Kelayakan Usaha Pembuatan Pakan Ternak Unggas

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Vo l. 03 No.

01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

KELAYAKAN FINANCIAL DAN EKONOMI USAHA PEMBUATAN PAKAN TERNAK


LIMBAH AMPAS SAGU (Metroxylon Sago)

Haedar1 , Muhammad Kasran2


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo
1
E_Mail: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi biaya baik secara finansial maupun secara ekonomi
dan penentuan manfaat finansial dan manfaat ekonomi terhadap kelayakan produksi Limbah Ampas Sagu dalam
upaya pemanfaatannya menjadi produk pakan ternak bernilai ekonomis dan komersial. Ketersediaan ampas sagu
yang melimpah dihasilkan dari proses pengolahan sagu (Metroxylon sagu) merupakan masalah bagi masyarakat
pedesaan karena mencemari lingkungan dan menjadi limbah yang tidak berguna. Pemanfaatan limbah sagu dalam
skala besar masih jarang dilakukan di Indonesia. Salah satu alternative lain dalam memanfaatkan limbah ampas
sagu adalah mengkonversi menjadi bahan baku utama pembuatan pakan ternak. Hal ini memu ngkinkan menjadi
solusi untuk memutus rantai kemiskinan dari meluasnya tingkat kemiskinan di pedesaan serta rendahnya tingkat
produksi dan pendapatan masyarakat. Salah satu kendala yang dihadapi oleh usaha peternakan adalah belum
tercukupinya kebutuhan nutrisi ternak dan mahalnya harga pakan jadi dipasaran, sehingga masih dibutuhkan
upaya dalam menanggulangi dengan menggali sumber pakan alternative yang terjangkau dan dan melimpah
jumlahnya. Data yang akan digunakan meliputi data primer dan sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini untuk penentuan manfaat finansial dan manfaat ekonomi, penentuan biaya finansial dan biaya
ekonomi, menggunakan metode penentuan harga bayangan, metode perkiraan Opportunity Cost of Capital (OOC),
analisis kelayakan Investasi dan analisis sensitivitas. Hasil analisis kelayakan finansial maka usaha pembuatan
pakan ternak berbahan dasar limbah ampas sagu layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis sensitivitas dengan
skenario menunjukkan bahwa pada usaha pembuatan pa kan ternak ini akan tidak layak dilaksanakan pada kondisi
jika terjadi penurunan jumlah output (limbah apas sagu) sebesar 10 persen disertai dengan penurunan captive
market sebesar 10 persen, biaya tetap (tenaga kerja ahli dan operasional) sebesar 20 perse n. Analisis Switching
Value menunjukkan usaha ini akan tidak layak pada penurunan potensi limbah ampas sagu lebih dari 18,428
persen dan penurunan captive market sebesar 12 persen

Kata kunci: Ampas Sagu, Analisis Kelayakan Finansial, Kelayakan Ekonomi, Pak an Ternak

dengan serat kasar yang tinggi. Keadaan ini


PENDAHULUAN
merupakan tantangan bagi sub sektor peternakan,
Ukuran keberhasilan pertanian berorientasi
karena perlu mencari pakan alternatif untuk
pada peningkatan produksi, dan bukan pada
meningkatkan produksi ternak. Usaha pertanian
terjadinya perubahan struktur yang dapat
khususnya pada sub sektor peternakan dituntut
memberdayakan masyarakat pedesaan, sehingga
lebih modern dan professional dengan
terjadi pembiasan yang diakibatkan main stream
memanfaatkan inovasi teknologi yang
yang terlalu berorientasi pada peningkatan
menekankan aspek efisiensi usaha termasuk pada
pertumbuhan ekonomi, sehingga mengakibatkan
bahan dan teknologi pakan. Pengembangan usaha
orientasi dititik beratkan pada sector industri.
ternak harus didukung dengan pengembangan
Salah satu kendala yang dihadapi oleh usaha
industri pakan melalui optimalisasi pemanfaatan
peternakan adalah belum tercukupinya kebutuhan
sumber-sumber bahan baku lokal spesifik lokasi
nutrisi terutama protein pakan, sehingga ternak
dan berorientasi pada pola integrasi tanaman-
belum dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
ternak.
Pakan di daerah tropis kebanyakan bermutu rendah

37 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2 0 1 7
Vo l. 03 No. 01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

Potensi bahan baku lokal berupa limbah sumber daya tersebut bukan merupakan kebutuhan
pertanian, perkebunan dan agroindustri sangat langsung bagi kompetitor, seperti manusia atau
besar, namun hanya sebagian kecil yang jenis ternak lain. Oleh karena pakan sangat erat
digunakan sebagai pakan. Ampas sagu kaitannya dengan produktivitas dan biaya
(Metroxylon sago) merupakan sisa proses produksi, maka pemanfaatan bahan baku lokal
pengolahan sari pati sagu yang merupakan secara efisien akan berpengaruh nyata terhadap
empulur. Prastowo (2007); Kiston et al., (2011) perkembangan ternak.
Hamparan sagu liar di Indonesia memiliki luas 1,5 Sektor pertanian masih memiliki potensi
juta hektar dari luasan tersebut pada tahun 2005 untuk ditingkatkan apabila berhasil menangani
dapat diproduksi sagu sebanyak 15 juta ton karena kendala-kendala yang meliputi: produktivitas,
setiap batang sagu menghasilkan 200 kg sagu. efisiensi usaha, konversi lahan pertanian,
Luas areal tanaman sagu di Indonesia mencapai keterbatasan sarana dan prasarana pertanian, serta
1,2 juta ha dengan produksi berkisar 8,4-13,6 juta terbatasnya kredit dan infrastruktur pertanian.
ton per tahun (Balika Litbang, 2013). Limbah Secara khusus sarana dan prasarana sub sector
pengolahan sagu yang didapatkan pada proses peternakan di wilayah timur Indonesia masih
pengolahan tepung sagu dengan perbandingan 1:6 sangat kurang sehingga sumber daya peternakan di
(Rumalatu, 1981). Berdasarkan proporsi tersebut wilayah ini dengan potensi yang cukup besar
jumlah limbah sagu sebanyak + 245.000 ton/hari. belum dimanfaatkan secara optimal.
Jumlah limbah yang banyak tersebut, sampai saat Dari uraian diatas menunjukkan hingga saat
ini belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya ini masyarakat pedesaan termasuk didalamnya
hanya dibiarkan menumpuk pada tempat - tempat peternak yang sebagian besar di pedesaan masih
pengolahan tepung sagu sehingga menyebabkan berada dalam kondisi kurang sejahtera ditinjau dari
pencemaran lingkungan. Kalaupun ada ternak aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya.
yang memanfaatkannya, hanya ternak-ternak yang Penelitian ini akan menyikapi kondisi dan peluang
berada di sekitar lokasi pengolahan tepung sagu, yang ada di tengah masyarakat untuk memberikan
yang langsung mengkonsumsi di tempat solusi dalam meningkatkan potensi sumberdaya
penumpukan ampas tanpa dikontrol. Proses local dan nilai ekonomi limbah agrobisnis yang
pengolahannya meliputi pemotongan untuk berlimpah dan belum termanfaatkan, meskipun
merubah ukuran partikel, pengeringan, kebijakan kebijakan pembangunan yang
penggilingan/penghancuran, pencampuran antara berorientasi ke pedesaan sejak lama telah di
bahan serat dan konsentrat yang berupa padatan implementasikan oleh pemerintah. Penelitian ini
maupun cairan, serta pengemasan. bertujuan menganalisis tingkat kelayakan dan
Pemanfaatan sumber daya lokal secara menganalisis kepekaan proyek Usaha pembuatan
optimal merupakan langkah strategis dalam upaya Pakan Ternak dalam mengelola limbah Ampas
mencapai efisiensi usaha produksi ternak unggas Sagu di lokasi penelitian layak untuk
di Indonesia. Hal ini akan semakin nyata, apabila dilaksanakan.

38 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 03 No. 01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

Biaya dan manfaat perlu diidentifikasikan kecil, dari Sabang sampai Merauke. Ampas sagu
untuk melakukan penilaian terhadap rencana usaha merupakan hasil samping dari pengolahan sagu
pembuatan pakan ternak. Cara paling praktis yang terdiri dari serat-serat empulur yang
adalah dengan membandingkan perbedaan barang diperoleh dari hasil pemarutan / pemerasan isi
dan jasa secara langsung dan menyatakan dalam batang sagu. Ampas yang dihasilkan dari proses
satuan uang. Rangkaian dasar dalam perencanaan ektraksi ini sekitar 14% dari total berat basah
pelaksanaan usaha adalah siklus usaha. Siklus batang sagu (Flach, 1997). Limbah ampas sagu
usaha terdiri dari tahap-tahap identifikasi, pada umumnya belum dimanfaatkan, yang pada
persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan akhirnya akan mencemari lingkungan. Limbah dari
evaluasi (Gittinger, 1986). Evaluasi adalah alat hasil pengolahan sagu, dibuang langsung ke sungai
yang paling penting dalam suatu usaha yang dan menjadi sumber polutan. Keasaman tanah
sedang berjalan dan dapat dilakukan dalam tempat pembuangan dapat mencapai pH 4 atau
beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. lebih rendah (Kompiang, 1995). Mirnawati dan
Penilaian terhadap suatu usaha atau proyek pada Ciptaan (1999) menyatakan bahwa berdasarkan
dasarnya untuk mengetahui apakah proyek hasil analisis proksimat, empulur sagu
tersebut layak dilaksanakan atau dipertahankan mengandung protein kasar 2,95%, lemak kasar
kelangsungan hidupnya. 1,44%, serat kasar 16,47%, kalsium 0,19%, fosfor
Penilaian secara finansial adalah 0,05%, kadar air 12,88– 17,88%, abu 0,05–0,28%,
membandingkan biaya dan manfaat usaha dan energi metabolisme (EM) sebesar 2.900
berdasarkan kompensasi yang diberikan kepada kcal/kg; Kandungan zat nutrisi yang terdapat pada
perusahaan. Aktivitas yang memberikan nilai limbah sagu yaitu: protein kasar sebesar 3,36%;
kepada perusahaan disebut sebagai manfaat. Biaya NDF 87,40%; ADF 42,11 dan energy kasar 4.148
merupakan aktivitas yang mengurangi nilai kkal/kg (Nurkurnia, 1989; Trisnowati, 1991),
perusahaan. Secara finansial penentuan biaya dan relatif sebanding dengan zat nutrisi pakan rumput.
manfaat usaha berdasarkan harga pasar. Penilaian Harry Tum dan Batsebat Wiro (1999) telah
secara ekonomi berpatokan pada masyarakat memberikan ampas sagu terhadap ayam buras
secara keseluruhan. Analisis ekonomi selama 8 (delapan) minggu di Desa Koya Barat,
menggunakan shadow price untuk menilai biaya Kotamadya Jayapura. Pada pengkajian ini
dan manfaat (Gray, 2002) pertambahan bobot badan ayam buras tertinggi
sebesar 100 gr/minggu berada dibawah rata-rata
KAJIAN LITERATUR DAN hasil pengkajian terdahulu (120 gr/minggu)
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
dengan tambahan 20% sagu (Uhi et al., 1997).
Kiston et al., (2011) Limbah pengolahan
Tanaman sagu (Metroxylon Sp.) merupakan
sagu termasuk kategori limbah basah (wet by-
salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang
products) karena masih mengandung kadar air 70
cukup potensial di Indonesia yang tersebar di
– 80%, sehingga dapat rusak dengan cepat apabila
daerah pesisir dan pulau-pulau besar maupun

39 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 03 No. 01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

tidak segera diproses. Perlakuan melalui Tahap awal pembuatan silase adalah
pengeringan membutuhkan biaya yang relatif melakukan pencacahan ampas sagu dengan
tinggi sehingga perlu dikembangkan melalui menggunakan mesin pencacah, kemudian
teknologi alternatif lain agar produk tersebut dapat melakukan pengurangan kadar air ampas sagu
dimanfaatkan secara lebih efisien. Teknologi silase (menggunakan panas matahari) selama ± 6 – 8 jam
adalah suatu proses fermentasi mikroba merubah tergantung intensitas sinar matahari sehingga
pakan menjadi meningkat kandungan nutrisinya kadar air limbah sagu tersebut berkisar 50 – 55%,
(protein dan energi) dan disukai ternak karena kemudian diproses menjadi silase melalui cara
rasanya relatif manis. Silase merupakan proses dicampur dengan bahan aditif yaitu molases/ gula
mempertahankan kesegaran bahan pakan dengan tetes 15% untuk merangsang aktivitas mikroba
kandungan bahan kering 30 – 35% dan proses dalam proses fermentasi pembuatan silase, serta
ensilase ini biasanya dalam silo atau dalam lobang untuk meningkatkan kandungan energi dan protein
tanah, atau wadah lain yang prinsipnya harus pada silase yang dihasilkan nantinya. Setelah dicampur
kondisi anaerob (hampa udara), agar mikroba merata dimasukkan ke dalam kantong (dua lapis)
anaerob dapat melakukan reaksi fermentasi dengan ukuran 50 kg, dipadatkan untuk
(Sapienza dan Bolsen, 1993). meminimumkan udara (proses fermentasi
anaerob). Kemudian disimpan ditempat teduh
METODE DAN BAHAN (bebas sinar matahari) selama ± 3 minggu
tergantung cepat lambatnya proses silase.
Keberhasilan pembuatan silase berarti
Ampas sagu yang telah mengalami
memaksimalkan kandungan nutrien yang dapat
fermentasi sempurna memiliki ciri-ciri sebagai
diawetkan. Selain bahan kering, kandungan gula
berikut: aroma khas/aroma buah atau beraroma
bahan juga merupakan faktor penting bagi
seperti tape ketan, warna agak kemerahan,
perkembangan bakteri pembentuk asam laktat
teksturnya lembut dan rasanya agak manis. Hasil
selama proses fermentasi (Khan et al., 2004) Pada
fermentasi dijemur sampai kering dan siap
fase awal proses ensilase, enzim yang bekerja
digunakan dalam ransum.
dalam proses respirasi pada bahan mengoksidasi
Aspek-Aspek dalam Penelitian
karbohidrat yang terlarut, menghasilkan panas dan
menggunakan gulagula yang seyogyanya siap Aspek Teknis
pakai untuk proses fermentasi. Kehilangan gula Aspek teknis merupakan suatu aspek yang
pada proses respirasi merupakan hal yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek
menyulitkan baik dari sudut pandang pengawetan secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek
melalui proses pembuatan silase maupun dari segi tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini
nilai nutrisinya. Gula merupakan substrat bagi dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya
bakteri penghasil asam laktat yang akan investasi termasuk biaya eksploitasi (Husnan dan
menghasilkan asam yang berfungsi sebagai Suwarsono, 2000)
pengawet bahan yang disilase tersebut.

40 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 03 No. 01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

Analisis ini lebih jauh menyelidiki tentang menjalankan usaha. Menurut Kadariah et.al,
lokasi tempat proyek, apakah terdapat persediaan (1999), aspek komersial menyangkut penawaran
air, listrik, prasarana jalan raya. Aspek teknis juga input (barang dan jasa) yang diperlukan proyek,
membahas mengenai persediaan bahan-bahan baik waktu membangun proyek maupun pada
mentah yang diperlukan untuk proyek apakah waktu proyek sudah berproduksi, dan menganalisis
mencukupi atau tidak, dan apakah barang-barang pemasaran output yang akan diproduksi oleh
tersebut (sebagian atau seluruhnya) harus di proyek. Para pemasar menggunakan sejumlah alat
datangkan dari tempat lain atau di impor. Secara untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan
teknis dari sisi hasil produksi, analisis ini dari pasar sasaran mereka.
membahas mengenai ketersediaan fasilitas
Aspek Finansial
penyimpanan dan pengiriman hasil produksi.
Aspek finansial berhubungan dengan
Aspek Institusional-Manajerial pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek
Aspek ini berhubungan dengan penetapan yang diusulkan terhadap para anggota yang
institusi atau lembaga proyek yang harus tergabung di dalam proyek. Aspek ini
mempertimbangkan pekerjaan-pekerjaan apa yang membandingkan antara pengeluaran dan
diperlukan untuk menjalankan operasi proyek penerimaan suatu proyek.
tersebut. Persyaratan-persyaratan yang diperlukan
Analisis Finansial
untuk bisa menjalankan pekerjaan-pekerjaan
Dalam analisis finansial yang di perhatikan
tersebut dan juga struktur organisasi yang akan
ialah hasil untuk modal saham (equity capital)
dipergunakan dalam suatu proyek.
yang ditanam dalam proyek, ialah hasil yang harus
Aspek Sosial diterima oleh petani, pengusaha (businessmen),
Aspek sosial mempertimbangkan pola dan perusahaan swasta, suatu badan pemerintah, atau
kebiasaan-kebiasaan sosial yang lebih luas dari siapa saja yang berkepentingan dalam
investasi yang diusulkan. Proyek harus tanggap pembangunan proyek. Hasil finansial sering juga
pada keadaan sosial dan dampak lingkungan yang disebut ”private return”. Analisis finansial ini
merugikan. Pertimbangan mengenai aspek sosial penting artinya dalam memperhitungkan insentif
dalam analisis proyek penting untuk kelangsungan bagi orang-orang yang turut serta dalam
proyek, sebab tidak ada proyek yang akan bertahan mensukseskan pelaksanaan proyek. Sebab, tidak
lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan ada gunanya untuk melaksanakan proyek yang
(Gittinger, 1986). menguntungkan dilihat dari sudut perekonomian
sebagian keseluruhan, jika para petani yang
Aspek Pasar
menjalankan aktifitas produksi tidak bertambah
Aspek pasar perlu dilakukan melihat dari
baik keadaannya.
banyaknya perusahaan baru yang muncul dan
Perbedaan yang mendasar dalam analisis
adanya kemungkinan memiliki jenis usaha yang
finansial dengan analisis ekonomi terdapat di
sama. Aspek pasar menjadi mutlak untuk
beberapa komponen, yaitu harga, pajak, subsidi
dianalisis agar tidak melakukan kegagalan dalam

41 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 03 No. 01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

dan bunga. Analisis finansial menggunakan harga terjadi hal-hal di luar perencanaan. Oleh karena itu
pasar untuk unsur-unsur biaya maupun hasil. perlu dilakukan analisis sensitivitas, yaitu meneliti
Analisis ekonomi menggunakan harga bayangan kembali suatu analisis untuk dapat melihat
atau shadow price, ialah harga yang pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat
menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi keadaan yang berubah-ubah (Gittinger, 1986). Hal
yang sesungguhnya bagi unsur-unsur biaya ini bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi
maupun hasil. Perhitungan bunga berdasarkan dengan hasil analisis proyek jika ada sesuatu
analisis finansial dibedakan sebagai berikut: kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar
1. Bunga yang dibayar kepada kreditur dianggap perhitungan biaya atau benefit (Kadariah, 1987)
sebagai biaya, sedang pembayaran kembali Data dan informasi yang telah dikumpulkan,
hutang dari luar proyek dikurangkan dari hasil diolah dengan menggunakan program Microsoft
bruto sebelum didapatkan arus manfaat. Excel. Data dan informasi dikelompokkan terlebih
2. Bunga atas modal proyek (input or paid to dahulu ke dalam komponen arus biaya dan
entity) tidak dianggap sebagai biaya, karena manfaat, dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang
merupakan bagian dari “finansial return” yang digunakan untuk mengklasifikasi data yang ada
diterima oleh modal proyek. serta untuk mempermudah proses analisis data.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan
Kriteria Keputusan Investasi
secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
Keputusan suatu investasi berjalan atau
dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai
tidak, menggunakan pertimbangan “Kriteria
pelaksanaan pengolahan limbah ampas sagu.
Keputusan Investasi”. Kriteria keputusan investasi
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis
terdiri dari berbagai metode-metode yang telah
kelayakan finansial pembuatan pakan ternak yang
menghitung manfaat suatu proyek berdasarkan
diolah dengan menggunakan Software Microsoft
perkiraan arus manfaat biaya (benefit-cost flow)
Excel.
perusahaan yang telah didiskontokan selama umur
Aspek teknis pada penelitian ini berdasarkan
proyek. Kriteria-kriteria tersebut adalah: Net
pada hal-hal yang bersifat teknis. Penjelasan
Present Value (NPV), Internal Rate of Return
tersebut meliputi: penjelasan mengenai pembuatan
(IRR), Net Benefit and Cost Rasio (Net B/C) dan
pakan ternak dan fasilitas pendukung; konsep
Payback Period atau masa pengembalian investasi
teknologi; kebutuhan bahan baku; bahan
(MPI). Setiap kriteria dipakai untuk menentukan
pencampur; tenaga kerja; rencana produksi dan
diterima tidaknya suatu proyek atau dipakai untuk
rencana penjualan.
memberikan urutan berbagai usul investasi
Secara teknis proyek dapat dilaksanakan
menurut keuntungan masing-masing.
apabila kebutuhan-kebutuhan proyek dapat
Analisis Kepekaan (Sensitivitas)
terpenuhi, baik kebutuhan akan bahan-bahan
Salah satu keuntungan dari analisis proyek
maupun kebutuhan akan fasilitas-fasilitas dan
yang dilakukan secara cermat adalah dapat
teknologi. Hasil penelitian terhadap aspek teknis
diketahui kapasitas hasil proyek bila ternyata

42 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 03 No. 01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

akan menentukan nilai-nilai yang terdapat dalam Net Benefit Ratio (NBCR)
aspek finansial, sehingga menentukan layak- Net B/C ratio merupakan angka
tidaknya proyek secara finansial. perbandingan antara nilai kini arus
Analisis finansial mengolah data manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya.
menggunakan kriteria kelayakan finansial yaitu Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya
NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya
Pengolahan data tersebut dilakukan berdasarkan sebesar satu satuan uang. Kriteria yang digunakan
pada kerangka pemikiran yang telah disusun. untuk pemilihan ukuran Net B/C ratio dari manfaat
Selain itu, dilakukan pula analisis Sensitivitas proyek adalah memilih semua proyek yang nilai
(kepekaan) untuk melihat kepekaan usaha Net B/C rationya sebesar satu atau lebih jika
pembangunan usaha pakan ternak dalam manfaat di diskontokan pada tingkat biaya
menghadapi kemungkinan terjadinya perubahan. opportunities capital (Gittinger, 1986), tetapi jika
Rumus yang digunakan dalam perhitungan nilai Net B/C <1, maka proyek tersebut tidak layak
NPV adalah sebagai berikut: untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:

……………..…….(1)
Dimana : ………………………...…..(2)
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun Keterangan :
ke-t Bt = Penerimaan yang diperoleh pada
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t tahun ke-t
n = Umur ekonomis proyek Ct = Biaya yang dikeluarkan tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga (%) i = Tingkat bunga (diskonto)
t = Tingkat investasi (t=0,1,2,…,n) t = Tingkat investasi (t=0,1,2,…..n)
Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria n = Umur ekonomis proyek
kelayakan investasi, yaitu:
Paybac Period
1. NPV>0, berarti secara finansial usaha layak
Payback period merupakan jangka waktu
dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh
periode yang dibutuhkan untuk membayar kembali
lebih besar dari biaya.
semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di
2. NPV=0, berarti secara finansial usaha sulit
dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat
dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh
waktu pengambilan, semakin baik proyek tersebut
hanya cukup untuk menutupi biaya yang
untuk diusahakan. Akan tetapi analisis payback
dikeluarkan.
period memiliki kelemahan karena mengabaikan
NPV<0, berarti secara finansial usaha tidak
nilai uang terhadap waktu (present value) dan
layak dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh
tidak memperhitungkan periode setelah payback
lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan.
period. Secara sistematis dapat dirumuskan
sebagai berikut :

43 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 03 No. 01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

Analisis dilakukan pada perubahan harga input dan


output yang terdiri dari empat perubahan, yaitu:
Dimana :
- Penurunan jumlah output
P = Jumlah waktu yang diperlukan untuk
- Penurunan captive market
mengembalikan modal
- Kenaikan biaya tetap (tenaga kerja
I = Biaya investasi
ahli dan operasional)
A = Benefit bersih tiap tahun (rata-rata
- Kenaikan biaya variabel (tenaga
keuntungan)
kerja pelaksana, packging)
Analisis Kepekaan (Sensitivitas) Pada proyek pembuatan Usaha Pakan
Analisis Sensitivitas dengan scenario Ternak Palopo menggunakan modal sendiri. Harga
Analisis dengan cara menghitung kembali yang digunakan adalah harga pada waktu
ukuran kemanfaatan proyek dengan menggunakan penelitian, yaitu pada bulan Mei 2016 sampai
estimasi baru dari satu atau lebih komponen biaya dengan bulan Juli 2016.
atau manfaat. Makin tinggi hasil yang
diperkirakan, makin sensitif proyek yang diamati. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara
Proyeksi Aliran Kas
mengkombinasi komponen komponen yang
Aliran kas dalam proyek usaha pembuatan
berubah untuk dapat mengestimasi pengaruh
pakan ternak terdiri dari aliran kas masuk dan
perubahan yang terjadi terhadap asumsi-asumsi
aliran kas keluar. Aliran kas masuk (inflow)
yang digunakan dalam mengukur kemanfaatan
berasal dari penerimaan penjualan pakan ternak
Analisis sensitivitas pada proyek usaha
dan limbah serat sisa ayakan (pupuk organik) yang
pakan ternak ini menggunakan sepuluh skenario
diusahakan. Arus kas keluar (outflow) berasal dari
dengan empat variabel. Dasar penentuan skenario
pengeluaran biaya investasi dan biaya operasional.
tersebut adalah kondisi-kondisi yang berhubungan
Selisih antara arus kas masuk dengan arus kas
dilapangan.
keluar merupakan suatu keuntungan atau kerugian
Nilai Pengganti (Switching Value) dari proyek usaha pembuatan pakan ternak.
Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah
Arus Penerimaan (Inflow)
nilai pengganti (switching value). Menurut
Manfaat atau penerimaan proyek usaha
Gittinger (1986), pengujian ini dilakukan sampai
pembuatan pakan ternak bersumber dari penjualan
dicapai tingkat minimum dimana proyek dapat
produk pakan ternak dan limbah sisa (pupuk
dilakukan dengan menentukan berapa besarnya
organik) yang dihasilkan. Besarnya penerimaan
proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat
sangat bergantung oleh banyaknya kapasitas
bersih sekarang menjadi nol (NPV = 0). NPV
produksi pakan ternak yang dihasilkan. Produk
sama dengan nol akan membuat IRR sama dengan
Pakan ternak yang dihasilkan dipasarkan untuk
tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan satu.
memenuhi kebutuhan pakan bagi peternak yang
ada disekitar lokasi proyek dan pasar di Luwu

44 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 03 No. 01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

Raya (Kota Palopo, Kab. Luwu, Kab. Luwu Utara, tingkat diskonto sembilan persen nilai NPV yang
Kab. Luwu Timur, dan Kab. Luwu) maka untuk dihasilkan dari proyek pembuatan pakan adalah
mendapatkan harga jual produk pakan ternak sebesar Rp 1.140.146.594 dalam asumsi bahan
unggas dalam bentuk petet didasarkan pada harga baku (limbah ampas sagu) beli Rp 25/kg, artinya
pakan alternative yang berada di pasaran yaitu Rp bahwa nilai sekarang (present value) dari
868,3 per kg. Arus penerimaan selengkapnya dapat pendapatan yang diterima bernilai positif selama
dilihat pada lampiran 1. Dengan demikian dapat 12 tahun pada tingkat diskonto sembilan persen.
diketahui penerimaan selama setahun yaitu sebesar Dengan hasil analisis NPV tersebut ternyata
Rp 182.343.000 proyek usaha pembuatan pakan ternak dalam
Biaya tetap yang dikeluarkan pada proyek mengelola limbah ampas sagu ini dinyatakan layak
instalasi Pembuatan Pakan Ternak terdiri dari untuk dilaksanakan.
biaya gaji tetap pekerja ahli dan operasional,
No Indikator Kelayakan Nilai
perawatan, dan PBB. Pengeluaran untuk gaji 1 NPV (Rp) 1.140.146.594
tenaga kerja ahli satu orang per tahun sebesar Rp 2 IRR (%) 19
24.000.000, untuk gaji tenaga kerja operasional 3 Net B/C 2,272
4 Payback Period 3,084
dua orang per tahun sebesar Rp 24.000.000. Biaya (tahun)
perawatan untuk mesin dan peralatan yang
dikeluarkan per tahun sebesar Rp 120.000.000 dan Net B/C yang dihasilkan pada tingkat
untuk PBB per tahun sebesar Rp 2.000.000 diskonto sembilan persen yaitu sebesar 2,272
Biaya tenaga kerja pelaksana Rp 250/kg dengan asumsi bahan baku (limbah ampas sagu)
digunakan untuk proses limbah hingga menjadi beli Rp 25/kg. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
pupuk organik siap jual, target per bulan 465 kg setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 akan
pupuk organik biaya yang dikeluarkan per tahun menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 2,272
sebesar Rp 1.395.000 Pupuk organik yang siap atau dapat disebutkan bahwa pendapatan bersih
jual dikemas dengan kemasan 25kg, biaya yang yang diperoleh adalah sebesar 2,272 kali dari biaya
dikeluarkan untuk packaging pertahun sebesar Rp yang dikeluarkan.
2.678.400 Untuk biaya pemasaran dibebankan Hasil analisis tersebut juga menunjukkan
sebesar Rp 25/kg dari total pupuk organik yang bahwa nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 19
siap jual, dengan target penjualan perbulan sebesar persen dengan asumsi bahan baku (limbah ampas
465 kg, biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran sagu) beli Rp 25/kg. Nilai ini menunjukkan bahwa
per tahun sebesar Rp 1.395.000. investor tidak akan rugi jika dana yang dimiliki
Hasil Analisis Kelayakan Finansial Instalasi digunakan untuk investasi pada proyek usaha
Pembuatan Pakan Ternak dengan Diskon
Faktor 9 % pembuatan pakan ternak. Kemampuan proyek
Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan untuk mengembalikan modal yang digunakan
instalasi Pembuatan Pakan Ternak dengan lebih besar dari discount factor yang digunakan
populasi pohon sagu 500.000 batang, dengan yaitu sebesar sembilan persen. Dengan kata lain

45 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 03 No. 01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

ditinjau dari kriteria IRR, proyek ini telah (tenaga kerja pelaksana dan packaging) dan
memenuhi kriteria kelayakan finansial. penurunan captive market yang tidak dibarengi
Berdasarkan waktu pengembalian dengan perubahan ketiga variabel lainnya serta
investasinya, digunakan analisis payback period. kenaikan biaya tetap (tenaga kerja ahli dan
Dari hasil analisis yang dilakukan, proyek usaha operasional) yang tidak dibarengi dengan
pakan ternak akan mencapai titik pengembalian perubahan ketiga variabel yang lainnya, dapat
investasi pada saat proyek telah berumur 3,08 dikatakan usaha instalasi pembuatan Pakan Ternak
tahun dalam asumsi bahan baku (limbah ampas ini masih layak, hal ini disebabkan karena nilai
sagu) beli Rp 25/kg. Hal ini menyatakan bahwa NPV masih bernilai positif, Net B/C rasio lebih
proyek ini dapat mengembalikan modal besar dari satu dan IRR masih di atas tingkat suku
investasinya sebelum umur proyek berakhir. Dari bunga deposito sebesar sembilan persen.
hasil analisis finansial dengan menggunakan
empat kriteria kelayakan dan tingkat diskonto
sembilan persen, dapat disimpulkan bahwa proyek
instalasi usaha pembuatan pakan ternak ini layak
untuk dilaksanakan.

Analisis Skenario
Analisis sensitivitas pada usaha pakan
ternak ini menggunakan 10 skenario dengan empat
variabel yang mempengaruhi yaitu penurunan Penurunan captive market sebesar 10 persen
jumlah output (limbah ampas sagu) yang dapat yang disertai dengan kenaikan biaya tetap (tenaga
mempengaruhi inflow, serta captive market, kerja ahli dan operasional) dan biaya variabel
kenaikan biaya tetap (tenaga kerja ahli dan tenaga (tenaga kerja pelaksana dan packaging) masing-
kerja operasional) dan biaya variable (tenaga kerja masing 20 persen, dapat dikatakan juga bahwa
pelaksana dan packaging). Perubahan yang usaha ini masih layak karena nilai NPV masih
diamati adalah bagaimana nilai NPV, Net B/C dan positif, Net B/C rasio lebih besar dari satu dan IRR
IRR jika terjadi perubahan pada jumlah output masih di atas tingkat suku bunga. Demikian juga
dengan penurunan 10 persen, penurunan captive pada penurunan captive market sebesar 10 persen
market 10 persen, kenaikan biaya tetap (tenaga yang dibarengi dengan kenaikan biaya variabel
kerja ahli dan tenaga kerja operasional) dan biaya (tenaga kerja pelaksana dan packaging) sebesar 20
variabel (tenaga kerja pelaksana dan packaging) persen, usaha ini masih layak karena nilai NPV,
masing-masing 20 persen. IRR dan Net B/C rasio masih diangka yang
diharapkan.
Pada saat penurunan jumlah output (ampas
Pada saat penurunan jumlah output (ampas
sagu) yang mengakibatkan inflow turun yang tidak
sagu) sebesar 10 persen disertai penurunan captive
disertai penurunan captive market, biaya tetap
market sebesar 10 persen, kenaikan biaya tetap dan
(tenaga kerja ahli dan operasional), biaya variabel

46 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 03 No. 01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

biaya variabel masing-masih sebesar 20 persen secara keseluruhan. Dalam analisis ekonomi yang
dapat dikatakan usaha ini tidak layak untuk diperhatikan ialah hasil total, atau produktivitas
dilaksanakan, karena nilai IRR di bawah tingkat atau keuntungan yang didapat dari semua sumber
diskonto yaitu 5 persen. yang dipakai dalam proyek usaha pembuatan
Dalam kriteria bisnis usaha ini tidak dapat pakan ternak untuk masyarakat atau perekonomian
memberikan keuntungan karena nilai IRR di sebagai keseluruhan, tanpa melihat siapa yang
bawah tingkat diskon faktor, lebih baik menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa
diinvestasikan kepada proyek lain yang memiliki dalam masyarakat yang menerima hasil proyek
nilai IRR lebih besar dari diskon faktor. tersebut. Hasil itu disebut “the social returns” atau
“the economic returns” dari usahatani.
Switching Value (Nilai Pengganti)
Pada proyek yang feasible (layak) atau
Analisis switching value digunakan untuk
memiliki keunggulan komparatif, berarti dari segi
mengetahui tingkat perubahan pada jumlah output
efisien proyek tersebut dinilai menguntungkan,
(Ampas sagu) untuk mengahasilkan Pakan Ternak
dengan kata lain opportunities cost dari sarana
dan kompos sebagai inflow, penurunan captive
produksi yang dipakai oleh proyek lebih rendah
market serta biaya outflow sehingga usaha
daripada opportunities cost sumber-sumber yang
mendekati keuntungan normal, dimana IRR sama
perlu digunakan untuk mendapatkan atau
dengan tingkat suku bunga deposito, NPV
menghemat satu dolar. Sebaliknya jika proyek
mendekati nol, dan Net B/C mendekati satu. Pada
tidak layak atau tidak memiliki keunggulan
usaha pendirian Pakan Ternak unggas ini, dari
komparatif, artinya proyek tersebut mengakibatkan
analisis switching value menunjukkan bahwa
pemborosan sumber-sumber nasional karena
usaha ini akan menjadi tidak layak jika penurunan
peluang investasi yang tersedia diluar proyek
jumlah output (ampas sagu) mengalami penurunan
masih mampu memberikan tingkat keuntungan
sebesar 18,428 persen. Untuk perubahan biaya,
yang lebih tinggi.
usaha ini akan tidak layak jika captive market
1) Penetapan harga bayangan
mengalami penurunan sebesar 12 persen disertai
a. Lahan
kenaikan biaya tetap (tenaga kerja ahli dan tenaga
Lahan termasuk dalam input untradable,
kerja operasional) sebesar 30 persen dan kenaikan
dimana harga bayangan lahan yang digunakan
biaya variabel (tenaga kerja pelaksana, packaging)
adalah sama dengan nilai production forgone
26,675 persen. Perhitungan analisis switching
dari lahan yaitu nilai jual produksi tertinggi
value menunjukkan usaha pakan ternak ini sangat
dari tanaman lain yang hilang apabila tanah
peka terhadap penurunan jumlah output (ampas
tersebut tidak sedang digunakan sebagai
sagu).
perkebunan aktif. Di Kecamatan Telluwanua
tanaman yang ditanam oleh petani responden
Analisis Ekonomi Usaha Pakan Ternak
sebelum digunakan produksi uasaha Pakan
Analisis ekonomi merupakan analisis
Ternak adalah padi dan jagung. Dari kedua
usahatani yang melihat dari sudut perekonomian

47 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 03 No. 01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

tanaman tersebut ternyata yang memiliki Indonesia adalah sebesar Rp637.088.300.000


produksi dengan nilai jual tertinggi adalah (BPS Sulawesi Selatan, 2016). Berdasarkan
jagung yaitu sebesar Rp6.229.000/ha/tahun, nilai- nilai tersebut maka diperoleh faktor
oleh karena itu harga bayangan dari lahan konversi bahan baku (SCF) tahun 2016 adalah
adalah sebesar Rp6.229.000/ha/tahun. sebesar 1,037, sehingga harga bayangan nilai
b. Nilai tukar mata uang tukar mata uang yang diperoleh adalah sebesar
Harga bayangan nilai tukar rupiah Rp12.549,63/US$.
terhadap dolar diperoleh dengan rumus sebagai c. Ampas Sagu “entrys”
berikut: Harga bayangan bahan baku yang
digunakan adalah sama dengan harga
privatnya. Begitu pula dengan harga bayangan
Keterangan:
batang “entrys” yang digunakan adalah harga
SER = nilai tukar uang bayangan
privatnya. Hal ini disebabkan “entrys”
(shadow exchange rate)
merupakan barang yang tidak diperdagangkan
OER = nilai tukar uang resmi (official
(untradable input).
exchange rate)
d. Variabel pendukung (Ragi)
SCF = factor konversi bahan baku
Ragi yang digunakan dalam fermentasi
(shadow convertion factor)
limbah ampas sagu adalah ragi kue yang ada di
Dimana SCF diperoleh dengan rumus:
pasaran. Maka harga bayangan dihitung
dengan menggunakan harga CIF. Sedangkan
( ) ( )
harga bayangan ragi yang digunakan adalah
Keterangan:
sama dengan harga privatnya.
SCF = factor konversi bahan baku
e. Tenaga kerja
(shadow convertion factor)
Harga bayangan tenaga kerja ditentukan
M = nilai Impor (Rp)
berdasarkan jumlah dari production foregone
Tm = pajak Impor (Rp)
(nilai yang seharusnya diterima seorang tenaga
X = nilai ekspor (Rp)
kerja yang bersangkutan bila ia tidak bekerja
Tx = pajak Ekspor (Rp)
di usaha pembuatan pupuk), biaya
Nilai tukar resmi (OER) yang digunakan
pengangkutan tenaga kerja tersebut dari daerah
adalah nilai tukar rata-rata pada tahun 2016
tempat tinggalnya ke lokasi proyek, dan biaya
sebesar Rp 12.585/US$. Pada triwulan I-III
makan dan pakaian.
tahun 2016, penerimaan negara dari pajak
Tenaga kerja yang digunakan dalam
ekspor (Tx) adalah sebesar Rp36.024.010,
penelitian ini berasal dari masyarakat daerah
sedangkan bea masuk impor (Tm) adalah
setempat yang mengangur bila tidak ada usaha
sebesar Rp30.942.040. Adapun nilai ekspor
pembuatan pupuk, sehingga diasumsikan
Indonesia (X) triwulan I-III tahun 2016 adalah
bahwa nilai production foregone sama dengan
Rp710.191.700, sedangkan nilai impor (M)

48 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 03 No. 01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

nol, selain itu karena berasal dari masyarakat yaitu sebesar 11,80% ditambah dengan rata-
setempat maka diasumsikan tidak ada biaya rata tingkat inflasi bulanan selama 2 tahun
pengangkutan tenaga kerja. Sehingga harga (2015-2016) yaitu sebesar 12,69%
bayangan upah tenaga kerja atau shadow wage (www.bi.go.id, diakses tanggal 26 Januari
adalah sama dengan nilai upah tenaga kerja 2016). Berdasarkan perhitungan tersebut
finansial atau sebesar 0% dari nilai upah diperoleh harga bayangan bunga modal
finansialnya yaitu sebesar Rp 25.000/jam sebesar 24,49%.
untuk semua tenaga kerja.
SIMPULAN
f. Bangunan dan alat-alat produksi
Alat produksi yang digunakan dalam Analisis pada aspek-aspek penunjang
usaha pembuatan pakan ternak yang bersifat kelayakan usaha yaitu aspek teknis, aspek pasar,
tradable adalah sprayer. Sprayer tersebut aspek manajemen dan aspek sosial menunjukkan
merupakan barang impor dengan bahwa pendirian usaha pakan ternak layak untuk
menggunakan harga CIF. dilaksanakan.
Harga bayangan untuk bangunan dan alat- Pada aspek teknis pengadaan input pada
alat usaha pembuatan pakan selain sprayer mesin dan peralatan biaya investasi masih sangat
yang digunakan dalam pembuatan pakan tinggi. Berdasarkan aspek manajemen, manajemen
ternak adalah sama dengan harga privatnya pembuatan usaha pakan ternak ini sangat
karena bangunan dan alat-alat pertanian sederhana karena usaha ini baru akan didirikan.
tersebut termasuk barang yang tidak Untuk aspek pasar, potensi yang cukup besar
diperdagangkan (untradable inputs). terhadap peluang pasar pakan ternak di wilayah
g. Output Luwu Raya dan Sekitarnya. Hasil analisis
Output dalam penelitian ini adalah Pakan kelayakan finansial Pembuatan Usaha Pakan
ternak unggas dalam bentuk kering (pellet) Ternak dengan potensi limbah 5000 Ton dan
dengan rendemen 20%, selain itu petani di menghasilkan pakan ternak sebesar 2.100 kg per
Kecamatan Telluwanua juga mengusahakan tahun, dengan tingkat diskonto sembilan persen
tanaman tumpang sari (lada dan kakao) di sela- nilai NPV sebesar Rp. 114.014.659,48 dengan
sela area produksi usaha pakan ternak mereka, asumsi bahan baku (limbah ampas sagu) beli Rp
dimana hasil penjualan produksinya dapat 25/kg atau lebih besar dari nol, nilai Net B/C
menambah penerimaan. adalah sebesar 2,272 atau lebih dari 1. Nilai IRR
Harga bayangan pakan ternak (pellet), yang diperoleh adalah sebesar 19 persen atau lebih
lada, dan kakao diperoleh dari harga batas besar dari tingkat diskonto yang ditentukan. Nilai
(border price). Payback Period adalah tiga tahun. Berdasarkan
h. Bunga modal hasil analisis kelayakan finansial maka usaha
Harga bayangan bunga modal adalah pembuatan pakan ternak berbahan dasar limbah
tingkat suku bunga tabungan privat tahun 2016 ampas sagu layak untuk dilaksanakan.

49 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 03 No. 01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

Hasil analisis sensitivitas dengan skenario Tan (ed.) Sago-76: Papers of the First
International Sago Symposium. Kuala
menunjukkan bahwa pada usaha pembuatan pakan Lumpur: Kamajuan Kanji.
ternak ini akan tidak layak dilaksanakan pada
Flach, M., 1997. Sago palm. Metroxylon sagu
kondisi jika terjadi penurunan jumlah output
Rottb. Promoting the conservation and use
(limbah apas sagu) sebesar 10 persen disertai of underutilized and neglected crops. Rome:
International Plant Genetic Resources
dengan penurunan captive market sebesar 10 Institute.
persen, biaya tetap (tenaga kerja ahli dan
Ginting, G.S, 1991. Keterpaduan Ternak
operasional) sebesar 20 persen. Sedangkan pada Ruminansia dengan Perkebunan, Produksi
kondisi penurunan captive market sebesar 10 dan Nilai Nutrisi. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen
persen disertai kenaikan biaya variabel dan
Pertanian.
kenaikan biaya tetap menunjukkan usaha masih
Gittinger, James Price. 1986. Analisa ekonomi
layak dilaksanakan. Proyek-proyek Pertanian, Universitas
Analisis Switching Value menunjukkan Indonesia Press. Jakarta.
usaha ini akan tidak layak pada penurunan potensi
Gray, Clive dan Payaman Simanjutak, Lien K.
limbah ampas sagu lebih dari 18,428 persen dan Sabur, P.F.L. Maspaitella, R.C.G. Varley.
2002. Pengantar Evolusi Proyek. PT.
penurunan captive market sebesar 12 persen Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
disertai kenaikan biaya tetap (tenaga kerja ahli dan
Khan, M.A., M. Sarwar and M.M.S. Khan. 2004.
operasional) yang dapat ditoleris adalah sebesar 30
Feeding value of urea treated corncobs
persen dan kenaikan biaya variabel (tenaga kerja ensiled with or without enzose (corn
dextrose) for lactating crossbred cows.
pelaksana, packaging) sebesar 26,675 persen.
Asian-Australia Journal Animimal Science.
Dapat dikatakan usaha pembuatan pakan ternak ini 8: 1093 – 1097.
sangat peka terhadap penurunan jumlah output Kiston Simanihuruk, A. Chaniago dan J. Sirait.
(ampas sagu) dan captive market yang Silase ampas sagu sebagai pakan dasar pada
Kambing kacang sedang tumbuh. Seminar
mempengaruhi inflow.
Nasional Teknologi Peternakan dan
Usaha pembuatan Pakan Ternak Unggas di Veteriner 2011. Prosiding.
Kelurahan Pentojangan Kecamatan Telluwanua, Kompiang, I.P. 1995. Kumpulan Hasil Penelitian
Palopo layak dilaksanakan pada kondisi modal Ternak Unggas dan Aneka Ternak. Balai
Penelitian Ternak, Ciawi.
yang dipakai adalah sepenuhnya modal sendiri.
Usaha ini bagi bukan hanya sebagai core bussines, Mirnawati dan G. Ciptaan. 1999. Pemakaian
empulur sagu (metroxilon sp) fermentasi
tapi juga sebagai upaya untuk menangani limbah dalam ransum terhadap retensi nitrogen dan
perkebunan dan sebagai tanggung jawab rasio efisiensi protein pada ayam Broiler.
Jurnal Ilmu Peternakan dan Lingkungan.
Perguruan Tinggi terhadap lingkungan dan 5(01): 8-12.
masyarakat sekitar.
Nurdin. M. 1995. Pemanfaatan Ampas Sagu
Sebagai Subtrat Pembuatan Protein Sel
DAFTAR PUSTAKA
Tunggal. Laporan Hasil Penelitian,
Lembaga Penelitian Unhalu. Kendari.
Flach, M., 1977. 'Yield Potential of the Sago Palm,
Metroxylon sagu, and its Realization.' In K.

50 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017
Vo l. 03 No. 01 Februari Jurnal Manajemen ISSN 2339-1510

NRC. 1981. Nutrient Requirement of Goats: Sagu) Sebagai Pakan Ayam. Seminar
Angora, Dairy, and Meat Goats in Nasional dan Veteriner.
Temperate and Tropical Countries. National
Academy Pr., Washington DC. Vyas, V. S, “Some Aspect of Struktural Change in
Indian Agriculture,” Indian J. Agri.
Nurkurnia, E. 1989. Hasil Fermentasi Rumen Economics., vol. XXXIV, No. Januari-
Kambing Kacang Betina dengan Pemberian Maret 1979.
Beberapa Tingkat Ampas Sagu (Metroxylon
sp.) dalam Ransum. Skripsi. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Prastowo, B. 2007. Potensi sektor pertanian


sebagai penghasil dan pengguna energy
terbarukan. Perspektif 6(2): 84 – 92.

Ruddle, K. E. A., 1978. Palm Sago: A Tropical


Starch from Marginal Lands. Honolulu:
University of Hawaii Press.

Rumalatu. F.J. 1981. Distribusi dan potensi pati


beberapa sagu (Metroxylon sp.) di daerah
Seram Barat. Karya Ilmiah. Fakultas
Pertanian/Kehutanan yang berafiliasi
dengan Fateta IPB, Bogor.

Sapieza, D.A. dan K.K. Bolsen. 1993. Teknologi


Silase (Penanaman, Pembuatan dan
Pemberiannya pada Ternak). Penerjemah:
Martoyondo Rini B.S.

Sembiring, Andri, 2002. Analisis Kelayakan


Finansial dan Ekonomi Proyek Land
Application. Skripsi Jurusan Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.

Townsend, P. K., 1977. 'The Cultural Ecology of


Sago in New Guinea.' In K. Tan (ed.) Sago-
76: Papers of the First International Sago
Symposium, pp. 91-95.

Trisnowati, 1991. Kecernaan in vitro Ampas Sagu


Metroxylon yang Diperlakukan Secara
Biologis. Skripsi. Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Uhi, H.T., Usman, S. Tirajoh, dan B. Tiro. 1997.


Pengkajian pemanfaatan pakan ternak
potensial di Irian Jaya. Laporan Hasil
Pengkajian LPTP Koya Barat, Jayapura.

Harry Tum dan Batsebat Wiro (1999).


Pemanfaatan Ampas Sagu (Metroxylon

51 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 3 N o . 0 1 F e b r u a r i 2017

Anda mungkin juga menyukai