Manajemen Strategi
Manajemen Strategi
Manajemen Strategi
NPM : 18.500.0212
Mata Kuliah : Manajemen Strategi
Hari/ Tanggal :
Waktu : 120 menit/online
Dosen : Fariaman Purba
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Manajeman
Strategis dan Pengambilan Keputusan.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini terutama kepada bapak Fariaman
Purba.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian Manajemen
Secara umum, manajemen adalah suatu proses di mana seseorang dapat mengatur
segala sesuatu yang dikerjakan oleh individu atau kelompok. Manajemen perlu dilakukan
guna mencapai tujuan atau target dari individu ataupun kelompok tersebut secara kooperatif
menggunakan sumber daya yang tersedia.
Para ahli memandang ilmu manajemen dengan pengertian beragam. Mary Parker
Follet, manajemen adalah seni dalam menyelesaikan tugas melalui perantara. Dalam hal ini,
manajemen dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang manager
untuk mengarahkan bawahan atau orang lain dalam menyelesaikan pekerjaan demi
tercapainya sebuah tujuan.
Beralih ke George Robert Terry, yang mengartikan manajemen sebagai proses khas
dari beberapa tindakan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
1
pengawasan. Seluruh tindakan tersebut bertujuan mencapai target dengan memanfaatkan
semua sumber daya yang tersedia.
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai ilmu manajemen tersebut, pengertian
manajemen tidak jauh dari usaha untuk mencapai sebuah tujuan dengan cara mengelola dan
mengawasi. Dari penjelasan para ahli tersebut, Anda tentu sudah memahami pengertian dari
ilmu manajemen.
2. Pengertian Strategi
Strategi merupakan suatu pedekatan yang semua berkaitan dengan pelaksanaan
gagasa, perencanaan serta eksekusi dalam aktivitas yang memiliki kurun waktu tertentu.
Strategi merupakan suatu pedekatan yang semua berkaitan dengan pelaksanaan gagasa,
perencanaan serta eksekusi dalam aktivitas yang memiliki kurun waktu tertentu. Strategi
yang baik ada pada koordinasi dalam tim kerja, mempunyai tema, serta melakukan
identifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip pelaksanaan gagasan yang
rasional, efisien dalam melakukan pendanaan, serta mempunyai cara untuk mencapai
sebuah tujuan secara efektif dan efisien. Strategi mepunyai perbedaan dalam taktik yang
dimilikinya, ruang lingkup lebih sempit serta waktu yang dimiliki lebih singkat, meskipun
secara umum orang sering mencampuradukan ke dua kata itu.
Menurut Siagaan strategi adalah serangkaian keputusan sarta tindakan yang
mendasar yang dibuat oleh menejemen puncak dan diterapkan kesemua jajaran dalam
organisasi untuk pencapaian tujuan organisasi.
2
Menurut Pearce Strategi adalah suatu rencana dari suatu perusahaan, yang
mencerminkan kesadaran perusahaan mengenai kapan, dimana serta bagaimana harus
bersaing dalam menghadapi lawan dengan maksud dan tujuan tertentu.
Menurut Kaplan dan Norton strategi adalah seperangkat hipotesis dalam model
hubungan cause dan effect yaitu hubungan yang bisa diekspresikan dengan hubungan antara
if dan then.
A.Halim mengemukakan strategi yakni cara dimana organisasi atau lembaga akan
mencapai sebuah tujuan yang sesuai dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal
yang dihadapi dan kemampuan internal serta sumber daya.
3
Manajemen strategis menurut David (2002:5) adalah Seni dan pengetahuan untuk
merumsukan, mengimplementasikan and mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang
membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya.
Manajemen strategis menurut Hunger dan Wheelen (2003:4) adalah Serangkaian
keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka
panjang.
Dengan demikian dari definisi di atas dapat diketahui fokus manajemen strategis
terletak dalam memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi,
penelitian dan pengembangan, serta system informasi komputer untuk mencapai
keberhasilan organisasi. Manajemen strategis di katakan efektif apabila memberi tahu
seluruh karyawan mengenai sasaran bisnis, arah bisnis, kemajuan kearah pencapaian
sasaran dan pelanggan, pesaing dan rencana produk kami. Komunikasi merupakan kunci
keberhasilan manajemen strategis.
Dari pengertian-pengertian yang cukup luas tersebut menunjukkan bahwa
manajemen stratejik merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai
komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara
serentak (bersama-sama) kearah yang sama pula. Komponen pertama adalah perencanaan
strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari visi, misi, tujuan dan strategi utama
organisasi. Sedangkan komponen kedua adalah perencanaan operasional dengan unsure-
unsurnya sasaran dan tujuan operasional, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa
fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan
situsional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan
balik.
Keputusan strategis berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka
panjang untuk organisasi secara keseluruhan dan mempunyai tiga karakteristik Hunger dan
Wheelen (2003 :3) yaitu :
1. Rare adalah keputusan-keputusan strategis yang tidak biasa dan khusus, yang tidak
dapat ditiiru.
4
3. Directive adalah keputusan-keputusan strategis yang menetapkan keputusan yang
dapat ditiru untuk keputusan-keputusan lain dan tindakan-tindakan di masa ang akan datang
untuk organisasi secara keseluruhan.
Disamping itu pengertian manajemen strategik yang telah sebutkan terakhir dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu :
1. Manajemen strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam arti
mencakup seluruh komponen dilingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk
rencana strategis (Renstra) yang dijabarkan menjadi perencanaan operasional, yang kemudian
dijabarkan pula dalam bentuk program kerja dan proyek tahunan.
3. Visi, misi, pemilihan strategi yang menghasilkan strategi induk, dan tujuan strategi
organisasi untuk jangka panjang merupakan acuan dalam merumuskan rencana strategi,
namun dalam teknik penempatannya sebagai keputusan manajemen puncak secara tertulis
semua acuan tersebut terdapat didalamnya.
4. Renstra dijabarkan menjadi rencana operasional yang antara lain berisi program-
program operasional termasuk proyek-proyek, dengan sasaran jangka sedang masing-masing
juga sebagai keputusan manajemen puncak.
5. Penetapan renstra dan rencana operasi harus melibatkan manajemen puncak karena
sifatnya sangat mendasar/prinsipil dalam pelaksanaan seluruh misi organisasi, untuk
mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi jangka sedang termasuk
panjangnya.
5
Pengertian yang cukup luas manajemen strategi menunjukkan bahwa manajemen merupakan
suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak kearah yang sama
pula. Komponen pertama adalah Perencanaan Strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri
dari Visi, Misi, Tujuan strategi organisasi. Sedang komponen kedua adalah Pelaksanaan
Operasional dengan unsur- unsurnya adalah sasaran atau Tujuan Operasional, Pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen berupa situasional, jaringan kerja internal dan eksternal, fungsi
kontrol dan evaluasi serta umpan balik.
1. Tahap formulasi strategi, yaitu pembuatan pernyataan visi, misi, dan tujuan
3. Tahap evaluasi strategi , yaitu proses evaluasi apakah implementasi strategi dapat
mencapai tujuan
4. Intuisi
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran
rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia
lain dan di luar kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca
sebuah buku. Ternyata, di dalam buku itu ditemukan keterangan yang dicarinya selama
bertahun-tahun. Atau misalnya, merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat, ternyata di
sana ia menemukan penemuan besar yang mengubah hidupnya. Namun tidak semua intuisi
berasal dari kekuatan psikis. Sebagian intuisi bisa dijelaskan sebab musababnya.
6
Sampai saat ini dipercaya bahwa intuisi yang baik dan tajam adalah syarat agar
seseorang dapat sukses dalam hidup. Oleh karena itu tidak mengherankan jika banyak buku-
buku mengenai kiat-kiat sukses selalu memasukkan strategi mempertajam intuisi
intuisi dalam bahasa sederhana bisa diartikan getaran hati (jiwa) akan sesuatu hal
(Kausalitas) yang dihadapi atau yang akan terjadi. Getaran hati atau mungkin bisa juga
diartikan "perasaan" akan sesuatu (itu) muncul atau terasa. Akal (sehat) berpikir dan
berbicara (sehat) akan membuat hati/perasaan sehat (tenang), begitupun sebaliknya.
5. Visi, Misi
Setiap organisasi mempunyai tujuan dan alasan yang unik untuk keberadaannya.
Keunikan ini harus dicerminkan dalam visi dan misi. Pernyataan visi yang baik
mengungkapkan pelanggan, produk atau jassa, teknologi, pasar, pemikiran untuk bertahan
hidup (pertumbuhan dan keuntungan), pemikiran untuk karyawan, pemikiran untuk citra
publik/masyarakat, dan perusahaan. Terdapat delapan karakteristik dasar yang berfungsi
sebagai kerangka kerja praktis untuk mengevaluasi dan menuliskan pernyataan misi.
7
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN
Ketika itu ada kecenderungan manajemen strategis versi ABRI ini hendak dijadikan
model untuk mendukung perencanaan strategis pembangunan nasional versi pemerintah, akan
tetapi hal ini tidak berkembang sebagai keputusan manajerial, kecuali pro dan kontra
kehendak masing-masing. Ketika lingkungan mendadak berubah dalam suatu era reformasi
menuju pemerintahan demokratis (demokratic gover-nance) yang mengandaikan semua itu
dirumuskan dan dilaksanakan dengan parameter prinsip supremasi otoritas politik (civilian
supremacy), mekanisme checks and balances dan terse-dianya instrumen transparansi
kebijakan yang membuka peluang bagi akuntabilitas publik,maka berkembanglah pemaham-
an dan pengetahuan praktis tentang perencanaan strategis sehingga banyak pihak mulai
melihat secara terbuka dan meragukan kontribusi riil yang disumbangkan oleh manajemen
strategis untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi yang overlap dengan tujuan ABRI.
8
Lalu mulai dikeluhkan tentang fungsi dan efektifitas perencanaan strategis, di saat
yang sama juga mulai dirasakan sulitnya melakukan eksekusi strategi seperti yang telah
direncanakan. Manajemen strategik hanya memberi perhatian pada faktor internal organisasi
(ABRI), khususnya manajemen keuangan. Dengan kata lain, baik dalam wilayah perencanaan
strategik maupun implementasi strategik, posisi manajemen strategik dikalangan TNI saat ini
sedang dipertanyakan terlebih dengan semakin meningginya turbulensi lingkungan strategis
dan intensitas pembaruan.
9
Anggaran dan pengawasan keuangan
Perencanaan jangka panjang
Perencanaan strategik
Manajemen strategik
10
berlaku. Yang khas dari tahapan ini adalah, mulai dikenalnya pemrograman dan
penganggaran, model kedua ini dikenal setelah perang dunia II berakhir, tahun lima
puluhan ketika ekonomi dunia sedang tumbuh.
Dalam model ketiga yang amat berbeda dengan sebelumnya, mengetengahkan
berbagai konsep dan analisa baru yang disebabkan karena lingkungan organisasi telah
banyak berubah, khususnya sejak dasawarsa enam puluhan dimana ekonomi tumbuh
tidak sepesat sebelumnya. Tingkat persaingan antar organisasi semakin tajam, sehingga
diperlukan analisa perkembangan lingkungan strategik. Di sinilah sesungguhnya pola
pokok berfikir strategis dalam manajemen di-mulai, dan dasar-dasar dari model
manajemen strategik mulai tebentuk. Pada dasawarsa tujuh puluhan diperkenalkan
konsep segmentasi, dimana misi organisasi yang semakin luas di -akomodasikan dalam
struktur kemandirian divisional sebagai unit usaha strategik yang digunakan untuk
memahami proses organisasi dihadapkan dengan analisa lingkungan strategik. Dan disaat
yang sama, juga diintrodusir berbagai strategi pokok (grand strategy) seiring dengan
diperkenalkan profil/postur organisasi.
Pada tahap akhir perkembangan model yang ketiga ini, muncul kekhawatiran akan
berkurangnya sifat perencanaan yang konprenhensif, seiring dengan kemandi-rian unit
strategis yang dapat berakibat perbedaan kepentingan organisasi secara menyeluruh
dengan kepentingan unit strategis (model divisional). Oleh sebab itu untuk perencanaan
perlu di-susun dari dua arah secara bersamaan. Jadi tidak hanya berdasar pada prinsip
perencanaan dari bawah (bottom up planning) tapi juga perencanaan dari atas (top down
planning).
Di saat yang sama pula mulai timbul kekhawatiran tentang adanya penekanan yang
berle- bihan pada aspek rasional dan analitis yang melekat pada perencanaan yang mulai
meninggalkan aspek seni (art) dan kepemimpinan (leadership), yang mengakibatkan
pemberdayaan fungsi tertinggal atau tidak diperhatikan, ada kecenderungan untuk secara
berlebihan memberikan perhatian pada pentingnya fungsi perencanaan, seolah hanya
dengan pe-rencanaan yang tepat, organisasi dengan sendirinya akan berjalan mencapai
tujuannya. Perencanaan memang merupakan fungsi penting oleh karena
gagasan/pemikiran dan keputusan serta tanggung jawab eksekutif berada di dalamnya.
Akan tetapi itu saja belum menjadikan jaminan adanya mobilisasi seluruh sumber daya
dan dana yang ada dalam organisasi.
Perlu adanya dukungan fungsi manajemen yang lain, khususnya yang berkaitan
dengan pelaksanaan dan pengawasan antara lain : Struktur organisasi , sistem
11
imbalan/kompensasi, informasi dan komunikasi. Motivasi dan iklim kerja, sistem nilai
dan budaya organisasi serta pengendalian dan pengawasan. Pemikiran inilah yang
melandasi munculnya apa yang kini disebut dengan manajemen strategik (strategic
manajemen), artinya berfikir cerdas, strategik digabung dengan proses manajemen.
Segala sesuatu yang bersifat strategis tidak hanya berhenti sampai pada pe-rencanaan,
sekalipun perencana-an tersebut bersifat global. Strategi operasi juga sangat diperlukan,
sebab mobilisasi daya dan dana yang diperlukan untuk menggerakkan roda orga-nisasi
baru akan terwujud bila perencanaan diikuti oleh tin- dakan/eksekusi dan pengendalian
yang konsisten. Bahkan dua fungsi manajemen yang disebut belakangan itulah yang
lebih menentukan kegagalan atau keberhasilan institusi. Jadi pada dasarnya manajemen
strategik adalah perkembangan lebih jauh dari model-model manajemen yang sudah ada
khususnya model tahap ketiga atau dapat dikatakan manajemen strategik adalah
manajemen modern.
b. Leverage Ratios
c. Profitability Ratios
12
d. Turnover Ratios
2. Long-Range Planning
2. Muncul sebagai respons dari pertumbuhan pasar yang belum pernah terjadi
sebelumnya, tidak cukup lagi kalau hanya berpegangan pada proyeksi
budget yang cuma satu tahun
saja.
2. Starting point adalah pada multi year forecast dari penjualan perusahaan.
6. Jika salah satu dari kondisi tersebut tidak dapat terpenuhi maka long-range
planning akan sulit untuk dijalankan.
14
- differentiation
- focus
15
4. Corporate Strategic Planning
4. Ketidakpastian muncul juga disebabkan oleh perilaku yang lebih tegas dari
kelompok tertentu dalam masyarakat yang menuntut perhatian yang lebih
besar dari perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Kelompok tersebut
adalah stakeholders. Stakehoders bukan hanya terdiri dari pemegang
saham, creditor, klien, supplier, manager, dan karyawan saja tetapi juga
pemerintah, masyarakat, konsumen, aktivis lingkungan hidup, dan lain
sebagainya.
16
pemahaman mereka tentang arus yang berlaku dengan tujuan perjalanan mereka dan
keterampilan mereka sendiri dengan kemudi. Orang Yunani menganggap
kebijaksanaan strategis berosilasi antara posisi dan perspektif yang berbeda menuju
tujuan tertentu. Konsep strategi pra-modern menekankan pada kualitas personal dan
relasional daripada tujuan. Selanjutnya, peta pra-modern berkembang dan “organik,”
dalam arti bahwa mereka dapat ditambahkan, ditafsirkan kembali, dan dimodifikasi
sesuai dengan pengalaman tertentu. Penggambaran gunung, lembah, atau tonggak
penting lainnya dan indikator kemajuan tertentu dapat dengan mudah ditambahkan
ke peta. Relativisme subyektif ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
konsep strategi orang-orang Yunani kuno.
Sementara pandangan ini dapat dikaitkan dengan apa yang sekarang disebut
kurangnya perspektif pengetahuan, itu juga karena world view yang berbeda dan cara
menerima sebuah hubungan manusia dengan dunia. Daripada pandangan dunia Barat
modern yang ada saat ini untuk memastikan pengetahuan obyektif dari perspektif
yang terpisah atas dan di atas peristiwa tertentu, orang-orang Yunani kuno melihat
dunia secara subyektif. Dengan kata lain, hubungan mereka dengan banyak hal
adalah pengetahuan. Karena mereka melihat manusia secara individu sebagai
mikrokosmos dari makrokosmos “universal”, orang-orang Yunani kuno mencari
pengetahuan dengan menemukan karakteristik tertentu dalam diri mereka sendiri
sebelum melanjutkan untuk menciptakan hubungan dengan hal-hal lain dengan
melihat koneksi analog. Jadi, mereka memandang tanaman, hewan, dan tanah
sebagai organisme cerdas dengan “kepribadian” dan tujuan tertentu. Seiring waktu,
pandangan ini diperluas dan dikaitkan dengan kisah-kisah yang berkaitan dan
dikaitkan dengan dewa-dewa tertentu.
Dalam konteks global, ada budaya dan masyarakat saat ini yang memiliki world
view yang serupa dengan berbagai tingkatan – budaya yang sangat relasional,
kontekstual, subyektif, dan fatalistik dalam perspektif mereka. Jika seorang eksekutif
mengasumsikan world view, itu bisa menjadi perjuangan untuk menyesuaikan diri
dengan pandangan Barat kontemporer tentang strategi sebagai hal yang terpisah,
rasional, dan objektif. Sementara kerangka dan world view yang memengaruhi
konsepsi strategi bisa sangat berbeda, cara berpikir ini tidak kalah dengan cara
apapun. Namun, world view yang berbeda dimanifestasikan dan diperburuk selama
diskusi tentang strategi ketika harapan-harapan konseptual menjadi eksplisit. Kita
17
menemukan bahwa memahami proses learning yang mendukung pemikiran strategis
dapat mengurangi perbedaan mendasar dalam konsep.
Mengingat sifat subjektif, interpretatif, dan terbuka dari pengetahuan, kebijaksanaan
juga dipersepsikan berbeda oleh orang Yunani kuno. Mitos dan kepercayaan dasar
mereka pada banyak dewa dan dewi yang berkepribadian, yang masing-masing
memiliki kesukaan dan persamaan tertentu, sangat berbeda dengan dewa kesatuan
Yudeo-Kristen kesatuan yang mahahadir dan mahakuasa. Lebih jauh lagi, orang-
orang Yunani kuno mengasumsikan perdebatan yang tak terselesaikan antara dan
mutualitas ketidakpastian dan kosmos (keteraturan). Sementara kita telah belajar
untuk melihat paradoks dan kontradiksi sebagai penghalang pembuatan strategi hari
ini, mereka melihat paradoks, ambivalensi, dan kontradiksi sebagai hal yang alami.
Akibatnya, orang-orang Yunani tidak melihat kebijaksanaan sebagai hal yang
mampu mewakili urutan hal-hal dengan kepastian obyektif untuk tujuan membawa
ketidakpastian dan kontrol, tetapi lebih sebagai meto. Metos mengacu pada
kemampuan untuk berosilasi atau mengarahkan jalan antara dunia ketertiban
(kosmos), bentuk dan hukum, dan berhubungan dengan ketidakpastian, yang
mencakup banyak hal, tidak stabil, dan sifat tak terbatas dari urusan untuk terlibat
dalam pemetaan courses yang bijaksana.
Seperti dijelaskan oleh Stephen Cummings dalam Gambar Strategi, fitur metos ini
dari konsep strategi Yunani kuno dicirikan oleh kemampuan untuk membawa
sejumlah kerangka kerja yang berbeda yang dapat digunakan untuk menghadapi
situasi tertentu pada saat tertentu dan bergerak cepat antara dua ranah keteraturan dan
ketidapastian ini. Seorang ahli strategi harus cukup cerdik untuk menentukan
tindakannya dan dapat pergi ke berbagai arah sesuai kebutuhan.
Sesuai dengan konsep meto ini, strategi adalah tentang bergerak di antara keteraturan
dan ketidakpastian. Itu tentang pemikiran dan perencanaan jangka panjang yang
terlepas dari tindakan sebelumnya. Pada saat yang sama, karena garis depan adalah
tempat terbaik untuk merasakan “menjadi” peristiwa, untuk mengimplementasikan
rencana atau untuk beradaptasi dan mengubah rencana ketika peristiwa muncul, ahli
strategi memahami bahwa pembuatan strategi juga terjadi di sini. Mereka diharapkan
berada pada atau terhubung dengan titik-titik di mana tindakan terjadi untuk
menafsirkan kembali hal-hal.
Selain itu, mengingat bahwa bentuk organisasi beroperasi di berbagai bidang
sekaligus tergantung pada keadaan tertentu, strategi harus “menjadi” sesuai dengan
18
bentuk yang diambil organisasi pada titik waktu tertentu. Oleh karena itu, strategi
terjadi di semua tingkatan dan bagian hierarki organisasi, sebagai campuran dari apa
yang sekarang kita sebut strategi, taktik, dan operasi. Dengan konsep ini, orang-
orang Yunani kuno akan mengalami kesulitan untuk melengkapi perdebatan saat ini
antara desain/ aliran pemikiran top-down dan aliran pemikiran bottom-up. Strategi
pramodern adalah tentang saling mempengaruhi paradoks dan kontradiksi yang
muncul, saling mengadu domba dan menyeimbangkan proses berpikir strategis.
Desain dan kemunculan keduanya dianut, dan diperlukan meto yang berosilasi antara
kosmos (keteraturan) dan ketidakpastian antara struktur dan keadaan.
Strategi perusahaan, sebagaimana kita cenderung memahaminya hari ini, muncul pada
akhir abad ke-19, di puncak era optimisme ilmiah, teknis, rasional, atau modernis dan
revolusi industri kedua. Konsep strategi selama periode ini, yang berpengaruh hari ini,
jelas merupakan cerminan dari konteks ini. Menurut model rasionalitas teknis –
pandangan akhir abad ke-19 tentang pengetahuan profesional yang paling kuat
membentuk pemikiran kita tentang profesi dan hubungan kelembagaan penelitian,
pendidikan, dan strategi bisnis – aktivitas profesional terdiri dari pemecahan masalah
instrumental yang dibuat ketat dengan penerapan teori dan teknik ilmiah.
19
hanya akan menyebutkan beberapa poin penting di sini karena berkaitan dengan
pembentukan gagasan kita tentang strategi.
Basis pengetahuan yang sistematis dari suatu profesi dianggap memiliki empat sifat
esensial menurut aliran pemikiran teknis yang rasional: Ia mengkhususkan diri, terikat
dengan kuat, ilmiah, dan terstandarisasi. Poin terakhir ini sangat penting sehubungan
dengan konsepsi strategi kita, karena menjelaskan obsesi analitik strategi saat ini yang
terus dimiliki dan dipegang oleh banyak eksekutif.
Revolusi industri kedua (akhir 1800-an) melihat munculnya investasi skala besar
untuk mengeksploitasi ekonomi skala produksi dan ekonomi dalam ruang lingkup dan
distribusi. Di Amerika Serikat, pembangunan jalan kereta api setelah 1850
memungkinkan untuk membangun pasar massal untuk pertama kalinya. Jenis baru
perusahaan yang terintegrasi secara vertikal mulai muncul, pertama di Amerika
Serikat dan kemudian di Eropa. Perusahaan multidivisional ini melakukan investasi
besar di bidang manufaktur dan pemasaran serta hierarki manajemen untuk
mengoordinasikan fungsi-fungsi tersebut. Bersama dengan peningkatan akses ke
20
modal dan kredit, kemunculan pasar massal mendorong perusahaan untuk
mempertimbangkan strategi sebagai cara untuk mengendalikan kekuatan pasar dan
membentuk lingkungan kompetitif.
Selain itu, revolusi industri kedua memicu pendirian beberapa sekolah bisnis elit di
Amerika Serikat sebagai tanggapan atas permintaan manajer, dimulai dengan
pendirian Wharton School pada tahun 1881. Itu adalah Harvard Business School,
didirikan pada tahun 1908, yang adalah salah satu yang pertama yang
mempromosikan gagasan bahwa manajer harus dilatih untuk berpikir secara strategis
dan tidak hanya bertindak sebagai administrator fungsional. Dua dekade kemudian di
arena bisnis, eksekutif puncak perusahaan multi-divisi ini pertama kali
mengartikulasikan perlunya pendekatan formal untuk strategi perusahaan. Pada 1930-
an, Chester Barnard, seorang eksekutif senior di AT&T, berpendapat bahwa manajer
harus memberikan perhatian khusus pada “faktor-faktor strategis” yang bergantung
pada “tindakan pribadi atau organisasi.”
Tantangan organisasi yang terkait dengan pertempuran perang dunia pada paruh
pertama abad ke-20 memberikan stimulus vital bagi bidang pengembangan strategis.
Kebutuhan untuk mengalokasikan sumber daya yang langka di seluruh ekonomi di
masa perang menyebabkan penggunaan analisis kuantitatif dalam perencanaan
strategis formal. Konsep kurva learning (kemudian disebut kurva pengalaman)
pertama kali diajukan dalam industri pesawat militer pada 1920-an dan 1930-an, di
mana diketahui bahwa biaya tenaga kerja langsung cenderung menurun dengan
persentase konstan karena jumlah kumulatif pesawat yang diproduksi dua kali lipat.
Pada awalnya manajemen strategik disebut sebagai kebijakan (policy). Yakni, sebagai
arahan perusahaan/organisasi atau arah bisnis itu sendiri. Sebagai ilmu, manajemen
strategik dirintis oleh sekolah-sekolah bisnis di Amerika Serikat, seperti the Wharton
School di Universitas Pennsylvania dan Harvard Business School di Universitas
Harvard. Ketika itu, Harvard menggunakan istilah kebijakan bisnis (business policy).
Sampai awal tahun 1970-an, pendekatan yang digunakan dalam kajian manajemen
21
strategik adalah lintas disiplin (Rumelt et al. (1994) Keterkaitan manajemen strategik
dengan disiplin lain merupakan keniscayaan. Strategi berhubungan dengan ilmu
ekonomi, sosiologi, politik, psikologi, dan perilaku organisasi. Pemikiran utama dalam
ilmu ekonomi, dari masa Adam Smith sampai sekarang, terpaku pada masalah pasar
belaka. Jarang ditemukan perhatiannya pada perusahaan yang menggunakan hirarkhi
manajerial untuk perencanaan dan koordinasi. Secara historis, sebagaimana ditulis oleh
Rumelt et al (1994), para pemikir telah mengemukakan konsep, kerangka kerja, dan teori
dalam pelbagai disiplin. Misalnya Mc. Kinsey & Co telah menulis tentang strategi di
tahun 1930-an. Robinson (1933) dan Chamberlin (1933) telah mengembangkan teori
mengenai persaingan tidak sempurna. Schumpeter (1934) mengembangkan inovatif
kewirausahaan (entrepreneur) dan agen kreatif sebagai alternatif dalam menjelaskan
konsep persaingan dalam ilmu ekonomi. Barnard (1938) menganalisis organizational
work . Menurutnya, terdapat perbedaan antara pekerjaan manajerial mengenai organisasi
yang efisien, dan organisasi yang efektif. Sebuah kriteria yang berlainan dalam konsep
strategi. Taylor (1947) mengemukakan pentingnya ‘science of work” dalam organisasi,
mulai dari usaha untuk memahami apa yang disebut dalam ilmu ekonomi sebagai
“technical efficiency”. Sedangkan Selznick (1957) menjelaskan peran dari komitmen
institusional dan mengenalkan ide dari organisasi sebagai “distinctive competence”.
Frank Knight (1965) mengembangkan fungsi entrepreneur sebagai dasar organizational
economics. Newman (1951) telah memperkenalkan konsep strategi untuk membedakan
pekerjaan penting dari manajer. Mulai tahun 1960-an, menurut Rumelt et al (1994),
manajemen strategi telah menarik minat banyak ilmuwan. Hal tersebut dapat dilihat
melalui tiga kajian ini: Pertama, Alfred Chandler mengkaji masalah Strategi dan Struktur
(1962). Kedua, Igor Ansoff mengemukakan kajian tentang Strategi Perusahaan (1965).
Ketiga, penggunaan buku teks mengenai strategi di Harvard yang dimulai oleh Kenneth
Andrew melalui Business Polic : Text and Cases (Learned et al., 1965),. Chandler
melalui Strategy and Structure, menjelaskan perkembangan bisnis yang besar dan
bagaimana struktur administrasi telah digunakan untuk merespons perkembangan. Ia
menemukan definisi mengenai strategi dan struktur . Strategi ia definiskan sebagai
penentu dasar dari tujuan jangka panjang perusahaan, dan adopsi dari tindakan dan
alokasi sumbedaya yang yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Dalam Business Policy, Andrew menerima konsep strategi dari Chandler, tetapi
menambahkan “distinctive competence” milik Selznick yang menekankan ketidakpastian
22
lingkungan dimana manajemen dan perusahaan harus beradaptasi. Ia mendefinisikan
“pola objektif, maksud/tujuan, dan kebijakan utama serta perencanaan untuk mencapai
tujuan. Intinya, bagaimana mendefinisikan apa dan mau kemana bisnis perusahaan
dijalankan.
Perkembangan manajemen strategik, sejak tahun 1970-1980 an, menurut Rumelt et al.
(1994), telah terjadi transisi yang berorientasi pada penelitian. Pada periode inilah
muncul dominasi Harvard (dari Chandle sampai Porter). Yang ingin dicapai dengan
pendekatan lintas disiplin dalam penelitian-penelitian strategi adalah untuk: (1)
Meletakkan pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai manajemen strategik secara
kontekstual; (2) Melihat bagaimana manajemen strategik terkait dengan lintas disiplin.
Oleh karena itu masuk akal bila dalam perkembangannya penelitian-penelitian mengenai
manajemen strategik banyak menggunakan analisis dari disiplin lain. Misalnya,
Transaction cost economic, yakni dasar dimana pemikiran ekonomi, strategi dan teori
organisasi bertemu. Pendekatan ini lebih fokus pada detail institusional dibandingkan
dengan matematika. Agency theory, terkait dengan desain persetujuan insentif dan
alokasi dari keputusan yang benar diantara individu dengan konflik preferensi dan
ketertarikan. Game theory and the new IO. Game theory membantu untuk menganalisis
pertanyaan mendasar tentang sifat dari perilaku rasional. Evolutionary economics, terkait
dengan pendapat bahwa perusahaan tidak dapat merubah strategi atau struktur dengan
mudah atau cepat.
Di samping itu, pendekatan lintas disiplin dalam manajemen strategik, menurut Rumelt
et al. (1994), juga melibatkan pendekatan berdasarkan resorce dependence, organization
ecology, dan new institutionalism. Penting dikemukakan di sini bahwa strategi
diperlukan karena adanya faktor persaingan, seperti persaingan dalam memperebutkan
input, persaingan mendapatkan konsumen, dan persaingan untuk pendapatan dan pilihan
bagaimana organisasi/perusahaan dapat bertahan. Strategi meliputi pilihan tujuan, pilihan
produk dan jasa yang ditawarkan. Penggunaan beragam pendekatan dan teori
dimaksudkan untuk menjelaskan persaingan tersebut guna menyusun dan menjalankan
pilihan strategi.
23
BAB III
Seperti yang sudah disinggung dalam pengertian manajemen organisasi diatas bahwa
manajer berperan untuk mengarahkan semua pihak dalam hal ini sumber daya
perusahaan untuk melakukan kegiatan yang mengarah pada tujuan perusahaan. Arah
kegiatan yang jelas harus menjadi landasan untuk mengendalikan dan mengevaluasi
keberhasilan.
24
2. Menjaga Kepentingan Berbagai Pihak
Seperti yang telah disebutkan di atas, manajemen strategi sangat diperlukan untuk
berbagai kegiatan untuk bisa mencapai tujuan dengan baik.
25
Berikut ini adalah beberapa manfaat manajemen strategi, baik dari sisi finansial maupun
non-finansial:
Seorang pemula dalam dunia bisnis terutama pada skala yang kecil, biasanya cenderung
mengabaikan dasar-dasar dalam melakukan bisnis. Mereka cenderung memulai bisnis
tanpa rencana, hanya menetapkan sasaran tanpa membuat strategi.
26
Dalam sebuah perusahaan terutama pada bisnis komersial tentu saja menyusun
manajemen strategis sangat dibutuhkan. Melalui proses ini kita dapat mendefinisikan
strategi suatu organisasi untuk mencapai kinerja dan tujuan yang diharapkan.
Ini merupakan langkah awal dalam proses manajemen strategi dimana di dalamnya
terdapat beberapa aktivitas, seperti;
Menentukan visi; apa tujuan yang ingin dicapai organisasi dalam jangka panjang.
Menentukan misi; apa tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan jangka
panjang. Ini menyatakan peran organisasi dalam masyarakat.
Mendefinisikan bisnis; menjelaskan tentang posisi bisnis dalam suatu kelompok
konsumen dan fungsi bisnis terhadap konsumen.
Model bisnis; menjelaskan tentang bagaimana cara bisnis akan menghasilkan
pendapatan.
Sasaran yang ingin dicapai; berfungsi sebagai tolak ukur untuk menentukan kinerja
organisasi/ perusahaan.
Pada tahap ini organisasi akan melakukan pengembangan visi dan misi, melakukan
analisis SWOT, menentukan dan menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, serta
membuat beberapa strategi alternatif yang paling sesuai untuk diterapkan.
Pada tahap ini, strategi yang telah ditetapkan kemudian diimplementasikan misalnya
merancang struktur organisasi, distribusi sumber daya, membuat kebijakan,
pengembangan proses pengambilan keputusan, dan pengelolaan sumber daya manusia,
usaha pemasaran, dan lainnya.
27
4. Mengevaluasi Strategi (Strategy Evaluation)
Lingkungan terus berubah seiring berjalannya waktu sehingga diperlukan evaluasi secara
berkala. Tujuannya untuk melihat faktor-faktor baik secara internal maupun eksternal
perusahaan.
Mengkaji ulang berbagai faktor internal dan eksternal yang menjadi landasan
perumusan strategi yang telah diterapkan sebelumnya
Mengukur kinerja saat ini
Melakukan upaya perbaikan terhadap kekurangan kinerja sebelumnya demi
keberhasilan di masa depan
Ok, kita sudah paham apa itu manajemen strategi dan pentingnya strategi dalam
menjalankan suatu bisnis. Akan tetapi, kita belum memiliki jurus yang ampuh dalam
menyusun strategi bisnis yang baik.
Berikut ini adalah bagaimana cara efektif menyusun strategi bisnis yang sering dilakukan
oleh pengusaha sukses:
1. Berpikir Kritis
Seseorang yang berfikir kritis akan lebih mudah dalam mengetahui masalah-masalah
yang ada saat ini. Dengan mengetahui suatu masalah, seseorang nantinya akan berusaha
mencari jalan keluar.
Nah, dalam menjalankan strategi yang baik, seseorang perlu berfikir kritis untuk dapat
mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam lingkup internal maupun eksternal sehingga
akan mengurangi resiko kegagalan dalam bisnis
28
2. Berpikir Kreatif
Dalam melakoni usaha bisnis, kita dituntut untuk berfikir kreatif terutama dalam
menentukan jenis produk atau barang yang akan diproduksi. Keuggulan suatu produk
atau jasa serta kebutuhannya dalam kehidupan masyarakat akan membantu menarik
minat mereka untuk menggunakannya.
Bisnis adalah dunia yang keras, penuh liku dan tidak ada yang berjalan mulus. Untuk
memulai suatu bisnis dibutuhkan orang-orang yang berani mengambil resiko.
Orang yang ragu akan mengalami kesulitan bahkan untuk memulai sekalipun. Akan
tetapi, pada pelaksanaannya seseorang yang berani mengambil resiko juga perlu bekerja
keras agar usaha yang dijalankan berbuah manis.
Berpikir terbuka sangat penting dalam bisnis, terutama melihat bisnis Anda dalam sudut
pandang yang berbeda untuk memunculkan ide baru.
Orang yang berfikir terbuka akan lebih mudah bankit dan membangun terhadap kritik
dari orang lain. Seseorang yang oportunis akan lebih mudah dalam mencari dan
memanfaatkan peluang yang ada.
5. Menjadi Orisinil
Ciptakan produk yang dapat menjadi ciki khas dari usaha yang Anda geluti tanpa perlu
menjiplak orang lain, karena itulah yang membedakan produk Anda dari produk lain di
mata konsumen.
29
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sejarah manajemen strategi. Anggaran & Kontrol Keuangan (1900 -an), Perencanaan
Jangka Pajang (Pasca World War II/1950an) Perencanaan strategik Perusahaan (Mid-1960
an. Manajemen Strategik (1980-an).Untuk merealisasikan suatu perencanaan yang baik perlu
adanya dukungan dari aspek-aspek pelaksanaan, pengawasan, struktur organisasi, sistem
informasi dan komunikasi, motivasi, iklim kerja, sistem penggajian dan budaya organisasi.
Kelemahan perencanaan strategik biasanya bersifat ritual dan mekanis, sifatnya rutin dan
sering berpegang pada asumsi-asumsi yang tidak realitis sehingga menyebabkan tidak
termonitornya pelaksanaan dan pengendalian dari rencana-rencana yang telah dibuat.
30
o Kompetensi khusus. Keunggulan bersaing merupakan hal khusus yang
dimiliki atau dilakukan suatu organisasi yang memberinya kekuatan untuk
menghadapi pesaing. Kompetensi ini bisa berwujud opini atau merek yang
mempunyai persepsi kualitas tinggi. ( misalnya; opini: Pengelolaan
administrasi yang rapi, terkenal bersih atau bebas KKN/Korupsi Kolusi
Nepotisme, Tepat waktu. Merek: Coca cola, IBM, BMW, Mc Donald’s).
o Menciptakan persaingan tidak sempurna. Dalam persaingan sempurna semua
organisasi menghasilkan produk yang serupa sehingga bebas keluar masuk ke
dalam pasar. Suatu organisasi dapat memperoleh keunggulan bersaing dengan
menciptakan persaingan tidak sempurna yaitu dengan cara memberikan
kualitas yang tinggi di aspek-aspek tertentu.
o Berkesinambungan, Keunggulan bersaing harus bersifat berkesinambungan
bukan sementara dan tidak mudah ditiru oleh para pesaing.
o Kesesuaian dengan lingkungan internal. Keunggulan bersaing dapat diraih
dengan menyesuaikan kebutuhan atau permintaan pasar. Karena lingkungan
eksternal bisa berupa ancaman dan peluang, sehingga perubahan pasar dapat
meningkatkan keunggulan atau kelemahan suatu organisasi.
o Keuntungan yang tinggi daripada keuntungan rata-rata Sasaran utama
keunggulan bersaing adalah mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi
daripada keuntungan rata-rata orrganisasi-organisasi lainnya
2. Peralihan dari Elitism menjadi EgalitarianismBerpikir strategik dalam Manajemen
Strategik tidak hanya dilakukan oleh para kelompok elit perencana saja, tetapi juga
ditanamkan kepada setiap anggota organisasi. Dalam Manajemen Strategik orang
yang melakukan perencanaan adalah setiap pihak yang juga akan
mengimplementasikan rencana tersebut.
3. Peralihan dari perhitungan (kalkulasi) menjadi kreativitas Dalam Manajemen
Strategik, strategi-strateginya tidak hanya terfokus pada faktor-faktor yang bersifat
kuantitatif dan dapat diukur saja, tetapi juga mempertimbangkan perspektif yang lebih
kualitatif. Strategi lebih banyak tergantung pada aspek perasaan (senses) daripada
analisis sehingga dalam penyusunan strategi sangat diperlukan kreatifitas.
4. Peralihan dari sifat kaku menjadi fleksibel. Manajemen strategik lebih bersifat lentur/
fleksibel karena manggabungkan pandangan dan tindakan, menyeimbangkan
pengendalian dan learning, serta mengelola stabilitas dan perubahan. Strategi yang
31
dibangun merupakan strategi yag adaptif dan fleksibel dalam menghadapi perubahan
dan kondisi pasar yang penuh ketidakpastian.
2. Saran
1. Di harapkan makalah ini dapat berguna bagi kita semua dalam pembelajaran
Manajemen Perusahaan.
2. Di harapkan makalah ini dapat menjadi pembelajaran bagi teman-teman semua karena
masih banyak hal yang perlu kita pelajari dalam proses pentingnya manajemen
strategi dalam suatu perusahaan.
32