Spesifikasi Teknis Rsu Cikatomas 2020 1
Spesifikasi Teknis Rsu Cikatomas 2020 1
Spesifikasi Teknis Rsu Cikatomas 2020 1
BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM
PERSIAPAN PELAKSANAAN
PASAL 1
NAMA PEKERJAAN
PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN
2. Lingkup Pekerjaan:
Pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam gambar
dokumen pelelangan dan gambar kerja, antara lain :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Struktur Lantai 1
c. Pekerjaan Struktur Lantai 2
d. Pekerjaan Bangunan Ram
e. Pekerjaan Atap dan Dak Atas Jalan
f. Pekerjaan Arsitektur Lantai 1
g. Pekerjaan Mekanikal
1
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
Pekerjaan yang tidak tercantum dalam Lingkup diatas sudah termasuk dalam
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai gambar rencana kerja.
3. Pekerjaan Persiapan
Meliputi: Pengukuran, Bongkaran , mobilisasi peralatan, bahan/material,
pengadaan air dan listrik untuk bekerja dan tenaga kerja.
PASAL 3
MEMULAI KERJA
PASAL 4
MOBILISASI
PASAL 5
PAPAN NAMA KEGIATAN
PASAL 6
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
2
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
PASAL 7
RENCANA KERJA
PASAL 8
LOS PENGAWAS, LOS KERJA, GUDANG BAHAN DAN LAIN-LAIN
3
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
ruangan pada area bangunan yang tidak digunakan bila ada , yang akan
ditentukan oleh Pengawas.
4. Kantor Kontraktor, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat
dan dibiayai oleh Kontraktor/Pemborong, setelah selesai pelaksanaan
pembangunan/pekerjaan tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh
pihak Kontraktor, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor.
PASAL 9
KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN PEKERJA
4
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
PASAL 10
TENAGA DAN SARANA KERJA
3. Peralatan bekerja.
Menyediakan alat-alat bantu, seperti mesin Pemotong Keramik,Mesin Moln
Beton dan lain-lain serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
4. Bahan-bahan bangunan
Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan serta pengiriman material harus tepat
waktu sesuai pekerjaan yang akan dilaksanakan.
PASAL 11
PERSYARATAN DAN STANDARISASI
1. Persyaratan pelaksanaan.
Untuk menghindari klaim dari „User‟/Proyek dikemudian hari maka Kontraktor
harus betul-betul „memperhatikan‟ semua pelaksanaan pekerjaan dengan
memperhitungkan „ukuran jadi (finished)‟ sesuai persyaratan ukuran pada
gambar kerja dan penjelasan RKS. Kontraktor wajib melaksanakan semua
pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan
5
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
6
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
PASAL 12
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
PASAL 13
PENJELASAN RKS & GAMBAR
1. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS),
maka yang mengikat/berlaku adalah RKS.
2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignment, loksasi, seksi (bagian)
dan detail gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja.
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar
dan spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau
kelalaian dalam gambar atau dari ketidaksesuaian antara gambar dan
spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam
gambar dan sepsifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh
keadaan darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas dan disahkan secara tertulis.
3. Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan
penafsiran yang semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan
spesifikasinya.
4. Ukuran
a. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja dan
Gambar Pelengkap meliputi ukuran dari :
As – as
Luar – luar
Dalam – dalam
Luar – dalam
b. Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam
cm,mm.
7
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
5. Perbedaan gambar
a. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu
disiplin kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang
mengikat/berlaku.
b. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil/Struktur,
maka Kontraktor wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang
akan memutuskannya setelah berkonsultasi dengan Perencana.
c. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi,
Elektrikal/ Listrik dan Mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan
adalah ukuran fungsional dalam gambar kerja Arsitektur.
d. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian di dalam pelaksanaan
satu bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan
lainnya, maka di dalam hal terdapat ketidakjelasan, kesimpang-siuran,
perbedaan-perbedaan dan ataupun ketidak-sesuaian dan keragu-raguan
diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada
Konsultan Pengawas dan Direksi secara tertulis, dan mengadakan
pertemuan dengan Konsultan Pengawas/Direksi dan Konsultan
Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan
pegangan.
e. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor
untuk memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.
6. Istilah - Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin
adalah sebagai berikut:
a. STR : Struktur, Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan Perhitungan
Konstruksi, Bahan Konstruksi Utama dan Spesifikasinya, Dimensionering
kolom, Balok dan tebal Lantai.
b. ARS : Arsitektur,Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
perencanaan dan perancangan bangunan secara menyeluruh dari semua
disiplin-disiplin kerja yang ada baik maupun estetika.
c. ELK : Elektrikal, yang ada hubungannya dengan Sistem Penyediaan Daya
Listrik dan Penerangan.
8
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
d. MEK : Mekanikal, yang ada hubungannya dengan Sistem Air Bersih Air
Kotor, Sistem Pemadam Kebakaran, Sistem Instalasi Diesel – Generator
Set, dan Sistem Pengkondisian Udara.
7. Shop drawing Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di
lapangan yang harus dibuat oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen
Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan. Kontraktor wajib
membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap
dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan
Pengawas. dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan
digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari
semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan atau
spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum
tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun
di dalam Buku ini. Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis. Semua
gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada Konsultan
Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuai dengan format standar
dari proyek dan harus digambar pada kertas kalkir yang dapat direproduksi.
8. Perubahan, penambahan, pengurangan pekerjaan dan pembuatan “as-built
drawing”.
a. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan
pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
b. Setelah Pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor berkewajiban
membuat gambar-gambar yang telah dikerjakan/dibangun oleh kontraktor
(As-Built Drawing). Biaya untuk penggambaran ditanggung oleh
pelaksana.
PASAL 14
TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR
9
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
PASAL 15
KETENTUAN & SYARAT BAHAN-BAHAN
1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) ini maupun dalam berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan
yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus
memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. dan Persyaratan Umum
Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th. 1982), Standar Industri Indonesia (SII)
untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan
lainnya yang berlaku di Indonesia. Seluruh barang material yang dibutuhkan
dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti material, peralatan dan alat lainnya,
harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang
dimaksudkan.
2. Merk pembuatan bahan/material & komponen jadi.
a. Kecuali bila ditentukan lain dalam kontrak ini, semua merk pembuatan atau
merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini dimaksudkan
sebagai dasar perbandingan kualitas/setara dan tidak diartikan sebagai
suatu yang mengikat. Setiap keterangan mengenai peralatan, material,
barang atau proses, dalam bentuk nama dagang, buatan atau nomor
katalog harus dianggap sebagai penentu standard atau kualitas dan tidak
boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan; dan Kontraktor
harus dengan sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau
proses, yang atas penilaian Konsultan Pengawas dan Perencana, sesuai
dengan keterangan itu. Seluruh material patent itu harus dipergunakan
sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya.
b. Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar dan RKS, memenuhi standard
spesifikasi bahan tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan
bangunan yang berlaku.
c. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk
tenaga ahli yang ditunjuk oleh pabrik dan atau Supplier yang bersangkutan
tersebut sebagai pelaksana. Dalam hal ini, Kontraktor tidak berhak
mengajukan claim sebagai pekerjaan tambah.
10
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
11
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
PASAL 16
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
PASAL 17
SUPPLIER & SUB KONTRAKTOR
12
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
4. Segala obyek yang berada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu
busuk, tunggul, akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan
rintanganrintangan lainnya yang muncul, yang tidak diperuntukan berada di
sana, harus dibersihkan dan/atau dibongkar, dan di buang bila perlu. Pada
daerah galian, segala tunggul dan akar harus di buang dari daerah sampai
kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm di bawah elevasi lubang galian
sesuai Gambar Kerja. Lubang-lubang akibat pembongkaran harus diurug
dengan material yang memadai dan dipadatkan sampai 90% dari kepadatan
kering maksimum sesuai AASHTO T 99.
PASAL 18
DRAINASE / SALURAN
13
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
PASAL 19
PENGUKURAN KONDISI TAPAK DAN PENENTUAN PEIL
14
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
PASAL 20
PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK)
1. Patok ukur
a. Kontraktor harus membuat patok-patok untuk membentuk garis-garis
sesuai dengan gambar, dan harus memperoleh persetujuan Konsultan
Pengawas sebelum memulai pekerjaan. Bila dianggap perlu Konsultan
Pengawas dapat merevisi garis-garis / kemiringan dan meminta Kontraktor
untuk membetulkan patok-patok. Kontraktor harus mengajukan
pemberitahuan mengenai rencana pematokan atau penentuan permukaan
(level) dari bagian pekerjaan tertentu, tidak kurang dari 48 (empat puluh
delapan) jam, agar susunan patok itu dapat diperiksa.
b. Patok ukur dibuat dari bahan beton bertulang secukupnya, berpenampang
15x15 cm, tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian
yang muncul di atas muka tanah cukup untuk memberikan indikasi peil +
0.00 sesuai Gambar Kerja, dan di atasnya ditambahkan pipa besi untuk
mencantumkan patokan ketinggian di atas peil + 0.00.
c. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua)
buah, dan lokasi penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan
Konsultan Pengawas; sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau
terganggu selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.
d. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang
jelas, dan dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai
dan ada instruksi dari Konsultan Pengawas untuk dibongkar.
15
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
PASAL 21
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
1. Ijin memasuki tempat kerja Direksi dan Konsultan Pengawas atau setiap
petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu dapat memasuki tempat
pekerjaan, atau semua bengkel dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang
dikerjakan/dipersiapkan atau dimana bahan/barang dibuat.
2. Pemeriksaan Pekerjaan
a. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor,
tetapi karena bahan/material ataupun komponen jadi, maupun mutu
pekerjaannya sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas/Direksi harus
segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor dalam
waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
b. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan pengawas dan Kontraktor harus memberikan
kesempatan sepenuhnya kepada pengawas ahli untuk memeriksa dan
mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat.
c. Kontraktor harus melaporkan kepada pengawas kapan setiap pekerjaan
sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa.
d. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam
(dihitung dari jam diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak
terhitung hari libur/hari Raya) tidak dipenuhi/ditanggapi oleh Konsultan
Pengawas/Direksi, maka Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan
bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan
3. Pengawas/Direksi.
a. Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Direksi berhak
menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk
diperbaiki.
b. Biaya pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi
tanggungan Kontraktor, tidak dapat di “klaim” sebagai biaya pekerjaan
tambah maupun alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.
4. Kemajuan Pekerjaan
a. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus
disediakan oleh kontraktor demikian pula metode/cara pelaksanaan
pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh
konsultan Pengawas.
b. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu
menurut penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin
penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang
diperpanjang maka pengawas harus memberikan petunjuk secara tertulis
16
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
17
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
BAB II
PEKERJAAN STRUKTUR
PASAL 1
PELAKSANAAN KERJA
PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendaya gunaan semua tenaga kerja,
bahan-bahan, upah dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan
beton/beton bertulang yang terdapat dalam gambar rencana.
18
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
8) Tangga
PASAL 3
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Gudang
a. Gudang material harus baik, sehingga bahan-bahan yang disimpan dan
akan dipergunakan tidak rusak karena hujan, panas dan lain-lain,
b. Bahan untuk pembuatan gudang dipergunakan kayu meranti dan
dinding tripleks berkualitas baik.
c. Luas lantai gudang 24 m2.
d. Gudang disediakan sendiri oleh penyedia barang/jasa. dengan biaya
sendiri.
e. Lokasi gudang harus disetujui pengguna barang/jasa.
19
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE D
KECAMATAN CIKATOMAS
6. P3K
Penyedia barang/jasa diwajibkan menyedlakan kotak P3K termasuk isinya
menurut persyaratan dan ketentuan yang berlaku. Kotak P3K dipasang pada
tempat yang strategis dan mudah dicari.
20
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
PASAL 4
PEKERJAAN ACUAN/BEKISTING
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga. kerja, bahan, peralatan,
pengangkutan dan pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton
sesuai dengan gambar-gambar konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan
tambahan dari arsitek dalam uraian dan syarat-syarat pelaksanaannya.
2. Persyaratan Bahan
Bahan acuan yang dipergunakan dapat dalam bentuk beton, baja, pasangan
bata. yang diplester atau kayu. Pemakaian bambu tidak diperbolehkan.
Lain-lain jenis bahan yang akan dipergunakan harus. mendapat persetujuan
tertulis dan pengguna barang/jasa atau Pengawas terlebih dahulu. Acuan
yang terbuat dari kayu harus menggunakan kayu jenis meranti atau setaraf.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Perencanaan acuan dan konstruksinya harus direncanakan untuk dapat
menahan beban-beban, tekanan lateral dan tekanan yang diizinkan sepert]
tercanturn pada "Recommended Practice For Concrete Formwork" (ACI.
347-68) dan peninjauan terhadap beban angin dan lain-lain, peraturan
harus dikontrol terhadap, peraturan pembangunan pemerintah daerah
setempat.
b. Semua ukuran-ukuran penampang struktur beton yang tercantum dalam
gambar struktur adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk
plesteran/finishing.
c. Sebelum memulai pekerjaan, pemborong harus memberikan gambar dan
perhitungan acuan serta. sample bahan yang akan dipakai, untuk disetujui
oleh pengguna barang/jasa atau pengawas. Pada dasarnya tiap-tiap
bagian bekisting, harus mendapat persetujuan tertulis dari pengguna
barang/jasa atau pengawas, sebelum bekisting dibuat pada bagian itu.
d. Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan
bentuk dan cukup kuat menampung beban-beban sementara maupun
tetap, sesuai dengan jalannya pengecoran beton
e. Susunan acuan dengan. penunjang-penunjang harus diatur sedemikian
rupa.sehingga memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh
pengguna barang/jasa atau pengawas. Penyusunan acuan harus
sedemikian rupa hingga pada waktu pembongkarannya tidak
menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang bersangkutan.
f. Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran yang
melekat seperti potongan-potongan kayu, kawat, paku, bekas hasil gergaji,
tanah dan sebagainya.
g. Acuan harus dapat menghasilkan bagian konstruksl yang
ukuran,kerataan/kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan
gambar-gambar konstruksi.
21
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
4. Pembongkaran
a. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia Tahun
71 dimana bagian konstruksi yang dibongkar cetakannya harus dapat
memikul berat sendin dan beban-beban pelaksanaan.
b. Cetakan-cetakan bagian konstruksi di bawah ini boleh dilepas dalam waktu
sebagai benikut :
- Sisi-sisi balok dan kolom yang tidak dibebani minimal 7 hari
- Sisi-sisi balok dan kolom yang dibebani minimal 21 hari
22
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
PASAL 5
PEKERJAAN TANAH/PASIR
1. Pekerjaan Pembersihan
a. Penyedia barang/jasa wajib melakukan pembersihan, meliputi lantai dan
kolom-kolom beton.
b. Penyedia barang/jasa harus menyediakan pompa air dan perlengkapan
lain yang diperlukan untuk menyerap ataupun mengalirkan air sehingga
semua daerah penggalian dan pembuangan bebas dari air.
23
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
i. Ukuran Casing dan Bucket harus sesuai dengan ukuran Tiang Bor yang
akan dibuat.
j. Pembuatan Tiang Bor dimulai bila titik-titik yang bersangkutan sudah fixed
dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi.
k. Setiap pengeboran Tiang Bor tidak boleh dihentikan / ditinggalkan, tetapi
harus diselesaikan pada saat itu juga secara berkesinambungan.
l. Pelaksanaan Tiang Bor hanya boleh dilakukan setelah rangkaian tulangan
Tiang Bor, pipa Tremie dan persiapan pengecoran telah siap di lapangan.
m. Pemborong harus menjaga (mempekercil seminim mungkin) kemungkinan
timbul kelongsoran-kelongsoran tanah pada daerah lubang pengeboran
dan sekitarnya.
n. Khusus untuk di daerah permukaan disyaratkan untuk menggunakan
casing panjang +/- 12 m atau menurut kebutuhan. Untuk mencegah
kemungkinan kelongsoran selain menggunakan casing tersebut diatas,
maka diusahakan agar:
1) Menetralisasi tegangan air tanah, pada lobang pengeboran dan daerah
sekitarnya dengan selalu menjaga tinggi mukaair tanah pada lobang
pengeboran selalu lebih tinggi dari muka air tanah asli sekitarnya.
2) Menggunakan "Betonite" untuk daerah yang terdapat lapisan pasir
sesuai dengan hasil penyelidikan tanah.
24
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
PASAL 6
PEKERJAAN BETON BERTULANG
b. Pekerjaan Langit-Langit
Langit-langit yang menggantung dibuat penggantung dari kawat/besi baja
yang ditanam ke dalam plat beton sebelum di cor.
2. Pekerjaan beton.
a. Meliputi pekerjaan beton bertulang dan beton tak bertulang.
b. Beton bertulang dan beton tak bertulang dicor dilokasi kerja dengan alat
pengaduk/pencampur beton secara mekanikal(mesin), dan semua
pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja di lapangan.
d. Bahan-bahan yang dipergunakan harus mendapat persetujuan pengguna
barang/jasa.
e. Bahan untuk campuran beton tidak bertulang adalah 1 bagian semen pc :
3 bagian pasir : 5 bagian kerikil, sedangkan untuk beton bertulang
menggunakan mutu beton minimum dengan karakteristik K200.
f Agregat harus disimpan bersih dari lumpur tanah liat atau bahan organis
lainnya, dianjurkan untuk menggunakan bak, bahan yang berlantai untuk
mencegah terbawanya tanah bawah pada waktu pengambilan bahan.
g. Semen yang digunakan hanya dari satu merek pada bagian pekerjaan
struktur yang tidak terpisah.
h. Air yang digunakan untuk pembuatan beton tidak boleh mengandung
alkali, garam, bahan-bahan organis, asam dan airnya harus dapat diminum
sesuai dengan ketentuan PAM, jernih dan tawar.
i. Campuran beton harus homogen sehingga mencapai kekuatan
karakteristik yang disyaratkan.
j. Tata cara pengecoran beton tidak bertulang :
25
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
l. Slump
Nilai yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix yang normal adalah
7,5–10 cm dan disesuaikan terhadap mutu beton yang disyaratkan.
Slump yang terjadi diluar batas tersebut harus mendapatkan persetujuan
Pengawas.
3. Pekerjaan Pembesian.
a. Besi yang dipakal harus lurus dengan jarak sejajar antara besi yang satu
dengan yang lainnya (sesual gambar keria).
26
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
4. Pekerjaan Bekisting.
a. Bekisting/acuan harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga, tidak ada
perubahan bentuk dan cukup kuat menampung beban-beban sementara
maupun tetap. Semua acuan harus diberi penguat datar silang sehingga
kemungkinan bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan dapat
dihindarkan, juga harus cukup rapat untuk mencegah kebocoran bagian
cairan dari adukan beton (mortar leakage). Susunan acuan dengan
penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dilakukannya kemudahan inspeksi oleh pengawas.
Penyusunan acuan harus sedemiklan rupa sehingga pada waktu
pembongkaran tidak menimbulkan kerusakan pada bagian atau
27
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
5. Kawat Pengikat
a. Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang
disyaratkan dalam PBI NI–2 pasal 3.7.
6. Bahan Additive
a. Penggunaan Additive tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari
pengawas.
b. Bila diperlukan untuk mempercepat pengerasan beton atau bila slump
yang disyaratkan tinggi, beton dapat digunakan bahan additive yang
disetujui Pengawas. Bahan additive yang digunakan produksi CEMENT–
AIDS atau yang setaraf. Semua perubahan design mix atau penambahan
bahan additive, sepenuhnya menjadi tanggungan Pemborong dan tidak
ada biaya tambahan untuk hal tersebut.
Pasal 7
PENGANGKUTAN ADUKAN DAN PENGECORAN
28
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk
instalasi listrik, Plumbing dan perlengkapan lainnya).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton
harus sudah dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah
terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus
dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran
yang lepas.
5. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu
antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak
terjadi perbedaan pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah dicor
dan akan dicor.
6. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang
telah ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan
(Retarder) dengan persetujuan pengawas.
7. Adukan tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen dan
agregat telah melampaui 1,5 jam; dan waktu ini dapat berkurang, bila
pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
8. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan
terjadinya pemisahan material (Segresi) dan perubahan letak tulangan. Cara
penuangan dengan alat-alat bantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya
harus mendapat persetujuan pengawas dan alat-alat tersebut harus bersih
dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.
Pasal 8
PEMADATAN BETON
Pasal 9
BENDA-BENDA YANG DITANAM DALAM BETON
29
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
Pasal 10
PENGUJIAN / PEMERIKSAAN MUTU BETON
1. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji kubus
beton 15 x 15 x 15 cm atau silinder sesuai standar dalam PBI–1971.
2. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian “slump”, dimana nilai
slump harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam PBI–1971.
3. Pengujian compresive strength untuk beton dilaksanakan sesuai ASTM dan
PBI– 1971 pasal 4.5, di laboratorium yang disetujui Pengawas.
4. Mengenai pengambilan contoh/sampel/spesimen untuk benda uji
dilaksanakan secara berkala, paling sedikit setiap 5 m3 beton yang
diproduksi.
5. Hasil pengujian dikeluarkan pada :
a. saat benda uji berumur 3 – 7 hari
b. saat benda uji berumur 14 hari
c. saat benda uji berumur 28 hari
30
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
Pasal 11
PERAWATAN BETON
1. Secara umum harus memenuhi persyaratan dalam PBI–1971, NI–2 Pasal 6.6.
2. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap preoses pengeringan yang
belum saatnya dengan cara mempretahankan kondisi dimana kehilangan
kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu
yang diperlukan untuk preoses hydrasi semen serta pengerasan beton.
3. Perawatan beton segera dimulai setelah pengecoran beton selesai
dilaksanakan dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2
(dua) minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran
harus dipertahankan supaya tidak melebihi 30o C.
4. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton pun harus tetap
dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum
selesai masa perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan
perawatan tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus
menerus dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan
cara lain yang disetujui Pengawas.
5. Cara pelaksanaan perawatan serta alat dipergunakan harus mendapat
persetujuan dulu dari Pengawas.
31
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
BAB III
PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pekerjaan Arsitektur dalam kegiatan ini meliputi:
1. PEKERJAAN ARSITEKTUR LANTAI 1
a. Pekerjaan Dinding dan Plesteran
PASAL 1
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI
1. UMUM
a. Pondasi pasangan batu harus diukur di lapangan dan dilaksanakan sesuai
dengan ukuran dan ketinggian seperti tercantum pada gambar.
b. Sebelum pondasi dipasang, terlebih dahulu dibuat profilprofil pondasi dari
bambu atau kayu setiap pojok galian yang bentuk dan ukurannya sesuai
dengan penampang pondasi.
c. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal 10 cm
disiram dan diratakan.
2. PERSYARATAN BAHAN
a. Batu kali pecah yang kuat harus batu pecah, berkualitas terbaik dan
merupakan bahan setempat, padat, bersih tanpa retak-retak dan
kekurangan lainnya yang mempengaruhi kualitas.
32
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
tidak boleh saling bersinggungan antara batu kali yang satu dengan batu
kali yang lain atau dengan kata lain selalu ada perekat di antaranya.
c. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air dengan campuran 1
PC : 3 Ps, setinggi 20 cm dihitung dari permukaan pondasi ke bawah.
d. Adukan harus membungkus batu kali pada bagian tengah sedemikian
rupa sehingga tidak ada bagian pondasi yang berongga / tidak padat.
e. Adapun mengenai bentuk, ukuran, model dan pemasangannya harus
sesuai dengan gambar atau instruksi dari Direksi Pekerjaan.
PASAL 2
PEKERJAAN BATA RINGAN
2. PERSYARATAN BAHAN
a. Standar
1) Batu bata harus memenuhi NI-10
2) Semen Portland harus memenuhi NI-8.
3) Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2.
4) Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9.
b. Batu bata ringan yang digunakan bata celkone ex. lokal dengan kualitas
terbaik yang disetujui Perencana/Konsultan Management Konstruksi, siku
dan sama ukurannya 10x20x40.
c. Plasteran dinding menggunakan MU-301,PM-200 dengan acian dinding
MU-200,PM-300
3. PELAKSANAAN
a. Pasangan batu bata ringan / bata celkone, dengan menggunakan aduk
MU-300,PM-100.
b. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok rata dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
c. Pasangan dinding bata ringan sebelum diplester dengan MU-301,PM-
200 harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok
serta dibersihkan.
d. Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk langsung
diaci atau di pasang keramik dinding, tunggu 48 jam setelah kelembaban
air keluar dalam dinding/berkeringat kering, dapat dilakukan pekerjaan
acian dengan MU-200,PM-300 atau pemasangan keramik dinding.
33
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
4. PERLINDUNGAN
Sesuai jam kerja, seluruh lajur pasangan batu bata yang belum selesai, harus
ditutup (dilindungi) dengan kertas semen, atau dengan cara-cara lain yang
disetujui oleh Direksl. Untuk dinding-dinding yang sudah kering (berumur 6
jam keatas) harus disiram dengan air bersih setiap pagi, atau sesuai dengan
persyaratan.
PASAL 3
PEKERJAAN PLESTERAN (SEMEN INSTAN MU-301)
2. PENGENDALIAN PEKERJAAN
Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan syarat dalam SNI dan sesuai dengan
standar acuan produk :
a. SNI - 2 – 1971
b. SNI - 3 – 1970
c. SNI - 8 – 1974
d. DIN 18550
e. DIN 18555
f. DIN 1053
34
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
3. PERSYARATAN BAHAN.
a. Semen instan MU-301 untuk plesteran dinding bata ini merupakan
campuran semen, pasir silika, filler dan aditif.
b. Semen instan ini harus dengan mutu yang baik dan bebas dari ketidak-
murnian/kotoran supaya menghasilkan plester dengan kekuatan yang
dibutuhkan, mudah dipakai, daya tahan yang tinggi dan penampilan yang
baik.
c. Contoh-contoh bahan harus diserahkan ke Arsitek untuk persetujuan
sebelum pemakaian dimulai.
d. Semen instan MU-301 ini untuk plesteran dinding ini siap digunakan
dengan menambahkan air.
e. Air harus bersih dan memenuhi ketentuan-ketentuan yang sama seperti
yang harus tercapai untuk pekerjaan beton
35
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
5. CATATAN
a. Adukan plesteran MU-301 dapat digunakan paling lambat ±60 menit
setelah produk tersebut dicampur air & diaduk secara merata.
b. Aplikasi plester dengan ketebalan >20mm dilakukan dengan metode
multilayer, dimana untuk lapisan awal sekali aplikasi setebal maksimal
15mm dengan cara dikamprot. Aplikasi lapisan berikutnya setelah aplikasi
kamprot selama 4jam agar didapat proses evaporasi adukan dapat
berlangsung walaupun demikian hal tersebut masih dimungkinkan
terjadinya sagging. Aplikasi lapisan berikutnya dapat juga dilakukan
setelah kamprotan selama 12 jam, hal ini juga untuk mencegah terjadinya
sagging walaupun proses evaporasi belum sempurna. Aplikasi kamprotan
akan lebih ideal dilakukan hingga berumur minimal 24 jam, hal ini bisa
diaplikasi adukan plester selanjutnya mengingat kamprotan awal sudah
kering sempurna.
c. Pembuatan kepalaan/kelabangan (guidance line) dapat disiapkan minimal
setelah 1 x 24 jam sebelum aplikasi plesteran, akan lebih baik jika kepalaan
tersebut dikuaskan produk MU-L500 (Superbond Adhesive Pure Acrylic)
atau MU-L501 (Extrabond Adhesive PVAc) sebelum aplikasi plesteran.
d. Untuk aplikasi plester pada sudutan dalam, dianjurkan pembuatan
kepalaan lebih mendekati bidang sudutan masing-masing bidang
maksimal jarak dari sudutan ±20 cm sehingga didapatkan sudutan dalam
yang siku 90°.
e. Proses pencampuran produk kering MU 301 akan lebih terjaga
homogenitasnya dengan menggunakan mixer D30, dimana mixer ini
mampu mengeluarkan produk dalam kondisi sudah tercampur air (adukan)
dengan kapasitas 1,8 m3/jam dengan komposisi air digelas ukur mesin
mixer D30 berkisar 600-650 ltr/jam
PASAL 4
PEKERJAAN ACIAN (MU-250 DAN MU-200)
1. Lingkup Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan acian pada plesteran dinding
bata dan atau dinding beton , baik internal maupun ekternal (termasuk dinding
dalam shaft), dan lain-lain seperti yang dijelaskan dalam gambar pelaksanaan.
2. PENGENDALIAN PEKERJAAN
Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan syarat dalam SNI dan sesuai dengan
standar acuan produk
a. SNI - 2 - 1971
b. SNI - 3 - 1970
c. SNI - 8 - 1974
d. DIN 18550
36
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
3. BAHAN-BAHAN
a. Semen instan MU-250 (untuk acian pada plesteran dinding bata) dan MU-
200 (untuk acian pada beton) ini merupakan campuran semen, filler dan
aditif.
b. Semen instan ini harus dengan mutu yang baik dan bebas dari ketidak-
murnian/kotoran supaya menghasilkan acian dengan kekuatan yang
dibutuhkan, daya tahan yang tinggi dan penampilan yang baik.
c. Contoh-contoh bahan harus diserahkan ke Arsitek untuk persetujuan
sebelum pemakaian dimulai. Semen instan MU-250 dan MU-200 siap
digunakan dengan menambahkan air.
d. Air harus bersih dan memenuhi ketentuan-ketentuan yang sama seperti
yang harus tercapai untuk pekerjaan beton.
4. METODE PELAKSANAAN
a. Alat kerja:
Roskam baja, jidar panjang dari baja atau alumunium, hand mixer, bak
adukan.
b. Persiapan dan Pelaksanaan :
1) Siapkan tempat kerja & permukaan yang hendak diaci.
2) Singkirkan semua hal yang dapat merusak/mengganggu pekerjaan
acian.
3) Bersihkan dasar permukaan yang akan diaci dari serpihan, kotoran &
minyak yang dapat mengurangi daya rekat adukan.
4) Jika terlalu kering, basahi dasar permukaan yang akan diaci dengan
air.
5) Pekerjaan acian harus lurus, sama rata, datar maupun tegak lurus.
6) Jika acian menunjukkan hasil yang tidak memuaskan seperti tidak rata,
tidak tegak lurus atau bergelombang, adanya pecah atau retak, maka
bagian tersebut harus dibongkar kembali untuk diperbaiki atas biaya
Kontraktor.
c. Pengadukan Bahan :
1) Tuang air ke dalam bak adukan sebanyak 14,0 – 14,5 liter untuk tiap
kantong MU-250 dan 12,0 – 13 liter untuk tiap kantong MU-200 (40 kg).
2) Masukan adukan kering MU-250/MU-200 kedalam bak adukan. Aduk
campuran di atas hingga rata.
3) Bak adukan, peralatan (tools and untensils) harus bersih dan dicuci
dahulu sebelum pengadukan berikutnya dilaksanakan.
4) Aplikasi untuk acian :
5) Pengacian dilakukan secara manual sebagaimana umumnya yang
kemudian diratakan dengan jidar panjang.
6) Tebal acian yang di anjurkan adalah 1,5 – 3,0 mm, tergantung kerataan
dasar permukaannya.
37
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
5. CATATAN
a. Untuk finishing akhir acian cukup menarik roskam searah (horizontal atau
vertikal) dan tidak dianjurkan untuk menekan, memutar atau bahkan
menggosok dengan sobekan kertas semen atau bahan lain yang meresap
air.
PASAL 5
PEKERJAAN ACIAN DAERAH BASAH (MU-600)
1. LINGKUP PEKERJAAN
MU-600 sebagai bahan pelapis kedap air 2 komponen ini untuk digunakan
pada tempat-tempat basah seperti lantai kamar mandi, dinding kamar mandi
sisi dalam setinggi plafon, dinding dan meja dapur serta wastafel, lantai janitor
dan dinding setinggi plafon, lantai spoel hoek dan dinding setinggi plafon dan
dinding shaft plumbing setinggi dinding.
2. PENGENDALIAN PEKERJAAN
Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan syarat dalam SNI dan sesuai dengan
standar acuan produk :
a. SNI - 2 - 1971
b. SNI - 3 - 1970
c. SNI - 8 - 1974
d. DIN 1048
e. ASTM C2240
f. ASTM D421
3. BAHAN-BAHAN
a. MU-600 merupakan Pelapis Kedap Air (Two Component Waterproofing
Membrane) untuk acian daerah basah.
b. Merupakan campuran liquid acrylic, semen, pasir silika dan aditif. Semen
instan ini harus dengan mutu yang baik dan bebas dari ketidak-
murnian/kotoran supaya menghasilkan acian waterproof dengan kekuatan
yang dibutuhkan, mudah dipakai, daya tahan yang tinggi dan penampilan
yang baik.
c. Contoh-contoh bahan harus diserahkan ke Arsitek/Pengawas untuk
persetujuan sebelum pemakaian dimulai.
4. METODE PELAKSANAAN
a. Alat kerja :
Roller atau kuas dan hand mixer.
b. Persiapan dan Pelaksanaan :
1) Siapkan tempat kerja & permukaan yang akan diaci.
2) Singkirkan semua hal yang dapat merusak/mengganggu pekerjaan
acian.
3) Pasang petunjuk-petunjuk yang cukup untuk kerataan pengacian.
38
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
4) Permukaan yang akan dilapisi kedap air harus bersih dan bebas dari
debu, oil, minyak atau kotoran lain yang dapat mengurangi daya rekat
produk.
5) Permukaan yang cacat atau rusak, seperti berlubang atau mengelupas
harus diperbaikai dahulu dengan produk yang sesuai sebelum aplikasi.
6) Pekerjaan plesteran harus lurus, sama rata, datar maupun tegak lurus.
7) Jika plesteran menunjukkan hasil yang tidak memuaskan seperti tidak
rata, tidak tegak lurus atau bergelombang, adanya pecah atau retak,
keropos, maka bagian tersebut harus dibongkar kembali untuk
diperbaiki atas biaya Kontraktor.
c. Aplikasi untuk plesteran :
1) Masukan 1 kg liquid ke dalam wadah yang telah berisi 2 kg powder
kedap air (MU-600) atau 10 kg liquid ke dalam wadah yang telah berisi
20 kg powder kedap air (MU-600)
2) Lakukan pengadukan campuran tersebut diatas hingga rata.
3) Lapiskan dengan merata campuran adukan kedap air pada permukaan
bidang dengan menggunakan kuas atau roller searah sehingga
seluruh permukaannya tertutup rapat.
4) Ulangi kembali pelapisan setelah lapis pertama setengah kering
dengan arah menyilang dari lapisan pertama dan seterusnya dengan
arah yang berbeda untuk setiap lapisnya hingga diperoleh minimal 2
lapis.
5) Tunggu sampai produk setting atau setelah lapisan mengering pada
hari berikutnya, sebelum dilakukan aplikasi lapisan diatasnya (plester,
screeding, pemasangan keramik dll).
6) Aplikasikan lapisan waterproofing diatas permukaan bataringan, jika
diatas permukaan lapisan waterproofing MU-600 (Pelapis Kedap Air
Fleksibel) akan diplester lapisi terlebih dahulu dengan MU-L500
7) Jika dinding batamerah, sebaiknya diplester terlebih dahulu tanpa
dihaluskan atau dengan meratakan spesi pasangan yang tidak rata
kemudian aplikasikan waterproofing MU-600 dan sebelum diplester
kembali, kuaskan MU-L500 diatas permukaan MU-600.
5. CATATAN
a. Lapisan kedap air ini digunakan bersifat umum dan bukan digunakan
sebagai repair concrete/structural.
b. Untuk lapisan waterproofing pada dinding kamar mandi ketinggian aplikasi
dianjurkan minimal 50 cm.
c. Sebelum menutup permukaan lantai & dinding dengan Pelapis Kedap Air
MU-600, buatkan semacam tanggulan pada setiap sudutan (pertemuan
antara lantai dengan dinding).
d. Pelapis Kedap Air MU-600 harus ditutup kembali dengan aplikasi lain
seperti Plester, Screed atau Keramik ataupun minimal cat yang tahan
cuaca.
e. Pelapis Kedap Air MU-600 lebih dikhususkan untuk area yang selalu
terendam dengan air dan kamar mandi dan area basah lainya.
39
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
BAB IV
PEKERJAAN MEKANIKAL
PASAL 1
PELAKSANAAN KERJA
Lingkup Pekerjaan
Seluruh lingkup pekerjaan ini termasuk dan tidak terbatas, melaksanakan testing,
balancing dan commissioning pada tahap pelaksanaan dan sinkronisasi semua
peralatan dan apabila diperlukan tidak membatasi melaksanakan balancing
peralatan listrik terhadap system yang sudah ada.
1. Plumbing
Pekerjaan meliputi pengadaan, pemasangan, penyetelan dan pengetesan dari
semua peralatan/material/mesin seperti yang disebutkan dalam spesifikasi teknis,
maupun pengadaan dan pemasangan dan peralatan/matenial yang tidak
disebutkan, akan tetapi secara umum dianggap perlu agar dapat diperoleh sistim
instalasi air bersih dan kotor yang baik, dimana setelah diuji, dicoba dan disetel
dengan teliti, siap untuk dipakal.
3. Pencegahan Kebakaran
Pekerjaan yang dimaksud adalah mengenai pekerjaan pengadaan dan
penyetelan instalasi pemadam kebakaran yang terdiri dari instalasi Fire Hydrant
Box dan Portable Fire Extinguisher
PASAL 2
KETENTUAN UMUM
1. Tahap Persiapan
a. Peraturan Dasar
b. Tata cara pelaksanaan yang tercantum dalam peraturan pembangunan
yang sah berlaku di Republik Indonesia ini harus betul-betul ditaati, kecuali
bila dibatalkan oleh rencana Kerja dan Syarat-syarat.
c. Gambar Kerja/shop drawing
d. Pemborong harus membuat gambar detail untuk pelaksanaan pekerjaan
(shop drawing) termasuk detail support/penyangga berikut perhitungannya
yang telah disetujui oleh Pengawas/Direksi.
e. Sarana Kerja
40
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
f. Pemborong diharuskan :
1) Mengirim contoh bahan yang akan digunakan
2) Menyerahkan daftar peralatan kerja yang digunakan sebelum
dilakukan pemesanan
3) Menyediakan peralatan. kerja yang baik untuk pelaksanaan, yang
memenuhi persyaratan keselamatan kerja
g. Pemeriksaan Bahan./Material
Apabila pengawas/Direksi meragukan kualitas bahan atau alat tertentu,
maka bahan tersebut akan dikirim ke Laboratonium Penyelidikan Bahan
atas biaya pemborong
h. Penolakan dan Penyingkiran
Bahan yang dinyatakan tidak baik oleh pengawas/Direksi, harus segera
disingkirkan dari lokasi proyek oleh pemborong
i. Jalur Instalasi yang existing
Sebelum melaksanakan pekerjaan instalasi, pemborong harus mengetahui
lintasan dan posisl dari instalasl listrik, ground system, air dan sanitasi
yang ada hubungannya dengan pekerjaan mekanikal.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Penunjukan Sub-Kontraktor
Dalam hal pelaksanaan instalasi ini diserahkan kepada Sub Pemborong
ertanggungjawaban seluruh pekerjaan ini tetap menjadi beban pemborong
utama. Penunjukan Sub Pemborong ini sebelumnya harus mendapat
persetujuan dari Pengawas/Direksi;
b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pemborong harus mematuhl peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Perlengkapan keselamatan kerja yang dibutuhkan harus disediakan. Cara-
cara kerja yang kurang aman atau selamat harus dihindarkan. Pemborong
juga harus memperhatikan keselamatan keria, termasuk kesehatan para
pekeda dan kebersihan lingkungan. Perhatian diharapkan pula terhadap
lokasi-lokasi pemondokan pekeria didekat job site, agar tidak terlalu
mengganggu waktu kerja.
c. Seleksi Tenaga Kerja
Pemborong harus berusaha untuk mengadakan seleksi tenaga kerja, baik
mengenai keahlian ataupun kesehatannya. Bagi tukang-tukang las dan
pipa, serta kejuruan-kejuruan lain yang dianggap perlu, harus lulus dari
ujian ataupun penilaian dari pengawas/Direksi. Bilamana dikemudian hari,
dalam proyek ini didapati tenaga-tenaga kerja yang ternyata tidak cukup
ahli, Pengawas/Direksi berhak untuk minta tenaga kerja tersebut diganti.
d. Prosedur dan Cara Kerja
Pemborong wajib melaksanakan prosedur dan cara kerja yang terbaik
(tepat, cepat dan selamat). Pemborong wajib mengkonsultasikan kedua
hal tersebut kepada Pengawas/Direksi, untuk dimintakan persetujuannya
guna pelaksanaan. Hasil kerja harus menunjukkan "workmanship"yang
baik, dalam bentuk kerapiannya.
41
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
e. Pengujian Sambungan
Pada prinsipnya semua sambungan harus diuji atas kebocoran, dengan
beban uji, Terutama untuk sambungan las harus mengalami uji tekan, baik
sebelum terpasang ataupun setelah terpasang. Uji tekan ini secara detail
diuraikan dalam setiap jenis pekeiaan, dalam pasal-pasal yang
bersangkutan.
f. Pembersihan/Pembilasan Pipa
Sebelum diadakan uji coba, seluruh pipa Jaringan sistim instalasi harus
dibersihkan bagian dalamnya dengan dibilas (flushing). Air bilas harus
cukup bersih, tidak mengandung Lumpur, atau larutan-larutan lain, yang
justru akan menempel pada dinding dalam pipa. Pembilasan harus
dilaksanakan untuk beberapa waktu sehingga semua kotoran akibat
pemasangan pipa dapat dikeluarkan. Pada akhir proses pembilasan, air
bilas yang masih terdapat di dalam pipa harus dikeluarkan (drained), untuk
menghindarkan pengerusakan pipa, akibat kemungkinan adanya sifat-sifat
jelek dari air bilas.
g. Uji Coba Sistim Instalasi
Uji coba harus dilakukan untuk mengetahui berjalan tidaknya mekanisme
dari sistim yang bersangkutan. Pernborong harus menunjukkannya dalam
berbagai variasi alternatif, sejauh kemampuan mekanisme dari sistim yang
bersangkutan. Kerapatan/kekedapan penutup suatu katup, didalam sistim,
harus juga diuji coba. Begitu pula terhadap kebocoran stuffing box dari
katupnya sendiri.
3. Tahap Penyelesaian
a. Pemeriksaan./Commissioning
Pada awal dari tahap penyelesaian perlu diadakan pemeriiksaan/
commissioning. Obyek commissioning adalah membuktikan bahwa setiap
outIet sudah berfungsi, dengan kapasitas yang diminta. Semua valve
sudah bekeria dengan bagus. Baik dalam pembukaannya maupun
penutupannya.
Semua kegagalan/kekurangberhasiIan harus dicari sebabnya, dan
diupayakan cara-cara mengatasinya. Pemeriksaan/commissioming
dilakukan oleh pemborong. Pengawas dan Pengguna Barang/Jasa perlu
dibuatkan Berita Acara atas hasil-hasil dari pemeriksaan/commissioning.
b. Serah Terima
Sebelum serah terima dilakukan, dari Pemborong kepada
Pengawas/Direksi, maka harus dilakukan :
1) Punch list atas semua pekerjaan, yang menunjukkan bahwa segala
sesuatu dari bahan/material/peralatan sudah terpasang pada
tempatnya. Bahan/ material/peralatan untuk persedlaan (serep) sudah
tersedia sernua. Juga fasilitas-fasilitas yang kiranya diperlukan sudah
siap.
42
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
PASAL 3
INSTALASI PLUMBING
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan meliputi pengadaan, pemasangan, penyetelan dan pengujian dari
semua peralatan/material seperti yang disebutkan dalam spesifikasi ini,
maupun pengadaan dan pemasangan dan peralatan/material yang kebetulan
tidak tersebutkan, akan tetapi secara. umum dianggap perlu agar dapat
diperoleh sistim instalasi air bersih dan instalasi air kotor yang baik, dimana
setelah diuji, dicoba. dan disetel dengan teliti siap untuk dipergunakan.
43
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
2. Bahan/Material
a. Semua bahan/material yang digunakan/dIpasang harus dari jenis material
berkualitas. baik, dalam keadaan baru (tidak dalam keadaan bekas pakai/
rusak/afkir), sesuai dengan mutu dan standar yang berlaku (SII) atau
standar internasional seperti BS, JIS, ASA, DIN atau yang setaraf
b. Pemborong bertanggung jawab penuh atas mutu dan kualitas material
yang akan dipakai, setelah mendapat persetujuan pengawas/Direksi.
c. Sebelum dilakukan pemasangan-pemasangan, pemborong harus
menyerahkan contoh-contoh (sample) dari bahan/material yang akan
dipasang kepada pengawas/Direksi.
44
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
10) Pipa-pipa yang ada di atas langit-langit, sepanjang kolom, dinding dan
pada tempat-tempat yang terlihat harus dicat dengan wama sebagal
berikut:
a) Pipa air bersih dengan warna biru
b) Pipa instalasi fire hydrant dengan warna merah
c) Pipa air bekas dan air kotor dengan warna abuabu
d) Pipa air hujan dengan warna putih
11) Sebelum air bersih dipakai, maka air yang ada dalam pipa dibuang
dulu, kemudian sistim pemipaan diisi dengan larutan yang
mengandung 50 mg/I Chloor dan didiamkan selama 24 jam. Setelah 24
jam sistim dibilas dengan air bersih sampai kadar sisa Chloor 2 mg/l.
c. Tanki Air Atas (Roof Tank)
Tanki air atas dibuat dan bahan Fiber Glass Reinforced Plastic (FRP),
dipasang 1 buah dengan kapasitas 5000 It. Type tanki yang digunakan
adalah vertical type, dilengkapi dengan lubang inlet, outlet, drain, manhole
dan ventilasi. Tanki ditempatkan pada dudukan yang kuat, konstruksi
beton besi WF
45
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
46
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
BAB V
LAIN-LAIN
PASAL 1
GAMBAR-GAMBAR
3. Jika terjadi gambar dan spesifikasi bertentangan, maka spesifikasi yang lebih
mengikat.
PASAL 2
DAFTAR BARANG DAN CONTOH
47
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
PASAL 3
PEKERJAAN PEMBERSIHAN, PEMBONGKARAN
DAN PENGAMANAN SETELAH PEMBANGUNAN
48
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
PASAL 4
MASA PELAKSANAAN, MASA PEMELIHARAAN
DAN SERAH TERIMA PEKERJAAN
PASAL 5
PERSYARATAN TEKNIS LAINNYA
Pembuatan Izin Bangunan ( IMB ) dari Pemda setempat. Surat IMB ini harus
sudah diserahkan kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan sebelum Serah
Terima Pekerjaan Pertama.
Meskipun telah ada Konsultan Pengawas dan unsur - unsur lainnya, semua
penyimpangan dari ketentuan bestek dan gambar menjadi tanggungan pelak-
sana, untuk itu pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin.
49
SPESIFIKASI TEKNIS
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DAERAH TIPE DI D
Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini ( RKS ) akan ditentukan dalam
Rapat Penjelasan ( Aanwijzing ) dan akan dituangkan dalam Risalah Aanwijzing.
PASAL 6
PENUTUP
4. Segala sesuatu yang belum diatur dalam RKS ini akan diatur lebih lanjut pada
surat. perjanjian kontrak dan jika terjadi perubahan akan diatur dalam
adendum.
50