Spesifikasi Teknis WC TK Pembina Barat
Spesifikasi Teknis WC TK Pembina Barat
Spesifikasi Teknis WC TK Pembina Barat
PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 2
PERALATAN YANG DIBUTUHKAN
Adapun Peralatan Utama Minimal yang dibutuhkan dalam Pekerjaan ini adalah
1. Alat Bantu Tukang
PASAL 3
WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
PASAL 4
PERSYARATAN BAHAN
2. Semen (PCC)
Kualitas, semen portland yang digunakan adalah yang disetujui Direksi dan telahmemenuhi syarat
Standar Indonesia (N.I.8) atau memenuhi standar mutu dan cara Uji Semen Portland (SII-0013-81).
Semen yang digunakan hasil produk (Semen Padang) dan tidak boleh memakai semen (PCC)
yang sudah mengeras (Sweping) khusus untuk mengerjakan beton konstruksi harus memakai mutu
yang sejenis dan memenuhi syarat teknis.
Banyaknya semen yang dipergunakan disesuaikan dengan jumlah takaran yang diperlukan pada
setiap jenis pekerjaan. Pelaksana harus mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran semen dari
gudang penyimpanan yang digunakan untuk tiap jenis pekerjaan pada hari itu.
Penyimpanan semen harus ditempatkan dalam gudang yang terlindung dari cuaca dan bebas
dari kelembaban udara, mempunyai lantai penyimpanan maksimal 30 cm diatas tanah.
Penumpukan dalam zak semen tidak boleh lebih dari 2 m tingginya
Spesifikasi
teknis
3. Agregat Halus (Pasir)
Pasir untuk pasangan batu dan beton harus bebas dari gumpalan tanah liat, bahan- bahan organik,
asam, garam, alkali dan bahan-bahan lainnya yang merupakan substansi perusak. Jumlah prosentase
dan segala substansi yang merugikan adalah tanah berbutir halusberatnya tidak boleh lebih dari 5%,
menurut pemeriksaan laboratorium, atau memenuhi SII-0052-80 tentang “Mutu dan Cara Uji Agregat
Beton”.
Gradasi pasir untuk campuran beton disesuaikan dengan syarat-syarat pada PBI- 1971 atau
standar “Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal”.
Kawat beton untuk pengikat beton harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimal 1 (satu)
mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak menempuh seng.
Besi dan kawat beton seperti dimaksud diatas harus bebas dari kotoran-kotoran, karat, minyak,
cat, kulit giling serta bahan lain yang mengurangi daya lekat terhadap beton. Sambungan dan panjang
kawat besi beton harus sesuai dengan PBI 1971 dan buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton
Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983
6. Air
Air yang dipakai untuk campuran beton, spesi/mortel, plesteran dan pasangan lainnya harus bebas dari
lumpur, minyak asam, bahan organik, garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak
konstruksi. Air got tidak boleh dipakai, sebaiknya dipakai air dari sumur, PAM atau disesuaikan dengan standar
yang berlaku pada PBI-1971
7. Kayu
Pekerjaan ini meliputi penyediaan secara lengkap tenaga, alat-alat, dan bahan-bahan, serta pembuatan dan
pemasangan pekerjaan kayu arsitektural yang terdiri dari:
Pekerjaan kayu kasar adalah pekerjaan kayu yang tidak di haluskan /diketam terlebih dahulu seperti pekerjaan Kuda
– kuda kayu dan gording kayu serta rangka plafon dari kayu
Pekerjaan kayu halus adalah pekerjaan kayu yang dihaluskan/diketam telebih dahulu seperti pekerjaan kusen dan
daun pintu/jendela serta ventilasi jelusi juga termasuk pekerjaan papan lisplank
Untuk pekerjaan Kayu Kasar atau halus mengunakan kayu kelas II minimal Marsawa
Spesifikasi
teknis
Pekerjaan Kayu Kasar lainya yaitu pemasangan papan Bowplank dan pembuatan Begisting Beton menggunakan
kayu kelas III minimal Merantih
Penopang/penyangga begisting dari kayu bulat dengan diameter 8 s/d 10 cm
Persyaratan Bahan Kayu
Semua kayu yang dipakai harus tua, benar-benar kering, lurus, tanpa cacat mata kayu, putih kayu, dan
tidak pecah dan retak.
Kayu untuk jenis yang ditentukan harus berkualitas baik, kelas awet, dan kelas kuat
sesuai dengan PKKI dan jenis pekerjaan seperti tersebut dalam daftar. Kayu harus bebas getah, celah,
mata kayu besar yang lepas atau mati, susut pinggirannya, dan cacat yang parah.
Sebelum pelaksanaan, material yang akan digunakan harus sesuai dengan contoh yang disetujui
konsultan fasilitator. Contoh bahan harus diserahkan kepada fasilitator lapangan untuk disetujui terlebih
dahulu sebelum pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan. Semua kayu, kayu lapis dan papan harus terjamin
kualitas dan kadar air yang disyaratkan.
Konstruksi kayu terlindung dari hujan, rangka-rangka dan bilah-bilah kadar airnya 18-20% Kayu untuk
penyelesaian interior kadar airnya 18%.
Lembaran kayu tripleks/Multiplek Spesifikasinya adalah :
semua tripleks mempunyai permukaan yang rata, bebas dari goresan, retak, dan noda;
tripleks harus memiliki kekuatan rekat yang tahan terhadap air dan cuaca, venir muka dan
belakang berkualitas sama, dari mutu IBB standar SII-0404, dan berasal dari merek dagang yang dikenal
baik;
kayu lapis yang digunakan harus memiliki ketebalan sesuai dengan petunjuk gambar kerja dan
digunakan di tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam gambar kerja;
semua alat pengencang seperti paku sekrup, baut angkur, dan lainnya harus dari baja lapis
galvanis/antikarat dalam ukuran sesuai dengan petunjuk gambar kerja atau kebutuhan standar yang
berlaku;
semua lem dan perekat harus dari jenis kedap air, sepertiproduk neoprene based/synthetic resin
based.
10. Cat
11. Sanitary
Pipa PVC type AW merek wavin,paralon
Closet Jongkok America Standar
Wastafel America Standar
Kran Air Stainlisteel
Spesifikasi
teknis
Floor Drain Stailistell
Stop Kran Stailistel
PASAL 5
PENGATURAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Dalam melaksanakan kegiatan/ pekerjaan,kecuali bila ditentukan lain dalam rencana Rencana Kerja dan Syarat –
syarat ( RKS ) ini,berlaku dan mengikat ketentuan – ketentuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan
tambahannya :
- PERPRES 16 tahun 2018 dengan lampiran – lampiran
- Permen PUPR No 7 Tahun 2019 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
- SE PUPR No 66 Tahun 2015 Tentang Biaya Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
- Permen PUPR No. 12 Tahun 2016 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan
Umum
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ( PBI 71 )
- Peraturan Kontruksi Baja yang berlaku di Indonesia
- Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik ( PUIL ) 1979 dan PLN setempat
- Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jadwal / Instansi Pemerintah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan Bangunan.
2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam pasal 1 tersebut diatas berlaku dan mengikat.
3. Gambar Bestek yang dibuat oleh Konsultan Perencana dan telah disyahkan oleh pemberi tugas dan Pengelola
Teknis Proyek.
4. Kelengkapan Bestek :
a. Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS). b.
Berita Acara Penjelasan ( Aanwijzing ).
c. Surat Penawaran beserta lampiran – lampiranya.
d. Jadwal Pelaksanaan ( Time Schedulle ) yang telah disetujui oleh Pemberi tugas dan sesuai dengan MOU.
PASAL 6
PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS
1. P2S dan Konsultan Fasilitator diharuskan meneliti rencana gambar bestek dan rencana kerja dan syarat–syarat (RKS),
termasuk penambahan/pengurangan atau perubahan yang tercantum dalam berita acara Aanwijzing.
2. Bila terdapat perselisihan antara bestek dengan rencana kerja dan syarat – syarat (RKS), maka yang
mengikat adalah rencana kerja dan syarat – syarat ini.
3. Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana gambar bestek yang lain, maka
diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya lebih besar.
4. Bila perbedaan – perbedaan tersebut diatas menimbulkan keragu-raguan, sehingga akan menimbulkan kesalahan –
kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera dikonsultasikan kepada Konsultan Fasilitator atau Konsultan
Perencana dan keputusan – keputusannya harus dilaksanakan.
PASAL 7
PERSIAPAN DILAPANGAN
1. P2S harus membuat Direksi Keet/Kantor lapangan dan menyediakan ruangan untuk Rapat Lapangan
2. P2S harus membuat bangsal kerja dan gudang penyimpanan barang – barang yang dapat dikunci dan tempatnya diatur
Spesifikasi
teknis
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aktifitas lapangan.
PASAL 8
JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)
1. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka P2S wajib membuat jadwal pelaksanaan (time schedule) yang membuat
uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal
penggunaan bahan bangunan dan tenaga kerja.
2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci, Pelaksanan P2S :
Harus membuat rencana kerja harian, mingguan, bulanan yang diketahui/disetujui oleh Konsultan
Fasilitator Lapangan dan direksi teknis
Harus membuat gambar kerja (shop drawing), untuk pegangan/pedoman bagi kepala tukang yang harus
diketahui/disetujui oleh Konsultan Fasilitator Lapangan dan Direksi Teknis.
Harus membuat daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan bangunan
.
3. Rencana Kerja (time schedule) diatas harus mendapat persetujuan konsultan fasilitator dan Direksi Teknis.
4. Rencana Kerja (time schedule) harus selesai dibuat P2S paling lambat 7 hari setelah pekerjaan dimulai
5. P2S harus memberikan salinan Time Schedule kepada konsultan fasilitator, pemberi tugas dan 1 (satu) lembar
dipasang dibangsal kerja dan dan ditempel di kantor lapangan.
6. Konsultan fasilitator akan menilaiprestasi pekerjaan P2S berdasarkan Time Schedule yang ada dan P2S harus membuat
grafik prestasi/kemajuan pekerjaan realisasi setiap minggu.
PASAL 9
PEKERJAAN TAMBAH KURANG
1. Pekerjaan tambah/kurang (contract change order) diberitahukan dan diajukan dengan tertulis oleh P2S kepada
konsultan fasilitator dan direksi teknis.
2. Pekerjaan tambah/kurang (contract change order) setelah disetujui bersama dengan konsultan fasilitator dan
direksi teknis dan pemberi tugas baru disyahkan dan dibuatkan kontrak addendum/cco.
3. Buku harian merupakan perintah tertulis dari konsultan fasilitator dan pemberi kerja dan harus dilaksanakan oleh P2S
4. Untuk pekerjaan tambah tidak dijadikan alasan penyebab keterlambatan penyerahan pekerjaan, tetapi bisa sebagai
pertimbangan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.
PASAL 10
SYARAT – SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
1. Semua bahan–bahan/material bangunan yang akan digunakan dan didatangkan harus memenuhi syarat –
syarat yang ditentukan dan spesifikasi teknis dan persetujuan fasilitator dan direksi teknis.
2. P2S mengajukan form persetujuan pemakaian material dan bahan bersama sampel dari material dan bahan tersebut
kepada fasilitator dan direksi teknis.
3. Konsultan Fasilitator berwenang menanyakan asal bahan dan P2S wajib memberitahukan.
4. Semua bahan bangunan yang akan dipergunakan harus diperiksa oleh konsultan fasilitator dan direksi teknis
untuk mendapatkan persetujuan.
5. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh P2S dilapangan pekerjaan,tetapi ditolak pemakaiannya oleh konsultan
fasilitator,harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambat–lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam terhitung
dari jam penolakan.
6. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan oleh P2S,tetapi ditolak pemakainya oleh
konsultan fasilitator, pekerjaan tersebut harus dibongkar selambat – lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam terhitung
dari jam penolakan.
7. Apabila konsultan fasilitator merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut,konsultan fasilitator berhak mengirim bahan –
bahan ke Balai Penelitian Bahan – Bahan (Laboratorium) yang terdekat untuk diteliti. Biaya penelitian menjadi
tanggungan P2S apapun hasil penelitian bahan tersebut.
Spesifikasi
teknis
PASAL 11
PEMERIKSAAN PEKERJAAN
1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan telah selesai,akan tetapi belum diperiksa oleh
konsultan fasilitator,P2Sdiwajibkan meminta persetujuan kepada konsultan fasilitator. Apabila konsultan fasilitator telah
menyetujui bagian pekerjaan tersebut,P2S dapat meneruskan pekerjaan tersebut
2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2x24 jam tidak dipenuhi konsultan fasilitator, P2S dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh konsultan fasilitator.Hal ini kecuali bila
konsultan fasilitator minta perpanjang waktu.
3. Bila P2S melanggar ayat 1 pasal ini konsultan fasilitator berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan
sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggung jawab
P2S.
PASAL 1
PEKERJAAN PENDAHULUAN
2. Metoda Pelaksanaan
Pekerjaan Pendahuluan adalah suatu pekerjaan awal yang merupakan suatu kesatuan pekerjaan yang tidak terpisahkan
dari pekerjaan utama yang diatur dalam Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS ) dan Surat Perjanjian / Kontrak yang
meliputi :
1. Pengambilan Foto Dokumentasi, Foto Dokumentasi harus dilakukan pada waktu :
- Pekerjaan (0%, 25%, 50%, 75%, 100%)
- Setiap jenis/item pekerjaan (proses dan finish)
- Setiap Pengajuan Pembayaran Termijn.
- Setelah masa pemeliharaan berakhir.
- Foto harus berwarna ukuran postcard sebanyak masing – masing 3 ( tiga ) lembar disusun dalam album
dan diberi keterangan.
2. Sebelum rekanan P2S mengadakan persiapan di lokasi sebelumnya harus memenuhi prosedur tentang tata
cara perijinan / berkenaan untuk memulai dengan persiapan-persiapan pembangunan kepada Pemerintah daerah
setempat yang bersangkutan terutama tentang dimana harus membangun bangunan sementara.
3. Pada saat mengadakan persiapan dan pengukuran Direksi fasilitator lapangan harus sudah memulai
aktif untuk mengadakan fasilitator sesuai dengan tugasnya.
4. Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka sebelumnya tiap-tiap bagian pekerjaan dilaksanakan, harus
mendapatkan ijin tertulis dari Fasilitator Direksi Lapangan untuk dapat meneruskan bagian dari pekerjaan tersebut
secara berkala.
5. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai P2S harus mempersiapkan keperluan- keperluan lapangan
diantaranya pembuatan gudang pemyimpanan bahan material dan alat-alat kerja / gudang bahan dan gudang
kerja.
6. Melakukan pekerjaan bongkaran sesuai yang ditunjuk pada gambar dan volume yang tedapat pada rab
Spesifikasi
teknis
3. Identifikasi Bahaya
Terluka akibat pembongkaran
Terkena sengatan matahari
PASAL 2
PEKERJAAN TANAH.
A. PEKERJAAN TANAH
1. Lingkup pekerjaan tanah meliputi :
Pekerjaan galian tanah pondasi tidak boleh di mulai sebelum papan bangunan menunjukan peil 0,00 M serta sumbu-
sumbu dinding tersebut di setujui oleh Direksi Lapangan.
Spesifikasi
teknis
2.3. Pekerjaan galian pondasi dan urugan bawah lantai.
1) Pengalian tanah harus dilakukan sesuai dengan gambar-gambar perencanaan pondasi dan harus cukup lebar untuk
memperoleh medan kerja yang baik bagi para pekerja, sehinga pekerjaan dapat berlangsung dengan lancar, dan
tanah galian tidak mudah longsor kembali. Semua bekas akar pohon, pondasi existing/obstacle dan tanah jelek
kondisinya yang terdapat dibagian pondasi yang akan dilaksanakan harus dibuang.
2) Apabila kedalaman pengalian telah mencapai batas yang ditentukan, maka permukaan dasar lubang galian diratakan
dan dipadatkan sebelum diurug sirtu, tanah urug atau pasir urug, untuk perbaikan tanah.
3) Untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian, baik pada dasar pengalian maupun pada waktu pekerjaan
pondasi harus disediakan pompa air atau pompa lumpur yang jika di perlukan dapat bekerja terus menerus.
4) P2S wajib mengambil langkah-langkah pengamanan terhadap bangunan lain yang berada dekat dengan lubang
galian, yaitu dengan memberikan penunjang sementara pada bangunan tersebut sehinga dapat dijamin bangunan
tersebut tidak akan mengalami kerusakan.
5) Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai jumlah tertentu harus segera
disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat yang diangap perlu dan atas petunjuk pengawas, kecuali tanah
galian tersebut dapat digunakan untuk pekerjaan lansekap yang tidak diisyaratkan untuk daya dukung tanah tertentu.
6) Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail, maka dibawah plat-plat beton bertulang, beton rabat dan pondasi
dangkal harus terdiri dari urugan pasir padat atau sirtu setebal minimum 10 cm (setelah disirami, diratakan dan
dipadatkan).
7) Pengurugan kembali lubang pondasi dilakukan setelah pondasi, poer dan sloof dicor. Untuk pengurugan ini dapat
memakai tanah bekas galian yang berkualitas baik. Pengurugan kembali ini harus dipadatkan, sebelum diurug
kembali papan bekisting bebas cetakan plat pondasi maupun sloof harus dikeluarkan terlebih dahulu.
8) Timbunan/urugan pasir dilakukan sebelum lantai kerja dibuat. Dasar untuk pasir urug harus bersih dari kotoran-
kotoran sisa bangunan lainnya.
3. Identifikasi Bahaya
PASAL 3
PEKERJAAN PONDASI
1. Lingkup Pekerjaan :
Yang termasuk dalam pekerjaan tanah dan galian adalah :
a. Anstanpang Batukali
b. Pasang Bau Kali 1:4
c. Urugan Kembali Ex. Galian
2. Metoda Pelaksanaan
a. Galian tanah dilaksanakan untuk lobang pondasi, lain-lain yang diperlukan untuk menunjang
pekerjaan lainnya.
b. Dalam, lebar dan panjang masing-masing galian harus disesuaikan menurut kebutuhan masing- masing
keperluan, sebagai pedoman lihat ukuran-ukuran dalam rencana gambar.
c. Jika terdapat genangan di dalam galian tanah tersebut, sebelum dilaksanakan pekerjaan lobang tersebut
harus dikeringkan/dipompa keluar dan dialirkan ke daerah terbuka sehingga tidak mengganggu pekerjaan
lainnya. Untuk kontraktor harus menyediakan pompa air yang selalu berada di lokasi pekerjaan dan siap
untuk dioperasikan.
d. Urugan tanah dilaksanakan untuk mengisi lobang bekas galian yang tidak terisi oleh pasangan,
dan sekeliling bangunan yang kurang rata dan bergelombang.
Spesifikasi
teknis
1. Syarat-syarat Pekerjaan Pondasi adalah :
a. Semua pekerjaan pondasi boleh dilaksanakan apabila galian tanah telah diperiksa dan disetujui oleh
Direksi Lapangan baik ukuran/diameter maupun kedalamannya.
b. Semua pekerjaan pondasi harus dilaksanakan sesuai gambar dengan menggunakan spesi yang
ditentukan untuk masing-masing pondasi.
c. Air tanah atau air buangan yang menggenang dalam lubang/parit pondasi harus dipompa keluar
sampai dasar lubang galian menjadi kering.
d. Sebelum pondasi dipasang, harus dibuat profil-profil pondasi dari kayu setiap sudut/ujung galian yang bentuk
serta ukuranya sama dengan penampang pondasi yang akan dipasang. Tidak diperkenankan mempergunakan
profil-profil pondasi dari bambu.
4. Identifikasi Bahaya
a. Terhirup debu semen
b. Tergores agregat yang tajam
c. Tangan luka / lecet
PASAL 4
PEKERJAAN BETON BERTULANG
1. Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan beton adalah semua yang dinyatakan dalam gambar rencana sebagai beton,
seperti balok, kolom, sloof, kolom / balok praktis dan lain-lainnya.
Spesifikasi
teknis
pemberian jumlah air pencampur, sudah mengeras sebagian, atau tercampur dengan bahan-bahan asing maka
adukan ini tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaan
f. Pelaksanaan Pengecoran bisa dilaksanakan setelah pengambilan Tes Slump memenuhi syarat dan dilakukan
pengambilan sampel kubus/silinder untuk uji kuat tekan. Jumlah sampel kubus/silinder disetujui fasilitator dan
direksi teknis.
g. Pelaksanaan Uji Kuat Tekan harus disaksikan oleh fasilitator dan direksi teknis pada umur beton yang
disepakati oleh fasilitator dan direksi teknis.
h. Sampel kubus/silinder harus mewakili masing-masing pekerjaan : Sloof, Kolom, Balok.
4. Penutup beton
Tebal penutup beton minimum sesuai dengan penggunaan mengikuti gambar rencana.
5. Kekentalan beton
a. Kekentalan atau konsistensi adukan adalah hasil beton yang harus disesuaikan dengan cara
transport, pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan tulangan.
b. Jumlah semen minimum dan nilai faktor air semen maksimal harus memperhatikan syarat-syarat dan
ketentuan dari peraturan Beton Bertulang Indonesia.
c. Untuk mencegah penggunaan adukan yang terlalu kental atau terlalu encer maka campuran beton harus
memperhatikan nilai-nilai Slump yang tercantum dalam PBI- 1971.
6. Pasangan beton
a. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempat.
b. Untuk ketepatan tebal penutup beton tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat
dari beton dengan mutu yang sama dengan mutu yang akan dicor.
7. Perawatan beton
Untuk mencegah pengeringan beton yang terlalu cepat, paling sedikit beton selama 2 minggu harus disiram terus
menerus
9. Metoda Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan beton harus mengikuti persyaratan ketentuan yang tercantum pada:
Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung (SNI 2847-2013)
Spesifikasi
teknis
Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempauntuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
( SNI 1726 : 2012)
PUBB NI-3 tahun 1970, NI-8 tahun 1964.
PBI NI-2 tahun 1971 terutama mengenai : Syarat – syarat bahan untuk semua pekerjaan beton
(PBI) 1971, NI-2, Bagian II bab 3 Pasal 3.1 sampai dengan Pasal 3.9).
Syarat – syarat pelaksanaan pekerjaan beton (PBI 1971, NI-2)
Syarat – syarat pekerjaan tulangan NI-2 (PBI-1991), Bagian IV bab 8 seluruh pasal).
b. Seluruh pekerjaan konstruksi (sloof, kolom/balok beton bertulang) menggunakan mutu beton mutu K-
175 dan slump (12 ± 2) cm
c. Sebelum melakukan pekerjaan beton P2S harus menyerahkan Job Mix Formula (JMF) sesuai karakteristik
beton yang digunakan kepada direksi/fasilitator.
d. Penakaran semen dan agregat (halus dan kasar), harus dengan kotak-kotak takaran yang sama
volumenya, sesuai dengan hasil perhitungan Mix design. Banyaknya air untuk campuran beton
ditentukan sedemikian rupa, sehingga mudah dikerjakan sesuai penggunaanya dan akan menghasilkan
kepadatan beton yang tepat, kekedapan serta kekuatan yang dikehendaki.
e. Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar cetakan, serta
harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-bagian konstruksi.
f. Ukuran diameter besi yang digunakan untuk masing-masing pembesian dalam struktur beton agar
disesuaikan dengan gambar kerja dan tidak berkarat. Dan untuk ukuran harus yang sesungguhnya dalam arti
tidak banci. Dalam pekerjaan ini jenis besi beton yang digunakan adalah KS (krakatau
steel) atau besi tulangan yang berstandart SNI.
g. Dan dalam pengikatan terhadap tulangan digunakan kawat bendrat yang baik/tidak karat, serta
pengikatan agar berputar(ikatan ganda) / tidak satu sisi besi tulangan diperiksa juga kekecangan dari
pengikatan tersebut terutama pada sambungan- sambungan atau overlap besi.
h. Semua Pekerjaan Beton harus diaduk rata dengan alat pencampur beton (concrete mixer / molen )
dan untuk memadatkan campuran beton mengunakan alat pengetar.
i. Untuk mendapatkan ukuran dan bentuk beton yang sesuai dengan rencana maka bekesting / cetakan beton
harus kuat dan expose beton tidak terjadi keropos di hasil jadi beton.
j. Untuk kendali mutu beton maka di adakan test Kuat Tekan beton yang dimana beton tidak struktur
atau struktur harus di test kuat tekan beton atau diadakan test sample beton dengan silinderukuran diameter
15 cm dan panjang 30 cm atau kubus dengan ukuran 15x15cm, untuk kuat tekan mengacu pada permintaan
struktur sesuai dengan RKS dan analisa biaya. Dengan Hasil test yang ada maka hasil laporan test untuk
persyaratan pemgambilan termijn dan sebagai alat ukur kualitas beton tersebut. Jumlah sampel diambil 3
sampel untuk masing-masing item pekerjaan beton atau atas persetujuan fasilitator dan direksi teknis.
k. Semua semen yang dipergunakan harus dari jenis I menurut peraturan Semen Portland Indonesia-
1972 NI.8 atau C-150 type atau British Standard BS. 12. Semen harus sampai di tempat pekerjaan dalam
kondisi baik, masih dalam kantongnya asli dari pabrik. Merk PC dianjurkan produksi dalam negeri dalam hal ini
semen yang digunakan adalah semen Padang type PCC.
l. Sebelum pengecoran dimulai harus dipastikan bahwa bekisting betul-betul telah kuat dan kaku, besi tulangan
telah berada pada posisi yang benar sesuai dengan gambar kerja, serta beton deking telah mencukupi sesuai
kebutuhan.
m. Kayu bekisting digunakan kayu Bekisting papan tebal 2 cm dengan tulang-tulang kayu dengan
ukuran minimal 4/6 cm yang cukup jumlah dan cukup kuat menahan beban beton yang akan dicor.
n. Beton harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan. Untuk pengecoran suatu unit atau bagian
pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti, dan tidak boleh terputus tanpa persetujuan dari Direksi / Fasilitator.
o. Pengecoran harus diselesaikan sebelum adukan mulai mengental yang dalam keadaan normal
biasanya dalam waktu 30 menit. Tidak diijinkan mengecor pada waktu hujan turun, kecuali jika P2S mengambil
tindakan yang bisa mencegah kerusakan beton dan telah disetujui oleh Direksi/Fasilitator.
p. Adukan beton harus dipadatkan secara seksama, dengan menggunakan alat penggetar.
Penggetaran harus dimulai pada saat adukan dituangkan dan dilanjutkan sampai adukan berikutnya. q.
Pembongkaran cetakan harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti petunjuk Direksi/Fasilitator.
Beton yang masih muda tidak diizinkan untuk dibebani. Segera setelah cetakan dibongkar,
permukaan beton diperiksa. Jika terdapat kemungkinan yang cacat, harus segera diperbaiki, diplester dengan
Spesifikasi
teknis
campuran sedemikian rupa hingga sesuai dengan warna, tekstur dan rupanya dengan permukaan beton yang
berdekatan. Hal ini perlu diperhatikan, terutama untuk beton exposed.
r. Umumnya, diperlukan waktu minimum 2 hari sebelum cetakan dibuka untuk dinding-dinding yang tidak
bermuatan dan cetakan-cetakan disamping lainnnya, tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul, dan 21 hari
untuk balok-balok dan plat atap.
s. Bahan-bahan bekas yang sudah tidak dipergunakan lagi harus dikumpulkan dan disingkirkan keluar
lapangan agar tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
t. Seluruh pekerjaan pembuatan dan pembongkaran bekisting ini harus sesuai dengan PB1 – 1971.
PASAL5
PEKERJAAN DINDING
4. Identifikasi Bahaya
a. Jatuh/terpleset saat melakukan pekerjaan plesteran dan acian b.
Terhirup debu semen pada pengadukan
c. Tangan luka / lecet saat pengadukan.
PASAL 7
PEKERJAAN PENUTUP DINDING
1. Ruang Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan Plesteran + Acian
b. Pekerjaan Acian Beton
5. Identifikasi Bahaya
a. Jatuh/terpleset saat melakukan pekerjaan plesteran dan acian
b. Terhirup debu semen pada pengadukan
c. Tangan luka / lecet saat pengadukan.
PASAL 10
PEKERJAAN LANTAI
1. Lingkup Pekerjaan
Terdiri dari pekerjaan
a. Pasang keramik lantai Untuk ruangan Keramik Licin
b. Pasang keramik lantai Untuk luar ruangan Kerami Anti Slip
c. Pasang keramik lantai Untuk Kamar Mandi Kerami Anti Slip bermotif
Spesifikasi
teknis
harus menunjukkan beberapa contoh kepada pihak proyek atau pengawas lapangan
f. Untuk mendapatkan hasil yang baik keramik harus direndam dengan air dulu beberapa saat sebelum dipasang
g. Pemasangan keramik harus datar air dengan cara menimbang dengan slang air dan sebagai patokan harus diberi benang
untuk mendapatkan hasil yang datar
h. Pemasangan keramik baru dikatakan sempurna setelah selesai diperiksa oleh pengawas lapangan
3. Identifikasi Bahaya
a. Jatuh/terpleset saat melakukan pekerjaan plesteran dan acian
b. Terhirup debu semen pada pengadukan
c. Tangan luka / lecet saat pemasangan Keramik.
PASAL 11
PEKERJAAN SANITAIR
1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk lingkup pekerjaan pada paket ini adalah sebagai berikut :
a. Pengadaan dan pemasangan peralatan utama sistem air bersih berikut pemipaan sampai ke setiap fixture
pengeluaran dan faucet.
c. Pengadaan dan pemasangan pemipaan air kotor, pipa vent, floor drain, air bekas, sistem drain, grease trap dan
bak penampungan sampai ke setiap fixtures pengeluaran.
d. Mengadakan testing commissioning untuk seluruh pekerjaan hingga dapat berfungsi dengan baik dan
memenuhi standard/persyaratan yang telah ditentukan dalam spesifikasi teknis.
d. Gambar Perencanaan
Walaupun didalam gambar perencanaan atau spesifikasi tidak tercantum semua pipa-pipa, fitting- fitting,
katup-katup dan fixtures secara terperinci, tetapi bagian- bagian tersebut merupakan suatu kelengkapan sistem,
maka kewajiban P2S untuk memasang hal tersebut agar sistem beroperasi dengan baik dan sempurna.
e. Gambar-gambar Kerja
Gambar kerja untuk seluruh pekerjaan harus selalu berada di lapangan (site), termasuk perubahan- perubahan
atau usulan-usulan dan lain sebagainya.
f. Gambar Pelaksanaan
P2S harus membuat gambar instalasi (Shop Drawing) sebanyak 3 (tiga) rangkap untuk disetujui oleh Direksi
Lapangan / Manajemen Konstruksi, dan harus menyerahkan Gambar Pelaksanaan (as built drawing) yang
meliputi denah, instalasi yang terpasang, detail pemasangan, detail peralatan dari seluruh instalasi
diatas/sebanyak 5 rangkap cetakan dan 1 kalkir. Pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang umum
Spesifikasi
teknis
berlaku dan mengikuti Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1979.
g. Contoh-contoh Barang
P2S waijb mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan, kepada Direksi
Lapangan termasuk brosur-brosur dari alat-alat tersebut untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Lapangan,
sebelum alat-alat tersebut dipasang. Bila ternyata terdapat bahan-bahan yang telah dinyatakan tidak baik/tidak
bisa dipakai oleh Direksi Lapangan / Manajemen Konstruksi, maka P2S harus mengganti bahan-bahan tersebut
sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam spesifikasi.
h. Tenaga Pelaksanaan
Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya (skilled labour), agar
dapat memberikan hasil kerja yang baik dan rapi. P2S wajib mempunyai Pas Instalatur yang dikeluarkan oleh
PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) setempat dan surat Rekomendasi lainnya apabila diperlukan dalam
pekerjaan ini.
i. Koordinasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, P2S diwajibkan mengadakan koordinasi dengan P2S lain yang
mengerjakan pekerjaan struktur, elektrikal, interior dan sebagainya, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan-
kesalahan dalam pemasangan dapat diperkecil/dihilangkan. Kesalahan pemasangan akibat tiadanya kerjasama
menjadi tanggung jawab P2S sepenuhnya.
j. Izin
Semua izin-izin dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melaksanakan instalasi ini harus dilakukan
oleh P2S Pelaksana termasuk biayanya.
Semua pemeriksaan, pengujian dan lain-lain beserta keterangan-keterangan resminya yang mungkin diperlukan
untuk pelaksanaan instalasi ini harus dilakukan oleh P2S atas tanggungan dan biaya
P2S.
k. Penolakan Instalasi
P2S harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan yang akan dipergunakannya kepada Direksi
Lapangan / Manajemen Konstruksi atau pihak yang ditunjuk untuk dimintakan persetujuan tertulis. Dengan
mencantumkan secara lengkap merek, type, spesifikasi dari semua contoh bahan yang akan diajukan.
P2S harus membuat jadwal/schedulle waktu yang terperinci untuk setiap pekerjaannya dan diserahkan
kepada Direksi Lapangan / Manajemen Konstruksi, atau pihak yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuannya.
7. Identifikasi Bahaya
Terhirup debu semen pada pengadukan
Tangan luka / lecet saat pengadukan dan Pemasangan
PASAL 12
PEKERJAAN CAT
4. Identifikasi Bahaya
Jatuh/terpleset saat melakukan pengerjaan
Terhirup bau cat saat pengerjaan
PASAL 13
PENUTUP
Walaupun dalam bestek ini tidak lengkap dicantumkan satu persatu baik mengenai bahan bangunan dan lain-lain sebagainya,
tetapi tercantum dalam Gambar dan RAB maka pekerjaan tersebut harus dikerjakan dan bukan merupakan pekerjaan
tambahan. Hal-hal di luar ini apabila terdapat ketidakcocokan dalam pelaksanaan akan diselesaikan dengan musyawarah.
Spesifikasi
teknis