Tugas KLP 3 Makalah Vektor Malaria-KLKK

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Malaria adalah penyakit yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
Parasit/plasmodium (agent), faktor manusia (host), nyamuk Anopheles (vektor)
dan lingkungan (environment). Salah satu penyakit yang banyak menyebabkan
kematian pada manusia dan disebabkan oleh suatu bentuk parasit protozoa yang
dikenal dengan malaria, ditularkan melalui nyamuk, yang juga berfungsi sebagai
inangnya yang lain. (Musdalifah, Nurhayati)
Malaria merupakan masalah kesehatan yang serius karena dampaknya pada
produktivitas masyarakat dan lingkaran kemiskinan. Diperkirakan rata-rata 1,3%
pertumbuhan ekonomi di negara-negara endemis hilang akibat penyakit ini.
Penyakit malaria menyebabkan 75%-90% rumah tangga yang diwawancarai
merasa terganggu pekerjaan/sekolahnya (Mulawarman)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia melaporkan 5 juta penduduk
menderita malaria di Seluruh wilayah Indonesia dan lebih kurang 700 orang
meninggal dunia setiap tahunnya. (Junaeda)
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, kasus malaria di
beberapa desa di wilayahnya masih cukup tinggi. Survei entomologi yang telah
dilakukan di Desa Ujung Alang (Dusun Klaces, Motehan dan Mangunjaya)
dilaporkan kasus malaria pada bulan Juni dan Juli 1999, sebesar 156 dan 129,
sedangkan di Desa Ujung Gagak (Dusun Karanganyar dan Cibeurum) sebesar 52
dan 17 kasus (CFR = 1,12%) (Mulawarman). Salah satu daerah yang masih
merupakan daerah dengan kasus malaria tinggi adalah Kabupaten Lombok Timur
Propinsi Nusa Tenggara Barat. Angka kejadian malaria di Kabupaten Lombok
Timur yaitu sebesar 14% dari 14.000 sampai 15.000 pengunjung Puskesmas,
meskipun angka tersebut masih dibawah rata –rata nasional yaitu sebesar 20%,
namun bila dilihat lebih jauh dari salah satu indikator penyakit malaria yaitu
parasite rate maka angka parasite rate (PR) di Kabupaten Lombok Timur sebesar
3,36% pada tahun 2001 masih tinggi dibanding target nasional yaitu PR < 2%.
(Nikmatisni)
Malaria di Sulawesi Tengah masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penderitanya tersebar di daerah-daerah pedesaan dengan jumlah penderita malaria
klinis per seribu penduduk (AMI) tahun 2001 di kabupaten Donggala 11,23%0' di
Kabupaten Luwuk Banggai 45,40%0, di Kabupaten Banggai Kepulauan 86,40%0,
di Toli- Toli 20,20 100 dan di Buol 46,40%0 (Dinkes Prop Sulteng, 2001).
(Syaharuddin)
Pada tahun 2002, terdapat tiga Puskesmas di wilayah Lampung Selatan dan
Pesawaran mempunyai angka kejadian malaria yang tinggi, yaitu di desa Hanura
97,59 %, desa Pidada 66 %, dan Desa Way Muli 27 % (Sahli, 2003). Untuk
prevalensi ( kasus penyakit malaria ) di Desa Way Muli memang cukup tinggi,
sehingga desa ini dapat dinyatakan sebagai daerah endemik malaria (Puskesmas
Way Muli, 2006) (Musdalifah)
B. RUMUSAN MASALAH
Genus Anopheles mempunyai lebih kurang 300 jenis di dunia dan lebih
dari 60 jenis di antaranya merupakan vektor malaria. Jumlah jenis Anopheles di
Indonesia sangat banyak, meskipun tidak semuanya berperan sebagai vektor
penyakit malaria melalui Plasmodium. Menurut catatan kepustakaan, terdapat 68
jenis Anopheles di Indonesia, tetapi yang berperan sebagai vektor malaria atau
yang diduga dapat menjadi vektor malaria adalah sekitar 22 jenis. Menurut
Adhyatma misalnya, Anopheles aconitus, ditemukan sebagai vektor malaria di
Cianjur (1919), Purworejo (1954), Banjarnegara (1978), Jepara (1980) dan
Wonosobo (1982). (Rini)
Anopheles barbirostris penyebarannya sangat luas baik di pantai maupun
di pedalaman.Dari seluruh Anopheles yang tertangkap di Siboang ditemukan
paling dominan di dalam rumah (73%) dan di luar rumah (57%) sedangkan di
Sidoan tidak dominan. Demikian juga halnya di Unit Pemukiman Transmigrasi
(UPT) Malik ditemukan lebih dominan di luar rumah (47%) sedangkan di UPT
Nelayan paling dominan di dalam rumah (89%) dan di luar rumah (86%).
Anopheles subpictus umumnya ditemukan di daerah-daerah pantai. Di Sidoan
ditemukan dominan dari seluruh Anopheles yang tertangkap yaitu 28% di dalam
rumah dan 23% di luar rumah. Sedangkan di Siboang, UPT Malik dan UPT
Nelayan ditemukan dominan sekunder menghisap darah orang setelah Anopheles
barbirostris. (Syaharuddin)
Hasil survey malariometri menunjukkan bahwa pada waktu penelitian,
pada umunya jumlah penderita malaria cukup tinggi untuk tingkat nasional, tetapi
untuk Indonesia bagian timur hal tersebut masih tergolong keadaan biasa. Dari
sejumlah 1.239 sediaan darah yang diperiksa ternyata 222 sediaan darah (17, 92
%) positif mengandung parasit malaria, teridiri atas 167 sediaan darah (75 %)
positif P. falciparum. 55 sediaan darah (25 %) positif falciparum vivax (Junaeda).
Jumlah tempat perindukan vektor di Kecamatan Sambelia sebanyak 14
TPV terdiri dari 6 TPV di Desa Sambelia, 5 TPV di Desa Belanting dan 3 TPV di
Desa Obel -Obel. Jenis tempat perindukan berupa laguna sebanyak 9 TPV, semua
TPV merupakan tempat perindukan nyamuk Anopheles yang potensial dengan
biota air dan turbiditi di masing-masing lokasi TPV (Nurhayati)
Hasil penelitian pada tempat perindukan nyamuk adalah suhu tertinggi
33,5°C, salinitas 0 ‰, pH berkisar 6-7, sedangkan warna iar tertinggi 39,27
mgPtCo dirawa, DO berkisar 5,3-6,4 mg/L. (Musdalifah)
Jumlah kasus malaria pada tahun 2000 sebesar 1802 kasus di Ujung
Alang, Klaces dan Motehan, sedangkan 220 kasus di desa Ujung Gagak (Data
Dinas Kesehatan, Kab. Cilacap) (Mulawarman)

1. Bagaimana gambaran spesies atau fauna di suatu wilayah


2. Bagaimana gambaran tempat perindukan
3. Bagaimana pengaruh insektisida, radiasi gamma, bacillus thuringiensis 0-14,
terhadap pengendalian vector nyamuk malaria.
C. TUJUAN
1. Untuk menentukan jenis-jenis nyamuk anopheles
2. Untuk menentukan tempat perindukan larva nyamuk
3. Untuk mengetahui cara pengendalian vector malaria

BAB II
PEMBAHASAN

A. FAKTOR PENYEBAB MASALAH

Macam-macam jenis Anopheles Jenis-jenis nyamuk yang ditangkap dari


kedua tempat pada dasarnya adalah sama, walaupun populasi Tasikmalaya
mempunyai dua jenis nyamuk lebih sedikit (Tabel 1.) Perbedaan populasi nyamuk
di kedua tempat diperkirakan oleh adanya perbedaan habitat dan aktivitas
manusia. Ke-enam jenis tersebut di bawah ini menurut penelusuran kepustakaan,
berpotensi sebagai vektor penyakit malaria di Asia Tenggara (Rini)

Tabel 1. Macam-macam jenis Pelabuhan Ratu Tasikmalaya


Anopheles yang ditangkap
dari dua lokasi jenis
Anopheles (Cellia) aconitus 3 ekor 37 ekor
Anopheles (C.) annularis 13 ekor -
Anopheles (C.) maculatus 7 ekor -
Anopheles (C.) sundaicus 32 ekor 48 ekor
Anopheles (C.) vagus 29 ekor 55 ekor
Anopheles (Anopheles) 45 ekor 65 ekor
barbirostris

Hasil pengukuran faktor abiotik (fisik dan kimia) pada tempat perindukan
larva nyamuk Anopheles sp. berupa suhu, pH, salinitas, kedalaman, dasar air,
warna air, kecerahan, DO, kelembaban udara pada masing-masing stasiun
pengamatan berbeda, data selengkapnya disajikan pada tabel 1. (Musdalifah)
Anopheles sundaicus yang dikenal sebagai vektor malaria di sana banyak
ditemukan di sawah, kolam-kolam yang tidak terpelihara dan genangan air di
sekitar rumah yang banyak ditumbuhi lumut. Tempat perindukannya di genangan-
genangan air tawar yang banyak ditumbuhi tumbuhan air (rumput, padi,
kangkung, teratai dll.) antara lain di genangan air dekat pantai, genangan air di
sungai, mata air, kolam ikan terlantar, rawa dan sawah dB. (Mulawarman,
Syaharuddin)

Sumber : (Nurhayati)

Tempat perindukan vektor (TPV) berupa laguna yang menjadi tempat


perindukan vektor nyamuk Anopheles spesies An. Sundaicus dan An. subpictus
(Tabel 3), merupakan tempat yang potensial bagi perkembangbiakan nyamuk,
baik dengan kondisi turbiditi keruh ataupun jernih. Hal ini sesuai dengan
pernyataan tempat perindukan nyamuk Anopheles adalah genangan-genangan air,
baik air tawar maupun air payau tergantung dari jenis spesies nyamuknya dan air
tidak boleh tercemar atau terpolusi serta harus selalu berhubungan dengan tanah.
Tempat perindukan air payau terdapat di muara –muara sungai dan rawa-rawa
yang tertutup hubungannya dengan laut cocok untuk tempat perindukan An.
sundaicus dan An. subpictus (Nurhayati).
Soemarlan dan Gandahusada (1990) telah menelusuri dari beberapa
literatur dan melaporkan ada 20 spesies Anopheles yang berperan sebagai vektor
malaria. Spesies yang di dapatkan di lokasi penelitian berupa An. Sundaicus, An.
subpictus, An. aconitus, An.barbirostris, An. minimus dan An. anullaris. Adapun,
spesies yang dikonfirmasi sebagai vektor di Propinsi NTB adalah An. sundaicus
dan An. subpictus seperti yang dinyatakan oleh Depkes (2000) bahwa yang
mempunyai risiko untuk menularkan penyakit malaria adalah spesies An.
sundaicus dan An. subpictus.(Nurhayati)
Nyamuk Anophles yang ditangkap terdiri dari anopheles nigerimus
betina (11,5 %), an. Barbirotris betina (7,3 %), An. Annularis betina (43 %), An.
Vagus betina (38 %), dari keempat spesies anopheles yang ditangkap ditemukan
satu anopheles yang telah dinyatakan sebagai vector malaria di Propinsi Lampung
yaitu An. Nigerimus Hasil penelitian PSP (pengetahuan , sikap dan perilaku) di
Kecamatan Pembantu Kampung Laut dapat dilihat pada Tabel 7, 8, 10 dan 11.
(Samsiana)

B. CARA PENANGGULANGAN MASALAH

Formulasi cair B. thuringiensis H-14 gator lokal dapat digunakan sebagai


agen pengendali jentik vektor malaria di daerah endemic malaria. B. thuringiensis
H-14 dibiakkan dalam buah kelapa dan diaplikasi / ditabur di kolam-kolam
perindukan jentik vektor malaria. Daya bunuh galur B. thuringiensis H-14 sangat
cepat dan biasanya tidak ada perbedaan kematian jentik selama 24 jam dan 48
jam. Efektivitas B. thuringiensis H-14 galur lokal yang ditumbuhkan dalam buah
kelapa membutuhkan waktu yang lebih lama (14 hari) untuk membunuh jentik
An. sundaicus pada perangkap sentinel dibandingkan dengan B.thuringiensis H-14
galur lokal yang ditumbuhkan dalam media pembanding TPB (Tryptose
Phosphate Broth) yang mem-butuhkan waktu 4 hari untuk membunuh jentik An.
aconitus pada perangkap sentinel di kolam, Kotamadya Salatiga (Blondine dkk,
1999/2000). (Mulawarman)
Pengendalian nyamuk Anopheles sp sebagai vektor penyakit malaria dapat
dilakukan dengan Teknik Serangga Mandul (TSM). Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan dosis radiasi yang efektif memandulkan salah satu vektor penyakit
malaria yaitu Anopheles macullatus. Iradiasi gamma dilakukan terhadap 100 ekor
nyamuk jantan stadium dewasa masing-masing dosis 0, 90, 100, 110, dan 120 Gy
dengan laju dosis 108,959 Krad/jam. Setelah diiradiasi nyamuk dikawinkan dengan
betina normal dengan jumlah yang sama dan diamati jumlah telur yang dihasilkan,
prosentase penetasan telur untuk setiap dosis radiasi, dan kelangsungan hidup
nyamuk. Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa dosis radiasi 90 Gy dapat
memandulkan 65%, 100 Gy memandulkan 77%, 110 Gy memandulkan 97%, dan 120
Gy memandulkan 99%.(Retno) Faktor yang berpengaruh terhadap proses
kemandulan pada nyamuk ialah terjadinya infekunditas (tidak dapat menghasilkan
telur), inaktivasi sperma, mutasi letal dominan, aspermia, dan ketidakmampuan
kawin dari serangga betina atau jantan 8 . Radiasi dapat mengurangi produksi telur
yang disebabkan karena tidak terjadinya proses oogenesis sehingga tidak terbentuk
oogenia atau telur. Aspermia dapat menyebabkan kemandulan karena radiasi merusak
spermatogenesis sehingga tidak terbentuk sperma. Inaktivasi sperma juga dapat
menyebabkan kemandulan karena sperma tidak mampu bergerak untuk membuahi sel
telur. Faktor penyebab kemandulan yang lain ialah ketidakmampuan kawin, hal ini
karena radiasi merusak sel-sel somatik saluran genetalia interna sehingga tidak terjadi
pembuahan sel telur 9 .(Retno)
Penangkapan nyamuk dilakukan dengan menggunakan aspirator isap
manual, dimulai dari pukul 18.00 s.d pukul 06.00 Wita. Setiap jam penangkapan
di dalam dan di luar rumah masing-masing dilakukan selama 40 men it, dan ] 0
menit kemudian penangkapan dilanjutkan di dinding bagi yang menangkap di
dalam rumah dan ke kandang bagi yang menangkap di luar rumah. Kolektor
duduk pada tempat yang telah ditentukan dengan kedua kaki dibiarkan terbuka
sampai lutut dan lampu dipadamkan. Semua nyamuk yang tertangkap dimasukkan
ke dalam cup yang tertutup kasa dan telah dibedakan menurut waktu dan tempat
penangkapan. Kemudian dibunuh dengan chloroform dan selanjutnya
diidentifikasi dengan menggunakan kunci Anopheles betina(syaharuddin)

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Sebagian besar vector malaria di Jawa Tengah dan DIY yang telah
dikendalikan dengan insektisida organofosfat dan karbonat telah mengalami
penurunan kerentanan (Nikmatisni)
2. Fauna nyamuk Anopheles di Halmahera terdiri atas 10 spesies, yaitu An.
subpictus, An. vagus, An. kochi, An. tesselatus,An. maculatus, An. aconitus,
An. peditaeniatus, An. elegans,An. farauti dan An. fragilis.
3. Irradiasi gamma relatif efektif untuk memandulkan nyamuk. Dosis iradiasi 90
Gy dapat memandulkan 65%, 100 Gy memandulkan 77%, 110 Gy
memandulkan 97% dan 120 Gy memandulkan 99% dibandingkan dengan
kontrol. Keturunan yang dihasilkan dari perkawinan antara nyamuk jantan yang
diirradiasi 110 dan 120 Gy dengan nyamuk betina normal tidak dapat diikuti
perkembangan hidupnya karena mengalami kematian (Retno)
4. Keberagaman genetik nyamuk Anopheles barbirostris dan A. vagus pada
dasarnya masih cukup tinggi untuk dapat dikategorikan sebagai populasi
yang sehat. Pengaruh aktivitas manusia di kedua daerah tersebut di atas,
pada saat ini belum mencirikan adanya suatu perubahan genetik (Rini)
5. Nyamuk anopheles yang berhasil ditangkap di daerah transmigrasi
Manggala asdalah An. Nigerrimus, An. Barbirotris, An. Annularis, An.
Vagus dan yang berperan sebagai vector malaria adalah An. Nigerrimus
(Samsiana)
6. Ekologi perindukan vektor malaria di desa Way Muli Kecamatan Rajabasa
Lampung Selatan mendukung kehidupan larva nyamuk vektor malaria.
Adanya predator pada perindukan (stasiun 1 & 2) diduga sangat
mempengaruhi Kepadatan larva nyamuk vektor malaria (Musdalifah)
7. Tempat Perindukan Vektor (TPV) nyamuk An. sundaicus dan An.subpictus
yang potensial berupa laguna dengan kondisi biota air berupa algae, rumput
dan lumut dan dengan turbiditi baik keruh maupun jernih (Samsiana).
8. Jarak tempat perindukan vektor nyamuk Anopheles berpengaruh terhadap
kejadian malaria pada balita di Kecamatan Sambelia, semakin dekat jarak
TPV dengan hunian penduduk maka akan semakin besar risiko terhadap
kejadian malaria pada balita (Nurhayati).

B. SARAN

1). Untuk menekan populasi Anopheles di daerah transmigrasi, antara lain perlu
memperbaiki pengelolaan lingkungan yaitu dengan jalan memanfaatkan
genangan air dijadikan kolam ikan serta pengelolaan sawah secara baik
(Samsiana)..
2). Penemuan dan pengobatan penderita supaya lebih diintensifkan dengan
melakukan survai malariometri. Petugas lapangan yang melakukan survai
masih perlu ditingkatkan dalam ketrampilan pembuatan dan pembacaan
sediaan darah (Junaeda)
3). Pemberantasan malaria di harapkan rasional, efekt if, efisien, sustainable,
acceptable Dan afordable (REESAA) untuk itu metode pemberantasan yang
sesuai dengan kondisi setempat dan mempunyai daya ungkit tinggi terhadap
p enurunan kasus malaria harus diutamakan. Untuk daerah-daerah yang
lokasi TPV berdekatan dengan pemukiman metode cattle barrier atau
penempatan kandang di pinggir pemukiman dapat di terapkan hal ini
tentunya disesuaikan dengan kemungkinannya di daerah tersebut
(Nurhayati).
4). Mengingat bahwa konfirmasi vector telah lama dilaksanakan, maka perlu
dilakukan penelitian rekonfirmasi vektor di beberapa daerah dengan tipe
epidemiologi atau tipe ekologi yang berbeda. Kemudian untuk mendukung
upaya pemberantasan vector maka disarankan untuk melakukan
pemberantasan jentik dengan cara mengurangi tempat perindukan
(penimbunan), pembersihan tanaman air di rawa-rawa, tambaktambak
supaya dikelola secara intensif, pembersihan lumut dan tanaman air lainnya
di tambak. Oi daerah-daerah yang ada rawa permanen supaya dilakukan
pembersihan tanaman air dan penebaran ikan pemakan jentik (Saharuddin).
DAFTAR PUSTAKA

1. Mulawarman, Pengendalian Vektor Malaria Anopheles Sundaicus


Menggunakan Bacillus Thuringiensis 0-14 Galur Lokal Yang Dibiakkan
Dalam Buah Kelapa Dengan Partisipasi Masyarakat Di Kampung Laut
Kabupaten Cilacap

2. Rini, Kajian Keberagaman Genetik Nyamuk Anopheles barbirostris dan


A. vagus di dua Daerah Endemik Penyakit Malaria di Jawa Barat

3. Nurhayati, Tempat Perindukan Vektor, Spesies Nyamuk Anopheles, Dan


Pengaruh Jarak Tempat Perindukan Vektor Nyamuk Anopheles Terhadap
Kejadian Malaria Pada Balita

4. Musdalifah, Studi Ekologi Perindukan Nyamuk Vektor Malaria Di Desa


Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan

5. Junaeda, Fauna Anopheles Dan Status, Pola Penularan Serta Endemis


Malaria Di Halmahera, Maluku Utara

6. Syaharuddin, Beberapa Aspek Bionomik Vektor Malaria Di Sulawesi


Tengah

7. Samsiana, Spesies Anopheles Dan Peranannya Sebagai Vektor Malaria Di


Lokasi Transmigrasi Manggala, Almpung Utara
8. Retno, Pemandulan Anopheles Macullatus Sebagai Vektor Penyakit
Malaria Dengan Radiasi Gamma Co-60

Anda mungkin juga menyukai