PROPOSAL
PROPOSAL
PROPOSAL
Oleh :
QOHAR MAULANA MUNTAHA
15310185
BAB I
PENDAHULUAN
falciparum, dan Plasmodium ovale. Empat spesies parasit ini menyebabkan malaria
Penularan malaria dilakukan oleh nyamuk betina spesies Anopheles spp. Infeksi sel
darah merah oleh Plasmodium dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles
spp., transfusi darah, dan suntikan dengan jarum yang sebelumnya telah digunakan
Penyakit malaria menjadi salah satu masalah kesehatan global. Pada 2017,
diperkirakan ada 219 juta kasus malaria di 90 negara dan kematian malaria mencapai
435.000. Pada 2017, hampir setengah dari populasi dunia berisiko terserang malaria.
Sebagian besar kasus malaria dan kematian terjadi di Afrika sub-Sahara. Namun,
wilayah di Asia Tenggara, Mediterania Timur, Pasifik Barat, dan Amerika juga
berisiko. Pada 2017, 90 negara dan wilayah memiliki penularan malaria yang
berkelanjutan. Wilayah Afrika membawa tempat bagi 92% kasus malaria dan 93%
Tenggara (6%), dan Wilayah Timur Mediterania (3%). Tingkat insidensi malaria
1
2
terhitung menurun sekitar 21% dari tahun 2010-2015, selain itu angka kematian
akibat malaria pun menurun cukup signifikan, yaitu 58% di Kawasan Pasifik Barat,
penurunan yaitu 1,4% pada tahun 2013 menjadi 0,4% pada tahun 2018.
kematian ibu dan anak secara tidak langsung di Indonesia. Secara nasional, tahun
2011 lalu terjadi penurunan dari 4,68 per 1.000 penduduk menjadi 1,75 per 1.000
penduduk. Namun, angka kejadian malaria tertinggi (63%) terdapat di provinsi NTT,
Papua dan Papua Barat. Pencegahan dan pengobatan infeksi malaria merupakan
Pesawaran. Kasus ini berhubungan erat dengan tingginya angka gigitan nyamuk
Anopheles yang diukur dengan indikator Man Biting Rate (MBR) = jumlah nyamuk
waktu 5 tahun (2011- 2015) telah tercatat dengan hasil fluktuatif. Pada tahun 2011,
angka API tercatat 4,76 per 1.000 penduduk, menurun menjadi 1 per 1.000 penduduk
pada tahun 2012. Meningkat kembali menjadi 4,77 per 1.000 penduduk - pada tahun
3
2013, tahun 2014 meningkat menjadi 7,26 per 1.000 penduduk, dan pada tahun 2015
menurun menjadi 6,36 per 1.000 penduduk (Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran,
2016).
sebagaimana iklim provinsi lampung pada umumnya, curah hujan per tahun berkisar
antara 2.264 mm sampai dengan 2.868 mm dan jumlah hari hujan antara 90 sampai
dengan 176 hari/tahun. Desa Batu Menyan sangat berpotensial sebagai tempat
karena sebagian wilayahnya berupa rawa dan daerah tambak yang terbengkalai.
(Depkes, 2009).
Angka Annual Paracite Incident (API) salah satunya dipengaruhi oleh faktor
mencakup (suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari, arus air dan
larva), dan lingkungan kimia (pH air, salinitas air) (Hermawan, 2016).
fisik yang terdiri dari tempat perindukan (breeding site), suhu, kedalaman air,
kelembaban, curah hujan antara 90 sampai dengan 176 hari/tahun yang berhubungan
Populasi nyamuk di alam dipengaruhi oleh lingkungan fisik, kimia dan biologi.
suhu air, curah hujan, kedalaman air, kelembaban, sinar matahari. lingkungan kimia,
4
yaitu pH air, salinitas. lingkungan biologi, yaitu hewan pemangsa dan tumbuhan air
terdapat daerah potensial sebagai tempat perindukan nyamuk Anopheles spp seperti
tambak yang terlantar, selokan yang tergenang dan daerah pantai (hutan bakau).Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana karakteristik tempat perindukan
nyamuk Anopheles spp yang potensial sebagai vektor malaria di Desa Batu Menyan
1. Bagaimanakah faktor fisik (suhu air, dan kedalaman air) tempat perindukan
2. Bagaimanakah faktor kimia (pH air, salinitas air, oksigen terlarut) tempat
jenis hewan yang hidup di daerah perindukan nyamuk) di Desa Batu Menyan
2020?
4. Bagaimana korelasi faktor fisik, kimia, dan biologi dengan kepadatan larva
Mengetahui faktor ekologi (fisik, kimia dan biologi) tempat perindukan vektor
malaria yang berhubungan dengan kepadatan larva Anopheles spp. di Desa Batu
1. Mengetahui faktor fisik (suhu air, dan kedalaman air) tempat perindukan
2. Mengetahui faktor kimia (pH air, salinitas air, oksigen terlarut) tempat
3. Mengetahui faktor biologi (jenis tumbuhan yang hidup dalam perairan, jenis
2020.
4. Mengetahui korelasi faktor fisik, kimia, dan biologi dengan kepadatan larva
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi ebagai dasar ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta
BAB II
7
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Malaria
2.1.1 Definisi
obligat dari genus plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh
darah yang termasuk genus Plasmodium) yang dibawa oleh nyamuk Anopheles.
Keluhan utama yang khas pada malaria disebut “trias malaria” yangterdiri
1. Stadium menggigil
7
8
cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari tangan biru, kulit kering dan pucat.
sampai 1 jam.
Muka kemerahan, kulit kering dan panas seperti terbakar, sakit kepala makin
hebat, mual dan muntah, nadi berdenyut keras. Stadium ini berlangsung 2
sampai 6 jam.
3. Stadium berkeringat
dibawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan saat
bangun merasa lemah tapi sehat. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4 jam.
ookinet, sedangkan sporozoit berada dalam dinding spora. Protozoa ini adalah
Filum : Apicomplexa
Kelas : Sporozoa
Ordo : Eucoccidiidae
Famili : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
1. Bentuk tropozoit
Bentuk seperti cincin dengan inti yang kecil dan sitoplasma halus, sering
ditemukan bentuk cincin dengan dua inti. Pada tropozoit dewasa, sitoplasma
berbentuk ovale dan tidak teratur, pigmen berkumpul menjadi satu kelompok
berat.
2. Bentuk skizon
3. Bentuk gametosit
1. Bentuk tropozoit
dan bila bentuknya bulat tanpa vakuola akan sulit di bedakan dengan bentuk
gametosit.
2. Bentuk skizon
3. Bentuk gametosit
lain yang tidak dapat dibedakan dengan bentuk tropozoit dewasa. Pigmen
1. Bentuk tropozoit
Bentuk seperti cincin dengan sitoplasma tebal dengan inti yang besar. Pada
tropozoit dewasa bentuk cincin berukuran lebih besar, pigmen kasar dan
falciparum.
11
2. Bentuk skizon
Ukurannya lebih kecil dari Plasmodium vivax. Bentuk kecil seperti bunga
mawar. Jumlah merozoit rata-rata 8, sering hanya inti dan pigmen yang
terlihat.
3. Bentuk gametosit
yang berkelompok sehingga sulit dibedakan dan jumlah dalam darah sedikit
bentuknya mirip dengan Plasmodium vivax. Sel darah merah yang dihinggapi
akan sedikit membesar, bentuknya lonjong dan bergerigi pada satu ujungnya
andil yang paling besar terhadap status kesehatan; kemudian berturut-turut disusul oleh
perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan yang mempunyai andil paling kecil
kepada kesehatan juga saling berpengaruh satu sama lain. Status kesehatan akan
tercapai secara optimal jika keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai
kondisi yang optimal pula. Jika salah satu faktor berada dalam keadaan yang tidak
optimal, maka status kesehatan akan bergeser kea rah dibawah optimal.
12
Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan.
Kondisi sehat secara holistic bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga
spititual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti di
(jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genitik (keturunan). Keempat faktor
kesehatan masyarkat.
determinan yang paling besar dan paling sukar di tanggulamgi, disusul dengan faktor
lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan
dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat
lingkungan yang ada sehingga faktor yang pertama adalah lingkungan kemudia
perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas. Hal ini serupa yang di ungkapkan oleh
masyarkat adalah:
a. Lingkungan
b. Perilaku
13
c. Pelayanan kesehatan
d. Hereditas
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria yang dibawah oleh nyamuk
Anopheles spp. Ada empat Plasmodium penyebab malaria pada manusia yaitu
Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Anopheles
betina. Nyamuk Anopheles spp hidup didaerah iklim tropis dan subtropis tetapi
dan dapat dibagi menjadi tiga kawasan yaitu pantai, pedalaman dan kaki
gunung.
Secara alami penduduk disuatu daerah endemis malaria ada yang mudah dan ada
malaria hingga kini masih menimbulkan masalah. Hal ini terjadi karena pekerja
yang datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan sehingga rentan
terinfeksi.
14
2.1.4.4 Lingkungan
Di dalam tubuh manusia dan nyamuk dan Anopheles spp berlangsung daur hidup
hidup aseksual sedangkan di dalam tubuh nyamuk berlangsung daur hidup seksual
(Soedarto, 2011). Daur hidup aseksual terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap
mula-mula kan memasuki jaringan sel-sel parenkim hati dan berkembang biak di
Plasmodium ovale tahap ini berlangsung selama hari. Lamanya tahap skizogoni
kali, sedangkan pada spesies lainnya siklus ini dapat berlangsung berulang kali.
Siklus ini terjadi di dalam sel darah merah ini berlangsung selama 48 jam pada
eritrositik ini akan terjadi bentuk-bentuk trofozoit, skizon dan merozoit yang
mulai dijumpai 12 hari sesudah terinfeksi Plasmodium vivax, dan 9 hari sesudah
yang menyababkan terjadinya demam yang khas pada gejala klinis malaria.
4. Tahap gametogoni.
kapiler limpa dan sumsum tulang. Tahap gametogoni ini berlangsung selama 96
jam dan hanya gametosit yang sudah matang dapat ditemukan di dalam darah
badan nyamuk berlangsung daur hidup seksual atau siklus sporogoni. Gametosit,
manusia di dalam badan nyamuk akan berkembang menjadi bentuk gamet dan
akhirnya menjadi bentuk sporozoit yang infeksi bagi manusia. Untuk dapat
menjadi zigot, dalam waktu 24 jam zigot akan berkembang menjadi ookinet.
yang terdapat di antara lapisan epitel dan membran basal dinding lambung, lalu
Di dalam ookista yang bulat bentuknya akan terbentuk ribuan sporozoit. Ookista
yang telah matang akan pecah dindingnya adan sporozoit akan keluar
Anopheles spp betina, dapat hidup lebih dari satu spesies Plasmodium secara
2011).
17
Selama daur hidupnya (life cycle) terdapat empat stadium perkembangan nyamuk yaitu
telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa (imago). Tiga stadium pertama, yaitu telur, larva
dan pupa hidup didalam air (akuatik) berlangsung selama 5-14 hari (tergantung pada
spesies dan suhu lingkungannya). Nyamuk dewasa betina di alam umumnya berumur
kurang dari 2 minggu, namun nyamuk dewasa yang dipelihara dilaboratorium dapat hidup
1. Telur Nyamuk
Seekor nyamuk betina dapat mengeluarkan 50-200 butir telur setiap kali bertelur.
Telur yang mempunyai pelampung dikedua sisinya berukuran 0,5 x 0,2 mm, diletakkan
Larva atau jentik nyamuk Anopheles spp memiliki kepala yang tumbuh baik
dilengkapi sikat mulut untuk makan, dada (thorax) yang besar dan abdomen yang terdiri
dari sembilan segmen perut. Larva tidak mempunyai kaki, larva menghisap udara
melalui spirakel (lubang hawa) yang terdapat pada segmen abdomen ke-8 sehingga
larva Anopheles spp harus sering menuju kepermukaan air unuk bernapas. Larva akan
Pupa Anopheles spp jika dilihat dari samping berbentuk koma, kepala
ke bawah. Pupa harus sering berenang menuju permukaan air untuk bernafas dengan
cephalothorax. Beberapa hari dalam bentuk pupa, kulit bagian dorsal cephalothorax
14 hari tergantung pada suhu ambien. Di daerah tropis umumnya di butuhkan waktu
10-14 hari. Nyamuk dewasa mempunyai bentuk tubuh yang langsing, dan
terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Anopheles spp dewasa
dapat dibedakan dari nyamuk lainnya dengan melihat pulpus nyamuk Anopheles spp
yang panjangnya sama dengan panjang probosis. Selain itu sayap Anopheles spp
mempunyai bercak sisik yang berwarna hitam putih. Nyamuk Anopheles spp dewasa
mudah dikenal dari posisi tubuhnya pada waktu beristrahat, yaitu membentuk
sudut dengan permukaan tempatnya hinggap, dan tidak sejajar dengan permukaan
tempat hinggap yang terjadi pada nyamuk lainnya. Jarak terbang nyamuk ini tidak
20
lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya, jika ada tiupan angin yang kencang,
tipe perairan, tidak hanya di laguna, tapi juga persawahan, tambak, dan lain-lain.
Anopheles yang paling banyak dijumpai adalah Anopheles vagus dan Anopheles
Anopheles subpictus yang dapat bertahan hidup di air tawar dan payau terutama
pada musim hujan, sering di jumpai di kubangan kerbau, saluran air dan sawah.
dijumpai dikubangan kerbau, saluran air, kolam ikan, tempat semen, saluran air di
kebun, talang air dan kadang ditemukan di sawah, parit sumur, tepi danau yang
a. Suhu
menyebabkan peningkatan suhu air. Suhu air dipengaruhi oleh suhu lingkungan
Derajat suhu mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air yang penting bagi
kelarutan oksigen. Pada suhu yang ekstrim jentik Anopheles spp. tidak dapat
pertumbuhan akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10°C atau lebih
dari 40°C.
adalah faktor suhu udara. Nyamuk termasuk hewan berdarah dingin (cold
penetasan telur, karena semakin tinggi kelembaban, telur akan semakin cepat
ada yang kurang aktif dan ada yang lebih aktif. Kelembaban udara juga
akan menjadi pendek, nyamuk akan cepat payah, kering dan cepat mati.
<60% umur nyamuk akan menjadi pendek, nyamuk akan cepat payah, kering
c. Hujan
Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan derasnya hujan, jenis
(Harijanto, 2007).
d. Ketinggian
Lokasi setiap ketinggian naik 100 meter maka selisih suhu udara dengan
tempat semula 0,5ºC. Bila perbedaan tempat cukup tinggi, maka perbedaan
suhu udara juga cukup banyak dan mempengaruhi faktor-faktor yang lain,
dan musim penularan. Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang
23
e. Angin
menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. Kecepatan angin 10–
Anopheles spp betina dewasa tidak ditemukan lebih dari 2-3 km dari lokasi
terbang jauh, namun angin kencang dapat membawa Anopheles spp terbang
f. Sinar matahari
Menurut kesukaan terhadap sinar matahari, ada tiga kelompok Anopheles spp.
g. Arus air
lambat, sedangkan Anopheles minimus menyukai aliran air yang deras dan
h. Kedalaman air
dangkal. Hal ini diperkirakan bahwa erat kaitannya dengan beberapa cara
makan atau frekuensi pernafasan dari larva tersebut (Takken dan Knols,
2008).
biakan vektor malaria adalah pH, salinitas, oksigen terlarut (DO), dan kebutuhan
organisma yang berkembang biak di akuatik. pH air tergantung kepada suhu air,
oksigen terlarut, dan adanya berbagai anion dan kation serta jenis stadium
Kadar CO2 dalam suatu perairan dipengaruhi oleh proses fotosintesis dan
respirasi. Fitoplankton dan tanam air akan mengambil CO2 untuk kegiatan
fotosintesis. Oleh sebab itu, nilai pH perairan pada pagi hari menjadi rendah,
meningkat pada siang hari, dan maksimum pada sore hari (Mulyanto,1992).
25
b. Salinitas
Salinitas air sangat berpengaruh terhadap ada tidaknya malaria disuatu daerah.
Adanya danau, genangan air, persawahan, kolam ataupun parit disuatu daerah
dalam suatu volume air. Tinggi rendahnya salinitas ditentukan oleh banyaknya
Anopheles sundaicus serta tumbuh optimal pada air payau dengan kadar garam
antara 12-18 ppm dan tidak berkembang biak pada kadar garam 40 ppm ke
atas. Jentik Anopheles subpictus lebih toleran terhadap kadar garam sehingga
dapat ditemukan di tempat yang mendekati tawar atau juga di tempat yang
dewasa. Faktor biologi yang berperan dalam kehidupan nyamuk Anopheles spp.
adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari kepadatan,
jenis, umur nyamuk, dan kerentanan vektor terhadap Plasmodium spp. Adapun
faktor eksternal terdiri dari keberadaan vegetasi, makanan jentik, dan predator.
a. Predator nyamuk
berudu, ikan, dan udang. Menurut penelitian Zulfahrudin, ikan nila yang masih
dengan cara penebaran di laguna sebagai predator jentik. Hal ini sejalan dengan
ikan maka kepadatan jentik semakin kecil demikian pula sebaliknya. Adapun
untuk berudu belum dapat dikategorikan sebagai predator karena tipe mulutnya
lebih sesuai untuk memakan alga daripada benda lain. Dengan demikian,
berudu tidak dapat dikatakan sebagai pengendali biologi bagi jentik nyamuk
b. Pengaruh tumbuhan
pula menjadi pelindung jentik atau menaungi habitat agar tidak terkena
langsung sinar matahari yang dapat menyebabkan peningkatan suhu air serta
habitat perkembangbiakan.
2.3.1 Pengertian
setempat dalam satu wilayah geografis tertentu, dan bukan berarti tidak ada
kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor malaria di wilayah tersebut,
1. Kebijakan
malaria dan kondisi sumber daya yang tersedia (Kepmenkes RI, 2009).
2. Strategi
berisiko.
eliminasi malaria.
informasi kesehatan.
1. Target
pra-eliminasi.
malaria.
2. Indikator
Agent
Plasmodium falciparum.
Plasmodium vivax.
Plasmodium malariae.
Plasmodium ovale.
Penjamu (Host)
a. Manusia
b. Nyamuk
Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
a. Suhu
b. Kelembaban nisbi udara
c. Hujan Kejadian Malaria
d. Ketinggian
e. Angin
f. Sinar matahari
g. Arus air
h. Kedalaman air
2. Lingkungan Kimia
a. Derajat Keasaman (pH air)
b. Salinitas
3. Lingkungan Biologi
a. Jenis tumbuhan yang hidup dalam
perairan
b. Jenis hewan yang hidup dalam perairan
Malaria
Lingkungan Host
Manusia
Larva Nyamuk
Kepadatan larva
Dewasa
Anopheles spp
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
2.5 Hipotesis
Ada korelasi faktor fisik, kimia, dan biologi dengan kepadatan larva nyamuk Anopheles
spp. di Desa Batu Menyan Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Provinsi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah
sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Tahun 2020 di Desa Batu Menyan
Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung setelah proposal disetujui.
Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data
dalam satu kali pada satu waktu yang dilakukan pada variabel terikat dan variabel bebas.
Pendekatan ini digunakan untuk melihat korelasi antara variabel satu dengan variabel lainnya,
yang bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi ekologi tempat perindukan vektor malaria di
Desa Batu Menyan Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.
3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah semua habitat potensial larva Anopheles spp. di Desa Batu Menyan
3.4.2 Sampel
32
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh peneliti. Menurut
Sugiyono (2011) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”. Sehingga sampel merupakan bagian dari populasi yang ada, sehingga untuk
pengambilan sampel harus menggunakan cara tertentu yang didasarkan oleh pertimbangan-
pertimbangan yang ada. Dalam teknik pengambilan sampel ini penulis menggunakan teknik
sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2011). Sampel adalah habitat potensial larva Anopheles spp. yang terdapat di lokasi penelitian
dengan radius 500 m dari rumah penderita malaria selama 1 tahun terakhir.
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2013). Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan
menjadi: (1) variabel independen (bebas), yaitu variabel yang menjelaskan dan memengaruhi
variabel lain, dan (2) variabel dependen (terikat), yaitu variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi
1. Lingkungan fisik (suhu air dan kedalaman air) tempat perindukan vektor malaria.
2. Lingkungan kimia (pH, oksigen terlarut (DO) dan salinitas air) tempat perindukan
vektor malaria.
Untuk memudahkan pelaksanan penelitian ini dan agar penelitian tidak terlalu luas
Tabel 3.1
Definisi operasional
Lingkungan
biologi
1. Tumbuhan Ada atau Pencatatan Pengamatan langsung 1 = Ada Kategorik
air tidaknya 0 = Tidak
tumbuhan dan ada
34
jenis tumbuhan
yang ditemukan
disekitar tempat
positif jentik
2. Hewan air Ada atau Jaring ikan Pencatatan dan 1 = Ada Kategorik
tidaknya hewan Pengamatan langsung 0 = Tidak
dan jenis hewan ada
yang ditemukan
disekitar tempat
positif jentik
Kepadatan Jumlah larva Cidukan Perhitungan langsung (ekor/250ml) Kategorik
larva pada tempat 1 = > 20 larva
Anopheles spp perindukan 0 = < 20 larva
1. Suhu air
Pengukuran suhu air dapat dilakukan menggunakan termometer air raksa, yaitu
dengan cara mencelupkan bagian ujung yang terdapat bintik perak kedalam air, lalu
2. Kedalaman air
35
Pengukuran kedalaman air dilakukan dengan cara memasukan kayu kedalam air
sampai dasar, kemudian kayu dengan batas kedalaman air ditandai dan diukur
3. pH air
dalam air, kemudian ditunggu selama 3 menit sampai terlihat angka yang
4. Salinitas air
36
cara mengambil satu tetes air sampel yang diteteskan pada kaca refraktometer dan
kemudian ditutup. Skala dibaca lewat lubang pengintai dan alat yang diarahkan ke
menggunakan DO meter, yaitu dengan cara memasukan probe ke dalam air sampel,
lalu digerak–gerakkan. Nilai skala dapat dilihat pada pencatatan DO meter sampai
6. Tumbuhan air
7. Hewan air
Jenis hewan air yang terdapat pada tempat perindukan dicatat dan didokumentasikan.
37
Larva nyamuk diambil dari genangan air dengan menggunakan cidukan. Kemudian
larva yang sudah berada di cidukan dituangkan ke dalam nampan plastik dan dihitung
1 kali cidukan. Sampel diambil sebanyak 3 kali pengulangan pada setiap titik
(survey larva) Anopheles spp di Desa Desa Batu Menyan Kecamatan Teluk Pandan
1. Editing
Pada tahapan editing dilakukan pemeriksaan data yang telah dikumpulkan apakah
dapat dibaca, telah terisi lengkap, terdapat ketidakserasian antara jawaban satu
2. Coding
38
Pada tahapan coding dilakukan penulisan memberikan kode tertentu pada tiap data
3. Processing
Proses pengetikan data dari kuesioner ke program atau software komputer sehingga
4. Cleaning
diinterprestasikan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
kuantitatif, yaitu:
a. Analisa Univariat
diteliti. Analisis bersifat univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan presentase
dari seluruh faktor yang terdapat dalam variabel masing-masing, baik variabel bebas
b. Analisa Bivariat
Untuk menguji lingkungan fisik dan kimia (suhu air, kelembaban udara,
kedalaman air, pH, salinitas air) dengan kepadatan larva nyamuk Anopheles
parametrik adalah data yang diuji merupakan data kuantitatif, dilakukan uji
normalitas dan data harus berdistribusi normal. Pada penelitian ini uji
39
kenormalan yang digunakan adalah uji shapiro wilk. Kriteria uji normalit as
adalah data berdistribusi normal jika taraf signifikan > α (0,05). Jika syarat
data berdistribusi normal terpenuhi, maka uji hipotesis yang digunakan adalah
uji korelasi pearson dan untuk menguji lingkungan biologi (tumbuhan dan
Tahapan Persiapan
Tahapan Pelaksanaan
Pengumpulan Data
Tahapan Pengelolahan
Hasil Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
40
Depkes RI. 2001. Epidemiologi Malaria. Jakarta: Ditjen PPM dan PL.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Lampung. Bandar
Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan.Kanisius.Yogyakarta.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Diterjemahkan oleh Tjahjono Samingan. Edisi
ketiga. Gadjah Mada University. Yogyakarta
Soegijanto, S. 2016. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia (Jilid
1). Airlangga University Press.
Takken, & Knols, B. G. 2008. African water storage pots for the delivery of the
entomopathogenic fungus Metarhizium anisopliae to the malaria vectors
Anopheles gambiae ss and Anopheles funestus. The American journal of
tropical medicine and hygiene, 78(6), 910-916.
Vaughan, A. M., Aly, A. S., & Kappe, S. H. 2008. Malaria parasite pre-erythrocytic
stage infection: gliding and hiding. Cell host & microbe, 4(3), 209-218.
WHO. 2016. Fact Sheet -World Malaria Report 2015. GENEVA: WHO. Retrieved
MAY 23, 2016, from http://www.who.int/malaria/media/world-malaria-report-
2015/en/#
Yamko, R. 2009. Pola Spasial Daerah Perindukan Nyamuk Malaria Dengan Aplikasi
Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kabupaten Halmahera Tengah. Makasar.
Universitas Hasanuddin.