Pemanfaatan Kembali Sampah
Pemanfaatan Kembali Sampah
Pemanfaatan Kembali Sampah
KELOMPOK 1
Di susun oleh:
- M.Pandu Anugrah
- Balqis Tsatsabila Darise
- Aris Setiawan
- Agy Fahru Rozi
- Althaf Dafini Rohmadani
- Alam Jaya Kusuma
- Aulia Zahra Septiani
BAB I
Pendahuluan
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara memanfaatkan kembali sampah?
C. Tujuan Penelitian
Dapat mengetahui cara pemanfaatan kembali sampah
BAB II
Landasan Teori
Tabel II. 1
Tipe Pemindahan
- Tempat pertemuan
peralatan pengumpulan - Tempat pertemuan - Tempat
dan pengangktan peralatan pertemuan
sebelum pemindahan pengumpulan dan gerobak &
2. Fungsi kontainer (6-10
- Tempat penyimpanan pengangkutan
atau kebersihan sebelum pemindahan m3)
- Bengkel sederhana - Tempat parkir gerobak - Lokasi
- Kantor wilayah/pengendali - Tempat pemilahan penempatan
- Tempat pemilahan kontainer
- Tempat pengumpulan komunal (1-
10 m3)
Daerah yang sulit
Baik sekali untuk daerah mendapat lahan yan
3. Daerah Pemakai
yang mudah mendapatkan kosong dan daerah
lahn protokol
Sumber: SNI 19-2454 tahun 2002
Gambar 2. 2
Proses pengangkutan sampah komunal
E. Pengolahan
Ada beberapa teknik dalam pengolahan sampah berupa :
a. Pengomposan
Dalam pengomposan ada 2 yaitu berdasarkan kapasitas (individual, komunal, skala
lingkungan) dan berdasarkan proses (alami, biologis dengan cacing, biologis dengan
mikro organisme, tambahan).
b. Insinerasi yang berwawasan lingkungan.
c. Daur ulang
Dalam daur ulang berupa sampah anorganik yang disesuaikan dengan jenis sampah dan
menggunakan kembali sampah organik sebagai makanan ternak
d. Pengurangan volume sampah dengan pencacahan atau pemadatan.
e. Biogasifikasi (pemanfaatan energi hasil pengolahan sampah).
F. Pembuangan akhir
Metode pembuangan akhir sampah dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Penimbunan terkendali termasuk pengolahan lindi dan gas
b. Lahan urug saniter termasuk pengolahan lindi dan gas
Metode penimbunan sampah untuk daerah pasang surut dengan sistem kolam (an
acrob, fakultatif, maturasi).
2. Kelembagaan
Aspek Kelembagaan merupakan suatu kegiatan yang multi disiplin yang bertumpu pada
prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya, dan
kondisi fisik wilayah kota dan memperhatikan pihak yang dilayani yaitu masyarakat kota.
perancangan dan pemilihan bentuk organisasi disesuaikan dengan:
- Peraturan pemerintah yang membinanya
- Pola sistem operasinal yang diterapkan
- Kapasitas kerja sistem
Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus ditangani
3. Peraturan/Hukum
Aspek hukum didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum,
dimana sendi-sendi kehidupan pada hukum yang berlaku. Manajemen persampahan kota di
Indonesia membutuhkan kekuatanan dasar hukum, seperti dalam pembentukan organisasi,
pemungutan, retribusi, ketertiban masyarakat, dan sebagainya. Peraturan yang diperlukan
dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah di perkotaan antara lain adalah yang
mengatur tentang:
- Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan sampah
- Rencana induk pengelolaan sampah kota
- Bentuk lembaga dan organisasi pengelola
- Tata cara penyelenggaraan pengelolaan
- Besaran tarif jasa pelayanan atau retribusi
Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya kerjasama antar daerah atau kerjasama
dengan pihak swasta.
4. Sumber Pembiayaan
Sebagaimana kegiatan yang lain, maka komponen pembiayaan sistem pengelolaan sampah kota
secara ideal dihitung berdasarkan:
- Biaya investasi
- Biaya operasi dan pemeliharaan
- Biaya manajemen
- Biaya untuk pengembangan
- Biaya penyusunan dan pembinaan masyarakat
Retribusi persampahan merupakan bentuk konkrit partisipasi masyarakat dalam membiayai
program pengelolaan persampahan. Bentuk penarikan retribusi dibenarkan bila
pelaksananya adalah badan formal yang diberi kewenangan oleh pemerintah.
5. Peran serta masyarakat
25
Tanpa adanya partisipasi masyarakat penghasil sampah, semua program
pengelolaan sampah yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan kepada
masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam kebersihan adalah
bagaimana membiasakan masyarakat kepada tingah lkau yang sesuai dengan tujuan
program itu. Hal ini antara lain menyangkut:
- Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang
tertib dan teratur
- Faktor-faktor sosial, struktur dan budaya
setempat Kebiasaan dalam pengelolaan sampah
selama ini.
BAB III
Cara Kerja
Berikut Cara Daur Ulang Sampah:
-Pemilahan dan Pemisahan
Cara pertama dalam daur ulang sampah adalah pemilihan dan pemisahan. Mulailah dengan
memilah dan memisahkan sampah Anda. Identifikasi jenis sampah yang dapat didaur ulang,
seperti kertas, plastik, logam, kaca, dan bahan organik. Pisahkan sampah berdasarkan jenisnya
dalam wadah terpisah. Hal ini memudahkan proses pengolahan dan daur ulang di tahap
selanjutnya.
BAB IV
Analisis Data & Pembahasan
Setiap kawasan wisata memiliki cara-cara dan kebijakan tersendiri dalam mengelola
sampahnya. Namun, setiap kawasan wisata tetap wajib mengelola sampahnya sebagai
bagian dari menjaga kelestarian lingkungannya.
4.1.1 Pengelolaan Sampah Eksisting Museum di Benteng Vredeburg
Wadah sampah
yang sudah
Penyapuan area disediakan oleh Setelah TPS penuh,
Sampah yang sudah
museum yang pihak museum TPS akan diangkut
terkumpul diangkut
dilakukan oleh untuk pengumpulan oleh truk ke TPA
menggunakan
petugas kebersihan sampah yang dan diganti oleh
gerobak ke TPS.
museum. berasal dari TPS yang baru.
pengunjung
maupun penyapuan.
Penyapuan dilakukan dilakukan pada jam 8.00 pagi sebelum museum buka dan
jam 14.30 sore sebelum museum tutup. Sampah yang sudah disapu kemudian
dikumpulkan di tempat sampah yang tersedia. Di Museum Benteng Vredeburg terdapat
10 unit tempat sampah ukuran kapasitas 42 L, 5 unit kapasitas 120 L, 2
unit kapasitas 10 L, 2 unit kapasitas 50 L, 4 unit kapasitas 24 L, dan 6 unit tempat sampah
pemilahan. Setelah dikumpulkan, sampah diangkut dengan menggunakan gerobak sampah
ukuran 0,8 m3 yang berjumlah 4 unit menuju ke TPS Museum Benteng Vredeburg. TPS
Museum Benteng Vredeburg berupa kontainer sampah
28
berkapasitas 6 m3 yang dibeli dari KLH. Pengangkutan sampah dari sumber sampah
/ wadah sampah hanya dilakukan di penyapuan pagi hari. Sampah yang sudah terkumpul
di TPS kemudian akan diangkut ke TPA Piyungan yang dilakukan olehpihak BLH.
Penyapuan dilakukan dilakukan pada jam 7.00 pagi sebelum museum buka dan
jam 15.00 sore sebelum museum tutup. Sampah yang sudah disapu kemudian
dikumpulkan di wadah berukuran 240 L. Di Museum Sonobudoyo terdapat 1 unit tempat
sampah kapasitas 42 L, 1 unit kapasitas 60 L, 3 unit kapasitas 100 L, 3 unit kapasitas 60 L.
Setelah dikumpulkan, sampah diangkut ke TPS. TPS Museum Sonobudoyo masih
menyatu dengan TPS warga sekitar sehingga sampah yang dihasilkan tercampur dengan
sampah yang berasal dari pemukiman.
Berikut adalah hasil dari penelitian sampling sampah di kawasan wisata Museum
Benteng Vredeburg dan Museum Sonobudoyo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Hari
Seni Selas Rab Kami Juma Sabt Mingg Seni
n a u s t u u n
Museum
Benteng - 1619 1661 1791 874 2431 2101 -
Vredebur
g
Museum - 44 44 45 120 67 70 -
Sonobudoyo
Hari
Jum Sab Ming Jum Sab Ming Jum Sab Ming
at tu gu at tu gu at tu gu
I I I II II II III III II
Museu
m 874 2431 2101 1065 1797 2045 1692 1899 1694
Benten
g
Vredeburg
Museum 120 67 70 95 63 64 43 82 56
Sonobudoyo
Grafik timbulan sampah Museum Benteng Vredeburg yang dapat dilihat pada
Gambar 4.2 yaitu pengamatan Weekday dan Gambar 4.3 Weekend memiliki nilai rata –
rata yang sama yaitu 0,043 kg/org/hari. Sedangkan untuk Museum Sonobudoyo, timbulan
sampah pada pengamatan Weekday memiliki rata – rata sebesar 0,052 kg/org/hari dan
pada pengamatan Weekend memiliki rata – rata sebesar 0,046 kg/org/hari. Artinya
Museum Benteng Vredeburg memiliki nilai timbulan sampah sebesar 0,043 kg/org/hari
dan timbulan sampah pada Museum
33
Sonobudoyo memiliki nilai minimum 0,046 kg/org/hari dan nilai maksimum 0,052
kg/org/hari.
perbedaan yaitu 0,003 – 0,009 kg/org/hari. Hal tersebut dikarenakan kedua lokasi
penelitian adalah berupa wisata museum.
Museum Benteng Vredeburg memiliki luas area yang lebih besar dibandingkan
dengan Museum Sonobudoyo. Area Museum Benteng yang luas membuat pengunjung
harus berpindah dari satu titik ke titik lain. Dari aktivitas tersebut biasanya menghasilkan
sampah berupa botol atau gelas minuman. Namun, durasi kunjungan atau aktivitas
pengunjung yang cukup panjang di Museum Sonobudoyo pada pagelaran wayang juga
menjadi salah satu faktor tinggi rendahnya timbulan sampah.
4.2.2 Berat Jenis Sampah
Berat jenis sampah adalah perbandingan antara satuan berat sampah per satuan
volume sampah. Berat jenis sampah dapat digunakan untuk mengukur / menakar volume
sampah yang dihasilkan dalam kurun satu hari berdasarkan timbulan sampahnya
(kg/org/hari). Data tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk perencanaan
pengelolaan sampah pada waktu yang akan datang, Berikut adalah berat jenis sampah di
kedua lokasi:
Berdasarkan Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 berat jenis sampah di Museum Benteng
Vredeburg pada pengamatan Weekday dan Weekend berturut – turut memiliki rata – rata
0,043 kg/liter dan 0,037 kg/liter. Pada Museum Sonobudoyo dengan pengamatan Weekday
dan Weekend berturut – turut memiliki rata – rata berat jenis sampah 0,038 kg/liter dan 0,037
kg/liter. Artinya berat jenis sampah Museum Benteng Vredeburg adalah sekitar 0,037 –
0,043 kg/liter. Sedangkan Museum Sonobudoyo memiliki nilai berat jenis sampah sekitar
0,037 – 0,038 kg/liter.
Berdasarkan penelitian analisis timbulan sampah di kota Padang, berat jenis sampah
kota Padang adalah sebesar 0,120 – 0,170 kg/liter dengan nilai rata – rata sebesar 0,150
kg/liter (Azkha, 2006). Fluktuasi nilai berat jenis sampah di Museum Benteng Vredeburg
maupun Museum Sonobudoyo dapat dipengaruhi oleh jenis sampahnya, kondisi
penyimpanan, cuaca, dan lainnya. Kondisi kadar air sampah yang tinggi yang dapat
dipengaruhi oleh karakteristik jenis sampah seperti sampah organik basah maupun sampah
residu basah. Sampah organik basah memiliki berat jenis 0,290 kg/liter sedangkan sampah
kertas dan plastik memiliki berat jenis 0,070 – 0,090 kg/liter (Tchobanoglous et. al., 1993).
BAB V
Penutup & Kesimpulan
Sampah memang tidak terlepas dari kehidupan manusia dan seringkali menimbulkan
masalah. Akan tetapi bukan berarti tidak ada solusi untuk hal itu. Ada banyak cara untuk
memanfaatkan sampah bahkan mengubahnya menajadi sumber penghasilan.