Askep Bella Azsaria (Kanker Paru) Ruang Gardenia
Askep Bella Azsaria (Kanker Paru) Ruang Gardenia
Askep Bella Azsaria (Kanker Paru) Ruang Gardenia
I DENGAN
DIAGNOSA MEDIS KANKER PARU DENGAN KEBUTUHAN DASAR
GANGGUAN RASA NYAMAN
DIRUANG GARDENIA RSUD DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
OLEH :
1
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Akademik
Mengetahui
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusunan dapat menyelesaikan “Asuhan
Keperawatan Tn. I Dengan Diagnosa Kanker paru Dengan Kebutuhan Dasar
Gangguan Rasa Nyaman Diruang Gardenia Rsud Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Prisitina, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Ibu Erika Sihombing, S.Kep. Ners selaku kepala ruang Boungenville RSUD
Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan
izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan di
ruang Boungenville.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kgiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusunan mengharapkan saran dan kritik yang
membangunkan dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat
mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Palangka Raya, 16 Juni 2020
Penyusun
3
.1.4.1 DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I.............................................................................................................................6
PENDAHULUAN.........................................................................................................6
1.3 Tujuan.............................................................................................................8
1.4 Manfaat...........................................................................................................8
BAB 2............................................................................................................................9
PEMBAHASAN............................................................................................................9
2.1.1 Definisi....................................................................................................9
2.1.3 Etiologi..................................................................................................16
2.1.4 Klasifikasi..............................................................................................17
2.1.7 Komplikasi.............................................................................................20
4
2.3 Manajemen Keperawatan..............................................................................22
BAB 3..........................................................................................................................27
ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................27
3.1 PENGKAJIAN..............................................................................................27
3.2 DIAGNOSA..................................................................................................47
3.3 INTERVENSI...............................................................................................50
4.1 Kesimpulan...................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................56
5
BAB 1
PENDAHULUAN
6
inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar
progresinya (Syaifudin, 2007).
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan
tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan
ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan
multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan
terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli
radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya
(PDPI, 2003).
Menurut data jenis kanker yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah kanker
paru, mencapai 1,3 juta kematian pertahun. Disusul kanker lambung (mencapai lebih
dari 1 juta kematian pertahun), kanker hati (sekitar 662.000 kematian pertahun),
kanke usus besar (655.000 kematian pertahun), dan yang terakhir yaitu kanker
payudara (502.000 kematian pertahun) (WHO 2005 dalam Lutfia, 2008).
Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli
paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini
akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih
cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam
perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus
dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai
jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan
penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker
paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di
paru). Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah
kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau
karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker
adalah penyakit gen.
7
Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi
ketidak seimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses
tumbuh dan kembangnya sebuah sel.Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan
terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor
suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali. Perubahan ini
berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses multistep
carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heterogeniti
kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme ketidak normalan pertumbuhan
sel pada sel kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen
yang berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-
ras sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan
perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker
paru (PDPI, 2003).
Di Indonesia terdapat lima jenis kanker yang banyak diderita penduduk yakni kanker
rahim, kanker payudara, kanker kelenjar getah bening, kanker kulit, dan kanker
rektum. Kasus penyakit kanker yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2008 sebanyak 27.125 kasus, terdiri dari Ca. servik 8.568 kasus (31,59%), Ca.
mamae 14.019 kasus (51,68%), Ca. hepar 3.260 (12,02%), dan Ca. paru 1.278 kasus
(4,71%). Prevalensi kanker paru di Jawa Tengah tahun 2006 sebesar 0,01%. Pada
tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 0,004%, dan pada tahun 2008 menjadi
0,005%. Prevalensi tertinggi adalah di Kabupaten Kudus sebesar 0,026% (Dinprov
Jateng, 2008).
Atmanto (1992) menyatakan kanker paru merupakan penyakit dengan keganasan
tertinggi diantara jenis kanker lainnya di Jawa Timur dengan angka Case Fatality
Rate (CFR) sebesar 24,1%. Pada Tahun 1998 di RS Kanker Dharmais, kanker paru
menem-pati urutan kedua terbanyak setelah kanker payudara, yaitu sebanyak 75
kasus (Nasar, 2000)
Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru sebagai
salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan lainnya.
Peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit kanker dapat
8
dilihat dari hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang pada 1972
memperlihatkan angka kematian karena kanker masih sekitar 1,01 % menjadi 4,5 %
pada 1990. Data yang dibuat WHO menunjukan bahwa kanker paru adalah jenis
penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok
kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan.
Buruknya prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan jarangnya penderita
datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam stadium awal penyakit.
Hasil penelitian pada penderita kanker paru pasca bedah menunjukkan bahwa, rata-
rata angka tahan hidup 5 tahunan stage I sangat jauh berbeda dengan mereka yang
dibedah setelah stage II, apalagi jika dibandingkan dengan staging lanjut yang diobati
adalah 9 bulan (PDPI, 2003).
.2 Rumus Masalah
.2.1 Apa definisi kanker paru ?
.2.2 Apa etiologi dan faktor resiko kanker paru ?
.2.3 Bagaimana patofisiologi kanker paru ?
.2.4 Apa klasifikasi kanker paru ?
.2.5 Bagaimana manifestasi kanker paru ?
.2.6 Bagaimana pengobatan kanker paru ?
.2.7 Apa pemeriksaan diagnostic kanker paru ?
.2.8 Bagaimana penatalaksaan kanker paru ?
.2.9 Bagaimana prognosis kanker paru ?
.3 Tujuan
.3.1 Tujuan Umum
.3.2.1 Untuk mengetahui definisi kanker paru.
.3.2.2 Untuk mengetahui epidemiologi kanker paru.
.3.2.3 Untuk mengetahui etiologi penyakit kanker paru.
.3.2.4 Untuk mengetahui patofisiologi dan woc kanker paru.
.3.2.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis kanker paru.
.3.2.6 Untuk mengetahui klasifikasi kanker paru.
.3.2.7 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kanker paru.
9
.3.2.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker paru
.3.2.9 Untuk mengetahui komplikasi kanker paru.
.3.2.10 Untuk mengetahui pengkajian teori kanker paru
.3.2.11 Untuk mengetahui diagnosa teori kanker paru.
.3.2.12 Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori kanker paru.
.3.2.13 Untuk mengetahui pengkajian berdasarkan kasus kanker paru.
.3.2.14 Untuk mengetahui diagnosa berdasarkan kasus kanker paru.
.3.2.15 Untuk mengetahui asuhan keperawatan berdasarkan kanker paru.
.4 Manfaat
.4.1 Masyarakat
Untuk mengetahui bagaimana mengetahui penyebab penyakit kanker paru dan
bagaimana mencegah penyakit kanker paru.
.4.2 Mahasiswa Keperawatan
Untuk mengetahui dan memahami penyakit serta asuhan keperawatan kanker paru
sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
.4.3 Perawat
Sebagai bahan kajian dan informasi bagi mahasiswa serta menambah wawasan
tentang kanker paru.
1
BAB 2
PEMBAHASAAN
.1 Konsep Penyakit
.1.1 Definisi
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan
paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama
asap rokok (Suryo, 2010 : 27).
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru-paru merupakan penyebab
kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagaian
besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal
dari kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-paru(Suryo, 2010 : 27).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer.
Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat epithelial dan
berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin, 2008: 198).
.1.2 Anatomi Fisiologi
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal
terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru
dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru
dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. Fungsi utama paru-paru yaitu
untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan
untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida.
Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas
dan metabolisme seseorang tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan
oksigen dan karbon dioksida tersebut. Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran
gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida (Guyton, 2007).
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan
bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea). Pipa tersebut
berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara
1
terakhir dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah
mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis
(Syafrullah, 2015)
Pernapasan dapat berarti pengangkutan oksigen (O2) ke sel dan pengangkutan CO2
dari sel kembali ke atmosfer. Proses ini terdiri dari 4 tahap yaitu (Guyton, 2007):
1. Pertukaran udara paru: yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari
alveoli. Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh, karena
masih adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat dikeluarkan
walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume
residu. Volume ini penting karena menyediakan O2 dalam alveoli untuk
mengaerasikan darah
2. Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah
3. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan dari
sel-sel
4. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.
Menurut Guyton (2007) volume paru terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada
setiap kali pernafasan normal. Besarnya ± 500 ml pada rata-rata orang dewasa
2. Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi
setelah volume tidal, dan biasanya mencapai ± 3000 ml.
3. Volume Cadangan Eskpirasi adalah jumlah udara yang masih dapat
dikeluarkan dengan ekspirasi maksimum pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan
normal besarnya ± 1100 ml.
4. Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru
setelah ekspirasi kuat. Besarnya ± 1200 ml.
Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi menjadi
empat bagian, yaitu (Guyton, 2007):
1. Kapasitas Inspirasi sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi.
Besarnya ±3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang mulai
pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru sampai jumlah maksimum.
1
2. Kapasitas Residu Fungsional sama dengan volume cadangan inspirasi +
volume residu.Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa
dalam paru pada akhir eskpirasi normal.
3. Kapasitas Vital sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal +
volume cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara
maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru
secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.
4. Kapasitas Paru Total sama dengan kapasitas vital + volume residu.
Besarnya ±5800ml, adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar
mungkin dengan inspirasi paksa.
.1.3 Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang
bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa faktor risiko
penyebab terjadinya kanker paru adalah (Stopler, 2010):
.1.3.1 Merokok
Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh
kasus. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok,
jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan
lamanya berhenti merokok
.1.3.2 Perokok pasif
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak
merokok, tetapi mengisap asap rokok dari orang lain, risiko menderita kanker paru
meningkat dua kali
.1.3.3 Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru jumlahnya
dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.
.1.3.4 Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
1
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Risiko
kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar
daripada masyarakat umum.
.1.3.5 Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan
bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting
dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
.1.4.1 Klasifikasi
Ada dua jenis utama kanker paru di kategorikan berdasarkan ukuran serta adanya sel
ganas yang terlihat yaitu kanker paru karsinoma bukan sel kecil/NSCLC (Non Small
Cell Lung Cancer) dan kanker paru karsinoma sel kecil/SCLC (Small Cell Lung
Cancer. Beberapa jenis kanker paru adalah (Purba & Wibisono, 2015):
.1.4.1 Karsinoma sel skuamosa
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari
permukaan epitel bronkus. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di
sekitar hilus dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui
beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah
bening, dinding dada, dan mediastinum.
.1.4.2 Adenokarsinoma
Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-
kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial
kronik. Lesi seringkali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan
sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala. Karsinoma
bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi
terbaru tumor paru dari WHO.
.1.4.3 Karsinoma sel besar
Sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang
besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan
paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat
1
yang jauh.
.1.4.4 Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan
perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus
dan mediastinum. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada
pemeriksaan sitologik adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan
sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.
.1.5 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan sekunder.
Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan sekunder
berasal dari metastase organ lain, Etiologi primer menyerang percabangan
segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang. Fungsi dari cilia ini adalah
menggerakkan lendir yang akan menangkap kotoran kecil agar keluar dari paru-paru.
Jika silia hilang maka akan terjadi deskuamasi sehingga timbul pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka akan menimbulkan
ulserasi bronkus dan menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia yang
selanjutnya akan menyebabkan Ca Paru. Ca paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma
sel skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel
besar. Setiap lokasi memiliki tanda dan gejala khas masing masing. Pada karsinoma
sel skuamosa, karsinoma bronkus akan menjadi berkembang sehingga batuk akan
lebih sering terjadi yang akan menimbulkan iritasi, ulserasi, dan pneumonia yang
selanjutnya akan menimbulkan himoptosis. Pada adenokarsinoma akan
menyebabkan meningkatnya produksi mukus yang dapat mengakibatkan
penyumbatan jalan nafas. Sedangkan pada karsinoma sel bronkoalveolar sel akan
membesar dan cepat sekali bermetastase sehingga menimbulkan obstruksi bronkus
dengan gejala dispnea ringan. Pada karsinoma sel besar akan terjadi penyebaran
neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area pleuritik dan menyebabkan nyeri
kronis. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur–struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka
1
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Sedangkan pada Ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker
yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita
penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus
berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal
dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-paru itu adalah
end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat
menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain-lain (Stopler, 2010).
1
.1.6 Manifestasi Klinis
Seseorang yang termasuk ke dalam golongan risiko tinggi jika mempunyai keluhan
napas, seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada sebaiknya segera memeriksakan
diri ke dokter spesialis paru. Gejala-gejala tersebut membutuhkan waktu bertahun-
tahun untuk dapat diketahui sebagai gejala kanker paru karena sering terkecoh dengan
gejalah sakit pada umumnya. Berikut gejala kanker paru.
Terjadi sesak napas.
Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu).
Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma.
Batuk berdarah.
Perubahan pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak.
Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas.
Kelelahan kronis dan penururnan bobot badan secara drastis.
Bengkak di bagian leher dan wajah. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)
Sudoyo Aru dalam Kusuma 2015
Memaparkan bahwa pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan
gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium
lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
Lokal (tumor setempat) :
- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
- Hemoptisis
- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
- Aelektasis
Invasi local :
- Nyeri dada
- Dispnea karena efusi pleura
- Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
17
- Sindrom vena cava superior
- Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
- Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
- Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis
Gejala penyakit metastasis :
- Pada otak, tulang, hati, adrenal
- Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis
Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala :
- Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
- Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
- Hipertrofi : osteoartropati
- Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
- Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
- Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
- Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
Asimtomatik dengan kelainan radiologist :
- Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara
radiologis
- Kelainan berupa nodul soliter
.1.7 Komplikasi
Pengobatan pasien kanker paru-paru biasanya mempertimbangkan aspek riwayat
pasien, stadium kanker, dan kondisi kesehatan umum pasien. Berikut ini akan
dijelaskan beberapa pengobatan yang umumnya dilakukan pada penderita kanker
paru-paru.
.1.7.1 Pembedahan
Pembedahan dalam kanker paru-paru adalah tindakan pengangkatan jaringan tumor
dan kelenjar getah bening disekitarnya. Tindakan pembedahan biasanya dilakukan
untuk kanker yang belum menyebar hingga ke jaringan lain diluar paru-paru.
18
Pembedahan biasanya hanya merupakan salah satu pilihan tindakan pengobatan pada
NSCLC dan dibatasi pada satu bagian paru-paru hingga stadium IIIA.
Berikut beberapa jenis pembedahan yang mungkin dilakukan untuk mengobati
NSCLC.
Reseksi baji, yaitu pengangkatan sebagian kecil lobus dari paru-paru.
Lobektomi, yaitu pengangkatan beberapa lobus dari paru-paru.
Pneumonectomi, yaitu pengangkatan seluruh bagian paru-paru.
.1.7.2 Kemoterapi
Penderita SCLC terutama diobati dengan kemoterapi dan radiasi karena tindakan
pembedahan biasanya tidak terpengaruh besar terhadap survival (kelangsungan
hidup). Kemoterapi primer biasanya juga diberikan paada kasus NSCLC yang sudah
bermetastasis atau menyebar.
Penggunaan kombinasi obat-obatan kemoterapi pada jenis tumor yang diderita. Pada
penderita NSCLC biasanya diobati dengan cisplatin atau carboplatin yang
dikombinasikan dengan gemcitabine, paclitaxel, docetaxel, etoposide, atau
vinorelbine. Sedangkan pada penderita SCLC, sering digunakan obat cisplatin dan
etoposide. Ataupun dikombinasikan dengan carboplatin, gemcitabine, paclitaxel,
vinorelbine, topotecan, dan irinotecan juga digunakan.
.1.7.3 Radioterapi
Radiasi kadang-kadang digunakan sebagai pengobatan utama kanker paru-paru.
Mungkin digunakan untuk orang yang tidak cukup sehat untuk menjalani operasi.
Untuk pasien kanker lainnya, radiasi dilakukan untuk mengecilkan kankernya
(dilakukan sebelum operasi). Pada kasus kanker stadium lanjut, radiasi juga dapat
digunakan untuk meredakan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan kesulitan menelan.
Seringkali dilakukan terapi Fotodinamik (PDT) untuk mengobati kanker paru-paru
yang dapat dioperasi. Dan berpotensi untuk mengobati tumor yang tersembunyi dan
tidak terlihat pada pemeriksaan X—ray dada.
Efek samping radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah, dan
kelelahan. Radiasi pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru-paru dan
kesulitan bernapas atau menelan. Efek samping dari terapi radiasi pada (kanker paru
19
yang telah menyebar ke) otak biasanya menjadi serius setelah1 atau 2 tahun
pengobatan, yang mencakup: kehilangan memori, sakit kepala, masalah dengan
pemikiran, dan kurang gairah seksual.
.1.7.4 Target Terapi
Target terapi biasanya dilakuka untuk pengobatan kanker paru-paru pada stadium III
dan IV yang tidak merespon pengobatan lain. Ada dua macam target terapi yang
paling umum digunakan, sebagai berikut :
1. Erlotinib (Tarceva)
Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal Growth Factor
Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk membelah. Tarceva bekerja dengan
tidak mengizinkan EGFR untuk menginstruksikan sel-sel kanker untuk tumbuh.
Tarceva dapat diberikan pada pasien NSCLC untuk memperpanjang harapan
hidupnya. Tarceva bekerja lebih baik pada pasien bukan perokok atau wanita usia
lebih muda (sebelum menopause). Dan mudah dikonsumsi setiap hari karena
berbentuk pil.
2. Bevacizumab (Avastin)
Bevacizumad merupakan antibodi yang ditujukan untuk melawan protein untuk
membantu sel tumor membentuk pembuluh darah baru. Obat ini mampu
memperpanjang kelangsungan hidup pasien NSCLC stadium lanjut, dan biasanya
diberikan sebagai kombinasi dengan kemoterapi kombinasi carboplatin & paclitaxel.
Bevacizumab biasa diberikan melalui intravena infus dan umumnya memiliki efek
samping berupa perdarahan pada paru-paru.
.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru
meliputi :
.1.8.1 Pemeriksaan radiologi
Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat penting
dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya karsinoma
bronkogenik meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan lainnya.
20
Penggunaan CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam
membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
.1.8.2 Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam
mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah sentral paru.
Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering adalah menggunakan bronkhoskopi
serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai tindakan diagnostik, caranya dengan
mengambil sampel langsung ketempat lesi untuk dilakukan pemeriksaan sitologi.
.1.8.3 Sitologi
Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel-sel kanker yang
tidak terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan sitologi sputum, bilasan bronkhus,
dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan peranan penting dalam rangka
menegakkan diagnosis kanker paru. Pemeriksaan histology maupun penetapan
stadium penyakit sangat penting untuk menentukan prognosis dan rencana
pengobatan. Penetuan stadium kanker paru terbagi dua, yakni pembagian stadium
dari segi anatomis untuk menentukan luasnya penyebaran tumor dan
kemungkinannya untuk dioperasi; dan stadium dari segi fisiologis untuk menentukan
kemapuan klien untuk bertahan terhadap berbagai pengobatan antitumor.
.1.9 Penatalaksanaan Medis
.1.9.1 Penatalaksanaan Non-bedah (Nonsurgical Management)
a. Terapi Oksigen
Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal
kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas
hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk
memperbaiki dispnea dan kecemasan.
b. Terapi Obat
21
Jika klien mengalami bronkospasme, dokter dapat memberikan obat golongan
bronkodilator (seperti pada klien asma) dan kortikosteroid untuk
mengurangi bronkospasme, inflamasi, dan edema.
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker, terutama
pada small-cell lung cancer karena metastasis. Kemoterapi dapat juga digunakan
bersamaan dengan terapi bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk
menangani kanker, termasuk kombinasi dari obat berikut :
- Cyclophosphamide, Deoxorubicin, Methotrexate, dan Procarbazine.
- Etoposide dan Cisplatin
- Mitomycin, Vinblastine dan Cisplatin.
d. Imunoterapi
Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi
(Cytokin) biasa diberikan.
e. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut ini:
- Klien tumor paru yang operable tetapi resiko jika dilakukan pembedahan.
- Klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami
pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
- Klien kanker bronkhus dengan oat cell.
- Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumoektomi.
Dosis umum 5.000-6.000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu.
Pengobatan dilakukan dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :
- Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.
- Pneumonitis, pada rontgent terlihat bayangan eksudat di daerah penyinaran.
f. Terapi Laser
g. Torakosentesis dan Pleurodesis
- Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi klien kanker paru.
22
- Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura viseralis dan parietalis serta
obstruksi kelenjar limfe mediastinal.
- Tujuan akhir dari terapi ini adalah mengeluarkan dan mencegah akumulasi
cairan.
.1.9.2 Pembedahan (Surgical Management)
a. Dilakukan pada tumor stadium I, stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma,
dan karsinoma sel besar undifferentiated
b. Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup tiga
criteria berikut:
- Karakteristik biologis tumor :
Hasil baik : tumor dari sel skoamosa dan epidermoid.
Hasil cukup baik : Aenokarsinoma dan karsinoma sel besar undifferentiated.
Hasil buruk : oat cell.
- Letak tumor dan pembagian stadium klinik.
Untuk menentukan reseksi terbaik.
Keadaan fungsional penderita. (Somantri, 2012: 119-120).
.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Kanker paru-paru adalah suatu kondisi di mana sel-sel tumbuh secara tidak terkendali
di dalam paru-paru (organ yang berfungsi untuk menyebarkan oksigen ke dalam
darah saat menghirup napas dan membuang karbondioksida saat menghela napas).
Penyebab utama kanker paru-paru adalah kebiasaan merokok, sehingga perokok aktif
merupakan kelompok yang paling rentan terkena kanker paru-paru. Namun, orang
yang pernah merokok atau sering terpapar asap rokok juga berisiko menderita kanker
paru-paru. Rokok maupun asap rokok mengandung lebih dari 60 zat beracun yang
dapat memicu perkembangan kanker (karsinogenik). Jenis zat beracun tersebut antara
lain adalah nikotin dan tar. Nikotin dipakai sebagai bahan insektisida, sedangkan tar
digunakan dalam pembuatan aspal jalanan. Pada tahap awal, zat beracun ini tidak
memengaruhi fungsi organ paru. Namun semakin banyak rokok yang dihisap,
kerusakan pada jaringan paru-paru juga akan makin bertambah. Kerusakan inilah
23
yang mengakibatkan sel-sel bereaksi secara tidak normal dan tidak terkendali, hingga
akhirnya muncul sel kanker.
.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
.3.1 Pengkajian Keperawatan
.3.1.1 Identitas Klien
Mengidentifikasi identitas klien kemudian dikaitkan dengan apakah ada faktor resiko
yang menyertainya. Pengkajian identifikasi klien meliputi:
.3.1.2 Nama: Tulis nama panggilan pasien atau inisial
.3.1.3 Umur: Resiko Ca paru meningkat pada orang berumur >40 tahun
.3.1.4 Jenis kelamin: Ca paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di
Indonesia dan terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan
.3.1.5 Agama: Tidak ada agama tertentu yang penganutnya memiliki resiko lenih
banyak mengidap Ca paru
.3.1.6 Pendidikan: Tingkat pendidikan akan mempengaruhi resiko terserang Ca paru,
orang dengan pendidikan tinggi mungkin akan lebih berhati-hati ketika berhadapan
dengan asap yang berbahaya
.3.1.7 Alamat: Jumlah kejadian Ca paru dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan karena banyaknya polusi udara di perkotaan
.3.1.8 No. RM: Dapat dicatat sesuai dengan urutan pasien masuk
.3.1.9 Pekerjaan: Pekerjaan yang berhubungan erat dengan asap dan zat karsinogen
akan meningkatkan resiko lebih besar terserang Ca paru. Beberapa pekerjaan yang
meningkatkan resiko Ca paru adalah pekerja asbes, kapster salon, pabrik industri, dan
lain-lain
.3.1.10 Status Perkawinan: Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan
angka kejadian Ca paru
.3.1.11 Tanggal MRS: Dilihat sejak klien masuk IGD
.3.1.12 Tanggal Pengkajian: Ditulis dengan tanggal ketika perawat melakukan
pengkajian pertama kali
.3.2 Diagnosa Keperawatan
24
Menurut Carpenito dan Moyet (2007) diagnosa keperawatan adalah suatu respon
individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan
baik aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan keperawatan merupakan dasar
pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perawat yang
bertanggung jawab.
.3.3 Intervensi Keperawatan
Menurut Hidayat (2004). Perencanaan Keperawatan merupakan suatu proses
penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien. Adapun proses perencanaan
keperawatan pada klien dengan Kanker paru adalah:
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
2. Auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya bunyi nafas tambahan.
3. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
4. Berikan pada klien posisi semi fowler.
5. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan.
6. Berikan humidifikasi tambahan.
.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat,2004). Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan,
pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas
sehari-hari. Setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpesonal,
intelektual dan teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
.3.5 Evaluasi Keperawatan
25
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak (Hidayat ,2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut
juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan
secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi
sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan
untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan
perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini
lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan
kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya
(Nursalam 2008).
26
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
B. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
27
Sesak nafas
28
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Klien terlihat lesu
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Composmentis
b. Ekspresi Wajah : Lesu
c. Bentuk badan : Simestris
d. Cara berbaring/bergerak : Terlentang
e. Bicara : Jelas
f. Suasana Hati : Cemas
g. Penampilan : Rapi
h. Fungsi kognitif :
Orientasi waktu ................................................................................... : Pasien dap
dan malam
Orientasi Orang ...................................................................................: Pasien dapa
petugas kesehatan
Orientasi Tempat .................................................................................:
Paseien dapat mengetahui bahwa dirinya di rumah sakit
m. Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 390 C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 112 x/Menit
c. Pernapasan/RR : 36 x/Menit
d. Tekanan Darah/BP : 130/90 mmHg
29
3. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan merokok : 1 Bungkus/hari
Batuk, sejak : Tidak Ada
Batuk darah, sejak: Tidak Ada
Sputum, warna : Tidak Ada
Sianosis : Tidak Ada
Nyeri dada : Tidak Ada
Dyspnoe nyeri dada Orthopnoe Lainnya
Sesak nafas Saat inspirasi Saat aktivitas Saat
istirahat
Type Pernafasan Dada Perut Dada dan
perut
Kusmaul Cheyne-stokes Biot
Lainnya
Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur
Suara Nafas Vesukuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya
Keluhan lainnya :
Tidak Ada
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
4. CARDIOVASCULER ( BLEEDING )
Nyeri dada Kram kaki Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit Kepala Palpitasi Pingsan
30
Capillary refill > 2 detik < 2 detik
Oedema : Wajah Ekstrimitas atas
Anasarka Ekstrimitas
bawah
Asites, lingkar perut ……………………. cm
Ictus Cordis Terlihat Tidak melihat
\Vena jugularis Tidak meningkat Meningkat
Suara jantung Normal Lub,dub
Ada kelainan
Keluhan lainnya :
Tidak Ada
Masalah Keperawatan :
Terdapat sindrom vena kava superior (cubbing finger), terjadi aritmia, Takikardi,
5. PERSYARAFAN (BRAIN)
31
Vertigo Gelisah ........................
Aphasia Kesemutan
Bingung Disarthria
Kejang Trernor
Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Pasien dapat membedakan bau-bauan dengan baik
Nervus Kranial II : Penglihatan pasien normal
Nervus Kranial III : Pasien dapat membuka kelopak matanya
Nervus Kranial IV : Pasien dapat menggerakkan kedua matanya
Nervus Kranial V : Pasien dapat membuka mulutnya
Nervus Kranial VI : Pasien dapat mengerakkan kedua matanya ke kiri
dan kekanan
Nervus Kranial VII : Pasien dapat tersenyum
Nervus Kranial VIII : Pasien mempunyai respon saat dipanggil
Nervus Kranial IX : Pasien dapat menelan
Nervus Kranial X : Pita suara berfungsi dengan baik
Nervus Kranial XI : Pergerakan leher baik
Nervus Kranial XII : Pasien dapat menjulurkan lidah
Uji Koordinasi :Tidak Ada
Keluhan lainnya :
Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah keperawatan
6. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi Urin : 2000 cc 5 x/hr
Warna : Kuning
Bau : Amoniak
Tidak ada masalah/lancer Menetes
Inkotinen
Oliguri Nyeri Retensi
32
Poliuri Panas
Hematuri
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
Keluhan Lainnya :
Tidak ada
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
i
Uji kekuatan otot : Ekstrimitas atas Tidak Ada Ekstrimitas bawah……..
Deformitas tulang, lokasi Tidak Ada
Peradangan, lokasi Tidak Ada
Perlukaan, lokasi Tidak Ada
Patah tulang, lokasi Tidak Ada
Tulang belakang Normal Skoliosis
Kifosis Lordosis
Gigi : Lengkap
Gusi : Lembab
Mukosa : Kering
Rectum :-
33
Haemoroid :-
Keluhan Lainnya :
Tidak Ada
Masalah Keperawatan :
Klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS, feses
berwarna kehitaman, konsistensi keras.
34
Uji Kekuatan otot : Ekstrimitas Atas 5 5 Ekstrimitas Bawah 5 5
35
Fungsi penglihatan : Berkurang Kabur
Ganda Buta/gelap
Gerakan bola mata : Bergerak normal Diam
Bergerak spontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD): 6/6
Mata Kiri (VOS): 6/6
Sclera : Normal/putih Kuning/ikterus Merah/hifema
Konjunctiva : Merah muda Pucat/anemic
Kornea: Bening Keruh
Alat bantu : Kacamata Lensa kontak Lainnya
Nyeri : Tidak Ada
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
a. Telinga/Pendengaran: Normal
Fungsi Pendengaran: Berkurang Berdengung Tuli
b. Hidung/Penciuman : Normal
Bentuk : Simetris Asimetris
Lesi : Tidak Ada
Patensi : Tidak Ada
Obstruksi : Tidak Ada
Nyeri tekan sinus: Tidak Ada
Transluminasi : Tidak Ada
Cavum Nasal: Warna : Tidak ada sekresi Integritas :-
Septum Nasal: Deviasi Perforasi Perdarahan
Sekresi, warna : Tidak ada sekresi
Polip Kanan Kiri Kanan dan Kiri
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE
11. LEHER DAN KELENJAR LIMFE
Leher dan Kelenjar Limfe
Massa Ya Tidak
36
Jaringan Parut Ya Tidak
Kelenjar Limfe Teraba Tidak teraba
Kelenjar Tiroid Teraba Tidak teraba
Mobilitas Leher Bebas Terbatas
12. SISTEM REPRODUKSI
a. Reproduksi Pria
Tidak Terkaji
b. Reproduksi Wanita
Tidak Terkaji
Pasien mengatakan ingin cepat pulang dan lekas sembuh agar bisa berkumpul
bersama keluarga melakukan aktifitas sehari.
TB : 175 Cm
BB Sekarang : 55 Kg
BB Sebelum sakit : 66 Kg
55
IMT = =19,03 (Normal IMT : 18-25)
1,7 ×1,7
Diet :-
37
Mual
Muntah : Tidak Ada
Kesukaran menelan Ya Tidak
Rasa haus
Keluhan lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan
38
Tidak Ada Masalah Keperawatan
4. Kognitif :
Pasien sehari-hari menggunakan bahasa
dayak. Dapat mengikuti instruksi perawat/dokter dengan baik.
Masalah Keperawatan
Tidak ada Masalah Keperawatan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :
Gambar diri : Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya
Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh dan ingin pulang
Identitas diri : Pasien seorang anak perempuan dari tiga bersaudara
Harga diri : Pasien menerima penyakit yang dideritanya
Peran diri : Peran sebagai seorang ayah dari 1 anak
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas secara mandiri, namun sesudah sakit pasien
di bantu oleh keluarga dan perawat
Masalah Keperawatan
Tidak Ada Masalah Keperawatan
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien orang yang ceria, mudah bergaul
dan pasien dengan keluarganya sangat baik, pasien dapat memecahkan masalahnya
dengan membicarakan pada keluarganya.
Masalah Keperawatan
Tidak Ada Masalah Keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa dirinya beragama Kristen dan berada di
rumah pasien beraktivitas dan melakukan ibadah.
Saat Sakit : Pasien mengatakan di rumah sakit pasien hanya dapat berdoa dalam hati.
Masalah Keperawatan
39
Tidak ada masalah keperawatan
A. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa betawi dan bahasa indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Baik dan Harmonis
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Baik. Pasien dapat bekerja sama dengan perawat dalam pemberian tindakan
keperawatan. Hubungan dengan teman dan orang lain juga
5. Orang berarti/terdekat :
Keluarga
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit pasien bekerja sebagai pns dan meluangkan waktu untuk keluarga.
7. Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit pasien selalu menjalankan ibadah di mesjid
40
2.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
41
digunakan, karena dosis
penggunaan nya
berbeda-beda setiap
individu tergantung
berat tidaknya penyakit
yang diderita.
Penggunaan NaCl 0.9
%injeksi harus dibantu
oleh tenaga ahli medis
2. Rontgen dada bisa Rontgen dada bisa
mendeteksi adanya mendeteksi adanya
kanker, infeksi, kanker, infeksi, ataupun
ataupun pengumpulan pengumpulan udara di
udara di ruang ruang sekitar paru
sekitar paru paru (pneumothorax).
paru (pneumothorax). Pemeriksaan ini juga
Pemeriksaan ini juga bisa menunjukkan
bisa menunjukkan kondisi kronis paru-
kondisi kronis paru- paru, seperti emfisema
paru, seperti atau cystic fibrosis, serta
emfisema atau cystic komplikasi yang
fibrosis, serta berhubungan dengan
komplikasi yang kondisi ini
berhubungan dengan
kondisi ini
42
Palangka Raya…………………………………
Mahasiswa,
43
.1.4.1 ANALISIS DATA
DS: -Mengeluh sakit disertai rasa Intrapulmoner Metastatik Gangguan rasa nyaman (Nyeri)
nyeri yang menetap
DS : Sesak Psikologis
- Mengatakan nafsu makan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
menurun dan terasa mual Mual
DO:
- Penurunan berat badan,(BB Anoreksia
sebelumnya 66kg,setelah masuk RS
BB 55Kg)
- Lemas,
- Porsi makan tidak
habis,makan hanya 2 - 4 sendok
PRIORITAS MASALAH
Nama Pasien : Tn I
Ruang Rawat : Gardenia
Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
Ketidakefektifa Setelah di lakukan tindakan 1. Kaji frekuensi, 1. Untuk mengetahui frekuensi & kedalan
n pola nafas b/d keperawatan 1x24 jam di kedalaman pernafasan dan ekspansi pernafasan karena kedalamam pernafasan
bervariasi tergantung derajat gagal nafas.
penurunan harapkan pola nafas klien dada.
2. Perubahan bunyi nafas menunjukan
ekspansi paru efektif dengan KH: 2. Auskultasi bunyi nafas, dan catat obstruksi sekunder
- Klien mengungkapkan adanya bunyi nafas tambahan. 3. Kongesti alveolar mengakibatkan batuk
sesak berkurang/ tidak 3. Observasi pola batuk dan kering/iritatif
4. Posisi membantu memaksimalkan
sesak. karakter secret
ekspansi paru dan menurunkan upaya
- Respirasi dalam batas 4. Berikan pada klien posisi semi
pernafasan
normal. fowler. 5. Memaksimalkan pernafasan dan
- Tidak menggunakan otot 5. Kolaborasi dalam menurunkan kerja nafas.
bantu pernafasan pemberian oksigen tambahan. 6. Memberikan kelembaban pada membran
Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekluensi dan kedalaman 1. Berguna dalam evaluasi derajat
pertukaran gas keperawatan 2x24 pernafasan. distress pernafasan dan kronisnya
yang b/d diharapkan pasien 2. Auskultasi paru untuk penurunan prosespenyakit.
gangguan aliran menunjukkan perbaikan bunyi nafas dan adanya bunyi 2. Area yang tak terventilasi dapat
udara ke alveoli ventilasi dan oksigenasi tambahan diidentifikasikan dengan tak adanya
atau bagian jaringan yang adekuat dan 3. Observasi ferfusi daerah akral bunyi nafas.
utama paru, Pertukaran gas efektif dan sianosis ( daun telinga, bibir, 3. Menunjukan hipoksemia
perubahan dengan lidah dan membran lidah ) sistemik.
membran KH: 4. Lakukan tindakan untuk 4. Jalan nafas lengket/kolaps
alveoli - Tidak bingung dan gelisah memperbaiki jalan nafas. menurunkan jumlah alveoli yang
- TTV normal 5. Tinggikan kepala/tempat tidur berfungsi Secara negatif
- Tidak sesak sesuai dengan kebutuhan. mempengaruhi pertukaran gas.
- Nilai GDA normal 6. Kaji TTV 5. Meningkatkan ekspansi dada
7. Monitor GDA maksimal, membuat mudah bernafas
meningkatkan kenyamanan.
6. Takikardia, disritmia dan
perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung
7. PaCO2 biasanya meningkat, dan
PaO2 menurun sehingga hipoksia
terjadi derajat lebih besar/kecil.
8. Dapat memperbaiki/mencegah
buruknya hipoksia.
Gangguan rasa Setelah di lakukan tindakan 1. Tanyakan pasien tentang nyeri, 1. Membantu dalam evaluasi gejala
nyaman (Nyeri) keperawatan selama 1x24 Tentukan karaktersitik nyeri nyeri kanker yang dapat melibatkan
yang b/d kanker jam Nyeri hilang/ 2. Buat skala nyeri 0-10 rentang visera, saraf atau jaringan tulang
pleura atau berkurang dengan KH: intensitasnya 2. Penggunaan skala rentang
dinding dada - TTV normal 3. Observasi tanda-tanda vital membantu pasien dalam
- Klien nampak rileks. 4. Kaji pernyataan verbal dan non mengkaji tingkat nyeri
- Klien dapat tidur. verbal nyeri pasien. 3. Untuk mengetahui Penurunan
- Klien dapat berpartisi 5. Evaluasi keefektifan pemberian tekanan darah : peningkatan nadi dan
dalam aktivitas. obat pernafasan
6. Berikan tindakan kenyamanan, 4. Ketidaksesuaian antara verbal
ubah posisi, dll. dan non verbal menunjukan.derajat
7. Berikan lingkungan tenang. nyeri
8. Kolaborasi: Berikan analgesik 5. Memberikan obat berdasarkan
rutin s/d indikasi. aturan.
6. Meningkatkan relaksasi dan
pengalihan perhatian.
7. Penurunan stress, menghemat
energy
8. Mempertahankan kadar obat,
menghindari puncak periode nyeri
Perubahan Setelah di lakukan tindakan 1. Catat status nutrisi pasien pada 1. Berguna dalam mengidentifikasi
nutrisi kurang keperawatan sselama 2x 24 penerimaan, catat turgor kulit, berat derajat kurang nutrisi dan
dari kebutuhan jam Nutrisi klien terpenuhi. badan dan derajat kekurangan berat menentukan pilihan intervensi
b/d Anoreksia Dengan KH: badan 2. Meningkatkan pengetahuan dan
- Berat badan bertambah 2. Berikan penjelasan tentang kepatuhan untuk menjalankan
dan. pentingnya makanan yang adekuat program diet sesuai atura
- Menunjukan perubahan dan bergizi 3. Pertimbangan keinginan individu
pola makan. 3. Pastikan pola diet pasien yang dapat memperbaiki masukan diet.
disukai/tidak disukai 4. Mengukur kefektifan nutrisi dan
4. Awasi pemasukan/pengeluaran dukungan cairan.
dan berat badan secara periodic 5. Peningkatan pemenuhan
5. Dorong klien untuk makan diet kebutuhan dan kebutuhan pertahanan
TKTP tubuh
6. Pertahankan higiene mulut 6. Akumulasi partikel makanan di
mulut menambah rasa
ketidaknyamanan pada mulut dan
menurunkan nafsu makan
7. Meninkatkan kemampuan asupan
sesuai dengan kemampuan klien
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran
Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta