Uraian Singkat Pekerjaan Tower Air
Uraian Singkat Pekerjaan Tower Air
Uraian Singkat Pekerjaan Tower Air
PEKERJAAN FISIK
RENOVASI TOWER PENAMPUNGAN AIR UPTD BIH
KUTAGADUNG
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor adalah RENOVASI TOWER
PENAMPUNGAN AIR UPTD BIH KUTAGADUNG, dengan rincian garis besar sebagai
berikut :
I. PEKERJAAN PENDAHULUAN
II. PEKERJAAN REHAB TOWER AIR
A. PEKERJAAN ATAP, RANGKA ATAP DAN LISTPLANK
B. PEKERJAAN PAGAR PENGAMAN TANGKI, PERKUATAN DAN PLAT BESI
C. PEKERJAAN PENGECATAN DAN PENGUPASAN
D. PEKERJAAN TANKI AIR
E. PEKERJAAN SUMUR BOR DALAM
F. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
G. PEKERJAAN SANITARY DAN PLUMBING
2. Sarana Pekerjaan
Untuk kelancaran pekerjaan pelaksanaan di lapangan, Kontraktor menyediakan :
a. Tenaga Pelaksana yang selalu ada di lapangan, tenaga kerja yang terampil dan cukup jumlahnya
dengan kapasitas yang memadai dengan pengalaman untuk prasarana gedung.
b. Bahan-bahan bangunan harus tersedia di lapangan dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang
sesuai dengan spesifikasi teknis.
c. Melaksanakan tepat sesuai dengan time schedule.
3. Cara Pelaksanaan
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian dan sesuai dengan syarat-syarat (RKS), gambar
rencana, Berita Acara Penjelasan serta mengikuti petunjuk dan keputusan Pengawas Lapangan dan Direksi
Teknis.
Pasal 2
JENIS DAN MUTU BAHAN
Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri
Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menteri Penerangan Nomor 472/Kop/XII/80, Nomor
813/Menpen/1980, Nomor 64/Menpen/1980 tanggal 23 Desember 1980.
Pasal 4
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN
1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ada ketentuan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan
tambahannya :
a. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
beserta perubahannya;
b. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982;
c. SNI Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia 03-2000;
d. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SNI 03-2847-2002;
e. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja;
f. Peraturan Umum Tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik (PUIL) 1979 dan PLN Setempat;
g. Spesifikasi bahan bangunan bagian A : SK SNI S-04-1989-F;
h. Tata Cara Pengecatan Bangunan : SNI 03-2407-1991;
i. Tata Cara Pengecatan Tembok Dengan Cat Emulsion : SNI 03-2410-1991;
2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam pasal 1 ayat 1 tersebut di atas berlaku dan mengikat pula :
a. Gambar Kerja yang dibuat Perencana yang sudah disahkan oleh Dinas Pekerjaan Umum, termasuk
juga gambar-gambar detail yang doselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disahkan/disetujui Direksi/
Konsultan Pengawas
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
d. Berita Acara Penetapan Pemenang Penyedia Barang/Jasa.
e. Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa.
f. Surat Penawaran dan Lampiran-lampirannya.
g. Jadwal Pelaksanaan (tentative time schedule) yang sudah disetujui Direksi dan Konsultan Pengawas
Pasal 5
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) termasuk tambahan
dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (aanwijzing).
2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat/berlaku
adalah RKS. Bila suatu gambar tidak sesuai dengan gambar yang lain, maka gambar yang mempunyai
skala yang lebih besar yang berlaku, begitu pula apabila dalam RKS tidak dicantumkan sedangkan gambar
ada, maka gambarlah yang mengikat.
3. Bila perbedaan-perbedaan ini menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan menimbulkan
kesalahan, Kontraktor wajib menanyakan kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis
Kegiatan dan Kontraktor mengikuti keputusan dalam rapat.
Pasal 6
JADWAL PELAKSANAAN
1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa disebut Pelaksana
yang cakap, untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari
Kontraktor, berpendidikan minimal S1 atau sederajat dengan pengalaman minimum 1 (satu) tahun.
2. Dengan adanya Pelaksana tidak berarti Kontraktor lepas tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan
terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib member tahu secara tertulis kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis
Kegiatan, nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bila kemudian hari menurut pendapat Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan,
Pelaksana kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberi tahu kepada Kontraktor
secara tertulis untuk menggantinya dengan dengan personil yang memenuhi syarat.
5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor harus sudah menunjuk
Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri (penanggung jawab/direktur perusahaan) yang akan memimpin
pelaksanaan.
Pasal 8
TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR DAN PELAKSANA
1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya jam kerja apabila terjadi hal-hal mendesak, Kontraktor dan
Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis alamat dan nomor telepon di lokasi kepada
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.
2. Alamat Kontraktor dan Pelaksana diharapkan tidak berubah-ubah selama pekerjaan. Bila terjadi perubahan
alamat, Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis.
Pasal 9
PENJAGAAN KEAMANAN DI LAPANGAN PEKERJAAN
1. Kontraktor wajib menjaga keamanan di lapangan terhadap barang-barang milik proyek, Direksi/Pengawas
Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan dan milik pihak ketiga yang ada di lapangan.
2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim
Pengelola Teknis Kegiatan, baik yang telah dipasang maupun yang belum, menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
3. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya baik yang berupa barang-barang
maupun keselamatan jiwa. Untuk itu Kontraktor diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran
yang siap dipakai yang ditempatkan di tempat-tempat yang akan ditetapkan oleh Direksi/Pengawas
Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.
Pasal 10
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 11
ALAT-ALAT PELAKSANAAN
Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor, sebelum pekerjaan secara fisik
dimulai dalam keadaan baik dan siap dipakai, antara lain :
a. Perlengkapan penerangan untuk pekerjaan lembur.
b. Alat-alat lain yang sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan.
Pasal 12
SITUASI DAN UKURAN
1. Pekerjaan tersebut dalam pasal 1 adalah pekerjaan pembangunan gedung baru sesuai dengan gambar.
2. Ukuran-ukuran dalam gambar maupun dalam RKS merupakan garis besar pelaksanaan.
3. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan bangunan, sifat dan luas pekerjaan, dan hal-hal
yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
4. Kelalaian atau kekurangtelitian kontraktor dalam hal ini tidak dijadikan alasan untuk menggagalkan tuntutan.
Pasal 13
SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam pasal 2.
2. Semua bahan bangunan yang akan dipergunakan harus diperiksakan dahulu kepada Direksi/Pengawas
Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan untuk mendapatkan persetujuan.
3. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Kontraktor di lapangan pekerjaan tetapi ditolak
pemakaiannya oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiata, harus segera dikeluarkan
dari lapangan pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2x24 jam terhitung dari jam penolakan.
4. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang ditolak oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis
Kegiatan harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu yang
ditetapkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.
Pasal 14
PEMERIKSAAN LAPANGAN
1. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor diwajibkan memeriksa kondisi lapangan pekerjaan bersama
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.
2. Apabila telah dilakukan pemeriksaan kondisi lapangan, Kontraktor dapat memulai pekerjaan.
Pasal 15
KENAIKAN HARGA/FORCE MAJEURE
1. Kenaikan harga yang bersifat biasa tidak dapat mengajukan klaim.
2. Kenaikan harga yang diakibatkan kebijaksanaan moneter oleh Pemerintah dan bersifat nasional dapat
mengajukan klaim sesuai petunjuk yang dikeluarkan oleh Pemerintah RI.
3. Semua kerugian akibat force majeure yang dikarenakan gempa bumi, angin puyuh, badai topan, kerusuhan,
peperangan dan semua kejadian karena faktor alam serta kejadian tersebut dibenarkan oleh Pemerintah
bukan menjadi tanggungan Kontraktor.
1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis dalam buku harian oleh
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan serta persetujuan Pemberi Tugas.
2. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah tertulis dari
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan atas persetujuan Pemberi Tugas.
3. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan pekerjaan yang
dimaksudkan oleh Kontraktor yang pembayarannya diperhitungkan bersama-sama angsuran terakhir.
4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan yang dimasukkan
dalam penawaran, harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim
Pengelola Teknis Kegiatan bersama-sama Kontraktor dengan persetujuan Pemberi Tugas.
5. Adanya Pekerjaan Tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab keterlambatan penyerahan
pekerjaan, tetapi Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan dapat mempertimbangkan
perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.
Pasal 17
GAMBAR SESUAI TERLAKSANA (AS BUILT DRAWING)
Gambar sesuai terlaksana (as built drawing) harus dibuat oleh Kontraktor dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Gambar sesuai terlaksana dibuat dan diserahkan pada akhir pekerjaan dan harus sesuai dengan hasil
pekerjaan terpasang
2. Gambar sesuai terlaksana harus disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis dan
diserahkan berikut aslinya dengan biaya keseluruhan ditanggung oleh Kontraktor.
Pasal 18
MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan untuk pekerjaan ini tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang
harus dilaksanakan, secara umum akan sesuai dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Persyaratan Mobilisasi
a. Mobilisasi dari semua pekerja yang diperlukan untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan kontrak.
b. Mobilisasi dan pemasangan peralatan konstruksi dari suatu lokasi asalnya ke tempat yang digunakan
sesuai ketentuan kontrak.
c. Penyediaan dan pemeliharaan base camp Kontraktor, termasuk bila perlu kantor lapangan, tempat
tinggal, bengkel, gudang, dan sebagainya.
2. Persyaratan Demobilisasi
Pekerja demobilisasi dari daerah kerja (site) yang dilaksanakan oleh Kontraktor ada akhir pekerjaan,
termasuk membongkar kembali seluruh instalasi, peralatan konstruksi, dan pihak Kontraktor diharuskan
untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan dan penyempurnaan pada daerah kerja (site), sehingga
kondisinya sama dengan keadaan sebelum pekerjaan dimulai.
Pasal 19
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Rencana Kerja
a. Kontraktor harus membuat rencana kerja pelaksanaan pekerjaan dengan network planning/barchart
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah penandatanganan Surat Perintah Kerja (SPK) untuk mendapatkan
persetujuan Pengawas dan Pengguna Anggaran.
b. Rencana Kerja yang telah disetujui Pengawas harus dipasang di kantor lapangan dan menjadi rencana
kerja yang resmi dan mengikat yang akan dipakai oleh Pengawas sebagai dasar untuk menentukan
segala sesuatu yang berhubungan dengan keterlambatan prestasi pekerjaan Kontraktor.
b. Laporan Mingguan
- Adalah laporan berkala mingguan yang berisikan garis-garis besar dari apa saja yang telah
dicatat/dilaporkan dalam laporan harian, misalnya jumlah atau persentasi pekerjaan yang telah
dikerjakan maupun rencana kerja minggu berikutnya.
- Laporan Mingguan dibuat oleh Kontraktor dengan persetujuan Pengawas. Laporan berkala dibuat
oleh Pengawas yang ditujukan untuk Pemberi Tugas.
- Untuk melengkapi laporan maupun dokumentasi secara visual, maka Kontraktor harus
mengadakan pemotretan bagian-bagian pekerjaan/bangunan yang sedang dalam pelaksanaan.
- Kuantitas dan arah pemotretan serta beberapa set foto tersebut harus dicetak (minimal 5 set)
ditentukan kemudian berdasarkan kebutuhan maupun tahapan pada angsuran pembayaran.
Foto/gambar harus dicetak di atas kertas bromide mengkilap dan berwarna ukuran 3R.
1. Kontraktor harus menyelesaikan semua bagian pekerjaan yang tertera dalam kontrak, Gambar-gambar dan
Syarat-syarat pada Dokumen Pengadaan (Pelelangan) ataupun perubahan yang terdapat dalam Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing), sehingga pekerjaan dapat diterima dengan baik oleh Konsultan
Pengawas dan Pihak Pemimpin Proyek.
2. Pada saat pekerjaan akan diserah-terimakan untuk pertama kalinya (Provisional Hand Over - PHO),
Kontraktor harus menyerahkan :
- Gambar-gambar yang sebenarnya (As Built Drawing) yang telah disetujui.
- Gambar instalasi listrik yang sebenarnya.
- Foto-foto pelaksanaan pekerjaan.
3. Bersama-sama dengan Konsultan Pengawas, kontraktor harus meneliti, mencatat dan menyetujui, bagian-
bagian pekerjaan yang belum sempurna, untuk dibuatkan daftar (Check List) pekerjaan-pekerjaan yang akan
diperbaiki dalam masa pemeliharaan.