Proposal Revisi Pak Pandu
Proposal Revisi Pak Pandu
Proposal Revisi Pak Pandu
A. Latar Belakang
Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang diminati di
berbagai kalangan di Indonesia. Ini terbukti dengan banyak berdirinya klub-
klub bulutangkis dan banyak pula masih banyak yang memilih cabang
olahraga ini sebagai olahraga yang diminati dan paling rutin dilakukan. Oleh
karena itu pula banyak kejuaraan yang diadakan setiap tahunnya untuk ajang
penyaluran bakat dan prestasi atlet-atlet baik di tingkat daerah, nasional
maupun internasional sehingga menjadikan olahraga bulutangkis ini lebih
mudah dikenal di kalangan masyarakat luas.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat disegani pada
cabang olahraga bulutangkis, namun prestasi Indonesia ditingkat dunia akhir-
akhir ini sedang mengalami penurunan. Faktor yang bisa mempengaruhi
selain faktor teknik juga faktor kondisi fisik dan mental pemain. Hal ini
menjadi tantangan bagi para pelatih bulutangkis di Indonesia untuk
mengupayakan peningkatan kondisi fisik atlet, seperti daya tahan, kekuatan,
kecepatan, fleksibilitas, kelincahan, koordinasi gerakan dan footwork yang
baik. Teknik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah teknik footwork atau
gerakan langkah kaki. Marini Puji Hartini (2007: 24) mengatakan bahwa:
“Footwork merupakan dasar untuk bisa menghasilkan pukulan
berkualitas, yaitu apabila dilakukan dalam posisi baik. Untuk bisa memukul
dengan posisi baik, seorang atlet harus memiliki kecepatan gerak. Kecepatan
gerak kaki tidak bisa dicapai kalau footwork-nya tidak teratur.
1
2
permainan seorang atlet, dalam setiap pukulan yang diluncurkan dan juga
dalam efektifitas strategi permainan secara keseluruhan.
Dalam permainan bulutangkis, prinsip dasar dalam permainan ini
adalah memukul shuttlecock melewati atas net dan masuk ke dalam lapangan
permainan lawan. Pada saat memukul shuttlecock harus diusahakan agar
menyulitkan lawan dalam pengembaliannya. Untuk mempersulit lawan dalam
memukul shuttlecock, ada beberapa teknik dasar yaitu lob forehand dan lob
backhand, drop shot, smash, netting, dan service. Adapun penggunaan taktik
dalam permainan bulutangkis yaitu bertahan dan menyerang atau kombinasi
dari kedua-duanya. Untuk itu taktik dasar bermain bulutangkis adalah
menghindari terjadinya kesalahan yang dilakukan sendiri, seperti memukul
shuttlecock keluar dari daerah permainan atau memukul shuttlecock
menyangkut di net. Maka tidak mustahil terjadi di berbagai pertandingan
bahwa kekalahan dari seorang atlet bulutangkis dikarenakan penguasaan
teknik dasar yang kurang baik.
Dalam olahraga bulutangkis seorang pemain bulutangkis sebelum
berprestasi dan berpengalaman selain harus memiliki persiapan yang panjang,
seorang pemain bulutangkis juga akan dituntut untuk menguasai komponen
teknik dasar. Teknik dasar permainan bulutangkis merupakan penguasaan
pokok yang mesti diketahui oleh pemain bulutangkis dan dipahami oleh
setiap pemain dalam melakukan kegiatan permainan bulutangkis. Hal ini
penting karena baik akan sangat mempengaruhi permainan dan hasil dalam
bertanding di lapangan, komponen teknik dasar bulutangkis tersebut menurut
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 17-23) adalah “…cara
memegang raket, servis, lob, netting, chop atau dropshot, smash, drive, dan
footwork”. Dengan demikian agar atlet dapat menerapkan teknik dan taktik
dengan baik, maka diperlukan kondisi fisik yang bagus, adapun kondisi fisik
yang diperlukan oleh atlet bulutangkis yaitu daya tahan, kecepatan, kekuatan,
fleksibilitas dan koordinasi.
Beberapa tahun terakhir telah dikembangkan suatu metode pelatihan
untuk meningkatkan kecepatan lari, koordinasi, dan kelincahan. Metode
3
tersebut dikenal dengan istilah ladder drill dan Shutle Run, yaitu suatu bentuk
pelatihan yang sangat baik untuk meningkatkan kecepatan, koordinasi,
kelincahan, dan power secara keseluruhan. Ketut Chandra dan I Kadek Happy
Kardiawan (2017: 17) mengatakan bahwa “Metode ladder drill dan Shutle
Shutle Run merupakan metode yang sesuai dengan karakteristik permainan
bulutangkis yang mengutamakan kecepatan dan kelincahan.” Intinya dalam
latihan kelincahan itu atlet dituntut untuk lari cepat, memukul pengembalian
shuttlecock, reflek baik tanpa kehilangan keseimbangan. Jadi dapat dikatakan
bahwa latihan kelincahan dapat juga secara tidak langsung melatih kecepatan.
“Ladder drill adalah suatu bentuk Latihan kelincahan dengan
menggunakan alat yang menyerupai anak tangga yang di taruh di atas lantai.
Cara pemakaian alat ini adalah dengan cara melompat dengan satu kaki atau
dua kaki” (Onky Dasilva Juliyanto, 2017: 4). Latihan ini memanfaatkan
media ladder atau tangga yang di rancang khusus, terbuat dari bahan stick
(tongkat) dan tape (pita) dibentuk menyerupai anak tangga yang memiliki
ukuran fleksibel, karena dapat diatur sesuai dengan kemampuan individu,
yang kemudian diletakkan pada bidang datar atau lantai. Sedangkan latihan
Shutle Run adalah bentuk latihan kelincahan dimana dalam pelaksanaannya
pemain berlari secara “bolak-balik secepat mungkin dengan mengubah arah
dari titik yang satu ke titik yang lainnya” (Eddry Ardianda, 2017: 36).
Latihan ladder drill dan Shutle Run tentulah sangat penting bagi
pebulutangkis karena pemain bulutangkis tentu akan dituntut untuk bisa
bergerak menjelajahi setiap sudut lapangan. Kegunaan kelincahan adalah
untuk menkoordinasikan gerakan-gerakan berganda atau stimulan dan untuk
mempermudah penguasaan teknikteknik tinggi, gerakan-gerakan efisien,
efektif dan ekonomis serta mempermudah orientasi terhadap lawan dan
lingkungan dan kecepatan adalah untuk mengejar dan bergerak menjelajahi
setiap sudut lapangan, mengembalikan pukulan lawan dengan tepat tanpa
terjatuh diarea atau bidang permainan sendiri.
Di era modern seperti sekarang ini khususnya di Kebumen tidak
banyak Perkumpulan Bulutangkis yang masih exis sampai sekarang ini dan
4
B. Identifikasi Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka dalam
penelitian ini peneliti hanya membatasi masalah pada “Pengaruh Latihan
Ladder Drill dan Shutle Run terhadap Peningkatan Kelincahan Footwork
Pemain Bulutangkis Klub Bina Pratama Kebumen”.
C. Rumusan Masalah
5
G. Kajian Teori
1. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam kajian pustaka ini, peneliti berusaha memaparkan atau
menyajikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan
pemikiran yang peneliti lakukan guna mengetahui dan mendapatkan
perspektif ilmiah dari hasil penelitian terdahulu yang akan sangat
membantu peneliti dalam penulisan skripsi ini. Selain itu, guna
membuktikan ke-aslian atau orisinilitas dari penelitian yang peneliti
lakukan. Berikut adalah deskripsi singkat hasil penelitian yang peneliti
cantumkan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Penelitian yang dilaukan oleh Nuraini Hardiyanti (2012) dengan judul:
“Efektifitas Latihan Hexagon Drill Dan Zig-Zag Run Terhadap
Kelincahan Atlet Bulutangkis Putri Usia 10-12 Tahun Di PB. PWS Dan
PB. Pancing Sleman”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dan efektifitas latihan hexagon drill dan zig-zag run terhadap
kelincahan atlet bulutangkis putri usia 10-12 tahun di PB. PWS dan PB.
Pancing Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental
dalam bentuk two-group pretest-posttest. Teknik sampling dalam
8
penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu uji prasyarat dan uji
hipotesis. Uji prasyarat dalam penelitian ini terdiri dari uji
normalitas dan uji homogenitas, sedangkan uji hipotesis
mengunakan uji t.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Terdapat
pengaruh latihan skipping dengan nilai t sebesar 6,708 dengan
signifikasi hitung sebesar 0,001<0,05, (2) Terdapat pengaruh
latihan shuttle run dengan nilai t sebesar 9,220 dengan signifikasi
hitung sebesar 0,000<0,05, dan (3) Terdapat perbedaan pengaruh
latihan skipping dan shuttle run dengan nilai t sebesar 3,508 dan
signifikasi hitung sebesar 0,006<0,05, berdasarkan analisis
statistik, diketahui bahwa rata-rata (mean) peningkatan kelompok
shuttle run lebih besar dari pada peningkatan kelompok skipping
(2.83>1.50), sehingga dapat disimpulkan bahwa latihan shuttle run
lebih berpengaruh dari pada latihan skipping.
c. Penelitian yang dilaukan oleh Fajar Wicaksono dengan judul:
“Pengaruh Latihan Shuttle Run dan Lari Zig-Zag Terhadap Peningkatan
Kelincahan Gerak Shadow 6 Titik Atlet Bulutangkis Usia 11-13
Tahun”. Tujuan dari penelitian ini adalah Terdapat perbedaan yang
signifikan antara pengaruh latihan shuttle run dengan latihan lari zig-
zag dalam peningkatan kelincahan gerak shadow 6 titik atlet., serta erta
untuk mengetahui metode latihan manakah yang lebih efektif untuk
meningkatkan kelincahan gerak shadow 6 titik atlet bulutangkis usia 11-
13 tahun.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan
desain penelitian two group pretest-posttest design. Populasi dalam
penelitian ini adalah atlet PB Rajawali tahun 2013 yang berjumlah 37
atlet. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive
sample dan sampel berjumlah 26 atlet. Instrumen dalam penelitian ini
menggunakan tes rangkaian olah kaki yang dikemukakan oleh Tohar.
10
H. Landasan Teori
1. Hakikat Latihan
a. Pengertian Latihan
Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, orang
membutuhkan latihan (olahraga) untuk menjaga kondisi fisik
(kebugaran jasmani). Dalam Kamus Bahasa Indonesia latihan diartikan
sebagai pelajaran untuk membiasakan atau memperoleh sesuatu
keterampilan. Istilah pelatihan dalam terjemahan bahasa Inggris dari
kata “training”.
Istilah pelatihan dalam terjemahan bahasa Inggris dari kata
"training". Secara harfiah menurut Titin Maidarti dan Nurjanah
Winaryaarti (2016: 175) mengatakan bahwa:
“…akar kata "training" adalah "train", yang berarti: (1)
memberi pelajaran dan praktik (give teaching and practice), (2)
menjadikan berkembang dalam arah yang dikehendaki (cause to
grow in a required direction), (3) persiapan (preparation), dan
(4) praktik (practice).
d. Komponen Latihan
Pemahaman seorang pelatih dalam menjalankan tugasnya
sebagai pelatih harus cukup memadai, salah satunya bahwa seorang
pelatih harus mengerti dan memahami faktor-faktor atau komponen-
komponen latihan. Komponen-komponen latihan latihan olahraga wajib
hukumnya untuk dipahami oleh seorang pelatih karena itu merupakan
dasar seorang pelatih untuk menjalankan tugasnya.
Menurut Bastinus N Matjan (2009: 66) komponen-komponen
latihan yang dimaksud antara lain intensitas, volume, recovery dan
Interval.
22
1) Intensitas Latihan
Intensitas latihan adalah ukuran yang menunjukkan
kualitas suatu rangsang atau pembebanan. Cara menentukan
besarnya intensitas suatu latihan dapat ditentukan dengan
daya tahan anaerobik, denyut jantung per menit, kecepatan,
dan volume latihan.
2) Volume Latihan
Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan
kuantitas suatu rangsang atau pembebanan. Cara yang
digunakan untuk meningkatkan volume latihan yaitu dengan
cara latihan tersebut: (1) diperberat, (2) diperlama, (3)
dipercepat, (4) diperbanyak. Untuk menentukan besarnya
volume dapat dilakukan dengan cara menghitung: (a) jumlah
bobot pemberatper sesi, (b) jumlah ulangan per sesi, (c)
jumlah set per sesi, (d) jumlah seri atau sirkuit per sesi, (e)
jumlah pembebanan per sesi, dan (f) lamasingkatnya
pemberian waktu recovery dan interval. Untuk treatment
yang akan dilakukan pada penelitian ini volume latihan akan
ditingkatkan pada setiap sesi latihan set, repetisi atau jarak
pada setiap sesinya.
3) Recovery dan Interval
Komponen latihan yang juga sangat penting dan harus
diperhatikan adalah recovery dan interval. Recovery dan
interval mempunyai arti yang sama, yaitu pemberian istirahat.
Hal yang membedakanya recovery adalah waktu istirahat
antar repetisi atau set, sedangkan interval adalah waktu
istirahat antar seri atau sirkuit. Semakin singkat waktu
pemberian recovery dan interval maka latihan tersebut
dikatakan tinggi dan sebaliknya jika istirahat lama dikatakan
latihan tersebut rendah (Ismoyo, 2014: 19).
2. Ladder drill
a. Pengertian Ladder drill
Ladder Drills adalah suatu bentuk pelatihan yang sangat baik
untuk meningkatkan kecepatan, koordinasi dan kelincahan kaki secara
keseluruhan (Imam Efendi, 2017: 18). Menurut Firdaus Soffan Hadi
(2016: 222) Ladder drills atau tangga latihan adalah:
“Salah satu alat untuk melatih kecepatan dan kelincahan yang
berbentuk tangga yang diletakkan di permukaan tanah atau
lapangan yang berfungsi untuk melatih otot kaki. Tangga latihan
merupakan beberapa alat peraga yang paling umum di seluruh
dunia, dan alat ini membantu atlet dalam berbagai macam
gerakan yang melatih kecepatan dan kelincahan dengan koor-
dinasi kaki yang baik. Latihan ini juga mengajarkan pemain
untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dengan
menggunakan kelincahan yang dimiliki”.
4. Footwork
a. Pengertian Footwork
Manusia bergerak umumnya menggunakan kedua kakinya,
kemana saja kaki bergerak. Apabila suatu saat kedua kaki bergerak
tidak tepat atau bertentangan dengan prinsip mekanika gerak, maka
posisi badan menjadi tidak tepat, akibatnya badan sulit digerakkan dan
keseimbangan badan akan terganggu sehingga sulit dikendalikan. Jadi
gerakan seluruh anggota badan pada dasarnya tergantung kepada
gerakan kakinya.
Dalam permainan bulutangkis kaki berfungsi sebagai penopang
tubuh untuk bergerak ke segala arah dengan cepat, sehingga dapat
memposisikan tubuh sedemikian rupa supaya dapat melakukan gerakan
pukulan yang efektif. Gerakan kaki atau langkah kaki dalam permainan
bulutangkis sering diistilahkan footwork. Footwork adalah teknik
pengaturan langkah kaki agar menjadi lebih efektif saat bermain
bulutangkis di lapangan, footwork yang baik sangat berperan penting
dalam kesuksesan permainan bulutangkis untuk peserta didik karena
gerakan footwork memiliki frekuensi yang paling banyak dilakukan
30
oleh peserta didik. Footwork yang benar dan terlatih peserta didik dapat
menjangkau seluruh titik lapangan dengan lebih mudah dan leluasa.
“Ringkasan footwork yaitu pondasi penting dalam kualitas permainan
pada peserta didik di setiap melakukan pukulan yang diluncurkan dan
juga dalam efektifitas strategi permainan secara keseluruhan” (Husaini,
2016: 13).
Menurut Herman Subardjah (2000:27), “footwork adalah gerak-
gerak langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi
badan sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam melakukan
gerakan memukul suttle cock sesuai dengan posisinya”. Footwork
bertujuan agar peserta didik dapat bergerak ke segala arah secara
efisien. Sebaiknya pemain apabila melakukan teknik pukulan sia-sia
jika tidak disertai dengan gerak footwork yang baik di lapangan. Gerak
footwork yang efektif dan efisien memudahkan peserta didik untuk
bergerak dan menguasai lapangan sehingga stamina yang dibutuhkan
akan lebih kecil..
Dalam permainan bulutangkis, kaki berfungsi sebagai
penyangga tubuh untuk menempatkan badan dalam posisi
yang memungkinkan untuk melakukan gerakan pukulan yang
efektif. Olah kaki dalam permainan bulutangkis merupakan dasar
yang harus dikuasi oleh setiap pemain, Karena gerakan kaki
harus lincah, gesit dan cepat untuk mengembalikan shuttlecock
dengan teknik yang benar. Cara mengatur kaki (footwork) yang
baik mutlak diperlukan oleh seorang pemain bulutangkis.
Penulis penyimpulkan footwork merupakan dasar untuk bisa
menghasilkan pukulan berkualitas, prinsip dasar footwork dalam
permainan bulutangkis adalah kaki yang sesuai dengan tangan yang
digunakan untuk memegang raket saat memukul selalu berakhir sesuai
arah tangan tersebut. Tangan memukul ke arah depan net, maka langkah
akhir kaki yang sesuai tangannya juga di depan, demikian pula saat
31
2) Kok (Shuttlecock)
Bulu tangkis tentu tak lepas dari perlengkapan satu ini karena
justru kok atau shuttlecock-lah yang menjadi khas dari olahraga ini.
Shuttlecock yang di Indonesia lazim disebut kok. Kok pada
umumnya terbuat dari bahan berupa bulu angsa dengan pembuatan
39
di pabrik. Berat kok menurut standar yang sudah dibuat oleh IBF
adalah sekitar 5,67 gram. Ada sebuah gabus tempat tertancapnya.
Menurut Herman Subardjah (2000: 53) “shuttlecock
harus mempunyai 16 lembar bulu yang ditancapkan pada dasar
shuttlecock atau gabus yang dilapisi kaon atau kulit. Panjang
bulu shuttlecock antara 64-70 milimeter”. Pinggiran bulu-bulu
shuttlecock mempunyai lingkaran dengan diameter antara 58-68
milimeter, sedang gabusnya berbentuk bulat bagian bawahnya
dengan diameter 25 milimeter. Berat shuttlecock berkisar antara
73-85 grains (4,74-5,50 gram).
Kok yang bagus adalah kalau dipukul dengan raket dapat
meluncur dengan lurus, tanpa gerakan ke arah kiri atau kanan saat
mengundara. Para pemain tingkat internasional sering mencoba kok
dengan memukul ke ruang di balik netnya. Bila dipukul dengan
tangan mengayun dari bawah, kok yang baik akan mencapai kira-
kira di tempat yang sama dengan pelaku servis.
3) Raket
Menurut Herman Subardjah (2000: 54) “raket
bulutangkis harus berukuran panjang tidak lebih dari 68 cm.
Kepala raket mempunyai panjang 23 cm. Permukaan raket yang
dipasang senar berkuran panjang 28 cm dan lebar 22 cm”.
Sedangkan untuk pegangan raket tidak mempunyai ukuran
tertentu, tetapi disesuaikan dengan keinginan orang yang
menggunakannya.
4) Lapangan
Menurut Herman Subardjah (2000: 58) lapangan
bulutangkis dapat dibuat diberbagai tempat, bisa di atas tanah,
atau saat ini kebanyakan diatas lantai semen atau ubin. Garis-garis
batas pada lapangan dibuat dengan warna putih dan warna
lainnya. Lebar garis batas lapangan adalah 40 mm (1½).
Lapangan bulutangkis berukuran 610 x 1340 cm.
40
6. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah yang
dihadapi dan perlu diuji kebenarannya dengan data yang lebih lengkap dan
menunjang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Latihan
Ladder Drill dan Shutle Run terhadap Peningkatan Kelincahan Footwork
Pemain Bulutangkis Klub Bina Pratama Kebumen. Berdasarkan kerangka
berfikir di atas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
a. Ada pengaruh Latihan Ladder Drill terhadap Peningkatan Kelincahan
Footwork Pemain Bulutangkis Klub Bina Pratama Kebumen
b. Ada pengaruh latihan Shutle Run terhadap Peningkatan Kelincahan
Footwork Pemain Bulutangkis Klub Bina Pratama Kebumen
c. Ada perbedaan pengaruh Latihan Ladder Drill dan Shutle Run terhadap
Peningkatan Kelincahan Footwork Pemain Bulutangkis Klub Bina
Pratama Kebumen.
I. Metodologi Penelitian
1. Desain Penelitian
41
Kelompok A
Kelompok B
Gambar 12: Desain Penelitian
Sumber: Sugiyono, (2010: 72)
Keterangan:
Kelompok A : Kelompok Eksperimen A (metode latihan Ladder Drill)
Kelompok B : Kelompok Eksperimen B (metode latihan Shutle Run)
MSOP : Matched Subject Ordinal Pairing
S : Sampel
dari 0,05 maka data normal, akan tetapi sebaliknya jika hasil analisis
menunjukkan nilai p < dari 0,05 maka data tidak normal.
2) Uji Homogenitas
Di samping pengujian terhadap penyebaran nilai yang akan
dianalisis, perlu uji homogenitas agar yakin bahwa kelompok-
kelompok yang membentuk sampel berasal dari populasi yang
homogen. Homogenitas dicari dengan uji F dari data pretest dan
posttest dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. Uji
homogenitas dilakukan dengan mengunakan uji anova test, jika hasil
analisis menunjukkan nilai p > dari 0.05, maka data tersebut
homogen, akan tetapi jika hasil analisis data menunjukkan nilai p <
dari 0.05, maka data tersebut tidak homogen.
J. Daftar Pustaka
Dalam menulis suatu karangan ilmiah terutama studi pustaka yang
memuat pendapat berbagai pakar mengenai suatu masalah yang kemudian
dibahas dan ditarik kesimpulannya oleh si penulis, mutlak harus dicantumkan
sumber informasi yang digunakan. Daftar pustaka proposal skripsi ini berisi
tentang buku, jurnal, internet yang dijadikan sebagai referensi dalam
penulisan proposal skripsi agar penulisan proposal skripsi ini dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun daftar dalam penulisan
proposal skripsi ini adalah sebagai berikut:
Ardianda, Eddry dan John Arwandi, (2007), Latihan Zig-Zag Run dan
Latihan Shuttle Run Berpengaruh Terhadap Kemampuan Dribbling
Sepakbola, Padang: Universitas Negeri Padang
Hadi, Firdaus Soffan, dkk, (2016), Pengaruh Latihan Ladder Drills Terhadap
Peningkatan Kelincahan Siswa U-17 Di Persatuan Sepakbola Jajag
Kabupaten Banyuwangi, Jurnal Pendidikan Jasmani, Vol 26 No 1.
Imam Efendi, Dwi dan Ifa Aristia Sandra, (2007). Pengaruh Latihan Ladder
Drill Terhadap Kelincahan Pada Anak Usia Dini Kelompok B Di
Taman Kanak-Kanak Khoiriyatussibyan, Print ISN: 2580-3913:
Online: 2580-3921.
Mardhika, dkk. (2019). Pengaruh Model Latihan Ladder Drill Lateral Dan
Zig-Zag Hops Terhadap Peningkatan Kelincahan, Indonesia Journal
of Sports and Physical Education | Vol. 1(1): 2019
Subarkah, Ari, dkk, (2020). Analisis Teknik Dasar Pukulan Dalam Permainan
Bulutangkis, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2020: 106-114
Sumarsono, Adi, (2017). Pengaruh Metode Latihan Agility Hurdle Drill Dan
Agility Leader Terhadap Koordinasi Kaki Anggota Ukm Futsal
Universitas Musamus Merauke, ALTIUS, VOLUME 6, NOMOR 1,
JANUARI 2017.
51