HUKUM GEREJA-WPS Office
HUKUM GEREJA-WPS Office
HUKUM GEREJA-WPS Office
Disusun oleh:
NIM : 77.3080
Tkt : III
Prodi : Theologi
Smtr : VI
1. HUKUM GEREJA
I
- G. Voetius pada abad ke 17, hukum gereja merupakan ilmu yang suci
tentang pemerintahan gereja yang kelihatan.
- H. Bouwman pada abad ke 20, merupakan hukum yang berlaku dan yang
harus berlaku dalam gereja sebagai lembaga.
- Th. Haitjema pada abad ke 20, hukum gereja bukan bukan hanya
berbicara tentang hukum gereja tetapi tentang orde atau peraturan dalam
hidup dan pelayanan gereja.
II
Tetapi apakah itu Ekklesia? Apakah gereja harus diatur atau ditata?
- kita dapat mengatakan bahwa gereja adalah persekutuan orang-orang
yang dipilih, dipanggil dan ditetapkan di dunia ini untuk melayani Allah dan
manusia.
- itu juga dapat katakan bahwa gereja telah umat allah yang dipanggil
keluar dari dalam kegelapan kepada terangnya yang ajaib untuk
memberitakan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar. 1 Pet 2:9.
Tetapi kalau kita melihatnya dari segi harga saatnya iya pada lain
pihak adalah suatu persekutuan rohani dengan Yesus Kstus sebagai
kepala. Sebagai persekutuan rohani, Ia adalah objek dari kepercayaan
atau iman kristen.
Ada yang sering membuat perbedaan antara gereja yang kelihatan dan
gereja ya tidak kelihatan. How ini bisa menyesatkan sebuah bagaimana gereja
yang demikian dapat digunakan oleh allah sebagai alat dalam karya penyelamatan
nya di dunia ini ? bagaimana ia dapat menjalankan tugas-tugas yang dipercayakan
allah kepadanya kalau ia tidak kelihatan?
- tetapi dimaksudkan di sini halo kalau kita sadar bahwa di raja ini masukan di sini
bukanlah dua gereja, tetapi dua segi dari satu gereja. segi luarnya yang kelihatan
dan segi dalamnya tidak kelihatan.
Tapi pada akhir-akhir ini banyak ahli teologi mengakui bahwa gereja
mempunyai segi yang tidak kelihatan umpamanya Iman pengharapan Dan
Kasih.dan juga bahwa di dalam gereja ada banyak anggota jemaat yang tidak
percaya,tetapi hal itu tidak banyak mempunyai sangkut paut dengan eklesiologi.
III
Menurut para ahli tidak mudah untuk memberikan suatu definisi yang
memuaskan tentang hukum.sungguh pun demikian hukum umumnya dianggap
orang sebagai suatu alat untuk menata atau mengatur kehidupan bersama.hukum
berusaha mengatur-secara damai dan adil -hubungan lahirnya antara manusia
manusia,supaya dengan jalan itu terjamin baik stabilitas dari,maupun kepastian
hukum dalam kehidupan bersama.
IV
Hukum gereja dapat di kita sebut juga dengan disiplin teologis. Yang menjadi
pertanyaan nya sekarang ialah: dimanakah ia harus ditempatkan di dalam ilmu
teologi? Hukum gereja adalah suatu disiplin teologis, sekalipun ia mempunyai
unsur-unsur yuridis.
Akhirnya hukum gereja juga mempunyai tugas di bidang studi ten. tang
"hukum" yang berlaku bagi bermacam-macam Gereja (denomi nasi) yang
kita kenal, umpamanya "Codex Juris Canonici" dari Gereja Katolik Roma
atau "orde-orde" (peraturan peraturan) dari Gereja-gereja Reformatoris
(Lutheran, Calvinis, Baptis, Metodis, dan lain-lain). Di sini hukum gereja
terbagi menurut denominasi-denomi nasi itu, ada bukum gereja Katolik
Roma, ada hukum gereja Lu theran, ada hukum gereja Hervormd Belanda,
ada hukum gereja Gereformeerd, dan sebagainya.
Suatu vak (mata-pelajaran) khusus dalam bagian yang praktis ini ialah apa
yang disebut kybernetik (pengajaran tentang pemerintahan Gereja).
Dalam abad ini - yang terkenal sebagai abad kerjasama oikumenis dari
Gereja-gereja sering dikemukakan orang pertanyaan: Apakah mungkin
Gereja-gereja pada waktu ini menyusun suatu hukum gereja oikumenis?
Yang dimaksud di sini dengan hukum gereja oikumenis ialah bukan suatu
hukum gereja yang menjelaskan bagaimana caranya hubungan - yang
bilateral atau yang multilateral - antara Gereja-gereja harus diatur, tetapi
suatu hukum gereja yang menyelidiki apakah terdapat struktur-dasar
bersama yang dapat digunakan sebagai basis (dasar) dan titik-tolak dari
usaha untuk menciptakan suatu persekutuan gerejawi oikumeris, di mana
pertentangan-pertentangan Konfesional tertentu pada waktu ini dapat
diatasi atau ditiadakan.
- Sampai abad III Gereja hidup sebagai suatu persekutuan yang dimusuhi
dan disiksa, Terutama di bawah pemerintahan Kaisar Diocletianus dan
pengganti-penggantinya (dari tahun 303-311) Gereja hampir-hampir tidak
dapat menanggung beratnya siksaan itu.
-Pada tahun 312 Kaisar Constantinus (yang dalam hatinya mungkin telah
bertobat dan menjadi Kristen) berhasil merampas kekuasaan di sebelah
Barat dari iparnya, Lucianus dan kekuasaan di sebelah Timur dari kerajaan
Romawi. Pada tahun yang berikutnya tahun 313 - keduanya mengeluarkan
"keputusan Milan" antara lain memberikan kebe basan penuh kepada
Gereja.
II
Dan reaksi itu datang dengan reformasi. Luther - seperti kita tahu -
menolak hukum kanonik yang dianggapnya sebagai suatu alat tirani dari
paus. Secara demonstratif ia - pada tanggal 10 Desember 1520 -
membakar "Corpus Iuris Canonici" di Wittenberg. Hanya oleh pemberitaan
yang murni dari Firman Allah hidup Gereja - menurut dia - dapat ditata atau
diatur.
Tetapi usaha penataan kembali dari hidup Gereja sangat dipengaruhi oleh
situasi historis pada waktu itu. Maksud saya: oleh situasi, waktu reformasi
dimulai. Pemerintahan lahiriah dari Gereja - "Kirchen regiment" – pada
waktu itu dipercayakan kepada raja-raja Jerman, yang membantu Luther
dalam pekerjaan pembaruannya. Biasanya pemerintahan itu dijalankan
oleh raja-raja tadi dengan menggunakan "konsistori-konsistori", yaitu
majelis-majelis yang anggota-anggotanya terdiri dari ahli-ahli hukum (yuris-
yuris) dan ahli-ahli teologi.
Tokoh yang paling penting dari sistem atau susunan episkopal adalah
Carpzov (1595-1666), seorang Lutheran ortodoks di Leipzig la yang
pertama-tama memberikan suatu uraian sistematis tentang praktek kon-
sistorial, seperti yang digunakan di Keursaksen. Dalam sejarah-gereja
Jerman Corpzov dianggap sebagai orang yang meletakkan dasar dari ilmu
hukum gereja Lutheran.
III
Ahli-ahli yang kita sebut di atas ini adalah ahli-ahli hukum (yuris-yuris),
yang sering memainkan juga suatu peranan yang aktif di bidang politik
gerejawi (dari pemerintah mereka).
-Akhirnya kita mau menyebut seorang ahli lagi yang - dalam bab-bab yang
akan datang – akan kita bicarkan lebih terinci, yaitu Rudolph Sohm (1841-
1917). Dalam karyanya Kirchenrecht -III, iamenempatkan Gereja dan
hukum gereja berhadap-kadem. Me dia "hakikat hukum bertentangan
dengan hakikat Gereja".
-Banyak ahli tidak setuju dengan dia. Baik Günter Holstein (dalam
karyanya Die Grindlagen des evangelischen Kirchenrect, 1928), maupun
Hans Liemann (dalam karyanya Deutsches evangelisches Kirchenrecht
1933) tidak berhasil meniadakan "dualisme" Sohm.
Secara khusus kita mau menyebutkan Konsili Vatikan Kedua (1961 1962).
Konsili ini memberikan impuls-impuls penting untuk karya-karya besar,
antara lain untuk peninjauan kembali dari hukum gereja Katolik yang
tradisional dan untuk revisi dari kitab hukum gerejawi. yans mencakup dua
desenia (1963-1983). Penting kita catat di sini, bahwakonfrontasi dengan
teologi hukum Protestan mempunyai pengaruh yang bermanfaat untuk
kanonistik Katolik yang lebih baru. Sama seperti teo logi hukum Protestan,
demikian pula kanonistik ini berusaha memper oleh suatu pendasaran
teologis dan legitimasi dari hukum gereja sebagai suatu ilmu-pengetahuan
teologis.
3 GEREJA DAN HUKUM GEREJA
II
III
Tidak ada yang lebih buruk daripada Gereja, yang dalamnya peraturan-
peraturan nya dibela dan dipertahankan karena peraturan-peraturan
birokrasi gereja, sehingga organisasinya tidak berfungsi sebagai alat atau
wahana pelayanan, tetapi telah berubah menjadi maksud atau tujuan
Gereja.
Menurut Sohm, "Roh" tidak sama dengn apa yang Perjanjian Baru
maksudkan dengan Roh. Roh bagi Sohm adalah sesuatu yang abstrak dan
tidak material, sesuatu yang s kelihatan dan yang karena itu tidak dapat
diraba. Rob ini berber dengan Roh menurut Perjanjian Baru. Di situ Roh
hadir dan beke ja di dalam Jemaat. la memimpin dan mendorongnya
kepada perbuatan-perbuatan yang konkret.
IV
Dalam perjalanan pekabaran Injilnya yang pertama, Rasul Paulus telah
menetapkan penatua-penatua (tua-tua) dalam Jemaat-jemaat (bnd. Kis.
14:23), Kepada mereka ia berikan tugas untuk menjaga "kawanan-dom ba
yang dipercayakan kepada mereka dan untuk "menggembalakan"
mereka(Kis. 20:28). Di sini telah tampak suatu nisbah atau hubungan
tertentu yang mempunyai sifat hukum gerejawi.
Menurut Sohm, jemaat yang iya inginkan kan adalah seperti Jemaat di
Korintus. menurutnya itu adalah contoh dari jemaat yang dipimpin oleh
karunia-karunia Roh Kudus. jabatan-jabatan dan peraturan-peraturan.
Tetapi justru Jemaat di Korintus ini "dibangunkan" oleh Rasul Paulus untuk
membuat peraturan-peraturan bagi dirinya (1 Kor, 14:40). Rasul Paulus
mengakui, bahwa anggota-anggota Jemaat di Korintus memperoleh
karunia-karunia Roh dari Tuhan.
V
-Hukum pelayanan. Dalam gereja tidak ada tempat untuk kekuasaan dari
siapa pun juga. (Mik. 10:44);
-hukum yang hidup. Kristus, Tuhan Gereja adalah Tuhan yang hidup.
Karena itu hukum gereja, yang menata atau mengatur Gereja, juga adalah
hukum yang hidup. Itu berarti, bahwa hukum gereja tidak tertutup. Gereja
harus selalu terbuka untuk kemungkinan-kemungkinan yang baru dan
karena itu harus berani melakukan hal-hal yang baru;
Selain daripada itu penting kita ingat, bahwa situ Jemaat Perjanjian Baru
bukan saja berbeda dengan situasi Gereja-gereja kita pada waktu ini, tetapi
juga berbeda satu dengan yang lain. Karena itu peraturan-peraturan, yang
Jemaat-jemaat itu gunakan, juga tidak sama.
II
III
-Dalam Kisah Para Rasul 6 kita membaca, bahwa para rasul mem- berikan
kepada bagian dari Jemaat purba yang berbahasa Yunani suatu "Majelis"
sendiri.
Dalam Kisah Para Rasul 14:23 diceritakan, bahwa Paulus dan Barnabas-
dalam perjalanan pekabaran-Injil mereka yang pertama di As Kecil Tengah
- mereka menetapkan "presbiter-presbiter" (presbyteroi) di kota-kota yang
mereka singgahi. Dalam Kis, 20:28 presbiter-presbiter ini disebut "penilik-
penilik Jemaat" (episkopoi).
1 Timotius 3:1-7. Dalam perikop ini kita mula- mula mendengar tentang
"tuntutan-tuntutan" atau "syarat-syarat" yang harus dipenuhi oleh orang
yang mau menjadi "penilik Jemaat" (episkopos). Sesudah itu dalam 1
Timotius 3:8-13 - menyusul tuntutan tuntutan atau syarat-syarat yang sama
bagi "diaken-diaken" (diakonoi). Di tengah-tengah tuntutan tuntutan atau
syarat-syarat ini untuk jabatan diaken, terdapat suatu kalimat tentang
wanita-wanita": "Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang yang
terhormat, bukan pemfitnah, dapat menahan diri dan dapat dipercayai
dalam segala hal". Ada ahli yang berpendapat bahwa yang dimaksudkan di
sini ialah isteri-isteri dari penatua-penatua dan dari diaken-diaken Mereka
harus memenuhi tuntutan untutan atau syarat-syarat yang sama seperti
suami-suami mereka.namun ada juga yang berpendapat bahwa wanita-
wanita itu adalah diaken-diaken wanita.
IV
Beberapa hal penting tentang peraturan-peraturan Gereja, yang secara
alkitabiah dapat dipertanggung-Jawabkan:
II
III
Pada akhir abad kedua uskup-uskup dan kaum rohaniwan dari daerah-
daerah lain datang berkumpul dalam sinode-sinode. Sejak abad ketiga hal
itu telah berlangsung secara teratur Sementara itu Jabatan jabatan lain
makin lama makin mundur dan akhirmu tak memainkan peranan lagi,
sehingga sinode sinode hanya dihadiri oleh uskup uskup.
IV
VI
Dari sejarah gereja kita tahu, bahwa Agustinus meninggal pada tahun
431, waktu tempat tinggalnya dikepung oleh orang-orang Vandal (suatu
kelompok dari suku-suku German). Bukunya De Civitate Dei - yang
melukiskan perjuangan antara Kristus dan pengikut-pengikut-Nya dan Iblis
atau setan dengan pengikut-pengikutnya - merupakan buku yang penting
yang mengajarkan "dua kerajaan". Juga bagi Gereja Katolik Roma.
Hubungan antara majelis para uskup dan "Cathedera Petri" masih harus
diatur daha Hal ini terjadi dalam konsili dogmatis tentang Gereja, yaitu
Konsili Vatikan kedua (1962-1965). Dalam konsili ini sekali lagi ditetapkan,
bahwa kuasa paus di Roma lebih tinggi daripada kuasa majelis para uskup.
6. PANDANGAN PARA REFORMATOR
II
III
Pertarna: bahwa ukum gereja adalah hukum Kristus. Hukum itu diprak
tekkan dan defcktilkan oleh Kristus sendiri.
IV
- Pada tahun 1523 Calvin memulai studi di Paris. Sekolah itu mem
perkenalkannya dengan humanisme dan tradisi dari abad-abad perte
ngahan. Sesudah itu ia mengikuti studi hukum di Orleans dan Bourges.
Calvin sangat kuat menekankan apa yang Kristus katakan kepada kita
dalam Firman-Nya. Hal ini – yang ia anggap sebagai perintah yang penting
- ia rumuskan atas rupa-rupa jalan. Ia katakan: Yang penting ialah suatu
'orde suatu tatanan, yang Kristus mau gunakan untuk memimpin Gereja-
Nya... suatu pemerintahan Gereja, yang Tuhan telah tetapkan untuk
selama-la manya... suatu orde untuk memimpin Gereja... suatu orde yang
diwariskan kepada kita oleh Firman-Nya yang suci... suatu bentuk
pengurusan atau pemerintahan, yang la sendiri berikan... suatu
pemerintahan rohani, yang disahkan oleh Allah sendiri. Dalam salah satu
tulisannya - pada tahun 1539 - ia dengan tegas mengatakan, bahwa tidak
ada Gereja yang dapat hidup dalam bentuknya yang benar, kalau kita tidak
memperhatikan peraturan-peraturan yang diberikan oleh Tuhan.