Pengukuran tanda-tanda vital penting untuk memantau perubahan kesehatan pasien. Prosedur pengukuran meliputi pengukuran tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan pernafasan sesuai standar operasional prosedur untuk mendapatkan hasil yang akurat.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
127 tayangan7 halaman
Pengukuran tanda-tanda vital penting untuk memantau perubahan kesehatan pasien. Prosedur pengukuran meliputi pengukuran tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan pernafasan sesuai standar operasional prosedur untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Pengukuran tanda-tanda vital penting untuk memantau perubahan kesehatan pasien. Prosedur pengukuran meliputi pengukuran tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan pernafasan sesuai standar operasional prosedur untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Pengukuran tanda-tanda vital penting untuk memantau perubahan kesehatan pasien. Prosedur pengukuran meliputi pengukuran tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan pernafasan sesuai standar operasional prosedur untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7
ANALISIS TINDAKAN MENGUKUR TANDA TANDA VITAL
NAMA : INDARTI
NIM : 200104035
1. Nama jenis tindakan keperawatan
Melakukan pengukuran tanda-tanda vital 2. Indikasi tindakan keperawatan 1. Tindakkan pengawasan terhadap perubahan/gangguan sistem tubuh selama dirawat 2. Pada pasien yang baru masuk dan untuk dirawat 3. Secara rutin pada pasien yang dirawat 4. Sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan pasien 3. Rasionalisasi tindakan keperawatan Mendapatkan data obyektif 4. Anatomi fisiologi dari sistem yang dilakukan tindakan keperawatan a. Anatomi system terkait 1) Sistem peredaraan darah jantung 2) Sistem pernafasan
b. Fisiologi sistem terkait
1) Pernafasan Saluran pernafasan (conducting airway) : Berfungsi sebagai saluran udara ke daerah pertukaran gas. Terdiri dari hidung, pharynx, larynx, brokhus, bronkhiolus terminalis. Saluran pernafasan ini dilapisi oleh membran mukosa bersilia yang berfungsi sebagai filter (penyaring), menghangatkan dan melembabkan (humidifikasi). Saluran Pernafasan Bagian Atas : a) Hidung : Terdiri atas nares anterior yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu kasar. Fungsi dari hidung : pengatur kondisi udara (air conditioning) : Fungsi ini perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk kedalam alveolus paru. Fungsi ini dilakukan dengan cara: mengatur kelembapan, mengatur suhu, penyaring dan pelindung b) Faring : Merupakan jalan persimpangan antara saluran pencernaan dan saluran pernafasan, dan merupakan sebuah pipa yang memiliki otot, terletak di belakang nasofaring (dibelakang hidung), orofaring (dibelakang mulut) dan laringofaring c) Laring : Merupakan bagian yang terbawah dari saluran nafas bagian atas. Terdapat pita suara dan epiglotis yang merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring pada saat menelan. Fungsi dari larynx adalah untuk fonasi dan pelindung saluran pernafasan (mencegah aspirasi). d) Trachea : Trakhea mempunyai tulang rawan.Tempat percabangan trakhea menjadi cabang utama bronkhus kiri dan cabang utama bronkhus kanan disebut karina e) Bronkus : Bronkhus mempunyai tulang rawan datar irreguler otot polos dibronkhus tersusun secara spiral. Bronkhus utama kanan lebih pendek, lebih besar dan hampir vertikal. Bronkhus utama kiri lebih panjang, sempit dan sudut antara trekhea dan bronkhus lebih lebar. f) Bronkhiolus : Merupakan cabang terkecil dari bronkhus, tidak mempunyai tulang rawan pada dindingnya tetapi dikelilingi oleh otot polos. g) Alveoli : Fungsi alveoli sebagai saluran akhir dan untuk melakukan pertukaran gas (O2 dan CO2 ). h) Paru – paru : Paru terletak disebelah dalam dan dilindungi oleh rongga thoraks. Kerangka tulang ini terdiri dari sternum dan kosta dianterior serta skapula, kolumna vertebralis dan kosta diposterior 2) Suhu tubuh Pusat pengaturan suhu tubuh diiatur oleh hipotalamus. Pusat ini menerima pesan dari lokasi reseptor panas ke tubuh yang lain di kulit untuk mempertahankan keseimbangan panas tubuh. Kulit bertinndak sebagai radiator panas yang memungkinkan panas beradiasi dari permukaan tubuh terhadap faktor lingkungan sehingga tidak tetap untuk pemantauan status kesehatan pasien. Ketika suhu tubuh menurun dibawah normal pembuluh darah dibawah kulit menyempit sehingga lebih sedikit panas yang dibawa kepermukaan tubuh. Saraf meminta otot untuk bergerak (menggigil) untuk meningkatkan suhu tubuh. 3) Nadi Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop. 4) Tekanan darah Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan ukuran serta fleksibilitas dari arteri, diukur dengan alat pengukur tekanan darah dan stetoskop. Tekanan darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan, keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan. Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan darah. Angka yang lebih tinggi, adalah tekanan sistolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh. Angka yang lebih rendah, adalah tekanan diastolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah. Baik tekanan sistolik dan diastolik dicatat sebagai “mm Hg” (milimeter air raksa). Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter. 5. Alat dan bahan yang digunakan selama tindakan keperawatan a. Tensi meter b. Stetoskop c. Thermometer pada tempatnya d. Kassa alcohol 70% e. Bengkok f. Tissue g. Sarung tangan dan masker h. Arloji (jam) atau stop watch i. Alat tulis 6. Prinsip tindakan keperawatan Bersih 7. Prosedur tindakan keperawatan a. Tahap pra interaksi 1) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada 2) Mencuci tangan 3) Memakai sarung tangan 4) Menempatkan alat dengan pasien b. Tahap orientasi 1) Mengucapkan salam & memperkenalkan diri 2) Menjelaskan tujuan prosedur tindakan pada pasien / keluarga 3) Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan c. Tahap kerja Mengukur tekanan darah: 1) Mengatur posisi pasien : supinasi 2) Menempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila mungkin 3) Pasang manset pada lengan kanan atau kiri atas sekitar 3cm di atas fossacubiti 4) Tentukan denyut nadi arteri radialis dextra atau sinistra 5) Pompa balon udra manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba 6) Pompa terus sampai manometer tertinggi 20mm hg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba 7) Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup padda pompa udara berlawanan arah arum jam 8) Catat mmhg manometer saatpertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini menunjukan tekanan sistolik secara palpasi 9) Catat hasil Mengukur denyut nadi: 1) Mengatur posisi pasien 2) Menentukan lokasi nadi yang akan diukur 3) Meraba denyut nadi dengan 2 jari (telunjuk & tengah) 4) Menghitung nadi sekurang – kurangnya ½ menit, dan 1 menit untuk pasien aritmia dan pasien anak 5) Menilai hasil pengukuran Mengukur suhu axila: 1) Mengatur posisi pasien 2) Membebaskan axilla pasien pada lengan yang jauh 3) Membersihkan axilla dengan tissue 4) Memeriksa thermometer, pastikan pada skala dibawah 35C 5) Memasang reservoir thermometer tepat pada tengah axilla 6) Menyilangkan tangan kedepan, memegang bahu 7) Mengangkat thermometer setelah 10 menit 8) Membaca hasil pengukuran 9) Mencatat hasi lpengukuran 10) Membersihkan thermometer dengan kassa alkohol 70% 11) Merapikan pasien Mengukur pernafasan: 1) Menginspeksig erakan dada/ perut 2) Menghitung inspirasi dan expirasi dalam waktu 1 menit 3) Mencatat pengukuran d. Tahap terminasi 1) Melakukan evaluasi tindakan 2) Berpamitan dengan klien 3) Membereskan alat – alat 4) Mencuci tangan 5) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
8. Respon obyektif dan subyektif pasien setelah tindakan keperawatan
Respon obyektif : Hasil pengukuran tanda-tanda vital meliputi: Tekanan darah = 161/90 mmHg Denyut nadi = 106 x/ menit Pernafasan = 20 x/ menit Suhu = 36,7 oC Respon subyektif : Pasien mengatakan selama ini tidak pernah punya riwayat darah tinggi. pasien berharap dengan seringnya dipantau TTV nya akan lebih tahu perkembangan penyakitnya. 9. Analisis keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan Pengukuran dilakukan sesuai SOP dan mendapatkan hasil yang akurat 10. Refleksi diri dari kekurangan tindakan keperawatan yang dilakukan a. Kekurangan selama fase pra interaksi Semua tahap pra interaksi dilakukan sesuai SOP b. Kekurangan selama fase kerja Semua tahap fase kerja dilakukan sesuai SOP c. Kekurangan selama fase terminasi Semua tahap terminasi dilakukan sesuai SOP d. Kekurangan selama fase setelah interaksi Semua tahap dilakukan sesuai SOP