Tugas KLP 3 Makalah Vektor Malaria-KLKK
Tugas KLP 3 Makalah Vektor Malaria-KLKK
Tugas KLP 3 Makalah Vektor Malaria-KLKK
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Hasil pengukuran faktor abiotik (fisik dan kimia) pada tempat perindukan
larva nyamuk Anopheles sp. berupa suhu, pH, salinitas, kedalaman, dasar air,
warna air, kecerahan, DO, kelembaban udara pada masing-masing stasiun
pengamatan berbeda, data selengkapnya disajikan pada tabel 1. (Musdalifah)
Anopheles sundaicus yang dikenal sebagai vektor malaria di sana banyak
ditemukan di sawah, kolam-kolam yang tidak terpelihara dan genangan air di
sekitar rumah yang banyak ditumbuhi lumut. Tempat perindukannya di genangan-
genangan air tawar yang banyak ditumbuhi tumbuhan air (rumput, padi,
kangkung, teratai dll.) antara lain di genangan air dekat pantai, genangan air di
sungai, mata air, kolam ikan terlantar, rawa dan sawah dB. (Mulawarman,
Syaharuddin)
Sumber : (Nurhayati)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Sebagian besar vector malaria di Jawa Tengah dan DIY yang telah
dikendalikan dengan insektisida organofosfat dan karbonat telah mengalami
penurunan kerentanan (Nikmatisni)
2. Fauna nyamuk Anopheles di Halmahera terdiri atas 10 spesies, yaitu An.
subpictus, An. vagus, An. kochi, An. tesselatus,An. maculatus, An. aconitus,
An. peditaeniatus, An. elegans,An. farauti dan An. fragilis.
3. Irradiasi gamma relatif efektif untuk memandulkan nyamuk. Dosis iradiasi 90
Gy dapat memandulkan 65%, 100 Gy memandulkan 77%, 110 Gy
memandulkan 97% dan 120 Gy memandulkan 99% dibandingkan dengan
kontrol. Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antara nyamuk jantan yang
diirradiasi 110 dan 120 Gy dengan nyamuk betina normal tidak dapat diikuti
perkembangan hidupnya karena mengalami kematian (Retno)
4. Keberagaman genetik nyamuk Anopheles barbirostris dan A. vagus pada
dasarnya masih cukup tinggi untuk dapat dikategorikan sebagai populasi
yang sehat. Pengaruh aktivitas manusia di kedua daerah tersebut di atas,
pada saat ini belum mencirikan adanya suatu perubahan genetik (Rini)
5. Nyamuk anopheles yang berhasil ditangkap di daerah transmigrasi
Manggala asdalah An. Nigerrimus, An. Barbirotris, An. Annularis, An.
Vagus dan yang berperan sebagai vector malaria adalah An. Nigerrimus
(Samsiana)
6. Ekologi perindukan vektor malaria di desa Way Muli Kecamatan Rajabasa
Lampung Selatan mendukung kehidupan larva nyamuk vektor malaria.
Adanya predator pada perindukan (stasiun 1 & 2) diduga sangat
mempengaruhi Kepadatan larva nyamuk vektor malaria (Musdalifah)
7. Tempat Perindukan Vektor (TPV) nyamuk An. sundaicus dan An.subpictus
yang potensial berupa laguna dengan kondisi biota air berupa algae, rumput
dan lumut dan dengan turbiditi baik keruh maupun jernih (Samsiana).
8. Jarak tempat perindukan vektor nyamuk Anopheles berpengaruh terhadap
kejadian malaria pada balita di Kecamatan Sambelia, semakin dekat jarak
TPV dengan hunian penduduk maka akan semakin besar risiko terhadap
kejadian malaria pada balita (Nurhayati).
B. SARAN
1). Untuk menekan populasi Anopheles di daerah transmigrasi, antara lain perlu
memperbaiki pengelolaan lingkungan yaitu dengan jalan memanfaatkan
genangan air dijadikan kolam ikan serta pengelolaan sawah secara baik
(Samsiana)..
2). Penemuan dan pengobatan penderita supaya lebih diintensifkan dengan
melakukan survai malariometri. Petugas lapangan yang melakukan survai
masih perlu ditingkatkan dalam ketrampilan pembuatan dan pembacaan
sediaan darah (Junaeda)
3). Pemberantasan malaria di harapkan rasional, efekt if, efisien, sustainable,
acceptable Dan afordable (REESAA) untuk itu metode pemberantasan yang
sesuai dengan kondisi setempat dan mempunyai daya ungkit tinggi terhadap
p enurunan kasus malaria harus diutamakan. Untuk daerah-daerah yang
lokasi TPV berdekatan dengan pemukiman metode cattle barrier atau
penempatan kandang di pinggir pemukiman dapat di terapkan hal ini
tentunya disesuaikan dengan kemungkinannya di daerah tersebut
(Nurhayati).
4). Mengingat bahwa konfirmasi vector telah lama dilaksanakan, maka perlu
dilakukan penelitian rekonfirmasi vektor di beberapa daerah dengan tipe
epidemiologi atau tipe ekologi yang berbeda. Kemudian untuk mendukung
upaya pemberantasan vector maka disarankan untuk melakukan
pemberantasan jentik dengan cara mengurangi tempat perindukan
(penimbunan), pembersihan tanaman air di rawa-rawa, tambaktambak
supaya dikelola secara intensif, pembersihan lumut dan tanaman air lainnya
di tambak. Oi daerah-daerah yang ada rawa permanen supaya dilakukan
pembersihan tanaman air dan penebaran ikan pemakan jentik (Saharuddin).
DAFTAR PUSTAKA