1. Dokumen tersebut membahas mengenai berbagai jenis sanksi atas pelanggaran hukum, termasuk sanksi agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum. Sanksi hukum dijelaskan paling tegas dan nyata.
2. Ditegaskan pentingnya partisipasi masyarakat dalam penegakan hukum melalui perilaku yang patuh terhadap hukum, baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun bangsa
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
281 tayangan4 halaman
1. Dokumen tersebut membahas mengenai berbagai jenis sanksi atas pelanggaran hukum, termasuk sanksi agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum. Sanksi hukum dijelaskan paling tegas dan nyata.
2. Ditegaskan pentingnya partisipasi masyarakat dalam penegakan hukum melalui perilaku yang patuh terhadap hukum, baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun bangsa
1. Dokumen tersebut membahas mengenai berbagai jenis sanksi atas pelanggaran hukum, termasuk sanksi agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum. Sanksi hukum dijelaskan paling tegas dan nyata.
2. Ditegaskan pentingnya partisipasi masyarakat dalam penegakan hukum melalui perilaku yang patuh terhadap hukum, baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun bangsa
1. Dokumen tersebut membahas mengenai berbagai jenis sanksi atas pelanggaran hukum, termasuk sanksi agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum. Sanksi hukum dijelaskan paling tegas dan nyata.
2. Ditegaskan pentingnya partisipasi masyarakat dalam penegakan hukum melalui perilaku yang patuh terhadap hukum, baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun bangsa
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4
2.
Macam-Macam Sanksi atas Pelanggaran Hukum
Pernahkah Anda melihat seorang wasit sepak bola ragu untuk memberikan kartu peringatan kepada pemain yang melakukan pelanggaran. Apakah kartu merah yang akan diberikan atau kartu kuning? Keragu-raguan wasit itu merupakan satu bukti penegakan sanksi tidak tegas. Peristiwa serupa sering kali kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mengapa sopir angkutan kota tidak sungkan-sungkan berhenti menunggu penumpang pada tempat yang jelas-jelas dilarang berhenti? Penyebabnya karena petugas tidak tegas menindaknya. Karena peristiwa seperti itu dibiarkan, tidak ditindak oleh petugas, lama-kelamaan dianggap hal yang biasa. Dengan kata lain, jika suatu perbuatan dilakukan berulang- ulang, tidak ada sanksi, walaupun melanggar aturan, akhirnya perbuatan itu dianggap sebagai norma. Seperti kebiasaan sopir angkutan kota tadi, karena perbuatannya itu tidak ada yang menindak, akhirnya menjadi hal yang biasa saja. Hal yang sama bisa juga menimpa Anda. Misalnya, jika para siswa yang melanggar tata tertib sekolah dibiarkan begitu saja, tanpa ada sanksi tegas, esok lusa, pelanggaran akan menjadi hal yang biasa. Perilaku yang bertentangan dengan hukum menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat. Ketidaknyamanan dan ketidakteraturan tentu saja akan selalu meliputi kehidupan kita jika hukum sering dilanggar atau ditaati. Untuk mencegah terjadinya tindakan pelanggaran terhadap norma atau hukum, dibuatlah sanksi dalam setiap norma atau hukum tersebut. Sanksi terhadap pelanggaran itu amat banyak ragamnya. Sifat dan jenis sanksi dari setiap norma atau hukum berbeda satu sama lain. Akan tetapi, dari segi tujuannya sama, yaitu untuk mewujudkan ketertiban dalam masyarakat. Berikut ini sanksi dari norma-norma yang berlaku di masyarakat. Tabel 2.1 Sanksi dan Norma dalam Masyarakat
No. Norma Pengertian Contoh-Contoh Sanksi
1. Agama Petunjuk hidup a. beribadah Tidak langsung, yang bersumber b. tidak berjudi karena akan dari Tuhan yang c. suka beramal diperoleh setelah disampaikan melalui meninggal dunia utusan-utusan-Nya (pahala atau (Rasul/Nabi) yang dosa) berisi perintah, larangan atau anjuran-anjuran 2. Kesusilaan Pedoman pergaulan a. berlaku jujur Tidak tegas, hidup yang b. menghargai karena hanya bersumber dari hati orang lain diri sendiri nurani manusia yang merasakan tentang baik- (merasa buruknya suatu bersalah, Perbuatan menyesal, malu, dan sebagainya) 3. Kesopanan Pedoman hidup yang a. menghormati Tidak tegas, timbul dari hasil orang yang tetapi dapat pergaulan manusia di lebih tua diberikan oleh dalam masyarakat b. tidak berkata masyarakat kasar dalam bentuk c. menerima celaan, dengan cemoohan atau tangan kanan pengucilan dalam pergaulan 4. Hukum Pedoman hidup yang a. harus tertib Tegas dan nyata dibuat oleh badan b. harus sesuai serta mengikat yang berwenang prosedur dan memaksa yang bertujuan c. dilarang bagi setiap untuk mengatur mencuri orang tanpa manusia dalam kecuali kehidupan berbangsa dan bernegara (berisi perintah dan larangan) Dalam Tabel 2.1, disebutkan bahwa sanksi norma hukum adalah tegas dan nyata. Hal tersebut mengandung pengertian sebagai berikut. Tegas berarti adanya aturan yang telah dibuat secara material telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Misalnya, hukum pidana mengenai sanksi diatur dalam Pasal 10 KUHP. Dalam pasal tersebut, ditegaskan bahwa sanksi pidana berbentuk hukuman yang mencakup: Hukuman pokok, yang terdiri atas: hukuman mati; dan hukuman penjara yang terdiri atas hukuman seumur hidup dan hukuman sementara waktu (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya 1 tahun). Hukuman tambahan, yang terdiri atas: pencabutan hak-hak tertentu; perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu; dan pengumuman keputusan hakim. Nyata berarti adanya aturan yang secara material telah ditetapkan kadar hukuman berdasarkan perbuatan yang dilanggarnya. Contoh: Pasal 338 KUHP, menyebutkan “barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Sanksi hukum diberikan oleh negara, melalui lembaga-lembaga peradilan, Sanksi sosial diberikan oleh masyarakat, misalnya dengan cemoohan, dikucilkan dari pergaulan, bahkan yang paling berat diusir dari lingkungan masyarakat setempat. Jika sanksi hukum maupun sanksi sosial tidak juga mampu mencegah orang dari perbuatan melanggar aturan, ada satu jenis sanksi lain, yakni sanksi psikologis. Sanksi psikologis dirasakan dalam batin kita sendiri. Jika seseorang melakukan pelanggaran terhadap peraturan, tentu saja di dalam batinnya ia merasa bersalah. Selama hidupnya, ia akan dibayang-bayangi oleh kesalahannya itu. Hal ini akan sangat membebani jiwa dan pikiran kita. Sanksi inilah yang merupakan gerbang terakhir yang dapat mencegah seseorang melakukan pelanggaran terhadap aturan.
3. Partisipasi dalam Perlindungan dan Penegakan Hukum
Setelah Anda menganalisis berbagai macam kasus pelanggaran hukum dan memahami sanksi atas pelanggaran hukum yang dilakukan, tentu saja sekarang keyakinan Anda akan pentingnya perlindungan dan penegakan hukum makin tinggi. Nah, keyakinan tersebut harus dibuktikan, salah satunya dengan berpartisipasi dalam proses perlindungan dan penegakan hukum. Wujud dari partisipasi tersebut adalah dengan menampilkan perilaku yang mencerminkan ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum. Ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum yang berlaku merupakan konsep nyata dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam perilaku yang sesuai dengan sistem hukum yang berlaku. Tingkat kepatuhan hukum yang diperlihatkan oleh seorang warga negara, secara langsung menunjukkan tingkat kesadaran hukum yang dimilikinya. Kepatuhan hukum mengandung arti bahwa seseorang memiliki kesadaran untuk: memahami dan menggunakan peraturan perundangan yang berlaku; mempertahankan tertib hukum yang ada; dan menegakkan kepastian hukum. Adapun ciri-ciri seseorang yang berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku dapat dilihat dari perilaku yang diperbuatnya: disenangi oleh masyarakat pada umumnya; tidak menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain; tidak menyinggung perasaan orang lain; menciptakan keselarasan; mencerminkan sikap sadar hukum; mencerminkan kepatuhan terhadap hukum. Perilaku yang mencerminkan sikap patuh terhadap hukum harus kita tampilkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara sebagai bentuk perwujudan partisipasi Anda dalam proses penegakan dan perlindungan hukum. Berikut ini contoh perilaku yang mencerminkan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku Dalam Kehidupan di Lingkungan Keluarga Mematuhi perintah orang tua. Ibadah tepat waktu. Menghormati anggota keluarga yang lain seperti ayah, ibu, kakak, adik dan sebagainya. Melaksanakan aturan yang dibuat dan disepakati keluarga. Dalam kehidupan di Lingkungan Sekolah Menghormati kepala sekolah, guru dan karyawan lainnya. Memakai pakaian seragam yang telah ditentukan. Tidak menyontek ketika ulangan. Memperhatikan penjelasan guru. Mengikuti pelajaran sesuai dengan jadwal yang berlaku. Dalam Kehidupan di Lingkungan Masyarakat Melaksanakan setiap norma yang berlaku di masyarakat; Bertugas ronda. Ikut serta dalam kegiatan kerja bakti. Menghormati keberadaan tetangga disekitar rumah. Tidak melakukan perbuatan yang menyebabkan kekacauan di masyarakat seperti tawuran, judi, mabuk-mabukkan dan sebagainya; Membayar iuran warga. d. Dalam kehidupan di Lingkungan Bangsa dan Negara. Bersikap tertib ketika berlalu lintas di jalan raya. Memiliki KTP. Memiliki SIM. Ikut serta dalam kegiatan pemilihan umum. Membayar pajak. Membayar retribusi parkir.