BAB - II (Ada Teori Pengelolaan Sampah)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 24

BAB II

DASAR TEORI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PADUKUHAN


SOKA MARTANI DESA MERDIKOREJEO

2.1 Pengertian Sampah


Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegitan rumah tangga, pasar,
perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industri, puingan bahan dan besi tua
bekas kendaraan bermotor. Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia
yang sudah terpakai (Sucipto, 2012). Menurut Subekti, 2009 dalam (Alfiandra, 2009) bahwa
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik yang dianggap tidak
berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
investasi pembangunan.
Sampah berasal dari kegiatan manusia, yang berupa sampah organik dan sampah
anorganik. sampah organik merupakan sampah yang dapat diuraikan seperti sampah hasil
perkebunan salak yaitu dedaunan kering, ranting, dan kuliat buah salak. Tidak hanya
sampah dari hasil perkebuanan salak akan tetapi bisa bersal dari sampah sisa makanan
dan sayuran. Sedangkan sampah sampah anorganik adalah sampah yang susah diuraikan
seperti sampah plastik, sampah botol, kaca, sampah hasil kontruksi bangunan. Besarnya
sampah ditentukan oleh besarnya konsumsi penduduk terhadap suatu barang. Oleh sebab
itu semakin tinggi jumlah penduduk makan akan semakin tinggi jumlah timbulan sampah.
pada timbulan sampah ada beberapa sampah yang masih digunakan kembali hal ini
disesuai dengan kondisi sampah tersebut.
Berdasarkan UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan
sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat
atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat
terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.

2.2 Jenis - jenis Sampah


Pengelolaan sampah yang benar mensyaratkan adanya keterpaduan dari berbagai
aspek, mulai dari hulu sampai hilir. Berikut merupakan jenis-jenis sampah menurut Sucipto,
2012 :


 
1. Sampah organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun
tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi dua yaitu sampah organik basah
dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah
mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya: kulit buah dan sisa
sayuran. Sementara bahan yang termasuk dalam sampah organik kering adalah
bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering
diantaranya kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering.
2. Sampah anorganik
Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini bisa berasal dari
bahan yang bisa diperbaharui dan bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang
termasuk ke dalam kategori bisa didaur ulang (recycle) ono misalnya bahan yang
terbuat dari plastik dan logam.
3. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan berbahaya
bagi manusia. Umumnya, sampah jenis ini mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat
semprot atau minyak wangi. Namun, tidak menutup kemungkinan sampah yang
mengandung jenis racun lain yang berbahaya.

2.3   Pengelolaan Sampah


Undang-undang Republik Indonesia No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. Di dalam UU tersebut dijelaskan bahwa Pengelolaan sampah adalah kegiatan
yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung
jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas
kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Pengelolaan
sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
serta menjadikan sampah sebagai sumber daya (dalam Putra, 2017).
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahapan
kegiatan, yakni: pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Menurut
Aboejoewono, 1985 (dalam Alfiandra, 2009) menggambarkan secara sederhana tahapan-
tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai berikut:
Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai
ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini
digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak


 
dorong maupun tempat pembuangan sementara (TPS/Dipo). Untuk melakukan
pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap
periode waktu tertentu.
Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai
ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini
digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak
dorong maupun tempat pembuangan sementara (TPS/Dipo). Untuk melakukan
pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap
periode waktu tertentu.
Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa
alat transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir/pengolahan. Pada tahapan
ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari
tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir (TPA). Pada tahap
pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik,
kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses.
Pengelolaan sampah, terutama di kawasan perkotaan, dewasa ini dihadapkan kepada
berbagai permasalahan yang cukup kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut
meliputi tingginya laju timbulan sampah yang tinggi, kepedulian masyarakat (human
behaviour) yang masih sangat rendah serta masalah pada kegiatan pembuangan akhir
sampah (final disposal) yang selalu menimbulkan permasalahan tersendiri.

2.4 Managemen Pengelolaan Sampah


Berdasarkan PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penangan
sampah. Sistem pengelolaan sampah minimal mengandung lima aspek yaitu aspek hukum,
aspek kelembagaan, aspek teknik operasional, aspek pembiayaan dan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah.
1. Teknik Operasional
Aspek teknis operasional adalah aspek yang secara fisik dapat dilihat dan
digunakan untuk mengelola sampah yang meliputi segala yang terkait dengan
kegiatan pemilahan dan pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir. Pemilahan dan daur ulang semaksimal mungkin dilakukan
sejak dari perwadahan sampah sampai dengan pembuangan akhir sampah. Teknik
operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri atas kegiatan perwadahan

10 
 
sampai dengan pembuangan akhir sampah harus terpadu dengan melakukan
pemilahan sejak dari sumbernya. Pengelolaan B3 rumah tangga dikelola secara
khusus sesuai aturan yang berlaku. Kegiatan pemilihan dapat pula dilakukan pada
kegiatan pengumpulan pemindahan. Kegiatan pemilihan dan daur ulang
diutamakan.
A. Pewadahan sampah
a. Pola pewadahan
Melakukan pewadahan sampah sesuai dengan jenis sampah yang telah
terpilah, yaitu:
1) Sampah organis seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa
makanan dengan wadah warna gelap
2) Sampah anorganik seperti gelas, plastik logam dan lainnya dengan
wadah warna terang
3) Sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga (jenis sampah B3)
denganwarna merah yang dberi lambang khusus atau semua ketentuan
yang berlaku.
Pola pewadahan sampah dapat dibagi dalam individual dan komunal.
Pewadahan dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual aupun
komunal sesuai dengan pengelompokan pengelolaan sampah.
b. Kriteria lokasi dan penempatan wadah
Lokasi penempatan wadah adalah sebagai berikut :
1) Wadah individual ditempatkan :
- Di halaman muka
- Di halaman belakang untuk sumber sampah dari hotel restoran
2) Wadah komunal ditempatkan :
- Sedekat mungkin dengan sumber sampah
- Tidak menganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya
- Di luar jalur lalu lintas, pada suatu lokasi yang mudah untuk
pengoperasiannya
- Di ujung gang kecil
- Di sekitas taman dan pusat keramaian (untuk wadah sampah
pejalan kaki), untuk pejalan kaki minimal 100 m
- Jarak antar wadah sampah
B. Pengumpulan sampah
Pola pengumpulan sapah terdiri dari :

11 
 
a. Pola individual langsung
Syarat dalam pola ini adalah kondisi topografi bergelombang (>15-40%) hanya
alat pengumpul mesin yang dapat beroperasi, kondisi jalan cukup besar dan
operasi tidak menganggu pemakai jalan lainnya, kondisi dan jumlah alat
memadai, jumlah timbunan sampah > 0,3 m3/hari.
b. Pola individual tidak langsung
Syarat dalam pola ini adalah untuk partisipasi masyarakat yang pasif, lahan
untuk lokasi pemindahan tersedia, kondisi topografi relatif datar (rata-rata <5%)
dapat menggunakan alat pengumpulan non mesin (gerobak, becak), alat
pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung, kondisi lebar gang dapat
dilalui alat pengumpulan tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya, ada
organisasi pengelola pengumpulan sampah.
c. Pola komunal langsung
Syarat pada pola komunal langsung adalah alat angkut terbatas, kemampuan
pengendalian personil dan peralatan relatif rendah, alat pengumpul sulit
menjangkau sumber-sumber sampah individual (kondisi daerah terbukti, gang /
jalan sempit), peran masyarakat tinggi dan wadah komunal ditempatkan sesuai
dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut serta
pola ini untuk permukiman tidak teratur.
d. Pola komunal tidak langsung
Pola ini memiliki persyaratan yaitu peran masyarakat sangat tinggi, wadah
komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah
dijangkau alat pengumpulan, lahan untuk lokasi pemindahan tersedia, kondisi
topografi relatif datar (rata-rata < 5%) dapat menggunakan alat pengumpul non
mesin (gerobak, becak) bagi kondisi topografi > 5% dapat menggunakan cara
lain seperti pikulan, kontrainer kecil beroda dan karung, lebar jalan atau gang
dapat dilalui alat pengumpulan tanpa menganggu pemakai jalan lainnya, pola
ini harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah.
e. Pola penyapuan jalan
Pola ini menjelaskan bahwa penyapu jalan harus mengetahui teknik menyapu
untuk setiao daerah pelayanan (diperkeras, tanah, lapangan, rumput dll).
Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada
fungsi dan nilai daerah yang dilayani. Pengumpulan sampah hasil penyapuan
jalan diangkut ke lokasi pemindahan untuk diangkut ke TPA. Pengendalian
personil dan peralatan harus baik.

12 
 
C. Pemindahan sampah
Tipe pemindahan sampah dapat dilihat pada Tabel II.1

Tabel II. 1
Tipe Pemindahan

No. Uraian Transfer Depo Tipe I Transfer Depo Tipe II Transfer Depo Tipe III
1. Luas Lahan . > 200 m2 60 m2 – 200 m2 10 – 20 m2

- Tempat pertemuan peralatan


pengumpulan dan pengangktan - Tempat pertemuan
- Tempat pertemuan
sebelum pemindahan gerobak & kontainer
peralatan pengumpulan dan
- Tempat penyimpanan atau (6-10 m3)
pengangkutan sebelum
2. Fungsi kebersihan - Lokasi penempatan
pemindahan
- Bengkel sederhana kontainer komunal (1-
- Tempat parkir gerobak
- Kantor wilayah/pengendali 10 m3)
- Tempat pemilahan
- Tempat pemilahan
- Tempat pengumpulan

Daerah yang sulit


Baik sekali untuk daerah yang mendapat lahan yan
3. Daerah Pemakai
mudah mendapatkan lahn kosong dan daerah
protokol

Sumber: SNI 19-2454 tahun 2002

Tipe pemindahan sampah dapat dilihat pada Tabel II.1


Lokasi dalam pemindahan harus mudah keluar masuk bagi sarana
pengumpulan dan pengangkutan sampah tidak jauh dari sumber sampah.
Berdasarkan tipe, lokasi pemindahan terdiri dari lokasi terpusat (transfer depo tipe
I) dan lokasi tersebar (transfer depo tipe II atau III).
D. Pengangkutan sampah
a. Untuk pengangkutan pola individual tidak langsung berikut pada Gambar 2.1

13 
 
Sumber: SNI 19-2454 tahun 2002
Gambar 2. 1
Proses pengangkutan sampah individual secara tidak langsung
b. Untuk penganggkutan pola komunal berikut pada Gambar 2

Sumber: SNI 19-2454 tahun 2002

Gambar 2. 2
Proses pengangkutan sampah komunal
 

E. Pengolahan
Ada beberapa teknik dalam pengolahan sampah berupa :
a. Pengomposan
Dalam pengomposan ada 2 yaitu berdasarkan kapasitas (individual,
komunal, skala lingkungan) dan berdasarkan proses (alami, biologis dengan
cacing, biologis dengan mikro organisme, tambahan).
b. Insinerasi yang berwawasan lingkungan.
c. Daur ulang
Dalam daur ulang berupa sampah anorganik yang disesuaikan dengan jenis
sampah dan menggunakan kembali sampah organik sebagai makanan ternak
d. Pengurangan volume sampah dengan pencacahan atau pemadatan.
e. Biogasifikasi (pemanfaatan energi hasil pengolahan sampah).
F. Pembuangan akhir
Metode pembuangan akhir sampah dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Penimbunan terkendali termasuk pengolahan lindi dan gas
b. Lahan urug saniter termasuk pengolahan lindi dan gas
Metode penimbunan sampah untuk daerah pasang surut dengan sistem
kolam (an acrob, fakultatif, maturasi).
2. Kelembagaan

14 
 
Aspek Kelembagaan merupakan suatu kegiatan yang multi disiplin yang bertumpu
pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek-aspek ekonomi, sosial,
budaya, dan kondisi fisik wilayah kota dan memperhatikan pihak yang dilayani yaitu
masyarakat kota. perancangan dan pemilihan bentuk organisasi disesuaikan dengan:
- Peraturan pemerintah yang membinanya
- Pola sistem operasinal yang diterapkan
- Kapasitas kerja sistem
Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus ditangani
3. Peraturan/Hukum
Aspek hukum didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia adalah negara
hukum, dimana sendi-sendi kehidupan pada hukum yang berlaku. Manajemen
persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatanan dasar hukum, seperti
dalam pembentukan organisasi, pemungutan, retribusi, ketertiban masyarakat, dan
sebagainya. Peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan
sampah di perkotaan antara lain adalah yang mengatur tentang:
- Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan sampah
- Rencana induk pengelolaan sampah kota
- Bentuk lembaga dan organisasi pengelola
- Tata cara penyelenggaraan pengelolaan
- Besaran tarif jasa pelayanan atau retribusi
Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya kerjasama antar daerah atau
kerjasama dengan pihak swasta.
4. Sumber Pembiayaan
Sebagaimana kegiatan yang lain, maka komponen pembiayaan sistem pengelolaan
sampah kota secara ideal dihitung berdasarkan:
- Biaya investasi
- Biaya operasi dan pemeliharaan
- Biaya manajemen
- Biaya untuk pengembangan
- Biaya penyusunan dan pembinaan masyarakat
Retribusi persampahan merupakan bentuk konkrit partisipasi masyarakat dalam
membiayai program pengelolaan persampahan. Bentuk penarikan retribusi
dibenarkan bila pelaksananya adalah badan formal yang diberi kewenangan oleh
pemerintah.
5. Peran serta masyarakat

15 
 
Tanpa adanya partisipasi masyarakat penghasil sampah, semua program
pengelolaan sampah yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan kepada
masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam kebersihan adalah
bagaimana membiasakan masyarakat kepada tingah lkau yang sesuai dengan tujuan
program itu. Hal ini antara lain menyangkut:
- Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang
tertib dan teratur
- Faktor-faktor sosial, struktur dan budaya setempat
Kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini.

2.5 Konsep Pengelolaan Sampah 3R


UU-18/2008 ini menekankan bahwa prioritas utama yang harus dilakukan oleh
semua pihak adalah bagaimana agar mengurangi sampah semaksimal mungkin. Bagian
sampah atau residu dari kegiatan pengurangan sampah yang masih tersisa selanjutnya
dilakukan pengolahan (treatment) maupun pengurugan (landfilling). Pengurangan sampah
melalui 3R menurut UU-18/2008 meliputi:
a. Pembatasan (reduce): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan sesedikit
mungkin
b. Guna-ulang (reuse): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan memanfaatkan
limbah tersebut secara langsung
c. Daur-ulang (recycle): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat dimanfaatkan
secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat dimanfaatkan, baik
sebagai bahan baku maupun sebagai sumber enersi

2.6   Bank Sampah


Bank sampah adalah sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang
mendorong masyarakat untuk berperan serta aktif di dalamnya. Sistem ini akan
menampung, memilah, dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi dari menabung sampah
(Utami, 2003). Pengelolaan sampah permukiman yang menerapkan sistem penyetoran
sejumlah sampah ke badan yang dibentuk dan disepakati bersama masyarakat setempat
(bank sampah) untuk menampung sampah yang memiliki nilai ekonomi ditabung sampai
pada jumlah dan waktu tertentu ditukarkan sejumlah uang.
Hal ini merupakan salah satu cara mengubah perilaku masyarakat (social behavior)
agar tidak membuang sampah ke sungai, selokan, membakar dengan cara penerapan
strategi 3R (Reuse, Reduce dan Recycle) namun konsep ini tidak berjalan dengan baik

16 
 
karena imej yang tertanam bagi masyarakat “sampah” itu adalah barang tidak berharga,
tidak bermanfaat, tidak mempunya nilai ekonomi sehingga solusi yang paling mudah dan
gampang adalah “buang” atau asal tak berada di lingkungan sendiri. Image atau stigma ini
diyakini dapat dirubah dengan menjadikan sampah menjadi berkah dengan upaya
mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan bank sampah (Sucipto,
2012).
Tujuan pembangunan Bank Sampah adalah bukanlah dari Bank Sampah itu sendiri
tetapi adalah strategi dalam strategi dalam mengembangkan dan membangun kepedulian
masyarakat agar dapat berteman dengan sampah bukan bermusuhan dengan
mengembangkan ekonomi kerakyatan berupa penjualan hasil sampah serta
mengembangkan kerajinan kreatif dan inovatif berupa pemanfaatan sampah menjadi
kerajinan tangan, pembuatan kompos, usaha tanaman hias dan manfaat lain yang
mempunyai nilai ekonomi kreatif. Penciptaan keadaan ini diharapkan tidak hanya
mengembangkan ekonomi kerakyatan yang kuat tetapi juga pembangunan lingkungan
yang bersih dan hijau untuk menciptakan masyarakat yang sehat (Sucipto, 2012).
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.13
Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank
Sampah pelaksanaan bank sampah adalah sebagai berikut :
1. Jam Kerja
Berbeda dengan bank konvensional, jam kerja bank sampah sepenuhnya
tergantung kepada kesepakatan pelaksana bank sampah dan masyarakat sebagai
penabung. Jumlah hari kerja bank sampah dalam seminggu pun tergantung, bisa 2
hari, 3 hari, 5 hari, atau 7 hari tergantung ketersediaan waktu pengelola bank
sampah yang biasanya punya pekerjaan utama. Sebagai contoh, jam kerja Bank
Sampah Rejeki di Surabaya buka Jumat dan Sabtu pukul 15.00-17.00 serta Minggu
pukul 09.00-17.00.
2. Penarikan Tabungan
Semua orang dapat menabung sampah di bank sampah. Setiap sampah yang
ditabung akan ditimbang dan dihargai sesuai harga pasaran. Uangnya dapat
langsung diambil penabung atau dicatat dalam buku rekening yang dipersiapkan
oleh bank. Berdasarkan pengalaman selama ini, sebaiknya sampah yang ditabung
tidak langsung diuangkan namun ditabung dan dicatat dalam buku rekening, dan
baru dapat diambil paling cepat dalam 3 (tiga) bulan. Hal ini penting dalam upaya
menghimpun dana yang cukup untuk dijadikan modal dan mencegah budaya
konsumtif.

17 
 
3. Peminjaman Uang
Selain menabung sampah, dalam prakteknya bank sampah juga dapat
meminjamkan uang kepada penabung dengan sistem bagi hasil dan harus
dikembalikan dalam jangka waktu tertentu.
4. Buku Tabungan
Setiap sampah yang ditabung, ditimbang, dan dihargai sesuai harga pasaran
sampah kemudian dicatat dalam buku rekening (buku tabungan) sebagai bukti
tertulis jumlah sampah dan jumlah uang yang dimiliki setiap penabung. Dalam
setiap buku rekening tercantum kolom kredit, debit, dan balans yang mencatat
setiap transaksi yang pernah dilakukan. Untuk memudahkan sistem administrasi,
buku rekening setiap RT atau RW dapat dibedakan warnanya.
5. Jasa Penjemputan Sampah
Sebagai bagian dari pelayanan, bank sampah dapat menyediakan angkutan untuk
menjemput sampah dari kampung ke kampung di seluruh daerah layanan.
Penabung cukup menelpon bank sampah dan meletakkan sampahnya di depan
rumah, petugas bank sampah akan menimbang, mencatat, dan mengangkut
sampah tersebut.
6. Jenis Tabungan
Dalam prakteknya, pengelola bank sampah dapat melaksanakan dua jenis
tabungan, tabungan individu dan tabungan kolektif. Tabungan individu terdiri dari:
tabungan biasa, tabungan pendidikan, tabungan lebaran, dan tabungan sosial.
Tabungan biasa dapat ditarik setelah 3 bulan, tabungan pendidikan dapat ditarik
setiap tahun ajaran baru atau setiap bayar sumbangan pengembangan pendidikan
(SPP), sementara tabungan lebaran dapat diambil seminggu sebelum lebaran.
Tabungan kolektif biasanya ditujukan untuk keperluan kelompok seperti kegiatan
arisan, pengajian, dan pengurus masjid.
7. Jenis Sampah
Jenis sampah yang dapat ditabung di bank sampah dikelompokkan menjadi:
a. kertas, yang meliputi koran, majalah, kardus, dan dupleks.
b. plastik, yang meliputi plastik bening, botol plastik, dan plastik keras lainnya.
c. logam, yang meliputi besi, aluminium, dan timah.
Bank sampah dapat menerima sampah jenis lain dari penabung sepanjang
mempunyai nilai ekonomi.
8. Penetapan Harga

18 
 
Penetapan harga setiap jenis sampah merupakan kesepakatan pengurus bank
sampah. Harga setiap jenis sampah bersifat fluktuatif tergantung harga pasaran.
Penetapan harga meliputi:
a. Untuk perorangan yang menjual langsung sampah dan mengharapkan uang
tunai, harga yang ditetapkan merupakan harga fluktuatif sesuai harga pasar.
b. Untuk penabung yang menjual secara kolektif dan sengaja untuk ditabung,
harga yang diberikan merupakan harga stabil tidak tergantung pasar dan
biasanya di atas harga pasar.
Cara ini ditempuh untuk memotivasi masyarakat agar memilah, mengumpulkan,
dan menabung sampah. Cara ini juga merupakan strategi subsidi silang untuk biaya
operasional bank sampah.
9. Kondisi Sampah
Penabung didorong untuk menabung sampah dalam keadaan bersih dan utuh.
Karena harga sampah dalam keadaan bersih dan utuh memiliki nilai ekonomi yang
lebih tinggi. Penjualan plastik dalam bentuk bijih plastik memiliki nilai ekonomi lebih
tinggi karena harga plastik dalam bentuk bijih plastik dapat bernilai 3 (tiga) kali lebih
tinggi dibanding dalam bentuk asli.
10. Berat Minimum
Agar timbangan sampah lebih efisien dan pencatatan dalam buku rekening lebih
mudah, perlu diberlakukan syarat berat minimum untuk menabung sampah,
misalnya 1 kg untuk setiap jenis sampah. Sehingga penabung didorong untuk
menyimpan terlebih dahulu tabungan sampahnya di rumah sebelum mencapai
syarat berat minimum.
11. Wadah Sampah
Agar proses pemilahan sampah berjalan baik, penabung disarankan untuk
membawa 3 (tiga) kelompok besar sampah ke dalam 3 (tiga) kantong yang berbeda
meliputi:
a. kantong pertama untuk plastik
b. kantong kedua untuk kertas
c. kantong ketiga untuk logam.
12. Sistem Bagi Hasil
Besaran sistem bagi hasil bank sampah tergantung pada hasil rapat pengurus bank
sampah. Hasil keputusan besarnya bagi hasil tersebut kemudian disosialisasikan
kepada semua penabung. Besaran bagi hasil yang umum digunakan saat ini adalah
85:15 yaitu 85% (delapan puluh lima persen) untuk penabung dan 15% (lima belas

19 
 
persen) untuk pelaksana bank sampah. Jatah 15% (lima belas persen) untuk bank
sampah digunakan untuk kegiatan operasional bank sampah seperti pembuatan
buku rekening, fotokopi, pembelian alat tulis, dan pembelian perlengkapan
pelaksanaan operasional bank sampah.
13. Pemberian Upah Karyawan
Tidak semua bank sampah dapat membayar upah karyawannya karena sebagian
bank sampah dijalankan pengurus secara sukarela. Namun, jika pengelolaan bank
sampah dijalankan secara baik dan profesional, pengelola bank sampah bisa
mendapatkan upah yang layak.

2.7 Partisipasi Masyarakat


Partisipasi merupakan suatu bagian terpenting dalam konsep pemberdayaan
masyarakat. Partisipasi masyarakat sering diartikan keikutsertaan, keterlibatan dan
kesamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara langsung
maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijakan, pelaksanaan program
dan evaluasi. Menurut Rogers, partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota dalam
mengambil keputusan, termasuk dalam perencanaan namun pada dasarnya partisipasi
berarti ikut serta dalam bahasa kita hampir tidak ada perbedaan antara kata tersebut
sebagai kata kerja atau kata benda. Partisipasi dapat diartikan dalam keterlibatan mental,
pikiran dan emosi atauperasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya
untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut
bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan (Septy, 2016).
Menurut Walgito, 1999: 22 dalam (Alfiandra, 2009) Partisipasi masyarakat
merupakan lingkungan masyarakat yang didalamnya terdapat interaksi individu dengan
individu yang lain. Dimana lingkungan sosial dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat,
hal tersebut dapat dibedakan antara lingkungan sosial primer dan lingkungan sosial
sekunder. Dimana dalam partisipasi di lingkungan sosial primer terdapat hubungan yang
erat antara individu satu dengan yang lain, individu satu saling kenal dengan individu yang
lain.
2.7.1 Bentuk Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam organisasi menekankan pada pembagian wewenang
atau tugas-tugas dalam melaksanakan dengan masud meningkatkan efektif tugas yang
yang diberikan secara terstruktur dan lebih jelas. Menurut Septy, 2016 ada beberapa
bentuk organisasi yaitu organisasi politik, sosial mahasiswa, olahraga, sekolah dan negara.

20 
 
Menurut Keith Davis dalam (Septy, 2016) ada beberapa jenis partisipasi yaitu
partisipasi pikiran, partisipasi tenaga pikiran dan tenaga, partisipasi keahlian, partisipasi
barang, partisipasi uang. Partisipasi haruslah terbuka untuk umum, partisipasi akan
mempengaruhi kredibilitas suatu badan yang bersangkutan. Dengan cara
mendokumentasikan perbuatan badan negara ini, sehingga mampu menyediakan sarana
yang memuaskan jika masyarakat dan bahkan pengadilan merasa perlu melakukan
pemeriksaan atas pertimbangan yang telah diambil ketika membuat keputusan tersebut
yang ada akhimya akan memaksa tanggung jawab dari badan negara atas kegiatan yang
dilakukan

2.7.2 Tingkat Partisipasi Masyarakat


Tingkat partisipasi untuk setiap anggota masyarakat berlainan satu sama lain sesuai
dengan kemampuan masing-masing, dan yang lebih penting adalah dorongan untuk
berpartisipasi, yaitu berdasarkan atas motivasi, cita-cita, dan kebutuhan individu yang
kemudian diwujudkan secara bersama-sama.
Menurut Wiswakharman dalam (Andriansyah, dkk, 2006:57) dalam (Alfiandra,
2009) partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya terdapat tingkatan-tingkatan sebagai
berikut:
6. Partisipasi Inisiasi, merupakan tingkatan partisipasi tertinggi. Masyarakat dalam
tingkatan partisipasi ini dapat menentukan dan mengusulkan segala sesuatu
rencana yang akan dilaksanakan dan benar-benar merupakan inisiatif murni
mereka. Peran masyarakat di sini adalah sebagai subjek kegiatan (pembangunan).
7. Partisipasi Legitimasi, yaitu partisipasi pada tingkat pembicaraan atau perundingan
kesepakatan pada suatu proses pembangunan. Peran masyarakat pada tingkat ini
cukup besar, yaitu masyarakat dapat memberi usulan dan turut aktif dalam
pembicaraan dan musyawarah dalam pelaksanaan pembangunan.
8. Partisipasi Eksekusi, yaitu partisipasi dalam tingkat pelaksanaan kegiatan dan
mereka tidak mulai dari awal (pada tahap perencanaan) dan tidak turut
mengambil/menentukan keputusan.
Tipologi tingkat partisipasi masyarakat tersebut seringkali digunakan sebagai
rujukan dalam berbagai kajian yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat. Selain cukup
mudah dalam penggunaannya, juga karena kajian tentang masyarakat dalam
pembangunan dirasakan semakin penting. Partisipasi warga merupakan proses ketika
warga, sebagai individu maupun sebagai kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran

21 
 
serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakan-
kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.
2.7.3 Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Bank Sampah
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dilibatkan langsung dalam
penanganannya dengan memperhatikan aspek-aspek pengelolaan sampah yaitu;
 Teknik operasional pengelolaan sampah mulai dari sumber timbulan sampah,
kemudian sistem pewadahan, jenis dan pola penampungan, lokasi penempatan,
pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan
 Kelembagaan dalam pengelolaan sampah, mengenai organisasi yang menangani
langsung pengelolaan sampah
 Aspek Peraturan/hukum yang melibatkan wewenang dan tanggung jawab
pengelola kebersihan
 Sumber pembiayaannya, besaran retribusi dari masyarakat
 Peran serta masyarakat yang dibagi menjadi partisipasi aktif dan pasif

2.8 Metode Penelitian


Metodologi adalah tata cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan
penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis untuk
menyelesaikan masalah yang dibahas dengan mendayagunakan sumber data dan fasilitas
yang ada. Metodologi juga merupakan cara kerja untuk dapat memahami hal yang menjadi
sasaran penelitian yang bersangkutan, meliputi prosedur penelitian dan teknik penelitian
(Setyaningrum dalam Hasan, 2002). Langkah-langkah yang terdapat dalam metodologi
adalah proses dalam penelitian yang akan dikerjakan.
2.8.1 Tahapan Persiapan
Tahapan awal dari persiapan adalah identifikasi masalah yang terdapat di wilayah
studi terkait dengan potensi di Desa Merdikorejo. Setelah dikakukan identifikasi masalah
dan potensi di wilayah studi di wilayah studi tahapan selanjutnya adalah menyusun
pertanyaan penelitian yang dapat menjadi latar belakang serta dasar penelitian. Kemudian
menyusun tujuan dan sasaran untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah ditentukan
sebelumnya. Tahap berikutnya adalah memilah kajian literatur mengenai karakteristik
masyarakat dalam upaya meningkatkan pengelolaan sampah di wilayah studi dari kajian
literatur tersebut maka akan dapat menentukan analisis yang akan diolah dalam kebutuhan
data seta teknik pengumpulan data (Setyaningrum, 2015). 

22 
 
2.8.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memenuhi kebutuhan data yang diperlukan
untuk pengenalan karakteristik dan potensi wilayah studi, identifikasi permasalahan yang
terjadi. Pada dasarnya pengumpulan data yang harus dipersiapkan secara maksimal agar
tujuan dapat terjadi. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data
primer dan pengumpulan data sekunder.
 Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder didapatkan dari Kepala Desa di Desa
Merdikorejo berupa data jumlah penduduk, perekonomian dan jumlah sarana dan
prasarana. Data jumlah penduduk dirinci menurut jenis kelamin, jumlah penduduk
menurut usia, jumlah penduduk menurut mata pencaharian. Data perekomian
meliputi mata pencaharian. Data sarana meliputi jumlah sarana pendidikan, sarana
perdagangan dan jasa, sarana pemerintahan dan pelayanan umum serta sarana
persampahan.
 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data ini
diperoleh dengan melakukan survei primer yang dilakukan anatara lain dengan
pengamatan langsung (observasi), kuesioner dan wawancara.
1. Observasi
Observasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui kondisi persampahan,
sistem pengelolaan sampah dan keterlibatan masyarakat terhadap adanya
pengelolaan sampah di Padukuhan Soka Martani Desa Merdikorejo serta
melihat kondisi sarana prasarana yang mendukung adanya sistem pengelolaan
sampah di Padukuhan Soka Martani Desa Merdikorejo. Kegiatan ini dilakukan
dengan cara mendokumentasikan dan mengamati keadaan di lapangan. Dalam
melakukan observasi perlu dilengkapi dengan form observasi, kamera, dan alat
tulis serta peta Padukuhan Soka Martani Desa Merdikorejo.
2. Kuesioner
Metode pengambilan kuesioner digunakan dengan sistem satu dusun. Form
kuesioner yang telah disiapkan sebelum melakukan survei, form tersebut
meliputi data identitas dan sistem pengelolaan sampah di Desa Merdikorejo.
Pemilihan responden menggunakan teknik sampling random yang artinya
semua populasi dapat menjadi responden. Kusioner ini berupa semi tertutup
dengan responden rumah tangga. Berikut perhitungan responden untuk
Padukuhan Soka Martani Desa Merdikorejo.

23 
 
𝑵𝒁𝟐 𝑷 𝟏 𝑷
n
𝑵𝒅𝟐 𝒁𝟐 𝑷 𝟏 𝑷
Keterangan:
N = Jumlah populasi
Z = Derajat Kecermatan (1,645)
P = Proporsi sampel (0,5)
d = Maksimal kesalahan (0,1)
n = Jumlah sampel yang dikehendaki
Dengan jumlah penduduk di Padukuhan Soka Martani sebesar 388 jiwa,
maka perhitungan responden kusioner untuk penduduk Padukuhan Soka
Martani adalah sebagai berikut.
𝑁𝑍 𝑃 1 𝑃
n
𝑁𝑑 𝑍 𝑃 1 𝑃
388 . 1,645 . 0,5 1 0,5
388 . 0,1 1,645 . 0,5 1 0,5
57,49

Hasil dari perhitungan responden adalah 57,49 yang dibulatkan menjadi 57


orang. Persebaran kuesioner dilakukan ke seluruh masyarakat Padukuhan
Soka Martani secara acak.
3. Wawancara
Wawancara merupakan pengumpulan data yang mendasarkan diri pada
laporan tentang diri sendiri. Wawancara sendiri dilakukan dengan cara tanya
jawab bertatap muka antara narasumber dengan pewawancara. Narasumber
yang akan diwawancarai dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur.

24 
 
Tabel II. 2
Tabel Kebutuhan Data
No.  Variabel Data   Nama Data  Tujuan  Jenis Data  Tahun  Sumber  Teknik Pengumpulan Data 
untuk mengetahui kondisi 
Kondisi fisik Desa  kondisi fisik alam Desa  Primer dan  Bappeda Sleman, 
1  fisik dan non fisik di Desa  2013  Telaah Dokumen, observasi 
Merdiorejo  Merdikorejo  Sekunder  survei lapangan 
Merdikorejo 
jumlah penduduk desa 
merdikorejo, menurut usia,  untuk mengetahui keadaan  2017  perangkat desa, 
Primer dan  Telaah Dokumen, observasi, 
2  Kependudukan  menurut mata pencaharian,  kependudukan di Desa  dan  masyarakat, panitia 
Sekunder  kuesioner 
menurut pendidikan, kepadatan  Merdikorejo  2018  bank sampah 
penduduk 
jenis dan jumlah sarana 
pendidikan, sarana perdagangan  untuk mengetahui jenis dan  2017  perangkat desa, 
Sarana dan  Primer dan 
3  dan jasa, sarana pemerintahan  jumlah sarana dan prasaran  dan  masyarakat, panitia  Telaah Dokumen, observasi 
Prasarana  Sekunder 
dan pelayanan umum, sarana  di Desa Merdikorejo  2018  bank sampah 
persampahan 
Jenis sampah yang  untuk mengetahui jenis  perangkat desa, 
identifikasi timbulan sampah yang  Primer dan  observasi, wawancara dan 
4  dihasilkan  timbulan sampah di Desa  2018  masyarakat, panitia 
dihasilkan oleh masyarakat  Sekunder  kuesioner 
masyarakat  Merdikorejo  bank sampah 
Jenis‐jenis 
untuk mengetahui sistem  perangkat desa, 
pengelolaan  identifikasi pengelolaan sampah  Primer dan  observasi, wawancara dan 
5  pengelolaan sampah di Desa  2018  masyarakat, panitia 
sampah pada  yang dilakukan masyarakat  Sekunder  kuesioner 
Merdikorejo  bank sampah 
masyarakat 
untuk mengetahui upaya 
Upaya peningkatan  identifikasi karakteristik  perangkat desa, 
peningkatan pengeloaan  observasi, wawancara dan 
6  pengelolaan  masyarakat dalam pengelolaan  Primer  2018  masyarakat, panitia 
sampah di Desa  kuesioner 
sampah  sampah  bank sampah 
Merdikorejo 
untuk mengetahui  perangkat desa, 
Analisis aspek  observasi, wawancara dan 
7  pendapatan masyarakat  pendapatan masyarakat di  Primer  2018  masyarakat, panitia 
ekonomi  kuesioner 
Desa Merdikorejo  bank sampah 
untuk mengetahui mata  perangkat desa, 
mata pencaharian masyarakat,  observasi, wawancara dan 
8  Analisis aspek sosial  pencaharian dan status  Primer  2018  masyarakat, panitia 
status sosial, usia   kuesioner 
masyarakat serta usia  bank sampah 

25 
 
No.  Variabel Data   Nama Data  Tujuan  Jenis Data  Tahun  Sumber  Teknik Pengumpulan Data 
untuk mengetahui 
perangkat desa, 
Analisis aspek  pendidikan masyarakat dan  pendidikan masyarakat dan  observasi, wawancara dan 
9  Primer  2018  masyarakat, panitia 
kebudayaan  pengetahuan masyarakat  pengetahuan tentang  kuesioner 
bank sampah 
pengelolaan sampah 
pemilahan, pewadahan, 
Analisis Keterlibatan  untuk mengetahui 
pemakaian kembali sampah,  masyarakat, 
masyarakat dalam  perbedaan keterlibatan 
10  pendaur ulang dan penilaian  primer  2018  panitian bank  wawancara dan kuesioner 
pengelolaan  masyarakat dalam program 
terhadap program pengelolaan  sampah 
sampah  pengelolaan sampah 
sampah 

26 
 
pemilahan, pewadahan, 
untuk mengetahui 
Analisis Keterlibatan  pemakaian kembali sampah,  masyarakat, 
perbedaan keterlibatan 
10  masyarakat dalam  pendaur ulang dan penilaian  primer  2018  panitian bank  wawancara dan kuesioner 
masyarakat dalam program 
pengelolaan sampah  terhadap program pengelolaan  sampah 
pengelolaan sampah 
sampah 

27 
 
2.8.3 Teknik Analisis
Teknik analisis adalah teknik yang digunakan untuk mengolah data yang telah
diperoleh sehingga menghasilkan suatu informasi yang dapat memecahkan suatu
permasalahan. Analisis yang di lakukan dalam penelitian ini adalah analisis sistem kerja
bank sampah, analisis partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah, dan analisis
aspek dalam pengelolaan sampah.
1. Analisis gambaran pengelolaan sampah
Analisis ini mengacu pada proses pengelolaan sampah secara mandiri dan
pengelolaan melalui bank sampah yang mengacu pada Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah. Mulai dari
memilah suatu sampah anorganik sampai mengolah dan menjadi barang yang
memiliki nilai jual. Kegiatan ini juga didukung dari keterlibatan masyarakat di
Padukuhan Soka Martani Desa Merdikorejo dalam melakukan kegiatan ini.
2. Analisis karakteristik masyarakat dalam pengelolaan sampah
Analisis ini mengacu pada karakteristik dalam pengelolaan sampah yang secara
mandiri maupun melalui bank sampah. variabel yang digunakan adalah pada aspek
ekonomi untuk mengetahui pendapatan yang dihasilkan masyarakat di Desa
Merdikorejo, aspek sosial melihat dari usia dan mata pencaharian masyarakat
setempat. Kemudian dari aspek kebudayaan dilihat dari tingkat pendidikan terakhir.
Dari inilah yang nantinya muncul karakteristik masyarakat di Padukuhan Soka
Martani Desa Merdikorejo.
3. Analisis keterlibatan masyarakat terhadap pengelolaan sampah
Analisis ini mengacu pada bagaimana antusias masyarakat terhadap pelaksanaan
pengelolaan sampah. Analisis ini dilakukan dengan berbagai macam variabel yaitu
wawasan akan pengelolaan sampah, keikutsertaan menjadi anggota, pemilahan
sampah, pewadahan, pemakaian kembali sampah yang layak pakai, serta pendaur
ulang sampah. Dari aspek-aspek diatas ada masyarakat yang ikut dan tidak ikut
program bank sampah, maka akan ditemukan bagaimana perbedaan keterlibatan
masyarakat terhadap program pengelolaan sampah.

28 
 
2.8.4 Kerangka analisis
 
Gambaran Pengelolaan Sampah  Pengelolaan sampah secara 
Pengelolaan sampah pada masyarakat 
di Padukuhan Soka Martani  mandiri dan pengelolaan sampah 
Padukuhan Soka Martani 
melalui bank sampah 

Karakteristik Responden: 
 Analisis usia 
Analisis aspek yang mempengaruhi 
 Analisis pendidikan  Karakteristik masyarakat 
masyarakat dalam pengelolaan  dalam pengelolaan sampah 
 Analisis mata pencaharian 
sampah
 Tingkat Pendapatan 

Keterlibatan Masyarakat dalam 
pengelolaan sampah: 
 Analisis tingkat pengetahuan  Analisis Keterlibatan masyarakat  Keterlibatan masyarakat 
pengelolaan sampah 3R  dalam pengelolaan sampah  dalam pengelolaan sampah 
 Analisis keikutsertaan dalam 
perkumpulan bank sampah 
 Analisis pemilahan sampah 
 Analisis penyediaan wadah 
 Analisis Reuse 
 Analisis Recycle  Analisis Penilaian pengelolaan sampah  Penilaian pengelolaan sampah 

Penilaian pengelolaan sampah  Pengelolaan sampah di 
Padukuhan Soka Martani 

Kesimpulan dan Rekomendasi 
29 
 
30 
 
31 
 

Anda mungkin juga menyukai