Problematika Pembelajaran Sejarah Kebuda 16cf0e3a

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI

MADRASAH TSANAWIYAH AL-KHAIRAAT PAKULI


KABUPATEN SIGI

Abdul Rasyid
Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat Pakuli Kabupaten Sigi
[email protected]

Abstrak:
Salah satu tujuan dari pembelajaran SKI di Madrasah Tsanawiyah adalah pemberian pengetahuan tentang sejarah Islam
dan kebudayaan kepada peserta didik serta mengambil ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.
Kenyataannya, setelah ditelusuri, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat Pakuli
Kabupaten Sigi menghadapi beberapa problematika. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan pendekatan
kualitatif, selanjutnya untuk memperoleh data sesuai dengan permasalahan, teknik pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk-bentuk problematika pembelajaran
sejarah kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat Pakuli antara lain; 1) Problematika Perserta Didik, 2)
Problematika Tenaga tenaga pengajar SKI, 3) Problematika Fasilitas dan Sarana prasarana, 4) Problematika Waktu atau
Jam Pelajaran sangat singkat, 5) Pandangan Negatif terhadap Mata Pelajaran SKI, 6) Problematika dominasi
Pengetahuan Aspek Kognitif dalam pembelajaran SKI, 7) Problematika Metode Pembelajaran yang monoton.

Abstract:
The aim of learning SKI in Madrasah Tsanawiyah is the provision of knowledge about Islamic history and culture to
students and taking lessons, values and meanings contained in history. In fact, after being traced, learning Islamic
Cultural History in the Al-Khairaat Pakuli Madrasahs of Sigi District faces several problems. The research method used
is a qualitative approach, then to obtain data in accordance with the problems, data collection techniques are carried out
by observation, interviews, and documentation. The results of the study show that the forms of problematic learning
about the history of Islamic culture in Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat Pakuli are; 1) Student Participation Problems,
2) Problems in SKI Teaching Staff, 3) Facilities and Infrastructure Problems, 4) Time or Lesson Hours Problems are
very short, 5) Negative Views on SKI Subjects, 6) Domination Problems in Cognitive Aspects of Learning SKI, 7)
Problems in Learning Methods that are monotonous.

Kata Kunci: Problematika, Sejarah Kebudayaan Islam

PENDAHULUAN menentukan watak dan kepribadian anak. Tetapi


secara substansial mata pelajaran Sejarah
Latar Belakang Masalah
Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memberikan motivasi kepada anak untuk
(SKI) dalam kurikutum Madrasah Tsanawiyah mempraktekkan nilai-nilai keagamaan dalam
adalah salah satu bagian mata pelajaran kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk Dalam proses pencapaian tujuan
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, pembelajaran tersebut, maka berdasarkan dari
memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan hasil pengamatan awal Penulis di Madrasah
Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan Tsanawiyah Pakuli, usaha yang dilakukan guru
hidupnya (way of life) melalui kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut adalah menyusun
bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan perangkat pembelajaran Sejarah Kebudayaan
pengataman dan pembiasaan. Islam antara lain; menyusun silabus, menyusun
Madrasah Tsanawiyah merupakan lembaga RPP berbasis KTSP, menyusun Program
pendidikan formal yang berada di bawah naungan Tahunan, Program Semester, dan menyusun
Kementerian Agama tentunya banyak Distribusi Alokasi Waktu. Dalam proses
mengajarkan pelajaran keagamaan dibandingkan pembelajaran SKI di Madrasah Tsanawiyah
sekolah umum lainnya. Di antara pelajaran Pakuli guru hanya menerapkan beberapa macam
keagamaan tersebut adalah mata pelajaran Sejarah metode pembelajaran dan juga pendekatan yang
Kebudayan Islam. Pembelajaran Sejarah sesuai dengan materi dan guru memberikan
Kebudayan Islam di Madrasah Tsanawiyah rangsangan kepada siswanya tentang faedah-
sebagai bagian yang integral dari Pendidikan faedah dan kegunaan dari mata pelajaran yang
Agama. Memang bukan satu-satunya faktor yang diberikan.

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 1, Number 1, 2018: 13-25


14 Abdul Rasyid: Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam«
Namun beberapa problematika yang mempersiapkan bahan-bahan yang berupa sejarah
muncul terkait peranan serta efektivitas kebudayaan Islam dan membiarkan atau lebih
pembelajaran di Madrasah sebagai pemberi tepatnya membimbing siswanya untuk
nilai spiritual terhadap kehidupan membangun sendiri wawasan dan kesadaran
keberagamaan masyarakat dipertanyakan. Tidak sejarahnya.
terkecuali pembelajaran Sejarah Kebudayaan Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran
Islam di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat umum Sejarah Kebudayaan Islam, akan dijelaskan
Pakuli Kabupaten Sigi. sebagi berikut:
Kenyataannya, setelah ditelusuri,
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Sejarah Kebudayaan Islam sebagai Disiplin
Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat Pakuli Ilmu
Kabupaten Sigi menghadapi beberapa Sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri,
problematika, antara lain; Munculnya stereotip sejarah menuntut ketekunan dan keahlian orang
bahwa materi Sejarah Kebudayaan Islam yang mempelajari dan mengembangkannya.
berisikan cerita masa lalu menyebabkan materi Orang yang tekun dan ahli mempelajari sejarah
pelajaran tersebut kurang diminati oleh peserta disebut sejarahwan. Profesi atau ahli ini dalam
didik. Mata pelajaran sejarah justru hanya bahasa Arab disebut muarrikh; kata ini
dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap, baik merupakan kata jadian dari tarikh yang berarti
oleh peserta didik maupun oleh pendidik. Waktu tanggal dan karena itu makna muarrikh secara
yang disediakan terbatas, ini terbukti dengan jam etimologis adalah orang yang ahli dalam masalah
pelajaran untuk Sejarah Kebudayaan Islam di penanggalan peristiwa atau kejadiannya.
sekolah hanya mendapat porsi 2 jam/minggu, Sedangkan dalam bahasa Inggris, sejarahwan
sedang materi begitu padat dan memang penting, identik dengan historian yang dari segi bahasa
yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga berarti orang yang mengetahui dan bijaksana.
terbentuk watak dan keperibadian yang berbeda Tugas mereka tidak hanya mencatat dan
jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran mengumpulkan dan menganalisis fakta-fakta
lainnya. historis secara obyektif semata, melainkan juga
Problema lain, materi pembelajaran menemukan makna dari peristiwa bersejarah
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah tersebut untuk perbaikan sejarah masa kini dan
Tsanawiyah Al-Khairaat Pakuli Kabupaten Sigi mendatang.
lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan Ada beberapa karakteristik yang sekaligus
(kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap menjadi komponen utama sejarah sebagai sebuah
(afektif). Dalam implementasinya juga lebih disiplin itu: (M. Hanafi, 2012: 47)
didominasi pencapaian kemampuan kognitif; a. Memiliki obyek material
kurang mengakomodasikan kebutuhan afektif. Sejarah termasuk bagian disiplin ilmu yang
mandiri karena ia mempunyai obyek material
KAJIAN TEORITIS yang bisa dipelajari. Obyek material sejarah
adalah pengetahuan atau informasi faktual
Gambaran Umum Sejarah Kebudayaan
mengenai peristiwa dan kejadian penting
Islam
dalam kurun waktu tertentu. Lebih rinci lagi,
komponen dari obyek material adalah subyek,
Pemahaman mengenai sejarah kebudayaan
obyek, dan relasi antara subyek dengan obyek.
Islam baik dari sisi konsep dan komponennya
Subyek sejarah adalah manusia yang
menjadi prasyarat mutlak bagi guru mata
mengetahui dan mengalami suatu peristiwa;
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
obyek sejarah adalah peristiwa tersebut;
Pemahaman yang memadai tentang sejarah
hubungan antara pelaku dan peristiwa juga
tersebut sangat dibutuhkan sebelum seorang guru
menjadi materi dasar sejarah sebagai ilmu.
mengajarkannya kepada siswa di ruang belajar.
Oleh karena sejarah mempelajari pengalaman
Guru itu akan mempunyai kapasitas yang besar
dan peristiwa nyata, maka disiplin ini
untuk mengelola mata pelajaran tersebut dan
tergolong ke dalam ilmu empiris.
pembelajarannya di kelas dengan baik. Dia bisa
b. Memiliki obyek formal
mengemas pembelajaran SKI dengan cara yang
Obyek formal adalah cara pendekatan dan
menarik dan menyajikannya dengan tepat sesuai
metode yang dipakai atas obyek material yang
dengan karakteristik mata pelajaran itu dan
sedemikian khas, sehingga mencirikan atau
kebutuhan serta kondisi siswa. Guru cukup

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 1, Number 1, 2018: 13-25


Abdul Rasyid: Problematika 3HPEHODMDUDQ 6HMDUDK .HEXGD\DDQ ,VODP« 15
mengkhususkan bidang kegiatan yang mengenai berbagai hal, termasuk makna
bersangkutan. Jika cara SHQGHNDWDQ LWX ³ORJLV ´ peristiwa.
³NRQVLVWHQ ´ GDQ ³HILVLHQ ´ PDND GLKDVLONDQODK e. Filosofis.
³VLVWHP ILOVDIDW ´ 2OHK NDUHQD LWX LOPX LQL Filsafat adalah landasan berpikir untuk
melahirkan filsafat sejarah atau sejarah ilmu menegaskan kebenaran ilmu. Pemikiran
sejarah yang lebih dikenal dengan nama filsafat, khususnya logika berpikir dapat
historiography. Obyek formal juga identik meningkatkan kualitas pengetahuan manusia.
dengan kekhasan metode yang dipakai untuk Oleh karena itu, sejarah sebagai ilmu juga
menemukan, menggali, dan menemukan data memiliki filsafat sejarah. Perspektif filsafat itu
dengan teknik observasi, klasifikasi, digunakan untuk mencapai dan mengukur
dokumentasi sebelum usaha interpretasi dan obyektivitas dan kebenaran sejarah. Perspektif
rekonstruksi masa lampau dilakukan. Metode filsafat sejarah bersifat plural dan dinamis.
dan proses penelitian sejarah diawali dengan Oleh karena itu, bisa jadi ada satu peristiwa,
heu ristics, yaitu pencarian dan pengumpulan fakta, dan data sejarah yang dilihat dan
data-data faktual yang berhubungan dengan dipahami dengan cara yang berbeda. Filsafat
peristiwa penting. Pencarian data-data ini juga sejarah kontemporer memahami fakta sejarah
didorong oleh banyak faktor, salah satunya sebagai hasil konstruksi dan rekonstruksi
adalah masalah makna dan kejernihan manusia; sejarah bukanlah peristiwa itu sendiri
faktanya. melainkan laporannya. Implikasinya adalah
c. Sistematis laporan itu bisa dikaji ulang dan maknanya pun
Dengan landasan metode, sejarah sebagai bisa berkembang sesuai dengan konteks
kisah ditulis secara sistematis. Hubungan antar penulis dan pembacanya.
bab dan hubungan antar sub bab pada setiap
bab disusun secara kronologis, sehingga uraian Penulisan Sejarah Kebudayaan Islam
secara keseluruhan bersifat diakronis
Selama ini sejarah kebudayaan Islam ditulis
(memanjang menurut alur waktu). Untuk
dengan cara kronologis. Penulisan cara seperti ini
mengetahui hubungan-hubungan kronologis
lazim dipakai untuk menuliskan kajian sejarah,
seperti itu dibutuhkan prosedur inquiry, yaitu
karena salah satu inti utama sejarah adalah
pencarian dan penemuan fakta dan makna
perubahan sistem sosial dalam perspektif waktu.
sejarah. Uraian sistematis akan menunjukkan
Penulisan kronologis ini juga sebagian
hubungan antara satu fakta dengan fakta lain
menunjukkan bahwa satu kejadian sejarah
yang bersifat kausalitas (hubungan sebab-
belakangan dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa
akibat), karena sejarah merupakan suatu
sebelumnya; atau minimal peristiwa sebelumnya
proses. Hal itu berarti kausalitas adalah hukum
bisa menjelaskan hadirnya fenomena baru dalam
sejarah. Penulisan sejarah bisa bersifat tematis
babak sejarah. Kronologi penulisan sejarah
dan sinkronis, artinya sejarah sebagai ilmu bisa
kebudayaan Islam yang ada masih lebih banyak
disusun berdasarkan tema dan konteks sosial
berbasis pada cerita mengenai pergantian
terjadinya peristiwa itu tetapi unsur utama
kekuasaan dan pemerintahan. Sedikit sekali ahli
sejarah (historical mindedness), yaitu
sejarah Islam yang menulis kejadian-kejadian
pentingnya waktu sebelum dan sesudah
penting dengan basis perkembangan masyarakat
peristiwa itu terjadi harus diperhatikan.
dan sistem sosialnya. Di antara sedikit ahli sejarah
d. Teoritis
itu adalah Ibn Khaldun.
Sejarah sebagai ilmu juga memiliki teori, yaitu
Di bawah ini dikemukakan kronologis
teori sejarah. Selain menggunakan metode dan
urutan penulisan sejarah:
teori sejarah, penulisan sejarah ilmiah dituntut
1. Zaman Jahiliyah Pra Islami
untuk menggunakan pendekatan
2. Masa Nabi Periode Makkah dan Madinah
multidimensional (interdisipliner), yaitu
3. Masa Khulafa al-Rasyidun
penerapan konsep dan teori ilmu-ilmu sosial
4. Masa Bani Umayyah + Abbasiyah
(antropologi, sosiologi, budaya, agama,
5. Masa Fatimiyah Syafawiyah + Mughal
ekonomi, politik, dll.) yang relevan dengan
6. Masa Penjajahan Bangsa Eropa
masalah sejarah yang dipelajari. Pendekatan
7. Masa Kemerdekaan Negara-negara Muslim.
ilmiah itu perlu dilakukan karena tulisan
(M. Hanafi, 2012: 47)
sejarah ilmiah harus bersifat deskriptif-analisis.
Teori digunakan untuk mempertajam daya Bentuk kronologis penulisan sejarah
analisis, sehingga diperoleh kejelasan kebudayaan Islam diawali dengan masa pra Islam
16 Abdul Rasyid: Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam«
Arab di Jazirah Arabia. Masa ini yang Terjemahannya: ³+DL RUDQJ-orang yang beriman,
melatarbelakangi penulisan sejarah berikutnya, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
yaitu kelahiran Nabi Muhammad, dakwah beliau diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
di Mekkah, peristiwa Hijrah ke Madinah. untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Periodesasi tersebut dilanjutkan dengan penulisan Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
peristiwa pada masa Khalifah al-Rasyidin yang \DQJ NDPX NHUMDNDQ ´ (Departemen Agama RI:
diikuti oleh hadirnya masa Bani Umayyah dan 2000: 254)
Masa Abbasiyyah. Dari masa ini penulisan Pengetahuan sejarah bisa menjadi modal
berlanjut pada masa keemasan kebudayaan Islam untuk menghindari hal-hal buruk yang akan
di Andalusia di wilayah Barat dan Bani terjadi dan membuka kemungkinan untuk
Fatimiyyah Syafawiyyah serta Mughal di wilayah melakukan sesuatu lebih baik. Pepatah yang
Timur. Setelah itu, penulisan sejarah ini PHQJDWDNDQ ³a donkey does not twice hurt it self
menceritakan masa Turki Usmani yang on the same stone´ VHHNRU NHOHGDL WLGDN DNDQ
dilanjutkan dengan kejatuhan khilafah Islam di terkena batu (kesandung) dua kali pada batu yang
tangan bangsa Eropa, Inggris, Prancis, Belanda, sama) mengajarkan bahwa pengetahuan mengenai
Jerman, Spanyol, dsb. masa lalu begitu penting, bahkan untuk seekor
Untuk kasus kebudayaan Islam Indonesia, hewan sekalipun, untuk mengantisipasi
titik mangsanya diawali dengan penyebaran ³NHFHODNDDQ´ GDODP VHMDUDK
agama Islam lewat saudagar-saudagar India dan
Arab yang masuk melalui Aceh. Di pulau Jawa, Pembelajaran Sejarah Kebudayan Islam
penulisan sejarah itu diawali dengan usaha-usaha Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
dakwah yang dilakukan oleh sejumlah ulama yang Islam
dikenal dengan nama Wali Songo. Alim-ulama ini
bekerja lebih banyak bekerja dengan latar dakwah Pembelajaran adalah bagian yang tak
sosial dari pada lewat kekuasaan politik. Akan terpisahkan dari pendidikan, dimaksudkan sebagai
tetapi, ini tidak berarti bahwa ulama-ulama ³SHPEHULDQ SHQJHWDKXDQ GDODP EHUEDJDL ELGDQJ
tersebut tidak punya andil dalam pembentukan melalui mata pelajaran di lembaga pendidikan,
kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, bahkan VHSHUWL VHNRODK ´ (Soeganda, Poebakwatja dan
sejarah baru negara Indonesia juga banyak Harahap, 1982: 271)
dipengaruhi oleh peran ulama-ulama berikutnya. Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat
Di samping itu juga ada genre atau jenis Pertaman Depdiknas menjelaskan bahwa
lain penulisan sejarah kebudayaan Islam. Pembelajaran adalah susunan informasi dan
Penulisan ini berdasarkan tema-tema tertentu lingkungan untuk menfasilitasi pembelajaran
seperti filsafat, teologi, seni, dan ilmu yaitu usaha untuk pengembangan pengetahuan,
pengetahuan. Meskipun demikian, penulisan keterampilan, dan sikap yang baru tumbuh saat
sejarah kebudayaan Islam secara kronologis masih individu berinteraksi dengan informasi dan
begitu dominan sampai saat ini. Oleh karena itu, lingkungan, dan terjadi setiap waktu. (Depdiknas ,
tidak mengherankan kalau sejarah kebudayaan 2002: 36)
Islam identik dengan istilah tarikh. Menurut hasil kajian S. Nasution, bahwa
hingga saat ini terdapat tiga model pembelajaran
Fungsi dan Manfaat Sejarah yang sering dikacaukan dengan pengertian
mengajar. Pertama, mengajar adalah
Prinsip hidup dalam Islam bahwa hari ini
menanamkan pengetahuan kepada peserta didik,
harus lebih baik dari hari kemarin menjadi sulit
dengan tujuan agar pengetahuan tersebut dikuasai
atau bahkan tidak bisa terpenuhi kalau kehidupan
dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik.
kemarin tidak diketahui. Dalam konteks ini
Mengajar pada tipe pertama ini dianggap berhasil
kemarin tidak dipahami sebagai satu hari lewat
jika peserta didik menguasai pengetahuan yang
dari hari ini, melainkan semua hari, minggu,
ditransferkan oleh guru sebanyak-banyaknya.
bulan, tahun, windu, abad, bahkan melinium yang
Kedua, mengajar adalah menyampaikan
sudah lewat. Dengan kata lain, hari kemarin yang
kebudayaan kepada peserta didik. Definisi yang
dimaksud adalah sejarah. Al-4XU¶DQ PHODOXL VXUDW
kedua ini pada intinya sama dengan definisi yang
al-Hasyr ayat 18 menyarankan orang beriman
pertama yang menekankan pada guru sebagai
untuk melihat hari kemarin untuk hari esok yang
pihak yang aktif. Ketiga, mengajar adalah suatu
lebih baik.
aktivitas mengorganisasi atau mengatur

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 1, Number 1, 2018: 13-25


Abdul Rasyid: Problematika 3HPEHODMDUDQ 6HMDUDK .HEXGD\DDQ ,VODP« 17
lingkungan sebaik-baiknya dan ilmu, sebagaimana yang dikaji dalam perguruan
menghubungkannya dengan peserta didik sehingga tinggi. Hal nilah menyebabkan pelajaran sejarah
terjadi proses belajar. (Nasution, S , 1995: 21) tidak berkembang seiring dengan perkembangan
Definisi mengajar model pertama dan sejarah sebagai ilmu. Fakta dan evidensi sejarah
kedua pada sebagian besar masyarakat dibutuhkan sebagai landasan berfikir untuk
tradisional masih banyak digunakan. Hasilnya menganalisis serta memahami realitas, bukan
adalah peserta didik yang banyak menguasai untuk dihafal. Begitu juga dengan belajar Sejarah
bahan pelajaran, namun mereka tidak tahu cara Kebudayaan Islam (SKI), tujuan dari
menggunakan dan mengembangkannya. pembelajaran agar peserta didik bisa
Mereka tak ubahnya seperti seorang anak bayi merefleksikan sejarah Islam dalam
yang diberikan makanan atau minuman oleh kehidupannya, maka diharapkan peserta didik
orang tuanya, namun ia tidak tahu dari mana mempunyai pemahaman sejarah Islam secara
asalnya makanan dan minuman tersebut, kontekstual dan bermanfaat bagi pribadinya.
bagaimana cara membuatnya, dan bagaimana (Nata, Abuddin , 2011: 51).
pula cara mendapatkannya. Sementara itu, Uraian di atas mengisyaratkan bahwa
definisi mengajar model ketiga, kini mulai peranan guru SKI sangat penting dalam
banyak digunakan, terutama pada lembaga- perencanaan dan proses pembelajaran di kelas.
lembaga pendidikan pada masyarakat modern. Dalam hal ini Muh. Uzer Usman
Hasilnya adalah peserta didik yang bukan hanya mengidentifikasikan tiga tahap tugas guru yang
menguasai bahan pelajaran tersebut, melainkan meliputi :
mereka mengetahui asal usulnya, cara a. Tahap sebelum pembelajaran (meliputi
mendapatkan dan mengembangkannya. Di era program satuan pelajaran, perencanaan
global yang mengharuskan lahirnya lulusan program pembelajaran;)
yang kreatif, inovatif, dinamis dan mandiri, model b. Tahap pembelajaran, yaitu berlangsungnya
pengajaran yang ketiga itulah yang perlu interaksi antara guru dengan siswa, siswa
dilaksanakan dalam pembelajara Sejarah dengan siswa baik secara individu maupun
Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah. Dengan kelompok;
menerapkan teori yang ketiga, maka yang c. Tahap sesudah pembelajaran, antara lain
terjadi bukan hanya mengajar yang meng- pekerjaan siswa, menilai kembali pelaksanaan
hasilkan penguasaan ilmu pengetahuan, proses belajar mengajar yang telah
melainkan juga pembelajaran yang menghasilkan berlangsung. (Muh. Uzer Usman , 2008: 23)
penguasaan terhadap metode pengembangan ilmu Pandangan pembelajaran efektif yang
pengetahuan, keterampilan, kepribadian, dan digunakan dalam tesis ini mencakup seluruh
seterusnya. Dengan cara demikian, dengan pandangan di atas, namun juga meluas lebih jauh
sendirinya akan terjadi kegiatan pembelajaran. dari pandangan-pandangan itu. Sebagai dasar
Menurut Winkel dalam Sugiyanto bahwa pembelajaran efektif memerlukan individu-
pembelajaran merupakan seperangkat tindakan individu yang dapat membantu perkembangan
yang dirancang untuk mendukung proses belajar hasil belajar akademik siswa mereka dan
peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian- membimbing mereka menuju tujuan-tujuan sosial,
kejadian eksternal yang berperanan terhadap moral, dan etika yang penting.
rangkaian kejadian-kejadian internal yang
berlangsung di dalam peserta didik. (Sugiyono, Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Sejarah
2010: 31). Pengaturan peristiwa pembelajaran Kebudayaan Islam di MTs
dilakukan secara seksama dengan maksud agar
terjadi belajar dan membuat berhasil guna. Oleh Mata Pelajaran SKI dalam kurikutum
karena itu pembelajaran perlu dirancang, Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian
ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
dikendalikan pelaksanaannya. diarahkan untuk menyiapkan peserta didik
Jadi pengertian pembelajaran Sejarah untuk mengenal, memahami, menghayati
Kebudayaan Islam (SKI) adalah bagaimana agar Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian
peserta didik mau belajar sejarah, melalui belajar menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life)
sejarah diharapkan peserta didik mampu melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
memahami pelbagai peristiwa sejarah. latihan, penggunaan pengataman dan pembiasaan.
(Hariyono, 1999: 177). jelas materi sejarah yang Mata pelajaran SKI Madrasah
diajarkan di sekolah bukanlah sejarah sebagai Tsanawiyah ini meliputi: sejarah dinasti
18 Abdul Rasyid: Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam«
Umayah, Abbasiyah dan al-Ayubiyah. Hal lain GLDPDWL ´ (Lexy J. Moleong, 2001: 3) Pendekatan
yang sangat mendasar adalah terletak pada seperti ini di arahkan kepada latar belakang
kemampuan menggali nilai, makna, aksioma, individu secara holistic atau utuh dan menyeluruh.
ibrah/hikmah, dalil dan teori dari fakta
sejarah yang ada. Oleh karena itu dalam Teknik Pengumpulan Data
tema-tema tertentu indikator keberhasitan
Pengumpulan data dilakukan dengan
belajar akan sampai pada capaian ranah afektif.
beberapa teknik agar tingkat validitas dan
Jadi SKI tidak saja merupakan transfer of
realibitas penelitian dapat dipertanggungjawabkan
knowledge, tetapi juga merupakan pendidikan
secara akademis. Jenis-jenis data yang diperoleh
nilai (value education).
dari penelitian kualitatif antara lain berupa
Tujuan dan fungsi pembelajaran Sejarah
catatan lapangan, rekaman wawancara, foto dan
Kebudayaan Islam, adalah:
lain-lain. Adapun teknik pengumpulan data
a. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
pengumpulan data dilakukan dengan teknik
Islam di Madrasah Tsanawiyah
wawancara mendalam dan wawancara bebas,
1) Memberian pengetahuan tentang sejarah
observasi atau pengamatan, dan dokumentasi.
Agama Islam dan kebudayaan Islam kepada
Ketiga teknim tersebut digunakan secara terpadu,
para peserta didik, agar memiliki data yang
baik dalam situasi yang sama atau berbeda-beda.
objektif dan sistematis tentang sejarah.
2) Mengapresiasi dan mengambil ibrah, nilai dan
makna yang terdapat dalam sejarah. Observasi/Pengamatan
3) Menanamkan penghayatan dan kemauan yang Pengamatan adalah alat pengumpulan data
kuat untuk mengamalkan nilai-nilai Islam yang dilakukan cara mengamati dan mencatat
berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
ada. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi
4) Membekali peserta didik untuk membentuk umum lingkungan sekolah dan proses belajar
kepribadiannya melalui imitasi terhadap mengajar dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Al-
tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk Khairaat Pakuli Kabupaten Sigi secara mendalam.
kepribadian yang luhur. Data yang didapatkan melalui observasi antara
b. Fungsi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan lain rincian kegiatan, prilaku serta seluruh
Islam di Madrasah Tsanawiyah interaksi yang terjadi di lokasi penelitian yang
Melalui sejarah peserta didik ditanamkan dapat diamati oleh peneliti.
menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang
luhur dan Islami dalam menjalankan Wawancara
kehidupan sehari-hari.
Wawancara suatu penelitian berbeda
dengan percakapan sehari-hari. Di dalam
wawancara terdapat suatu tujuan yang
METODE PENELITIAN
memperoleh keterangan atau pendapat dari
Jenis Penelitian seseorang informan/responden mengenai
fenomena tertentu dengan cara bertemu langsung
Jenis penelitian yang digunakan dalam
(face to face) maupun memanfaatkan sesama
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang
komunikasi seperti telepon atau internet. Menurut
menekankan pada penggunaan data lapangan
0ROHRQJ ZDZDQFDUD DGDODK ³SHUFDNDSDQ GHQJDQ
(alamiah). Data yang bersumber dari tatanan
PDNVXG WHUWHQWX´ 3HUFDNDSDQ LWX dilakukan oleh
realitas yang dilakukan langsung oleh peneliti
dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
dalam situasi apa adanya.
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara
Untuk menjelaskan pengertian pendekatan
yang memberikan jawaban atas pertanyaan.
kualitatif akan mengacu kepada beberapa konsep.
Teknik wawancara dilakukan dengan
Menurut Berg dan Taylor dalam Moleong bahwa
melalui wawancara mendalam yaitu suatu
jenis penelitian yang menggunakan pendekatan
mekanisme pengumpulan data yang dilakukan
kualitatif, yaitu penelitian yang lebih menekankan
melalui kontak komunikasi interaktif dalam
proses dari pada produk. Penelitian kualitatif
bentuk tatap muka antara peneliti dengan
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
informan atas dasar daftar pertanyaan yang telah
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dibuat. Wawancara mendalam merupakan teknik
dari orang-orang dan perilaku yang dapat
pengumpulan data yang efektif dan efesien, data

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 1, Number 1, 2018: 13-25


Abdul Rasyid: Problematika 3HPEHODMDUDQ 6HMDUDK .HEXGD\DDQ ,VODP« 19
tersebut berbentuk tanggapan, pendapat, 3. Menanamkan penghayatan dan kemauan yang
keyakinan, dan hasil pemikiran tentang segala kuat untuk mengamalkan nilai-nilai Islam
sesuatu yang dipertanyakan. Dengan wawancara berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang
tersebut peneliti dapat memperoleh informasi ada.
lengkap berupa pengalaman, pendapat perasaan, 4. Membekali peserta didik untuk membentuk
maupun pengetahuannya. kepribadiannya melalui imitasi terhadap
tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk
Dokumentasi kepribadian yang luhur.
Pembelajaran SKI di MTs Tsanawiyah Al-
'RNXPHQWDVL LDODK ³setiap bahan tertulis
Khairaat Pakuli dilaksanakan dengan beberapa
ataupun film, yang dipersiapkan karena adanya
pendekatan menyangkut cakupan materi pada
SHUPLQWDDQ VHRUDQJ SHQ\LGLN´ 7HNQLN
setiap aspek dikembangkan dalam suasana
dokumentasi, yaitu analisis data-data yang sudah
pembelajaran yang terpadu, meliputi:
tertulis dari buku-buku teks, majalah yang
1. Keimanan, yang mendorong peserta didik
berkaitan erat dengan permasalahan penelitian.
untuk mengembangkan pemahaman dan
Untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan
keyakinan tentang adanya Allah Swt. Sebagai
data, maka peneliti menggunakan instrumen
sumber kehidupan.
penunjang berupa, tape recorder dan alat-alat
2. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik
teknis lainnya.
untuk mempraktekkan dan merasakan hasit-
hasil pengamalan ajaran dalam kehidupan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sehari-hari sebagaimana yang dilakukan
Sahabat, khalifah dan para ulama.
Proses Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
3. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran
Islam di Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat
dengan membiasakan sikap dan perilaku yang
Pakuli Kabupaten Sigi
baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang
dicontohkan oleh Sahabat, khalifah dan para
Mata Pelajaran SKI dalam kurikutum
ulama.
Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian
4. Rasional, usaha meningkatkan kualitas
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
proses dan hasil pembelajaran SKI dengan
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik
pendekatan yang memfungsikan rasio
untuk mengenal, memahami, menghayati
peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai
Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian
yang ditanamkan mudah dipahami dengan
menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life)
penalaran.\
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
5. Emosional, upaya menggugah perasaan
latihan, penggunaan pengataman dan pembiasaan.
(emosi) peserta didik dalam menghayati
Mata pelajaran SKI Madrasah
berbagai peristiwa dalam sejarah Islam
Tsanawiyah ini meliputi: sejarah dinasti
sehingga lebih terkesan dalam jiwa
Umayah, Abbasiyah dan al-Ayubiyah. Hal lain
peserta didik.
yang sangat mendasar adalah terletak pada
6. Fungsional, menyajikan materi SKI yang
kemampuan menggali nilai, makna, aksioma,
memberikan manfaat nyata bagi peserta
ibrah/hikmah, dalil dan teori dari fakta
didik dalam kehidupan sehari-hari dalam
sejarah yang ada. Oleh karena itu dalam
arti luas.
tema-tema tertentu indikator keberhasitan
7. Keteladanan, yaitu pendidikan yang guru
belajar akan sampai pada capaian ranah afektif.
serta komponen madrasah lainnya sebagai
Jadi SKI tidak saja merupakan transfer of
teladan; sebagai cerminan dari individu
knowledge, tetapi juga merupakan pendidikan
yang meneladani sahabat, khalifah dan para
nilai (value education).
ulama.
Adapun tujuan pembelajaran SKI di MTs
Selain pendekatan yang dilakukan dalam
sebagai berikut:
pembelajaran SKI di MTs Al-Khairaat Pakuli,
1. Memberian pengetahuan tentang sejarah
yang paling penting juga dilakukan dalam
Agama Islam dan kebudayaan Islam kepada
pembelajaran SKI adalah penilaian. Penilaian
para peserta didik, agar memiliki data yang
dilakukan terhadap proses dan hasil belajar
objektif dan sistematis tentang sejarah.
peserta didik berupa kompetensi yang mencakup
2. Mengapresiasi dan mengambil ibrah, nilai dan
pengetahuan, sikap dan keterampilan serta
makna yang terdapat dalam sejarah.
pengamalan.
20 Abdul Rasyid: Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam«
Penilaian berbasis kelas terhadap ketiga komplek dan dari konkret ke abstrak.
ranah tersebut ditakukan secara proporsional Selanjutnya Setiap materi yang diajarkan
sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran kepada peserta didik mengandung nilai-nilai yang
dengan mempertimbangkan perkembangan terkait dengan perilaku kehidupan sehari-hari,
peserta didik serta bobot setiap aspek dari setiap misalnya mengajarkan materi sejarah keteguhan
materi. dan perjuangan para khalifah dalam
Hal ini yang perlu diperhatikan dalam menegakkan syari'at Islam, di dalamnya juga
penilaian SKI adalah prinsip kontinuitas, yaitu terkandung nilai-nilai keteladanan. Nilai-nilai inilah
guru secara terus menerus mengikuti yang harus ditanamkan kepada peserta didik dalam
pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan pembelajaran SKI (afektif).
peserta didik. Penilaiannya tidak saja merupakan Dari hasil pengamatan dan wawancara yang
kegiatan tes formal, melainkan juga: Penulis lakukan di MTs Al-Khairaat Pakuli,
1. Perhatian terhadap peserta didik ketika beberapa hal yang dilakukan guru SKI dalam
duduk, berbicara, dan bersikap. proses pembelajaran di MTs Al-Khairaat Pakuli.
2. Pengamatan ketika peserta didik berada di Peranan guru SKI dalam proses pembelajaran di
ruang kelas, di tempat ibadah, dan ketika MTs Al-Khairaat Pakuli dilakukan dengan tujuan
mereka bermain. untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran,
Dari berbagai pengamatan itu ada yang ada beberapa langkah yang mereka lakukan dalam
pertu dicatat secara tertulis terutama tentang proses pembelajaran SKI, hal ini sebagaimana
perilaku yang menonjol atau kelainan hasil wawancara yang dikemukakan oleh salah
pertumbuhan yang kemudian harus diikuti seorang guru SKI sebagai berikut:
dengan langkah bimbingan. Penilaian terhadap Dalam proses pembelajaran SKI di MTs
pengamatan dapat digunakan observasi, Al-Khairaat Pakuli ada beberapa langkah yang
wawancara, angket, kuesioner, skala sikap, dan dilakukan guru seperti:
catatan anekdot. a. Membuat rencana pelajaran
Dalam proses pembelajaran di MTs Al- b. Membuat silabus pengajaran
Khairaat Pakuli guru selalu melakukan c. Membuat penilaian siswa
pengorganisasian materi. Pengorganisasian materi d. Menyiapkan bahan ajar.
pada hakekatnya adalah kegiatan mensiasati proses Selanjutnya dalam menyusun rencana
pembelajaran dengan perancangan/rekayasa pembelajaran menurut informasi dari guru SKI
terhadap unsur-unsur instrumental metalui upaya perlu diperhatikan hal-hal menyangku :
pengorganisasian yang rasional dan menyeluruh. 1. Perencanaan pembelajaran yang meliputi,
Kronologi pengorganisasian materi i t u mencakup keseluruhan proses analisis kebutuhan dan
tiga tahap kegiatan, yaitu perencanaan, tujuan belajar serta pengembangan sistem
pelaksanaan, dan penilaian. Perencanaan terdiri penyampaiannya untuk memenuhi kebutuhan
dari perencanaan per satuan waktu dan dan mencampai tujuan belajar, yang meliputi
perencanaan per satuan bahan ajar. Perencanaan materi, kegiatannya, pola evaluasi.
per satuan waktu terdiri dari program tahunan 2. Komponen dalam pembelajaran yang meliputi
dan program semester. Perencanaan per satuan memahami karakter siswa, memanfaatkan
bahan ajar dibuat berdasarkan satu kebulatan sumber belajar yang beragam, melakukan
bahan ajar yang dapat disampaikan dalam satu pengembangan sesuai kebutuhan siswa, dan
atau beberapa kali pertemuan. Pelaksanaan pengelolaan manajemen kelas secara baik
terdiri dari langkah-langkah pembelajaran di (terencana sampai dengan evaluasinya).
dalam atau di luar kelas, mulai dari 3. Prinsip perencanaan pembelajaran yang
pendahuluan, penyajian, dan penutup. meliputi perencanaan disusun secara sistematis
Penilaian merupakan proses yang dilakukan dan pengembangan dari yang ada misalnya
terus menerus sejak perencanaan, pelaksanaan, aspek tujuan, materi, metode, media sumber
dan setelah pelaksanaan pembelajaran per belajar, evaluasi.
pertemuan, satuan bahan ajar, maupun satuan Kemudian dalam menentukan model
waktu. perencanaan pembelajaran SKI dalam proses
Dalam proses perancangan dan pelaksanaan pembelajaran di MTs Al-Khairaat Pakuli, berikut
pembetajaran hendaknya diikuti langkah-langkah ini dijelaskan oleh guru SKI adalah: Model
strategis sesuai dengan prinsip didaktik, antara perencanaan pembelajaran meliputi identifikasi
lain: dari mudah ke sulit; dari sederhana ke standar kompetensi, kompetensi dasar, identifikasi

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 1, Number 1, 2018: 13-25


Abdul Rasyid: Problematika 3HPEHODMDUDQ 6HMDUDK .HEXGD\DDQ ,VODP« 21
kemampuan awal dan karakteristik siswa, dicapai siswa menurut salah seorang guru SKI
merumuskan Silabus dan RPP mata pelajaran adalah:
SKI, mengembangkan tes acuan patokan, dan a. Dari segi kognitif, perubahan yang dicapai,
menentukan strategi pembelajaran seperti yaitu setiap siswa mampu menguasai materi
(metode, media, sumber belajar) pelajaran yang diberikan oleh guru, karena
Selanjutnya dalam usaha mengoprasikan sebelum materi pokok diuraikan, guru
perencanaan pembelajaran SKI di MTs Al- sebelumnya memberikan kesempatan siswa
Khairaat Pakuli guru SKI melakukan langkah- untuk memaparkan materi yang akan
langkah: dijelaskan, sehingga guru dapat menilai
1. Penentuan kebutuhan dan tujuan belajar kemampuan masing-masing siswa.
2. Pengorganisasian unit dan topik pelajaran b. Dari segi afektif, perubahan yang dicapai siswa
3. Penulisan kompetensi dasar dan menyusun adalah mampu mengamalkan peraturan-
urutannya peraturan yang berlaku di sekolah, seperti
4. analisis Kompetensi Dasar pakaian seragam dan ke rapian, tata cara
5. Penyiapan instrumen evaluasi hasil belajar pergaulan seperti bertutur kata yang baik,
siswa mengucapkan salam bila ketemu dengan guru,
6. Menentukan urutan kegiatan pembelajaran dan antusias dalam mengikuti pelajaran.
untuk tiap kompetensi dasar. c. Dari psikomotor, perubahan yang dicapai
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami siswa adalah mampu memperaktekan dan
bahwa dalam melaksanakan pembelajaran SKI di mempragakan hasil pelajaran yang mereka
MTs Al-Khairaat Pakuli harus betul-betul mampu terima, seperti hasit-hasil pengamalan ajaran
menciptakan suasana proses belajar mengajar dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana
yang bertumpu pada kompetensi sesuai dengan yang dilakukan Sahabat, khalifah dan para
kebutuhan siswa. ulama.
Menurut salah seorang guru SKI di MTs Dari pemaparan yang dikemukakan di atas,
Al-Khairaat Pakuli GLMHODVNDQ EDKZD ´ NHJLDWDQ merupakan hasil dari proses pembelajaran SKI.
belajar mengajar telah dipusatkan pada siswa, Selanjutnya dikemukakan oleh guru SKI bahwa
sebab siswa harus belajar mandiri dan apabila ada ³Galam pengembangan pembelajaran guru SKI di
kusulitan (tidak diketahui) maka baru diberi MTs Al-Khairaat Pakuli, metode mengajar yang
ELPELQJDQ´ diterapkan diantaranya metode pembelajaran aktif
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan model PAIKEM, yaitu model
SKI di MTs Al-Khairaat Pakuli kegiatan pembelajaran aktif, inovatif. Kreatif, efektif, dan
pembelajaran dilakukan dengan prinsip dasar guru menyenangkan, artinya guru hanya bertindak
dalam mengajar harus mampu mengembangkan sebagai fasilitator, pemberi arahan dan murid
keterampilan berfikir bagi siswa secara kritis, harus berusaha mencari sendiri dan lebih mandiri
logis, kreatif bersikap dan bertanggung jawab GDODP EHODMDU´
pada kebiasaan dan prilaku sehari-hari melalui Dari kenyataan tersebut, jelaslah bahwa
aktivitas pembelajaran secara aktif, hal ini sejalan prose pembelajaran SKI di MTs Al-Khairaat
dengan hasil wawancara guru SKI yang Pakuli, Guru perlu mengatur kapan siswa bekerja
mengemukakan tentang proses pembelajaran SKI secara perorangan, berpasangan, kelompok, jika
di MTs Al-Khairaat Pakuli bahwa: berkelompok kapan siswa di kelompokan
1. Guru SKI menerapkan pembelajaran yang berdasarkan kemampuan siswa dikelompokkan
dipusatkan pada siswa, karena siswa lebih berdasarkan kemampuan sehingga ia dapat
dipersiapkan untuk mandiri. berkonsentrasi membantu yang kurang.
2. Guru SKI menerapkan proses pembelajaran, Dari pengamatan dan wawancara penulis
interaksi dan komunikasi terjalin dengan baik dengan informan didapatkan informasi bahwa
dalam diskusi kelompok secara formal maupun dalam pembelajaran SKI di MTs Al-Khairaat
non formal. Pakuli, guru selalu menghargai setiap usaha dan
3. Guru SKI dalam pembelajaran menerapkan hasil kerja siswa, serta memberikan stimulus
semangat kerja sama dengani siswa. yang mendorong siswa untuk berbuat dan berfikir
4. Dalam pembelajaran SKI terjadi kondisi sambil menghasilkan karya dan pikiran kreatif.
ruangan yang menyenangkan dan juga di luar Dengan cara ini, memungkinkan siswa menjadi
ruang memberikan kesejukan. pembelajaran seumur hidup. Untuk itu guru SKI
Perubahan pada diri siswa menyangkut segi di MTs Al-Khairaat Pakuli perlu menggunakan
kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan yang beragam metode yang menyediakan beragam
22 Abdul Rasyid: Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam«
pengalaman belajar melalui contoh dan bukti yang gagasan, hasil kreasi dan temuannya kepada siswa
kontekstual. lain, guru atau pihak-pihak lain.
Namun menurut informasi dari guru SKI di
MTs Al-Khairaat Pakuli bahwa dalam kegiatan Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi
belajar mengajar yang dipusatkan pada siswa,
Setiap siswa memiliki rasa ingin tahu dan
perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebelum
daya imajinasi. Pembelajaran hendaknya
proses belajar mengajar dimulai antara lain:
mendorong dan menjadikan mereka bersikap
1. Pemberian pengetahuan tentang sejarah Islam
peka, kritis, mandiri, kreatif dan bertangungjawab.
dan kebudayaan kepada peserta didik.
2. Mengambil ibrah, nilai dan makna yang
Mengembangkan kemampuan social
terdapat dalam sejarah.
3. Menanamkan penghayatan dan kemauan yang Siswa akan belajar dengan baik jika
kuat untuk beraklaq mulia berdasarkan suasana di dalam kelas tercipta dengan kondisi
cermatan atas fakta sejarah yang ada yang akrab, komunikatif, berinteraksi antara siswa
4. Membekali peserta didik untuk membentuk dengan siswa, siswa dengan guru, suasana yang
kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh demikian akan menambah semangat belajar
keteleladanan sehingga terbentuk kepribadian dengan baik dan kreatif.
yang luhur
5. Belajar dengan melakukan aktivitas Menciptakan kondisi yang menyenangkan
6. Mengembangkan kemampuan sosial
Siswa akan belajar dan terus belajar jika
7. Mengembangkan keingintahuan
kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan,
8. Mengembangkan keterampilan pemecahan
nyaman dan jauh dari prilaku yang menyakitkan
masalah
perasaan siswa. Suasana belajar yang
9. Mengembangkan kreativitas siswa
menyenangkan sangat diperlukan karena otak
10. Mengembangkan kemampuan menggunakan
tidak akan bekerja optimal bila perasaan dalam
iptek.
keadaan tertekan. Perasaan senang biasanya akan
Dari beberapa prinsip yang dilakukan oleh
muncul bila belajaar diwujudkan dalam bentuk
guru SKI di MTs Al-Khairaat Pakuli dalam proses
permainan, melakukan sendiri dan eksprimen
pembelajaran sebagaimana yang tersebut di atas,
dengan menggunakan berbagai sumber belajar
sangat sejalan dengan beberapa prinsip
yang menarik.
pembelajaran yang telah ditentukan oleh para
Memiliki semangat mandiri, bekerjasama, dan
pakar pendidikan, maka penulis akan menjelaskan
berkompetisi
secara singkat prinsip-prinsip tersebut sebagai
berikut:
Siswa perlu dilatih untuk terbiasa bekerja
mandiri, bekerja sama, dan berkompetisi.
Pengajaran berpusat pada siswa
Kegiatan belajar mengajar perlu menyediakan
Setiap siswa berbeda dalam minat, tugas yang mendorong kerja mandiri, memberi
kemampuan, kesenangan, pengalaman, kecepatan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
dan gaya belajar. Siswa tertentu lebih mudah kemampuan dan semangat kompetisi secara
belajar dengan (tipe auditif), siswa lain lebih sportif dan juga menyediakan kegiatan yang
mudah melihat (tipe visual), atau dengan cara mendorong untuk bekerja sama dengan
melakukan kegiatan melalui gerak (tipe menjunjung solidaritas.
kinestetika). Oleh karena itu kegiatan
pembelajaran, organisasi kelas, materi Mengembangkan beragam kemampuan dan
pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan pengalaman belajar
carapenilaian perlu beragam sesuai dengan
karakteristik siswa. Siswa akan belajar secara optimal jika
Dengan demikian, kegiatan belajar pengalaman belajar yang disajikan dapat
mengajar dalam di MTs Al-Khairaat Pakuli mengembangkan berbagai kemampuan seperti
memungkinkan siswa bersosialisasi dengan kemampuan logis matematis, bahasa, dan lain-
menghargai perbedaan pendapat, sikap, lain. Sekolah perlu menyediakan berbagai
kemampuan, prestasi dan berlatih untuk bekerja pengalaman belajar yang memungkinkan
sama, melalui kegiatan mengkomunikasikan kecerdasan itu berkembang, sehingga anak
dengan berbagai kecerdasan yang berbeda dapat

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 1, Number 1, 2018: 13-25


Abdul Rasyid: Problematika 3HPEHODMDUDQ 6HMDUDK .HEXGD\DDQ ,VODP« 23
terlayani secara optimal. Memikirkan ulang apa Mata Pelajaran SKI dalam kurikulum
yang sedang dipikirkan atau apa yang sedang Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian
dikerjkan merupkan kegiatan penting dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
pemantapan pemahman yng dihailkan diarahkan untuk menyiapkan peserta didik
dikomunikasikan dan ditanggapi dalam wujud untuk mengenal, memahami, menghayati
diskusi (interaksi). Refleksi dapat juga terjadi bila Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian
guru sering mengajukan pertanyaan. menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life)
Dalam menerapkan beberapa komponen melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
yang dikemukakan di atas menurut salah seorang latihan, penggunaan pengataman dan pembiasaan.
guru SKI di MTs Al-Khairaat Pakuli dikatakan Mata pelajaran SKI Madrasah
baKZD ³Ketika melaksanakan komponen- Tsanawiyah ini meliputi: sejarah dinasti
komponen tersebut maka ada signifikan terjadi Umayah, Abbasiyah dan al-Ayubiyah. Hal lain
perubahan sikap dan karakter siswa dalam yang sangat mendasar adalah terletak pada
kegiatan belajar mengajar sejak diterapkannya kemampuan menggali nilai, makna, aksioma,
pembelajaran yang baik. Hal ini dapat dibuktikan ibrah/hikmah, dalil dan teori dari fakta
bahwa adanya motivasi yang berasal dari diri sejarah yang ada. Oleh karena itu dalam
peserta didik dan motivasi dari luar peserta didik.´ tema-tema tertentu indikator keberhasitan
Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan belajar akan sampai pada capaian ranah afektif.
pembelajaran SKI diharapkan siswa MTs Al- Jadi SKI tidak saja merupakan transfer of
Khairaat Pakuli dapat memenuhi standar knowledge, tetapi juga merupakan pendidikan
kompetensi lulusan SKI. Kemampuan ini nilai (value education).
berorientasi pada perilaku afektif dan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
psikomotorik dengan dukungan pengetahuan di MTs Al-Khairaat Pakuli. Kenyataannya, dalam
kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar
ketaqwaan kepada Allah swt. Kemampuan- pada mata pelajaran SKI di lingkungan MTs Al-
kemampuan yang tercantum dalam komponen Khairaat Pakuli, penulis menemukan beberapa
kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari problem yang secara langsung atau tidak langsung
kemampuan dasar umum yang harus dicapai di dapat menghambat proses pelaksanaan
MTs Al-Khairaat Pakuli yaitu: pembelajaran SKI. Problem itu tidak hanya ada
1. Kemampuan menggunakan informasi tentang pada pendidik maupun peserta didik sebagai
sejarah pembentukan dinasti Umayyah, pelaku dalam proses pendidikan akan tetapi juga
biografi dan kebijakan khalifah-khalifah terdapat pada faktor lingkungan internal dan
dinasti Umayah (Muawiyah bin Abi Sufyan, eksternal, juga pada manajemen, sarana dan
Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul prasarana. Problematika pelaksanaan
Malik, Umar bin Abdul Aziz dan Hisyam bin pembelajaran SKI yang ada di dalam MTs Al-
Abdul Malik), kemajuan-kemajuan dinasti Khairaat Pakuli adalah:
Bani Umayah (bidang politik dan militer, 1. Problematika Perserta Didik
bidang ilmu Agama Islam) dan mengkaji 2. Tenaga Profesional Guru SKI tidak Kompeten
keruntuhan Bani Umayyah. 3. Fasilitas dan Sarana prasarana
2. Kemampuan menggunakan informasi tentang 4. Waktu atau Jam Pelajaran sangat singkat
sejarah pembentukan dinasti Abbasiyah, 5. Stereotip atau Pandangan Negatif terhadap
biografi dan kebijakan kahlifah-khalifah bani Mata Pelajaran SKI
$EEDVL\DK $EX -D¶IDU $O 0DQV\XU +DUXQ $O 6. Dominasi Pengetahuan Aspek Kognitif
Rasyid dan Abdullah Al Makmun), kemajuan 7. Metode Pembelajaran yang monoton.
dinasti Abbasiyah (bidang sosial budaya Selanjutnya problematika pembelajaran
politik dan militer) dan mengkaji sebab-sebab SKI di MTs Alkhairaat Pakuli tersebut Penulis
keruntuhannya. akan uraiakan secara singkat berdasarkan hasil
3. Kemampuan mengunakan informasi tentang wawancara dan observasi.
sejarah pembentukan dinasti Al Ayyubiyah
serta mengkaji sebab-sebab keruntuhannya. Problematika Peserta Didik
Dalam pelaksanakan pembelajaran SKI di
Problematika Pembelajaran Sejarah
MTs Alkhairaat Pakuli, ditemukan beberapa
Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah
problem berkaitan dengan peserta didik
Al-Khairaat Pakuli Kabupaten Sigi
sebagaimana berikut:
24 Abdul Rasyid: Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam«
1) Rendahnya tingkat perekonomian sebagian dalam mengajarkan pelajaran sejarah
besar wali murid. Sebagian besar orang tua kebudayaan Islam.
peserta didik adalah golongan masyarakat c. Kurang terjalin kerja sama orang tua (wali
kelas menengah bawah dengan penghasilan murid) dengan pendidik untuk sama dapat
yang kurang mencukupi untuk membiayai membimbing mereka. Hal ini dikarenakan
kebutuhan hidup sehari-hari mereka, sehingga keadaan kehidupan mereka. Perhatian orangtua
mereka kurang memberikan perhatian terhadap murid hanya tertuju pada soal ekonomi,
perkembangan pendidikan anak-anak mereka. sehingga mereka tidak memeperhatikan apa
Sehingga ada salah satu dari Mereka tidak yang dibutuhkan oleh peserta didik.
dapat melanjutkan sekolah dikarenakan
keterbatasan biaya kebutuhan hidup yang ada. Fasilitas dan Sarana Pembelajaran SKI
2) Tingkat kecerdasan yang berbeda antar peserta
Sarana pendidikan adalah peralatan dan
didik. Perbedaaan tingkat kecerdasan antara
perlengkapan yang secara langsung dipergunakan
satu peserta didik dengan yang lain yang akan
dalam menunjang proses pendidikan khususya
menimbulkan permasalahan bagi peserta didik
proses belajar mengajar seperti gedung, ruang
yang mampu dengan yang tidak mampu
kelas, meja, kursi serta peralatan dan media
sehingga akan sulit bagi pendidik menerapkan
pengajaran yang lain. Adapun yang dimaksud
tujuan intruksional khusus.
dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang
3) Asal lulusan yang berbeda. Sebagian peserta
secara tidak langsung menunjang jalanya proses
didik di MTs Alkhairaat Pakuli adalah lulusan
pendidikan atau pengajaran seperti kebun,
MI dan sebagaian adalah lulusan SD.
halaman, taman sekolah, jalan menuju sekolah.
Perbedaan asal sekolah tersebut mempengaruhi
Jadi sarana dan Fasilitas merupakan sub sistem
modal awal peserta didik dalam menempuh
yang amat penting.
pendidikan agama Islam di MTs Alkhairaat
Dalam pelaksanakan pembelajaran SKI di
Pakuli, dimana peserta didik yang berasal dari
MTs Alkhairaat Pakuli, ditemukan beberapa
MI lebih mengerti daripada mereka yang
problem berkaitan dengan sarana dan prasarana
berasal dari lulusan SD. Hal ini disebabkan
pendidikan sebagaimana berikut ini:
karena lebih besarnya porsi pendidikan agama
a. Permasalahan yang terjadi di Madrasah
Islam di MI dibandingkan dengan SD.
Tsanawiyah Al-Khairaat Pakuli adalah
kurangnya sarana dan fasilitas seperti Media
Problematika Tenagan Pendidik SKI
Pelajaran, alat pelajaran, Perpustakaan, Buku
Tenaga Pengajar merupakan salah satu dan lain sebagainya, sehingga pembelajaran
faktor pendidikan yang amat penting, ukuran SKI cenderung seadanya. SKI yang diklaim
Tenaga Pengajar yang baik adalah kompetensi hanya mata pelajaran pelengkap sering kali
dan profesional. Tenaga Pengajar yang kompeten kurang diberi prioritas dalam urusan fasilitas.
akan menuju kepada Pendidikan profesional b. Kurangnya perangka dan alat-alat laboratorium
dalam melaksanakan proses belajar mengajar. SKI sehingga menyebabkan sulitnya pengajar
Dalam pelaksanakan pembelajaran SKI di untuk menerapkan implementasi materi dalam
MTs Alkhairaat Pakuli ditemukan beberapa mendukung ketercapaian pembelajaran.
problem berkaitan dengan para pendidik sebagai Sarana pendidikan diharapkan dapat
berikut: memberikan kontribusi secara optimal dan berarti
a. Tenaga Pendidik SKI di MTs Alkhairaat pada jalanya proses pendidikan. Dengan demikian
Pakuli semuanya non PNS (honorer) dan apabila pendidikan memanfaatkan dan
bergaji sangat rendah sehingga membawa menggunakan sarana pendidikan, maka peserta
dampak kurangnya tanggung jawab dan didik akan memiliki pemahaman yang bagus
motivasi pendidik untuk mempresentasikan tentang materi yang diperoleh, dan juga
materi pelajaran. diharapkan akan memiliki moral yang baik.
b. Problema lain yang terjadi pada tenaga Sarana dan prasarana pendidikan yang baik,
penddik SKI di Madrasah Tsanawiyah Al- diharapkan dapat menciptakan sekolah yang
Khairaat Pakuli adalah guru yang mengajarkan bersih, rapi dan indah sehingga menciptakan
mata pelajaran SKI tidak sesuai dengan latar sekolah yang menyenangkan bagi pendidik
belakang pendidikannya dan terdapat tenaga maupun peserta didik yang berada di sekolah
Pengajar SKI yang tidak ahli dan profesional Untuk mewujudkan sarana dan prasarana
pendidikan tersebut diperlukan dana yang

Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 1, Number 1, 2018: 13-25


Abdul Rasyid: Problematika 3HPEHODMDUDQ 6HMDUDK .HEXGD\DDQ ,VODP« 25
memadai, namun seperti yang telah dijelaskan di M. Hanafi, 2012. Pembelajaran Sejarah
atas, bahwa kendala yang terjadi adalah Kebudayaan Islam, Jakarta: Direktorat
kurangnya dana dalam pengelolaan Madrasah di Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat Pakuli.
Agama RI.
Problematika Waktu atau Jam Pelajaran SKI Nata, Abuddin. 2011. Perspektif Islam tentang
Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Kurangnya waktu menjadi problem Prenada Media Group
tersendiri dalam pelaksanaan pembelajaran di
Soeganda, Poebakwatja dan Harahap, 1982.
Madrasah Tsanawiyah Al-Khairaat Pakuli.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa waktu Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung
pembelajaran yang dilaksanakan di Madrasah Agung
Tsanawiyah Al-Khairaat Pakuli kurang lebih Sugiyanto, 2010. Model-Model Pembelajaran
berkisar antara 2 jam/perminggu, sedang materi Inovatif. Surakarta, Yuma Pustaka.
begitu padat dan memang penting, yakni menuntut
pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak
dan keperibadian yang berbeda jauh dengan
tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya. Hal ini
akan menjadi kendala di saat guru melakukan
proses pembelajaran SKI yang terkesan buru-
buru.

PENUTUP
Adapun kesimpulan dari pembahasan tesis
ini mengenai problematika pembelajaran SKI di
Madrasah AlKhairaat Pakuli Kabupaten Sigi
adalah: problematika pembelajaran sejarah
kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Al-
Khairaat Pakuli Kabupaten Sigi antara lain; 1)
Problematika Perserta Didik, 2) Problematika
Tenaga tenaga pengajar SKI, 3) Problematika
Fasilitas dan Sarana prasarana, 4) Problematika
Waktu atau Jam Pelajaran sangat singkat, 5)
Problematika Stereotip atau Pandangan Negatif
terhadap Mata Pelajaran SKI, 6) Problematika
Dominasi Pengetahuan Aspek Kognitif dalam
pembelajaran SKI, 7) Problematika Metode
Pembelajaran yang monoton.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis


Kompetensi Guru Pelajaran Bahasa
Indonesia, ³0HWRGH 3HPEHODMDUDQ´
Jakarta, Media Press.
Departemen Agama RI, 2000. Al-4XU¶DQ
danTerjemahnya, Jakarta: Proyek Pengadan
Kitab Suci Al-4XU¶DQ
Lexy J. Moleong, 2001. Metodologi Penelitian
Kualitatif, Cet. II. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muh. Uzer Usman , 2008. Belajar dan
Pembelajaran, Cet. I. Bandung: Mizan,
2008.

Anda mungkin juga menyukai