LAPORAN KASUS LIMFEHEMANGIOMA DR - Sabran
LAPORAN KASUS LIMFEHEMANGIOMA DR - Sabran
LAPORAN KASUS LIMFEHEMANGIOMA DR - Sabran
LIMFEHEMANGIOMA
Disusun Oleh:
dr. Sabran Jamil Pulubuhu
Pembimbing:
dr.Mulyoni Polapa,Sp.B
Pembimbing,
2.1 Definisi
Hemangioma adalah suatu tumor jinak yang terbentuk akibat kelainan proliferasi dari
jaringan angioblastik pada masa fetal. Kelainan ini sering ditemukan pada kulit dan jaringan
subkutan, tapi tidak tertutup kemungkinan bahwa bentuk neoplasma ini didapati di seluruh bagian
tubuh yang memiliki pembuluh darah.
Sistem peredaran darah dibagi menjadi sistem kardiovaskular yang terdiri dari jantung,
pembuluh darah, darah dan sistem limfatik. Pembuluh darah membentuk jaringan pipa yang
memungkinkan darah mengalir dari jantung ke seluruh sel-sel tubuh dan kemudian kembali ke
jantung.
Arteri
Membawa darah yang mengandung Oksigen kecuali arteri pulmonalis
Mempunyai dinding yang tebal
Mempunyai jaringan yang elastis
Katup hanya pada permulaan keluar dari jantung
Cabang dari arteri disebut arteriola yang selanjutnya akan menjadi kapiler
Vena
Membawa darah yang mengandung CO2 dan sisa metabolisme kecuali vena pulmonalis
Mempunyai dinding yang tipis
Jaringannya kurang elastis
Mempunyai katup-katup sepanjang jalan mengalir ke arah jantung
Cabang dari vena disebut venula yang selanjutnya akan menjadi kapiler
Kapiler
Disebut juga pembuluh darah rambut
Terdiri dari sel-sel endotel
Diameter kira-kira 0.008 mm
Fungsi dari kapiler yaitu
Sebagai alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena
Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan
Mengambil hasil dari kelenjar
Menyerap zat makanan dari usus
Menyaring darah yang terdapat di ginjal
2.3 Epidemiologi
Hemangioma merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada bayi yang baru lahir.
Dikatakan bahwa 10% dari bayi yang baru lahir dapat mempunyai hemangioma dimana angka
kejadian tertinggi terjadi pada ras kulit putih dan terendah pada ras asia.
Hemangioma lebih sering terjadi pada perempuan bila dibandingkan dengan laki-laki
dengan perbandingan 5:1. Angka kejadian hemangioma meningkat menjadi 20-30% pada bayi-bayi
yang dilahirkan prematur dengan berat badan lahir kurang dari satu kilogram.
Meskipun hemangioma sering terjadi pada bayi dan anak-anak tidak menutup kemungkinan
terjadi pada orang dewasa meskipun kejadian ini tergolong jarang ditemukan.
Hemangioma kapiler
Hemangioma jenis ini merupakan bentuk hemangioma yang paling sering terjadi, dengan
angka insidensi 1-1,5% pada bayi. Kelainan ini menonjol di permukaan kulit, tidak rata dan
kemerahan. Lesi ini dapat mengadakan regresi spontan sampai umur dewasa. Dindingnya
terdiri atas sel endotel embrio dan sensitif terhadap penyinaran.
Tatalaksana bervariasi dari menyuntikkan bahan sklerotik hingga pemberian radiasi (600-
800-rad dalam 2-3 kali penyinaran). Akan tetapi banyak ahli yang kurang setuju akan kedua
metode ini karena penyuntikan bahan sklerotik dapat menyebabkan nekrosis dan jaringan
parut sementara pada penyinaran sering terjadi dermatitis bahkan dapat memicu
perkembangan suatu keganasan.
Hemangioma kavernous
Kelainan ini berbentuk benjolan yang dapat hilang dengan penekanan. Biasanya hanya
sedikit yang mengadakan regresi spontan. Terdiri atas endotelium dewasa yang berinvasi ke
fasia dan atau ke otot.
Tindakan operatif dilakukan bila mungkin mengangkat seluruh tumor. Kadang hasil
patologi anatomi menunjukkan campuran dari hemangioma kapiler dengan kavernous
(campuran).
MRI
MRI merupakan modalitas imaging pilihan karena mampu mengetahui lokasi dan
penyebaran baik hemangioma kutan dan ekstrakutan. MRI juga dapat membantu membedakan
hemangioma yang sedang berproliferasi dari lesi vaskuler aliran tinggi/ high flow yang lain
(misalnya malformasi arteriovenus). Hemangioma dalam fase involusi memberikan gambaran
seperti pada lesi vaskuler aliran rendah/ low flow (misalnya malformasi vena)
CT scan
Pada RS yang tidak mempunyai fasilitas MRI, dapat merggunakan CT scan walaupun cara
ini kurang mampu menggambarkan karakteristik atau aliran darah. Penggunaan kontras dapat
membantu membedakan hemangioma dari penyakit keganasan atau massa lain yang menyerupai
hemangioma.
Foto polos
Pemeriksaan foto polos seperti foto sinar X, masih bisa dipakai untuk melihat apakah
hemangioma mengganggu jalan nafas.
Biopsi kulit
Biopsi diperlukan bila ada keraguan diagnosis ataupun untuk menyingkirkan
hemangioendotelioma kaposiformis atau penyakit keganasan. Pemeriksaan immunohistokimia
dapat membantu menegakkan diagnosis. Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan biopsi ialah
perdarahan.
2.10 PENATALAKSANAAN
Pengobatan
Umumnya hemangioma tidak menimbulkan komplikasi, dan dapat diobservasi hingga
terjadi involusi spontan. Regresi spontan terjadi pada 80% hingga 85% kasus pada usia 9 tahun.
Seperti telah dikemukakan di atas untuk memprediksi kemungkinan terjadinya giant hemangioma
sangatlah sulit sehingga perlu dijelaskan pada orang tua untuk kontrol teratur 3- 6 bulan sekali atau
lebih cepat. Beberapa jenis hemangioma bisa mengancam jiwa atau fungsi organ dan tentunya
memerlukan penanganan segera. Pengobatan hemangioma masih merupakan kontroversi. Beberapa
ahli lebih memilih mengobati hemangioma pada saat muncul untuk mencegah pembesaran,
sebagian lagi memberikan pengobatan atas indikasi adanya gangguan kosmetik atau bila sudah
mulai mengganggu fungsi organ. Pengobatan dilakukan pada hemangioma yang dapat
menyebabkan komplikasi fungsional, yang dapat menimbulkan perubahan bentuk permanen, yang
letaknya di tempat yang mengganggu kosmetik sehingga menyebabkan distress psikososial,yang
pertumbuhannya cepat atau yang permukaannya bergaung yang mengalami ulserasi. Jenis
pengobatan hemangioma sangat tergantung pada ukuran, lokasi, beratnya tumor, usia pasien, dan
laju involusi. Gontijo et al, dalam suatu studi prospektif tentang hemangioma infantile menyatakan
bahwa ukuran yang besar, lokasi di wajah, dan/atau morfologi tipe segmental merupakan faktor
yang memperburuk prognosis hemangioma dari segi timbulnya komplikasi dan keberhasilan
pengobatan.
Terapi medikamentosa
Terapi pilihan utama
Kortikosteroid
Umumnya para klinisi memilih steroid sebagai terapi medikamentosa pilihan utama untuk
mengobati hemangioma. Mekanisme yang jelas tentang peran steroid belum diketahui secara pasti,
walaupun ada dugaan bahwa steroid berpengaruh terhadap hemangioma dengan
cara:
1. Menghambat kapasitas proliferasi pericytes immature.
2. Intensifikasi efek vasokonstriksi epinefrin maupun norefinefrin pada pembuluh darah
otot polos.
3. Memblok reseptor estradiol pada hemangioma.
4. Menghambat angiogenesis.
3. Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal (langsung pada daerah lesi hemangioma) biasanya efektif pada
hemangioma tipe cutaneous.
3. Bleomisin
Omidvari et al, melaporkan pemberian bleomisin intralesi pada kasus hemangioma yang
mengalami komplikasi, yaitu hemangioma yang mengalami infeksi sekunder, permukaannya
bergaung dan hemangioma yang tumbuh sangat cepat. Mereka mengambil suatu kesimpulan bahwa
pemberian bleomisin mudah, aman dan merupakan terapi yang efektif untuk mengobati
hemangioma dengan komplikasi. Ada peneliti lain yang memberikan suntikan local bleomisin pada
210 anak dengan hemangioma kavernosus dengan tingkat keberhasilan 91.2%. Terapi dengan
bleomisin tidak efektif pada hemangioma pampiniform yaitu hemangioma yang terjadi akibat
malformasi vena di pleksus pampiniform pada skrotum. Dosis bleomisin intralesi 2 mg (diberikan
dalam larutan 0.4mg/ml). Suntikan dapat diulang sebanyak 6-10 kali dengan interval 4-6 minggu.
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MP
Umur : 24 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekejaan :-
Alamat : Motolohu Selatan
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 26 November 2019
Nomor RM : 08.16.XX
Ruang Rawat : BEDAH
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Benjolan di bokong kanan
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Pasien
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan darah : 100/60 mmHg (MABP 173 mmHg)
Nadi : 80 x/ menit
Pernafasan : 22x/ menit, thorakoabdominal
Suhu : 36,5oC
Kepala : Normocephali
Mata : Conjungtiva Anemis +/+ Sklera Ikterik
Leher : pergerakan baik, jejas (-), memar (-)
Thoraks
Jantung : S1-2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, jejas (-), memar (-), supel, nyeri tekan (-)
bising usus (+) normal, hepar/lien tidak teraba membesar
Ekstremitas : oedem -|-, akral dingin -|-
-|- -|-
2. Regio Gluteus Dextra : tampak massa berukuran 20x10x5 cm, batas tidak tegas
sampai melibatkan daerah perianal, permukaan licin dan teraba hangat. Darah (+)
ASSESMENT (DIAGNOSIS)
Diagnosa klinis : Limfahemangioma Regio Gluteus Dextra
Anemia Mikrositik Hipokrom
PLANNING
A. Terapi
Bed rest, miring ke arah kiri
O2 2-4 lpm via nasal kanul
IVFD NaCl 2000cc/24jam iv
Asam Tranexamat 3x500mg/iv
Noragesic 3 x 1 ampul/iv
Ceftriaxone 2 x 1 gr/iv
Transfusi PRC 1 bag/hari
Pro CT Scan Pelvis dan Rencana Repair of Limfahemangioma
B. Monitoring
Awasi tanda-tanda vital
Intake dan output cairan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
5 Desember 2019 6 Desember 2019 7 Desember 2019
S Nyeri pada pantat kanan, lemas (+) Nyeri pada pantat kanan, lemas (+) Lemas (+) nyeri luka operasi
O GCS E4M6V5 GCS E4M6V5 GCS E4M6V5
TD : 100/60 mmHg TD : 110/60 mmHg TD : 70/50 mmHg
N : 80x/menit N : 85x/mnt N : 80x/menit
RR : 22x/mnt RR : 20x/menit RR : 20x/menit
S : 36,9 derajat celcius S : 36,7 derajat celcius S : 36,6 derajat celcius
FOLLOW UP