Makalah Perubahan Psikologi Ibu Hamil
Makalah Perubahan Psikologi Ibu Hamil
Makalah Perubahan Psikologi Ibu Hamil
Dosen Pembimbing:
Aan Somana, S.Kep., M. Pd., MNS
Disusun Oleh :
Miati (E.0106.18.006)
Rina Maryani (E.0106.18.014)
Sindhy Octa Virginia Y (E.0106.18.022)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, tentang “Proses Perubahan Dan
Penanganan Psikologis Pada Masa Kehamilan”. Tanpa ridha dan kasih sayang serta petunjuk
dari-Nya mustahil tugas ini dapat terselesaikan.
Penyusun membuat makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Psikologi yang diberikan oleh dosen, yaitu Bapak Aan Somana, S.Kep., M. Pd., MNS. Dari
pembuatan makalah ini tidak hanya menyelesaikan tugas, tetapi bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan kita yang berkaitan dengan proses perubahan dan penanganan
psikologis pada masa kehamilan.
Kiranya makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi pembaca, meski begitu
penyusun sadar bahwa makalah ini perlu untuk dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
BAB IV PENUTUP................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan periode krisis yang akan berakhir dengan dilahirkannya
bayi. Selama kehamilan, pada umumnya ibu mengalami perubahan baik fisik maupun
psikis yang tampaknya hal tersebut berhubungan dengan perubahan biologis (hormonal)
yang dialaminya. Emosi ibu hamil cenderung labil. Reaksi yang ditunjukkan terhadap
kehamilan dapat saja berlebihan dan mudah berubah-ubah.
Kehamilan merupakan episode dramatis dari kondisi biologis maupun psikologis
yang tentuntunya memerlukan adaftasi dari seorang wanita yang sedang mengalaminya.
Sebagian kaum wanita menganggap bahwa kehamilan kodrat yang harus dilalui, tetapi
sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa yang menetukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan fisik dan emosional yang konpleks memerlukan adaptasi terhadap
penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Persoalan dalam kehamilan
itu sendiri dapat menjadi pencetus berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi
emosionalyang ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yng berat.
Seiring persiapannya untuk menghadapi peran baru, wanita tersebut mengubah
konsep dirinya agar ia siap menjadi orang tua, begitu pula halnya dengan suami. Selama
kehamilan, kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional. Sering
kali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa bahagianya dia karena akan
menjadi seorang ibu dan bahwa dia sudah memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan
dilahirkannya. Namun, tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir jika terjadi masalah
dalam kehamilannya, ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya atau kemungkinan
bayinya tidak normal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester I?
2. Apa saja perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester II?
3. Apa saja perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester III?
4. Apa saja siklus kehidupan dan transisi peran dalam kehamilan ?
5. Apa saja konseling pada ibu hamil?
6. Apa saja gangguan psikologis pada masa kehamilan?
1
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester
I.
2. Untuk mengetahui apa saja perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester
II.
3. Untuk mengetahui apa saja perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester
III.
4. Untuk mengetahui apa saja siklus kehidupan dan transisi peran dalam kehamilan .
5. Untuk mengetahui apa saja konseling pada ibu hamil.
6. Untuk mengetahui apa saja gangguan psikologis pada masa kehamilan.
BAB II
PEMBAHASAN
3
intrinsik berhubungan dangan tujuan pribadi dari individu, yakni individu berusaha
untuk
4
5
baru sebagai seorang ibu. Perubahan in bisa menyebabkan kesedihan bagi ibu karena
telah meninggalkan peran lamanya sebelum masa kehamilan, terutama pada ibu yang
mengalami hamil pertama kali dan ibu yang menjadi wanita karier. Ibu harus diberikan
pengertian bahwa ia tidak tidak harus membuang segala peran yang ia terima sebelum
kehamilannya. Pada wanita multigravida, peran baru bagaimana ia menjelasakan
hubungan dengan anakanya yang lain dan bagaiman bila nanti ia harus meninggalakan
rumahnya untuk sementara ketika proses persalinan.
6) Kelainan anatomi dan fisiologi saluran reproduksi atau organ reproduksi wanita
seperti vagina, uterus, serviks, tuba fallopi, dan ovarium.
7) Faktor lain: Prolactinoma (tumor pada hopofisis), hiper / hipotiroid
(kelebihan/kekurangan hormon tiroid).
b. Tanda Gejala Gangguan Psikologis Pada Wanita Infertilitas
Dalam buku psikologis wanita karangan kartini kartono (2006) disebutkan gambaran
tentang gangguan psikologis pada wanita yang inertil, yaitu sebagai berikut.
1) Ada kebiasaan dan religi dari banyak suku bangsa di dunia yang menegaskan
bahwa wanita yang tidak mampu melahirkan anak adalah wanita inferior. Hal
yang membuat wanita tidak mampu memberikan keturunan menjadi rendah diri
dan kehilangan kepercayaan diri.
2) Pada beberapa wanita lain, selalu berusaha mengingkari trauma sterilitas dengan
justifikasi bahwa ia tidak menginginkan kehadiran anak dalam kehidupannya.
3) Sebagai manifestasi dari sterilitasnya, banyak wanita infertil mengambil
substitusi lain dengna cara mengembangkan hobi, meniti karir, mengadopsi anak,
dan lainnya.
4) Setiap kegagalan dan kekecewaan selalu diproyeksikan kepada orang lain.
5) Adapula wanita steril yang memiliki sifat pseudo-keibuan, menghibur diri dengan
memilih pekerjaan yang bersifat keibuan.
c. Pengelolaan Gangguan Psikologis Pada Infertilitas
Gangguan psikologis pada infertilitas merupakan siklus yang tidak terputus.
Infertilitas dapat disebabkan oleh adanya gangguan psikologis yang meghambat
proses reproduksi itu sendiri dan dampak dari infertilitas itu juga mengakibatkan
gangguan psikologis. Adapun penanganannya dapat dilakukan dengan konseling
baik secara individu atau konseling pasangan, mengingat kondisi ini, melibatkan
kedua belah pihak, yaitu suami dan istri.
kehamilan palsu adalah faktor emosional atau psikis yang menyebabkan kelenjar
pituitari terpengaruh sehingga menyebabkan kegagalan sistem endokrin dalam
mengontrol hormon yang menimbulkan keadaan seperti hamil.
a. Tanda gejala gangguan psikologis pada pseudocyesis
Wanita dengan pseudocyesis memiliki kondisi psikologis seperti berikut ini.
1) Adanya sikap yang ambivalen terhadap kehamilannya, yaitu ingin sekali menjadi
hamil, sekaligus tidak ingin menjadi hamil.
2) Keinginan untuk menjadi hamil terutama sekali tidak timbul dari dorongan
keibuan, akan tetapi khusus dipacu oleh dendam, sikap bermusuhasn, dan harga
diri.
3) Secara bersamaan muncul kesediaan untuk menyadari, sekaligus kesedian untuk
tidak mau menyadari bahwa kehmailannya adalah ilusi belaka.
4) Wanita dengan pseudocyesis tidak terlepas dari pseudologi, yaitu fantasi-fantasi
kebohongan yang selalu ditampilkan kedepan untuk mengingkari hal-hal yang
tidak menyenangkan.
b. Pengelolaan gangguan psikologis pada pseudocyesis
Peristiwa pseudocyesis merujuk pada peristiwa pseudologia, yaitu fantasi-
fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan kedepan untuk mengingkari atau
menghindari realitas yang tidak menyenangkan. Wanita pseudocyesis ingin sekali
menonjolkan egonya untuk menutupi kelemahan dirinya, oleh karena itu dipilihlah
aliran konseling psikoanalisis dengan menekankan pentingnya riwayat hidup klien,
pengaruh dari pengalaman diri pada kepribadian individu, serta irasionalitas dan
sumber-sumber tak sadar dari tingkah laku manusia.
Peran konselor dalam hal ini adalah menciptakan suasana senyaman mungkin
agar klien merasa bebas untuk mengekspresikan pikiran-pikiran yang sulit. Proses
ini bisa dilakukan dengan meminta klien berbaring di sofa dan konselor dibelakang
(sehingga tidak terlihat). Dengan begitu klien diharapkan dapat memperoleh
kesadarn diri, kejujuran dan hubungan pribadi yang lebih efektif, dapat menghadapi
ansietas dengan realistis, serta dapat mengendalikan tingkah laku, irasional
(Lesmana, 2006).
3. Gangguan Psikologis Pada Kehamilan Diluar Nikah
a. Fenomena kehamilan diluar nikah
Remaja bisa saja mengatakan bahwa seks bebas atau seks pra nikah itu aman untuk
dilakukan. Namun, bila remaja melihat dan memahami akibat dari perilaku itu,
11
ternyata lebih banyak membawa kerugian. Salah satu resikonya adalah kehamilan
diluar nikah. Sungguh merupakan suatu permasalahan kompleks yang dapat
menghancurkan segalanya, masa muda, pendidikan, kepercayaan dan kebanggaan
orangtua, serta pandangan negatif dari masyarakat. Selain itu juga kehamilan yang
tidak diinginkan yang juga mengarah pada tindakan aborsi kriminalis.
b. Tanda gejala gangguan psikologis pada kehamilan diluar nikah
Umunya kehamilan diluar nikah dialami oleh remaja, dimana remaja dengan rentang
usia 12-19 tahun memiliki kondisi psikis yang labil, karena masa ini merupakan
masa transisi dan pencarian jati diri. Dengan kehamilan diluar nikah banyak
permasalahan yang akan dihadapi oleh remaja antara lain adalah sebagai berikut.
1) Timbulnya perasaan takut dan bingung yang luar biasa, terutama pada wanita
yang menjadi objek akan merasakan ketakutan besar terhadap respon orang tua,
dan biasanya mereka menutupi kehamilan nya sehingga didapatkan tindakan lain.
2) Rasa ketakutan jika kekasih yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab
dan tidak mau menolongnya keluar dari kondisi yang rumit itu.
3) Cemas jika sampai teman-temannya mengetahui, apalagi pihak sekolah yang
mungkin saja akan mengeluarkan nya dari bangku sekolah.
4) Rasa takut yang timbul karna ia sangat tidak siap menjadi seorang ibu.
5) Timbul keinginan untuk mengakhiri kehamilan nya dengan aborsi. (Kartono, K.,
2007).
c. Pengelolaan gangguan psikologis pada kehamilan diluar nikah
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan guna menangani permasalahan ini adalah
dengan konseling humanistik, dimana manusia sebagai individu berhak menentukan
sendiri keputusannya dan selalu berpandangan bahwa pada dasarnya manusia itu
adalah baik (Rogers, 1971). Konseling perlu memiliki tiga karakter seperti berikut
ini:
1) Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan bersama dengan klien,
usaha berpikir bersama tentang, dan untuk mereka (klien)
2) Positif regard (acceptance) yaitu menghargai klien dengan berbagai kondisi dan
keberadaan nya.
3) Congruence (genuineness) adalah kondisi transparan dalam hubungan terapeutik.
4) Didalam menghadapi permasalahan kehamilan diluar nikah bagi para remaja,
maka bidan dapat memberikan konseling bersama yaitu konseling keluarga,
12
antara remaja itu sendiri, konselor dan pihak keluarga, mengingat ornagtua masih
memiliki andil yang besra pada kehidupan anak remaja mereka (Lesmana, 2006).
2) Marah (anger)
Beberapa ahli menyebutkan ini sebagai tahap pencarian. Orangtua atau ibu
marah, mengapa bayinya sampai meninggal?.
3) Tawar-menawar (bargainning)
Dalam fase ini orangtua atau ibu akan mulai menawar, seandainya bayinya tidak
meninggal ia akan melakukan hal tertentu apapun akan dilakukannya asal bayinya
dapat hidup.
4) Depresi (depression)
Emosi predominan dalam fase ini adalah kesedihan berduka diiringi dengan
kehilangan mereka menolak dan menarik diri, orangtua mungkin akan mengalami
kesulitan untuk kembali ke kehidupan normal sehari-hari
5) Menerima (acceptance)
Fase akhir dari berduka meliputi penerimaan masa kehilangan dan kembali ke
aktivitas normal sehari-hari.
b. Pengelolaan gangguan psikologis pada kehamilan dengan janin mati.
Dalam memberikan bantuan dan konseling pada ibu dnegan janin mati harus
disesuaikan dengan fase dimana ia berada. Hal itu diharapkan bantuan yang
diberikan adalah bantuan yang tepat, bukan bantuan yang justru membuat keadaan
semakin kacau.
7. Gangguan Psikologis Pada Kehamilan Dengan Ketergantungan Obat
Kehamilan dnegan ketergantungan obat didefiniskan sebagai kondisi suatu
kehamilan dimana terdapat pola pengguanaan zat psikoatktif dan zat lain yang memiliki
implikasi berbahaya bagi wanita dan janinnya atau bayi baru lahir (Varney, 2007)
a. Jenis-jenis obat yang menimbulkan ketergantungan
1) Antikolinergik
Yaitu jenis obat yang memberikan efek menenangkan, membuat pemakai tidak
atau kurang mampu merasakan sensasi. Obat ini juga banyak digunakan dalam
tindakan medis seperti anastesi (pembiusan)
2) Kanadis / ganja
Yaitu jenis-jenis obat yang tergolong dalam kelas canadis sativa atau tanaman
rami. Tanaman semak / perdu yang tumbuh secara liar dihutan yang mana daun,
bunga, dan biji kanadis berfungsi untuk relaksan dan mengatasi keracunan ringan
15
8) Bidan perlu berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain dalam proses
pemulihan, yaitu dengan perawat, dokter dan psikolog serta melibatkan keluarga
dalam proses pemulihan.
BAB III
HASIL PENELITIAN
Resume :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang terdiri dari
dukungan suami, ibu kandung, dan ibu mertua memiliki sumbangan yang cukup besar
terhadap penyesuaian diri ibu hamil pertama, oleh karena itu keluarga diharapkan
memberikan dukungan perhatian, instrumental, informasi dan penilaian kepada calon ibu.
Dukungan yang dapat diberikan antara lain melalui penciptaan suasana rumah yang
menyenangkan, berbagi informasi, menemani ketika pemeriksaan rutin apabila diperlukan,
memberikan kritik atau saran yang membangun kepada ibu hamil yang dapat digunakan
oleh ibu hamil sebagai sarana evaluasi diri.
Ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan keluarga dengan
penyesuaian diri perempuan pada kehamilan pertama yang ditunjukkan oleh koefisien
korelasi (r) sebesar 0,7311 dengan p < 0,01. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
dukungan keluarga maka semakin tinggi penyesuaian diri perempuan pada kehamilan
pertama dan semakin rendah dukungan keluarga maka semakin rendah pula penyesuaian
diri perempuan pada kehamilan pertama.
Resume :
18
19
Relaksasi dengan dzikir adalah sebuah metode yang digunakan dengan harapan
dapat mengurangi kecemasan kehamilan. Relaksasi pernafasan, membantu mengurangi
kecemasan dengan cara mengatur langkah dan kedalaman pernafasan (Schaffer, 2000).
Davis, Eshelman, & McKay (1995) menyatakan bahwa pernafasan yang tepat adalah
merupakan pereda stres. Relaksasi pernafasan pada penelitian ini diakui subjek dapat
merilekskan dan mengendurkan bagian tubuh yang tegang, serta mampu menenangkan,
melegakan, dan menjernihkan pikiran sehingga subjek merasa lebih nyaman setelah
latihan relaksasi.
Sementara itu, dzikir dan doa mengurangi kecemasan dengan cara membantu
individu membentuk persepsi yang lain selain ketakutan yaitu keyakinan bahwa stresor
apapun akan dapat dihadapi dengan baik dengan bantuan Allah.
Saat seorang muslim membiasakan dzikir, ia akan merasa dirinya dekat dengan
Allah, berada dalam penjagaan dan lindungan-Nya, yang kemudian akan membangkitkan
percaya diri, kekuatan, perasaan aman, tenteram, dan bahagia (Najati, 2005). Dzikir akan
membuat seseorang merasa tenang sehingga kemudian menekan kerja sistem syaraf
simpatetis dan mengaktifkan kerja sistem syaraf parasimpatetis (Saleh, 2010).
Resume:
1. Ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan di Poli KIA Puskesmas Tuminting.
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kecemasan ibu
hamil menjelang persalinan di Poli KIA Puskesmas Tuminting.
3. Ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan di Poli KIA Puskesmas Tuminting.
4. Ada hubungan yang signifikan antara pengalaman traumatis dengan kecemasan ibu
hamil menjelang persalinan di Poli KIA Puskesmas Tuminting.
20
1. Annie Aprisandityas
Resume :
A. Kesimpulan
Seiring persiapannya untuk menghadapi peran baru, wanita tersebut mengubah
konsep dirinya agar ia siap menjadi orang tua, begitu pula halnya dengan suami. Selama
kehamilan, kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional. Sering
kali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa bahagianya dia karena akan
menjadi seorang ibu dan bahwa dia sudah memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan
dilahirkannya. Namun, tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir jika terjadi masalah
dalam kehamilannya, ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya atau kemungkinan
bayinya tidak normal.
21
DAFTAR PUSTAKA
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan. Malang: PT. Salemba
Medika.
Mansur Herawati & Temu Budiarto. 2014. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan.
Malang: PT. Salemba Medika.
Budi Astuti Arini, dkk. A. 2000. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Penyesuaian Diri Perempuan Pada Kehamilan Pertama : Jurnal Psikologi 27 (2), 84-95.
2000.
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=perubahan+psikologis+pada+ibu+hamil&oq=perubahan+psikologi
s+p#d=gs_qabs&u=%23p%3D24UWM7LNs8MJ (Diakses pada tanggal 14 Oktober 2019)
Maimunah Annisa, dan Sofia Retnowati. 2011. Pengaruh Pelatihan Relaksasi Dengan
Dzikir Untuk Mengatasi Kecemasan Ibu Hamil Pertama : Jurnal Psikologi dan Psikologi
Islam 8(1). 2011.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt==
%2C5&q=pengaruh+pelatihan+relaksasi+dengan+dzikir+untuk+mengatasi+kecemasan+ibu+
hamil+pertama&btnG=#d=gs_qabs&u=%23%3Dby14X6z4580J (Diakses pada tanggal 14
Oktober 2019)
Ode Zamriati Wa, dkk. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Ibu
Hamil Menjelang Persalinan Di Poli KIA PKM Tuminting : Jurnal Keperawatan 1 (1). 2013.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt==
%2C5&q=perubahan+psikologis+pada+ibu+hamil&oq=perubahan+psikologis+#d=gs_qabs
&u=%23%3DCXiKeAdGq01J
(Diakses pada tanggal 14 Oktober 2019)
Aprisandityas, Annie. 2011. Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Kecemasan Pada Ibu
Hamil. Riau : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
22
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt==
%2C5&q=hubungan+antara+regulasi+emosi+dengan+kecemasan+pada+ibu+hamil&oq=per
ubahan+psikologis+#d=gs_qabs&u=%23%3DRxV-rh181dlJ
(Diakses pada tanggal 14 Oktober 2019)
23