _lcohol_ dimana antigen berada pada sel–sel darah merah dan
_lcohol_ berada dalam serum. Sel – sel yang hanya memiliki antigen A dan mempunyai anti-B didalam
serum disebut golongan A. Sedangkan sel – sel yang hanya memiliki antigen B dan mempunyai anti-A
dalam serum disebut golongan B. Sel – sel yang memiliki antigen A dan antigen B dan tidak mempunyai
anti-A dan anti-B dalam serum disebut golongan AB. Sel-sel yang tidak memiliki antigen A dan antigen
B, mempunyai anti-Adan anti-B dalam serum disebut golongan O.
Segala penampilan dan karakteristik golongan darah, dikendalikan oleh gen–gen yang ada
dalam inti sel–sel tubuh kita. Tiap sel memiliki 23 pasang kromosom, kita diwariskan salah satu
kromosom dari tiap pasangannya dari masing–masing orang tua kita. Diantara karakteristik golongan
darah yang diwariskan, terdapat sebuah gen yang bertanggung jawab atas spesifisitas golongan ABO
darah kita. Dengan kata lain kita mewarisi dua gen golongan darah, kromosom dari ibu membawa salah
satu dari gen A, B, O. Hal yang sama, kromosom yang lain dari ayah juga membawa salah satu dari
gen A,B atau O.
Cara Kerja
1. Lemaskan bagian jari yang akan diambil darahnya.
2. Desinfeksi bagian jari dengan _lcohol 70%
3. Tusuk jari tersebut dengan menggunakan lanset (jangan lupa untuk selalu mengganti needle
lanset setiap kali ganti pasien).
4. Hapuslah tetesan darah pertama dengan menggunakan kapas beralkohol.
5. Pijat jari tersebut secara perlahan hingga keluar darah di bagian yang disuntik tadi dan teteskan
pada masing-masing kaca preparat yang bertuliskan A dan B.
6. Pada preparat yang bertuliskan A, ditetesi antiserum A.
7. Pada preparat yang bertuliskan B, ditetesi antiserum B.
8. Aduk masing-masing kaca preparat dengan tusuk gigi secara horizontal.
9. Goyangkan sebentar di atas meja amati proses yang terjadi (apakah terdapat penggumpalan
atau tidak).
Aspamufita, N dan Yuliani, S. 2013. Efek EKstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrizha
Roxb) Terhadap Memori Spasial Tikus Model Demensia yang DIinduksi Trimethylin.
Pharmaciana, 3(2):57-62.
Badgley, Catherine., Moghtader, Jeremy., Quintero, Eileen., Zakem, Emily., Chappell, M. Jahi.,
Vazquez, Katia Aviles., Samulon, Andrea., dan Perfecto Ivette. 2006. Organic Agriculture and
The Global Food Supply. Renewable Agriculture and Food System. 22(2):86-108.
Campoy C., Jimenez M., Olea-Serrano M.F., Frias M.M., Canabate F., Olea N., Bayes R., and Font
J.A.M. 2001. Analysis of Organochlorine Pesticides in Human Milk: Preliminaru Result. Early
Human Development. 65: 183-190.
Devanathan G., Subramanian A., Someya M., Sudaryanto A., Isobe T., Takahasi S., Chakraborty P.,
dan Tanabe S. 2009. Persistent Organochlorine in Human Breast Milk from Major Metropolitas
Cities India. Environmental Pollution 157:148-154.
Dumondor, S.V., Angliadi, E. Dan Sengkey, L. 2015. Hunbungan Penggunaan Ransel dengan Nyeri
Punggung dan Kelainan Bentuk Tulang Belakang pada Siswa di SMP Negeri 2 Tombatu. Jurnal
e. Clinic (eCl). 3(1).
Febriani, W., Suwono, H. dan Sunarmi. 2013. Modul Jaringan Tumbuhan untuk Siswa SMA Kelas Xi
Semester I. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Negeri Malang. Malang.
Hadi, U.K. 2015. Pengendalian Hama Permukiman di Indonesia. Bagian Parasitologi dan Entomologi
Kesehatan. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB. Bogor.
Kusuma Z. 2009. Dampak Pencemaran Pestisida di DAS Brantas Hulu. Jurnal agritek 17(3).
Leksono, Amin Setyo. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Bayumedia. Malang.
Mariyono, J., Kompas, T., Grafton, R.Q. 2010. Shifting from Green Revolution to Environmentally Sound
Policies: Technological Change in Indonesian Rice Agriculture. Journal of the Asia Pacific
Economy. 15(2):128-147.
Minh N.H., Someya M., Minh T.B., Kunisue T., Iwata H., Watanabe M., Tanabe S., Viet P.H., and Tuyen
B.C. 2004. Persistent Organochlorine Residues in Human Breast Milk from Hanoi and Hochiminh
City, Vietnam: Contamination, Accumulation Kinetics and Risk Assessment for Infant.
Environmental Pollution. 129.
Moesbar, N. 2006. Infeksi Tuberkulosa pada Tulang Belakang. Majalah Kedokteran Nusantara.
39(3):279-289.
Nurhayati, I. Syulasmi, A. dan Hamdiyati, Y. Tanpa Tahun. Aktivitas Anti Fungi EKstrak Kunyit
(Curcuma domestica Val) TErhadap PErtumbuhan Jamur Alternaria Porri Ellis Secara In Vitro.
Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia.
Ponce, Carlos., Bravo, Carolina., de Leon, David Grarcia., Magana, Marina., Alonso Juan Carlos. 2011.
Effect of Organic Farming on Plant and Arthropod Communities: A Case Study in Mediterranea
Dryland Cereal. Agriculture, Ecosystem and Environment.141:193-201.
Retnaningdyah, C., S. Samino, Suharjono, I. Doddy, Prayitno, 1999. The Acute Toxicity of Detergent
Surfactant (LAS and ABS) Towards Some River Gastropods. Natural 3 (2):63-71.
Rohman, A., Helmiyati, S., Hapsari, M., dan Setyaningrum, D. L. 2014. Rice in Health and Nutrition.
International Food Research Journal.21(1):13-24.
Sudjana, B. tanpa tahun. Pertanian Berkelanjutan Berbasis Kesehatan Tanah dalam Mendukung
Ketahanan Pangan. Fakultas Pertanian. Universitas Singaperbangsa Karawang.
Sutrisno, N, Setyanto, P, dan Kurnia U. 2009. Perspektif Dan Urgensi Pengelolaan Lingkungan
Pertanian Yang Tepat. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(4): 286-291.
Syam, Y., Noersasongko, D., dan Sunaryo, H. 2014. Fraktur Anibat Osteoporosis. Jurnal e. Clinic
(eCl).2(2).
Syukur, A. 2009. Belajar dari Pengalaman Petani dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan. Lembaga
Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan. Malang.
Tim Dosen Biologi Umum. 2014. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya. Malang.
Tim Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup. 2014. Pendidikan Lingkungan Hidup. Universitas
Negeri Semarang. Semarang.
Tim Dosen Mata Kuliah Taksonomi Invertebrata. 2015. Penuntun Praktikum Invertebrata. Laboratorium
Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Alaudin Makasar.
Tutu A.O., Golow Y.A.A., Denutsui D., and Arthur B.S. 2011. Organochlorine Pesticides Residues in
Breast Milk of Some Primiparae Mother in La Community, Accra, Ghana. Research Journal of
Envirinmental and Earth Sciences. 3(2):153-159.
Vogl, C.R., Kilcher L, Schmidt, H. 2005. Are Standards and Regulations of Organic Farming Moving
Away from Small Farmers‟ Knowledge. Journal of Sustainable Agriculture. 26(1):5-26.
Wismono, J dan Riyanto. 2004. Gembira Sains 4. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Zazouli, M.A., Bandpei, A.M., Ebrahimi,M., and Izanloo, H. 2010. Investigation of Cadmium and Lead
Content in Iranian Rice Cultivated in Babol Region. Asian Journal of Chemistry. 22(1):1369-1366.
Zulfamhi dan Rosmaina. 2013. Penuntun Praktikum Keanekaragaman Hayati. Laboratorium Genetika
dan Pemuliaan, Fakultas Pertanian dan Peternakan. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau. Pekanbaru.
PENGENALAN MIKROSKOP
oleh:
Kinanti Prihandono
(210915007)
LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN TADRIS IPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2018