Revisi Sidang 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 60

Standarisasi Parameter Non Spesifik Rimpang Bangle

(Zingiber purpureum Roxb) Dengan Variasi Dua Tempat


Tumbuh

SKRIPSI

Oleh:
Alifia Bahy Pratiwi
145010112

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2020
SKRIPSI

Standarisasi Parameter Non Spesifik Rimpang Bangle


(Zingiber purpureum Roxb) Dengan Variasi Dua Tempat
Tumbuh

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


dalam mencapai derajat Sarjana Farmasi
Program Studi Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim
Semarang

Oleh:
Alifia Bahy Pratiwi
145010112

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2020

i
INTISARI

Standarisasi Parameter Non Spesifik Rimpang Bangle (Zingiber purpureum


Roxb) Dengan Variasi Dua Tempat Tumbuh

Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb) adalah tanaman herbal yang


berasal dari Indonesia berkhasiat sebagai antidiabetes, antimalaria. Kandungan
senyawa aktif dalam tumbuhan obat dapat dipengaruhi oleh tempat tumbuh dan
iklim. Tumbuhan obat dapat berbentuk ekstrak, harus menjamin khasiat dan mutu
serta keamanannya dengan standarisasi. Tujuan penelitiaan ini adalah standarisasi
parameter non spesifik dengan variasi dua tempat tumbuhan dataran tinggi
Malang dan dataran rendah Semarang.
Serbuk rimpang bangle di eksraksi dari kedua tempat tumbuh dengan
menggunakan metode ultrasonik dan pelarut etanol 96%, kemudian dilakukan
pengujian parameter non spesifik meliputi penetapan kadar air, kadar abu total,
kadar abu tidak larut asam, susut pengeringan, bobot jenis dan cemaran logam
berat. Data yang diperoleh, dianalisis secara t-test independentm dan data yang
dijabarkan secara diskriptif lalu dibandingkan dengan acuan penetapan parameter
standar yang tertera pada buku Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia.
Hasil pengujian parameter non spesifik ekstrak etanol rimpang bangle yang
berasal dari kota Malang menunjukanan kadar air 1,20095 ± 0,00998, kadar abu
total 1,82003 ± 0,09118, kadar abu tidak larut asam 0,41160 ± 0,00554, bobot
jenis 0,99922 ± 0,00167, susut pengeringan 4,44059 ± 0,77179, cemaran logam
berat Pb 0,477 mg/kg, Hg 0,053 mg/kg, Cd <0,005 mg/kg. Sedangkan ekstrak
etanol rimpang bangle yang berasal dari kota Semarang kadar air 1,48589 ±
0,04069, kadar abu total 6,04953 ± 0,08232, kadar abu tidak larut asam 0,41160 ±
0,00554, bobot jenis 0,99916 ± 0,00005 susut pengeringan 8,29183 ± 0,43213,
cemaran logam berat Pb 0,458 mg/kg, Hg 0,013mg/kg, Cd <0,005 mg/kg.
Berdasarkan hasil terdapat perbedaan kadar antara dua tempat tumbuh dimana
yang berasal dari kota Malang kadarnya lebih tinggi dari pada kota Semarang dan
kedua ekstrak memenuhi standar non spesifik.

Kata kunci : Standarisasi, Ekstrak rimpang bangle, Parameter non spesifik,


Dengan variasi dua tempat tumbuh

ii
ABSTRACT
Standardization of Non-Specific Parameters of Rhizome Bangle (Zingiber
purpureum Roxb) With Variations in Two Growth Spots
Rhizome Bangle (Zingiber purpureum Roxb) is an herbal plant originating
from Indonesia that is efficacious as an antidiabetic, antimalarial. The content of
active compounds in medicinal plants can be influenced by the place of growth
and climate. Medicinal plants can be in the form of extracts, must guarantee their
efficacy and quality as well as safety by standardization. The purpose of this
research is standardization of non-specific parameters with variations in the two
places of the Malang highlands and the Semarang lowlands.
The bangle rhizome powder was extracted from both growing sites using
ultrasonic methods and 96% ethanol solvent, then non-specific parameters were
tested, including determination of water content, total ash content, acid insoluble
ash content, drying losses, specific gravity and heavy metal contamination. The
data obtained were analyzed by independent t-test and the data described
descriptively were compared with the reference to the determination of standard
parameters listed in the Indonesian Medicine Plant Extract Monograph book
The results of testing non-specific parameters of bangle rhizome ethanol
extracts from Malang showed a water content of 1,20095 ± 0.00998, total ash
content of 1.82003 ± 0.09118, acid insoluble ash content of 0.41160 ± 0.00554,
weight types 0,99922 ± 0,00167, drying losses 4,44059 ± 0,77179, heavy metal
contamination Pb 0,477 mg / kg, Hg 0,053 mg / kg, Cd <0,005 mg / kg. While
ethanol extract of rhizome bangle originating from the city of Semarang water
content of 1.48589 ± 0.04069, total ash content of 6.04953 ± 0.08232, acid
insoluble ash content of 0.41160 ± 0.00554, specific gravity of 0.99916 ± 0.00005
drying losses 8.29183 ± 0.43213, Pb heavy metal contamination 0.458 mg / kg,
Hg 0.013 mg / kg, Cd <0.005 mg / kg. Based on the results there are differences
in levels between the two growing places where the originating from the city of
Malang levels are higher than the city of Semarang and both extracts meet non-
specific standards.

Keywords: Standardization, bangle rhizome extract, non-specific parameters,


Variations in Two Growth Spots

iii
PENGESAHAN SKRIPSI

Berjudul

Standarisasi Parameter Non Spesifik Rimpang Bangle


(Zingiber purpureum Roxb) Dengan Variasi Dua Tempat
Tumbuh

oleh:
Alifia Bahy Pratiwi
145010112

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim
Pada tanggal:

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

(Dr. Sumantri, M.Sc., Apt) (Emy Susanti, M.Biomed., Apt)

Mengetahui:
Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim
Dekan,

(Aqnes Budiarti, SF., M.Sc., Apt)

iv
PENGESAHAN SKRIPSI

Berjudul

Standarisasi Parameter Non Spesifik Rimpang Bangle


(Zingiber purpureum Roxb) Dengan Variasi Dua Tempat
Tumbuh

oleh:
Alifia Bahy Pratiwi
145010112

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim
Pada tanggal: tanggal Bulan tahun

Pembimbing,

(Dr. Sumantri, M.Sc., Apt)

Mengetahui:
Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim
Dekan,

v
(Aqnes Budiarti, SF., M.Sc., Apt)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Alifia Bahy Pratiwi

NIM : 145010112

Judul Skripi : Standarisasi Parameter Non Spesifik Rimpang Bangle


(Zingiber purpureum Roxb) Dengan Variasi Dua Tempat
Tumbuhan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi saya tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah skripsi saya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana

mestinya.

Semarang, 19 Februari 2020

Alifia Bahy Pratiwi

vi
PERSEMBAHAN

“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda–tanda bagi orang yang

berakal.” (Q.S. Ali Imron ; 190)

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Orang tua saya, Bapak Bangkit Purwanto dan Ibu Suyanti sebagai ungkapan
hormat dan bakti saya, yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi
bimbingan dan do’a yang tak pernah berhenti menemani setiap langkah.

Almamaterku sebagai kebanggaanku.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Standarisasi

Parameter Non Spesifik Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb) Dengan

Variasi Dua Tempat Tumbuh”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana salah satu jurusan Farmasi di Universitas Wahid

Hasyim Semarang.

Penyeselesaian skripsi ini tidak terlepas dari berbagai bantuan pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur terhadap Allah SWT. Penulis juga memohon maaf

atas segala kekhilafan selama melakukan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa

terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dar ibimbingan, dorongan serta bantuan

dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

rasa terimakasih sebesar-besarnya terhadap:

1. Ibu Agnes Budiarti, M.Sc., Apt Selaku Dekan Farmasi Universitas Wahid

Hasyim Semarang.

2. Bapak Drs. Ibrahim Arifin selaku wakil dekan yang telah mensupport,

memberi arahan dan memberikan semangat

3. Bapak Dr. Sumantri, M.Sc., Apt selaku dosen pembimbing utama yang

dengan sabar membimbing, mengarahkan, dan mendorong penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

viii
4. Ibu Emy Susanti, M.Biomed., Apt selaku dosen pembimbing pendamping

yang dengan sabar membimbing mengarahkan dan memberikan petunjuk yang

sangat berguna sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Maria Ulfah, M., Sc., Apt selaku penguji I dan Devi Nisa Hidayati, M, Sc.,

Apt sebagai penguji II yang telah meluangkan waktu untuk menguji skripsi ini,

serta member kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf di Laboratorium Botani Fakultas Fakultas Farmasi,

Universitas Wahid Hasyim, Semarang.

7. Sahabatku, keluarga baru di kos Margana lantai II serta temanku di dunia

streaming Kristin, Tatik, Kiki, Dimas, Teguh, Sopiyan yang selalu

menyemangati dan memotivasi selama penyusunan skripsiku.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan berkatnya

kepada pihak-pihak yang telah berjasa dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata

dengan segala keterbukaan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sehingga

skripsi ini bisa bermanfaat tidak hanya bagi penulis tetapi juga almamater tercinta

dan masyarakat pada umumnya.

Semarang, 19 Februari 2020

Penulis

ix
x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................Error! Bookmark not defined.


INTISARI................................................................................................................ii
ABSTRACT.............................................................Error! Bookmark not defined.
PENGESAHAN SKRIPSI......................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN.......................................................................................iv
PERSEMBAHAN..................................................Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR............................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian........................................................................................4
E. Tinjauan Pustaka...........................................................................................4
1. Silakan tulis judul anak bab tinjauan pustaka.......Error! Bookmark not
defined.
2. Silakan tulis judul anak bab tinjauan pustaka.......Error! Bookmark not
defined.
3. Silakan tulis judul anak bab tinjauan pustaka.......Error! Bookmark not
defined.
4. Silakan tulis judul anak bab tinjauan pustaka.......Error! Bookmark not
defined.
F. Landasan Teori............................................................................................14
G. Hipotesis......................................................................................................15
BAB II. METODE PENELITIAN.........................................................................16
A. Bahan dan Alat yang Digunakan................................................................16

xi
1. Bahan.......................................................................................................16
2. Alat..........................................................................................................16
B. Jalannya Penelitian......................................................................................17
1. Tahap pertama.........................................Error! Bookmark not defined.
2. Tahap kedua.............................................Error! Bookmark not defined.
C. Analisis Data...............................................................................................22
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................24
A. Tulis Hasil dan Pembahasan Tahap Pertama..............................................24
B. Tulis Hasil dan Pembahasan Tahap Kedua.................................................24
C. Tulis Hasil dan Pembahasan Tahap Ketiga.................................................24
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................26
A. Kesimpulan.................................................................................................26
B. Saran............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
LAMPIRAN...........................................................................................................29

Catatan: Ukuran huruf 12, dengan ukuran spasi 1, dan tidak tebal. Halaman daftar
isi terdiri atas satu halaman atau lebih. Daftar isi sebaiknya bukan diketik, tetapi
dibangkitkan dengan memakai fasilitas yang tersedia pada Word Processor
dengan memanggil style Setelah dibangkitkan dilakukan perapihan format seperti
contoh.

xii
DAFTAR TABEL

Tabel I. Nilai fungsi objektif.................................................................................9


Tabel II. Situasi beras di Sumatra Utara selama 3 tahun (1969-1971) (Nama
belakang penulis, Tahun)*.....................Error! Bookmark not defined.

Catatan: Ukuran huruf 12, dengan ukuran spasi 1, dan tidak tebal. Daftar tabel
sebaiknya bukan diketik, tetapi dibangkitkan dengan memakai fasilitas yang
tersedia pada Word Processor dengan memanggil style judul tabel. Setelah
dibangkitkan dilakukan perapihan format seperti contoh.

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh penulisan judul gambar yang tidak melebihi satu baris.. Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. Contoh penulisan judul gambar yang memiliki beberapa bagian (a)
judul anak gambar pertama, (b) judul anak gambar kedua, dan (c)
judul anak gambar ketiga....................Error! Bookmark not defined.

Catatan: Ukuran huruf 12, dengan ukuran spasi 1, dan tidak tebal. Daftar gambar
sebaiknya bukan diketik, tetapi dibangkitkan dengan memakai fasilitas yang
tersedia pada Word Processor dengan memanggil style judul gambar. Setelah
dibangkitkan dilakukan perapihan format seperti contoh.

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tulis nama dokumen yang dilampirkan...........................................30

xv
xvi
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia terdapat berbagai macam tanaman yang memiliki potensi

sebagai anti penyakit infeksi sampai degeneratif, salah satunya rimpang bangle.

Rimpang Bangle adalah tanaman yang tumbuh di daerah Asia yang ber iklim

tropis dari India hingga Indonesia. Rimpang Bangle terbukti mengandung

saponin, flavonoid, tanin, alkaloid, steroid dan triterpenoid (Majaw dkk., 2009),

hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa ekstrak rimpang bangle mempunyai

potensi sebagai antioksidan (Rissanwati dkk., 2014), antibakteri (Anindia

dkk.,2017), antihipertensi (Auliya, 2018) dan antimalaria (Karismaningtyas,

2017).

Melihat besarnya khasiat yang dimiliki rimpang bangle sebagai tanaman

obat, maka perlu dilakukan upaya dalam mengembangkan obat tradisional

diperlukan pengendalian mutu simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku

obat. Ekstrak sebagai bahan dan produk kefarmasian yang berasal dari simplisia

harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan untuk dapat menjadi obat

herbal terstandar atau obat fitofarmaka. Salah satu cara yang dapat dilakukan

adalah dengan standarisasi.

Standardisasi adalah serangkaian parameter, pengukuran unsur-unsur terkait

paradigma mutu yang mempengaruhi syarat standar. Suatu simplisia tidak dapat

dikatakan bermutu jika tidak memenuhi persyaratan mutu yang tertera dalam

monografi simplisia. Persyaratan mutu yang tertera antara lain susut pengeringan,

1
kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut

etanol dan kandungan simplisia. Persyaratan mutu ini berlaku bagi simplisia yang

digunakan dengan tujuan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan (Depkes RI,

2008).

Rimpang Bangle sejauh ini sudah dilakukan standarisasi non spesifik oleh

karena peneliti ingin melihat perbedaan mutu rimpang bangle berdasarkan variasi

tempat tumbuh yang membedakan antara dataran tinggi dan dataran rendah karena

terdapat beberapa faktor misalnya genetik, lingkungan, rekayasa agronomi, waktu

dan pasca panen (DepKes RI, 2000).

Penelitian standarisasi pada tanaman pernah dilakukan seperti pada

standarisasi ekstrak etanol 96% temu putih yang berasal dari 3 tempat tumbuan

yaitu Makasar, Sidrap dan Jogjakarta yang meliputi standarisasi parameter non

spesifik menunjukkan hasil yang paling bagus yaitu dari Makasar yang memenuhi

persyaratan mutu yang tertera pada Farmakope Herbal Indonesia dan terdapat

berbedaan pada 3 tempat tumbuh (Suharpiami, 2015). Standarisasi ekstrak etanol

daun pegagan (Centella asiatica L.) yang berasal dari dua tempat tumbuh yang

berbeda yaitu Kediri dan Yogyakarta yang meliputi standarisasi parameter non

spesifik menunjukan hasil ekstrak sesuai dengan parameter standar umum ekstrak

tumbuhan dan tempat tumbuh sangat dipengaruhi oleh perbedaan lingkungan

(Maulani, 2019). Lingkungan tempat tumbuhan sangat mempengaruhi kualitas

dan keamanan bahan baku ekstrak (DepKes RI, 2000), sehingga penelitian ingin

melihat kualitas dari dua tempat tumbuhan tersebut.

2
Berdasarkan berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan standarisasi pada

ekstrak etanol rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb) sehingga dapat

menetapkan keamanan mutu dan kualitas bahan-bahan baku ekstrak yang

digunakan dalam menunjang kesehatan. Pengujian standarisasi dilakukan pada

rimpang bangle dengan menggunakan metode ultrasonik menggunakan pelarut

etanol 96%. Etanol memiliki kemampuan untuk menyari dengan polaritas yang

tinggi mulai dari senyawa non polar sampai polar (Saifudin dkk., 2011).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah hasil standarisasi memenuhi parameter non spensifik ekstrak

etanol rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb) dengan variasi dua

tempat tumbuh Malang dan Semarang?

2. Apakah terdapat perbedaan parameter non spesifik ekstrak etanol rimpang

bangle (Zingiber purpureum Roxb) dari dua tempat tumbuh Malang dan

Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hasil uji parameter non spesifik ekstrak etanol rimpang bangle

(Zingiber purpureum Roxb) dengan variasi dua tempat tumbuh Malang dan

Semarang.

3
2. Mengetahui perbedaan dari parameter non spesifik ekstrak etanol rimpang bangle

(Zingiber purpureum Roxb) dengan variasi dua tempat tumbuh Malang dan

Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu :

1. Memberikan data awal standarisasi ekstrak etanol rimpang bangle sehingga dapat

menjamin mutu dan keamanaan.

2. Memberi informasi tentang pembuatan ekstak rimpang bangle terstandarisasi dari

dua tempat dua tumbuh yaitu Malang dan Semarang.

3. Sebagai acuan untuk penelitiaan lebih lanjut dalam mengembangkan tanaman

tanaman sebagai obat fitofarmaka atau minimal obat herbal terstandar.

E. Tinjauan Pustaka

1. Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb)

Klasifikasi tumbuhan bangle (Zingiber cassumunar Roxb) dapat dilihat

sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Bangsa : Zingiberales

Familia : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : Zingiber cassumunar Roxb (DepKes RI, 2008).

4
Bangle (Zingiber purpureum Roxb) merupakan tanaman yang tumbuh di

iklim tropis khususnya berasal dari Asia, biasanya tanaman ini sering ditanam

dengan cara dibudidaya atau ditanam di pekarangan rumah yang cukup mendapat

sinar matahari (Haryanto, 2009).

b. Morfologi Tanaman

Batang bangle tumbuh tegak dan memiliki rumpun yang rapat. Tinggi

tanaman bangle dapat mencapai 1,2-1,8 m. Batang bangle tersusun atas kumpulan

dari pelepah daun. Meskipun daun bangle berpelepah, daun bangle tidak memiliki

tangkai, atau disebut daun duduk. Letak daun bangle tersusun secara menyirip

berseling. Bentuk daun bangle lanset ramping, meruncing ke ujung, dan mengecil

ke pangkal. Panjang daun bangle mencapai 23-35 cm dan lebar daun 20-25cm.

Permukaan daun bangle lemas, tipis, dan licin tidak berbulu, tetapi punggung

daun bangle berbulu halus (Muhlisah, 2011).

Bunga bangle muncul dari permukaan tanah, berasal dari rimpang

samping, dan bukan dari tengah-tengah rumpun. Bunga bangle berbentuk

gelendong, dan tangkai bunga merupakan tangkai semu yang tersusun dari

tumpukan daun penumpu bunga. Daun penumpu bunga tersusun seperti sisik ikan,

bentuknya kaku, tebal, dan berwarna merah atau hijau kecoklatan. Benang sari

bunga bangle berwarna putih kekuningan dan ujungnya berbentuk (Rosita dkk.,

2005). Rimpang bangle agak bulat pendek dan tidak banyak bercabang dengan

kulit luar berwarna coklat muda dan daging rimpang berwana oranye tua atau

kecoklatan. Pasca panen bangle dapat berlangsung setelah tanaman berumur 1

tahun lebih (BPOM RI, 2008). Rimpang bangle sebagai bahan obat dipanen

5
setelah tua, yaitu umur 9-12 bulan setelah tanam, Rimpang bangle siap dipanen

dapat dicirikan oleh perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning dan batang

layu atau mati, sehingga panen dapat berlangsung setelah tanaman berumur

kurang atau lebih dari 1 tahun (Kardinan dan Ruhnayat, 2008). Tanaman bangle

dapat dilihat pada gambar I sebagai berikut :

(a) (b)

Gambar 1. (a) Tanaman Bangle (b) Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb)

(BPOM RI, 2008).

c. Kandungan Kimia

Rimpang bangle banyak digunakan sebagai obat tradisional karena

kandungan kimia yang sangat beragam (Padmasari dkk., 2013). Ekstrak rimpang

bangle sudah dilakukan skrining fitokimia. Hasil skrining fitokimia ekstrak

rimpang bangle terdapat beberapa senyawa yaitu alkaloid, flavonoid, minyak

atsiri, saponin dan lemak. Rimpang bangle mengandung minyak atsiri dan bahan

lain seperti amilum, resin, dan tanin (Muhlisah, 2011).

d. Khasiat

Rimpang bangle Zingiber cassumunar Roxb merupakan salah satu

tanaman yang dipercaya memiliki khasiat sebagai obat antidotum, mengobati

demam, obat cacingan, obat diare, penawar racun, dan peluruh gas di perut

6
(Muhlisah, 2011). Rimpang bangle memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai

IC50 sebesar 91,513 ppm (Rissanwati dkk., 2014), antibakteri (Anindia dkk.,

2017), antihipertensi (Auliya, 2018) dan antimalaria (Karismaningtyas, 2017).

Kandungan tanin dalam rimpang bangle terbukti mempunyai efek

antioksidan dan menghambat pertumbuhan tumor (Rissanwati dkk., 2014).

Beberapa penelitian terahir menunjukaan bahwa flavonoid memiliki efek

antimikroba, antiinflamasi, merangsang pembentukan kolegen, antioksidan dan

atikarsinogenik (Dalimartha, 2000). Sedangkan kandungan minyak atsiri dapat

digunakan sebagai bahan atiseptik (Adrianto, 2012).

2. Ekstraksi dengan Metode Ultrasonik

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut yang didasarkan pada kelarutan komponen terhadap

komponen lain dalam campuran (DepKes RI, 2000). Bahan yang akan di ekstrak

bisanya berupa bahan kering yang telah dihancurkan, biasanya berbentuk bubuk

atau simplisia (Sembiring dkk., 2007). Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik

komponen kimia yang ada di bahan alam. Prinsip ekstraksi yaitu perpindahan

massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada

lapisan atar muka kemudiaan berdifusi masuk ke dalam pelarut (Harborne, 1987).

Ultrasonik adalah proses pengekstrakan simplisia yang mengunakan

gelombang ultrasonik dengan frekuensi sebesar 20.000 kHz dengan prinsip

meningkatkan transfer massa yang di sebabkan oleh naiknya pernetralisasi pelarut

kedalam jaringan tumbuhan lewat efek kapiler. Gelembung gravitasi akan

terbentuk pada dinding sel sehingga menimbulkan gelembung spontan

7
(caviatation) sebagai stres dinamis serta menimbulkan fraksi interfase

(Mathialagan, 2017). Kelebihan metode ekstraksi ultrasonik yaitu mempercepat

proses ekstrakasi, dibandingkan dengan ekstraksi internal atau ekstraksi

konvensial, metode ekstraksi ultrasonik lebih aman, lebih singkat dan

meningkatkan jumlah rendeman kasar, sedangkan kekurangan menggunakan

metode ultrasonik yaitu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, karena alat relatif

mahal, sulit mengontrol suhu dan frekuensi ultrasonik tidak sama secara universal

(Mason dkk., 2000).

Rotary evaporator merupakan proses pemisahan estrak dengan pelarutnya

menggunakan akan pemanasan yang dipercepat oleh putaran pada labu alas bulat,

larutan penyari dapat menguap karena adanya penurunan tekanan. Dengan buatan

pompa vakum, uap air penyari akan menguap naik ke kondensator dan mengalami

kondensasi menjadi molekul- molekul cairan pelarut murni yang akan ditampung

dalam labu alas bulat penampung (Sudjadi, 2007). Metode ekstraksi ultrasonik

dapat dilihat pada gambar 2 berikut :

Gambar 2. Alat Ultrasonic (Dokumen pribadi).

3. Standarisasi

8
Standarisasi dalam kefarmasiaan tidak lain adalah serangkaian parameter,

prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait

paradikma mutu kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi syarat standar (kimia,

biologi dan farmasi), termasuk jaminan (batasan-batasan) stabilitas sebagai

produk kefarmasian umumnya. Persyaratan mutu ekstrak terdiri dari berbagai

paramer standar umum dan parameter standar spesifik. Pengertian standarisasi

juga berati proses menjamin bahwa produk akhir obat (obat, ekstrak atau produk

ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan terlebih

dahulu (Depkes RI, 2000).

Standarisasi adalah rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode

analisis kimiawi berdasarkan data farmakologis, analisis fisik dan mikrobiologi

berdasarkan kriteria umum keamanan (toksikologi) terhadap suatu ekstrak alam

(tumbuhan obat) disebut standardisasi bahan obat alam atau standardisasi obat

herbal. Standardisasi secara normatif ditujukan untuk memberikan efikasi yang

terukur secara farmakologis dan menjamin keamanan konsumen (Saifudin, 2011).

Mengingat obat herbal berbagai tanaman memiliki peranan penting dalam bidang

kesehatan bahkan bisa menjadi produk andalan Indonesia maka perlu dilakukan

upaya penetapan standar mutu dan keamanan ekstrak tanaman obat (Saifudin

dkk., 2011). Metode standarisasi dalam proses pembuatan obat herbal meliputi

dua aspek parameter yaitu aspek parameter spesifik dan non spesifik (DepKes RI,

2000). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter non spesifik dalam

rimpang bangle.

9
Parameter non spesifik ekstrak yaitu penelitian aspek kimia, mikrobiologi

dan fisis yang akan mengetahui keamanan konsumen dan stabilitas (Saifudin dkk.,

2011). Parameter non spesifik ekstrak menurut buku “Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat (DepKes RI, 2000), meliputi :

a. Kadar Air

Parameter kadar air merupakan pengukuran kandungan air yang berada di

dalam bahan, yang bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang

besaranya kandungan air dalam bahan (DepKes RI, 2000). Syarat kadar air

ekstrak rimpang bangle menurut parameter standar yang berlaku adalah < 5%

(Depkes RI, 2008).

b. Kadar Abu Total

Parameter kadar abu dimana bahan yang dipanaskan dalam temperature

tertentu dan senyawa organik serta turunannya terdekstrusi dan menguap,

sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik. Unsur memberikan gambaran

kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

terbentuknya ekstrak. Parameter kadar abu total terkait dengan kemurnian dan

kontaminasi suatu bahan (Depkes RI, 2000). Syarat kadar abu total ekstrak

rimpang bangle menurut parameter standar yang berlaku adalah ≤ 5% (Depkes RI,

2008).

c. Kadar Abu Tidak Larut Asam

Parameter kadar abu tidak larut asam dilakukan setelah bahan diabukan, abu

yang tersisa dilarutkan kedalam asam sulfat encer dan dipanaskan pada temperatur

dimana larutan asam yang melarutkan mineral terdestruksi dan menguap sehingga

10
tinggal unsur mineral dan anorganik yang tidak larut asam.. Tujuan parameter ini

untuk mengetahui kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari

proses awal sampai terbentuknya ekstrak. (DepKes RI, 2008). Syarat kadar abu

tidak larut asam ekstrak rimpang bangle menurut parameter standar yang berlaku

adalah ≤ 5% (Depkes RI, 2008).

d. Bobot Jenis

Parameter bobot jenis merupakan perbandingan zat di udara pada suhu 25 ◦C

terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis suatu zat

adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam

piknometer, kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapakan pada

suhu 25◦C. Tujuannya adalah memberikan batasan rentang besaranya masa

persatuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sama ekstrak

pekat (kental) yang masih dapat dituang, memberikan gambaran kandungan kimia

tersebut, bobot jenis juga terkait dengan kemurnian dari ekstrak dan kontaminasi

(DepKes RI, 2000).

e. Susut Pengeringan

Penetapan susut pengeringan merupakan persentase senyawa yang

menghilang selama proses pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang

hilang, tetapi juga senyawa menguap lain yang menghilang). Pengukuran sisa zat

setelah pengeringan pada temperatur 105ºC selama 30 menit atau sampai berat

konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak

mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik menguap) identik

dengan kadar air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka. Tujuannya

11
adalah untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa

yang hilang pada proses pengeringan (DepKes RI, 2000). Syarat kadar susut

pengeringan ekstrak rimpang bangle menurut parameter standar yang berlaku

adalah < 10% (Depkes RI, 2008).

f. Cemaran Logram

Parameter cemaran logam berat adalah menetukan kandungan logam berat

secara Inductively Couple Plasma (ICP) atau lainnya yang lebih valid. Pemilihan

metode ini dilakukan berdasarkan kemampuannya untuk mengidentifikasi dan

mengkuantifikasi semua elemen logam dengan pengecualian Argon. Inductively

Couple Plasma (ICP) cocok untuk semua konsentrasi tidak memerlukan sampel

yang banyak, batas deteksi umumnya rendah untuk elemen dengan jumlah 1 - 100

g / L. Keuntungan terbesar memanfaatkan metode Inductively Couple Plasma

(ICP) ketika melakukan analisis kuantitatif adalah analisis multielemental dapat

dicapai dan cukup cepat (Boonen, 1996). Tujuan dari parameter ini adalah untuk

memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu (Hg,

Pb, Cu dll.) melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi

kesehatan (Anonim, 2000).

Logam timbal merupakan logam yang sangat beracun. Manusia menyerap

timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Pada orang dewasa umumnya ciri-

ciri keracunan timbal adalah pusing, kehilangan selera, sakit kepala, anemia, sukar

tidur, lemah, dan keguguran kandungan. Selain itu timbal berbahaya karena dapat

mengakibatkan perubahan bentuk dan ukuran sel darah merah yang

12
mengakibatkan tekanan darah tinggi (Gusnita, 2012). Batas maksimal residu Pb

menurut standar yang ditentukan tidak boleh melebihi 10 mg/kg (BPOM, 2014).

Logam merkuri adalah unsur kimia sangat beracun (toxic), dapat bercampur

dengan enzim di dalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan

enzim untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting.

Logam Hg ini dapat terserap kedalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit.

Karena sifat beracun dan cukup volatil, maka uap merkuri sangat berbahaya jika

terhisap, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri bersifat racun yang

komulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap dalam tubuh dalam

jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya. Bahaya penyakit yang ditimbulkan

oleh senyawa merkuri diantaranya adalah kerusakan rambut dan gigi, hilang daya

ingat dan terganggunya sistem syaraf (Setiabudi, 2005). Batas maksimal residu

Hg menurut standar yang ditentukan tidak boleh melebihi 0,3 mg/kg(BPOM,

2014).

Logam kadmium merupakan logam toksik, terjadi secara primer di alam

bercampur dengan seng (Zn) dan timbal (Pd). Proses ekstraksi pengolahan logam

Zn dan Pb sering menyebabkan pencemaran lingkungan oleh kadmium. Manusia

terpapar kadmium melalui makanan, pekerja pada tempat peleburan dan

pengolahan logam. Keracunan akut kadmium biasanya terjadi karena menghirup

debu dan asap yang mengandug kadmium. Efek toksik dini disebabkan oleh

peradangan setempat. Kadmium yang termakan akan menyebabkan mual, muntah,

salivasi, diare dan kejang perut (Endrinaldi, 2009/2010). Batas maksimal residu

13
Cd menurut standar yang ditentukan tidak boleh melebihi 0,005 mg/kg (BPOM,

2014).

F. Landasan Teori

Rimpang bangle mempunyai khasiat yang dapat dimanfaatkan dan obat

antidotun, mengobati demam, obat cacingan, obat diare, penawar racun dan

peluruh gas di perut (Muhlisah, 2011), serta memiliki aktivitas antioksidan dengan

nilai IC50 sebesar 91,513 ppm (Rissanwati dkk., 2014), antibakteri (Anindiya dkk.,

2017) dan antihipertensi (Auliya, 2018).

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa lengkuas termasuk satu famili

dari Zingiberaceae telah dilakukan penetapan parameter non spesifik dengan

mengunakan pelarut etanol 96% dari hasil maka hasil tersebut memenuhi

persyaratan standarisasi parameter non spesifik secara umum (Putranti, 2018).

Penelitian standarisasi telah dilakukan pada ekstrak etanol temu putih yang

berasal dari 3 tempat tumbuhan yaitu Makasar, Sidrap dan Jogjakarta yang

meliputi standarisasi parameter non spesifik menunjukkan hasil yang paling bagus

yaitu dari Makasar, dan terdapat perbedaan pada tiga tempat tumbuh (Suharpiami,

2015). Penelitian lain mengemukakan bahwa standardisasi ekstrak daun kangkung

darat dari 2 tempat tumbuh menunjukkan bahwa hasil uji parameter non spesifik

bawah standar batas maksimal yang ditetapkan BPOM (Hayati, dkk., 2015), dan

terdapat juga perbedaan pada dua tempat tumbuh. Telah diketahui bahwa suatu

sediaan obat yang diproduksi dari bahan alam sering kali bervariasi karena

14
beberapa faktor, misalnya genetik, lingkungan, rekayasa agronomi, waktu dan

pasca panen (DepKes RI, 2000).

Parameter non spesifik sebagai langkah awal proses pembangunan obat

tradisional merupakan mutu simplisia dalam proses standarisasi (DepKes RI,

2000).

G. Hipotesis

1. Ekstrak rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb) memenuhi persyaratan

parameter non spesifik dengan variasi dua tempat tumbuh Malang dan Semarang.

2. Terdapat ada perbedaan secara deskriptif parameter non spesifik ekstrak rimpang

bangle dengan variasi dua tumbuhan Malang dan Semarang.

15
BAB II. METODE PENELITIAN

A. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

a. Bahan utama adalah rimpang bangle yang di peroleh dari Malang dan

Semarang.

b. Bahan untuk ekstraksi adalah serbuk rimpang bangle dan etanol 96%.

c. Bahan kimia untuk parameter non spesifik : asam perklorat, asam nitrat

(HNO3) pekat, toluen P, asam sulfat (H2SO4) encer, air dan aquadest.

2. Alat

a. Alat untuk penyerbukan adalah blander, oven dan timbanagn elektrik

(Ohaus), blender, vacuum pump, rotary evaporator, moisture content

balance, ayakan.

b. Alat untuk ekstrak adalah backer glass 500 ml (Pyrex), piknometer, gelas

ukur, mikropipet, pipet tetes, seperangkat alat Atomic Emission

Spectrometry (ICP), tungku perabuan (furnace), gravimetry, kertas saring,

kertas saring bebas abu, krus silikat, tanur, destilasi, heating mantel dan

timbang elektrik (Ohaus).

16
B. Jalannya Penelitian

1. Determinasi tanaman rimpang bangle

Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan

Biosistematika Departemen Biologi Fakultas Sains dan Matematika

Universitas Diponegoro. Determinasi tanaman dilakukan dengan cara

mencocokkan tanaman yang masih segar. Caranya Sampel daun,

batang, akar, bunga dan buah dengan ciri-ciri morfologi tanaman

bangle yang terdapat pada buku standar.

2. Pembuatan bahan dan pembuatan serbuk

Rimpang bangle diperoleh Kota Malang dan Kota Semarang

dipisahkan berdasarkan lokasi pengambilan agar masing-masing

simplisia tidak tercampur satu sama lain. Kemudian rimpang bangle

disortasi basah untuk menghilangkan kotoran dan bahan-bahan asing

lainya pada rimpang bangle.

Rimpang bangle di cuci dengan air mengalir, untuk menghilangkan

tanah dan pengotor lainnya yang masih menempel pada bahan yang

sudah disortasi basah. Kemudian rimpang bangle dirajang secara

melintang dengan ketebalan 3-6 mm dan di keringkan dengan oven

dengan suhu 40-50◦C kemudian simplisia di cek kadar air mengunakan

moisture content balance dan syarat kadar air ±10%. Pengeringan

mengunakan oven lebih menguntungkan karena suhu yang diharapkan

tetap lebih stabil dan dapat mengurangi kadar air dalam jumlah yang

sangat besar dalam waktu yang singkat, setelah itu dihaluskan

17
menggunakan blander hingga menjadi serbuk, kemudian diayak

mengunakan ayakan no 40 mesh yang bertujuan untuk menyeragamakan

ukuran partikel serbuk. Prosedur pemeriksaan susut pengeringan yaitu

dengan menimbang 1 g serbuk dan dihitung kadar air dengan moisture

content balance pada pemanasan 105◦C selama 15 menit. Persyaratan

pengecekan kadar air yaitu ≤10%. Setelah itu disimpan dalam wadah

kering tertutup dalam ruangan perlindungan dari cahaya matahari supaya

tidak terjadi kerusakan dekompesisi kandungan senyawa (DepKes RI,

1986).

3. Pembuatan ekstrak etanol rimpang bangle

Serbuk kering rimpang bangle halus dari masing-masing tempat

tumbuh diekstrak dengan etanol 96% menggunakkan metode ekstrak

ultrasonik dengn kecepatanya 20.000 Khz. Serbuk rimpang bangle

dimasukkan kedalam 2 buah backer glass 500 ml dengan masing-masing

serbuk 500 gram dan pelarut 5000 ml (1:10). Campuran tersebut diaduk

menggunakan batang pengaduk dan ditutup dengan alumunium foil agar

pelarut tidak menguap, kemudian diletakkan pada alat ekstraksi

ultrasonik. Ekstrak dilakukan selama 20 menit dengan suhu ruangan

35◦C. Ekstrak cair yang diperoleh diuapkan dengan tekanan dalam

Rotary Evaporator dalam temperatur < 50◦C hingga diperoleh konsistensi

kental. Ekstrak etanol dari rimpang bangle yang diperoleh selanjutnya

dikumpulkan dan ditimbang masing-masing bobotnya untuk menghitung

18
rendemen yang dihasilkan mengunakan rumus berikut (DepKes RI,

1986):

Berat ekstrak yang dihasilkan


Rendemen= x 100 %
Bobot bahan(simplisia)

1. Penentuan standarisasi parameter non spesifik ekstrak

a. Parameter Kadar Air

Penentuan kadar air pada penelitian ini menggunakan cara destilasi

toluen. Toluen yang digunakan dijenuhkan dengan air terlebih dahulu,

setelah dikocok didiamkan selama 24 jam. Kedua lapisan air dan toluen

akan memisah, lapisan air dibuang. Kemudian ekstrak ditimbang

seksama sebanyak 2,5 gram, dan dimasukkan ke dalam labu. Kemudian

dimasukkan lebih kurang 100 ml toluen P ke dalam labu dan alat

dihubungkan. Setelah lapisan air dan toluen memisah sempurna, volume

air dibaca dan dihitung kadar air dalam persen terhadap berat ekstrak

semula (DepKes RI, 2000). Replikasi sebanyak 3 kali untuk masing-

masing ekstrak.

b. Parameter Kadar Abu Total

Krus silikat ditara 2 gram ± 3 gram ekstrak yang telah di gerus

masukkan ekstra dan ratakkan krus silikat yang telah dipijarkan. Abu

Pijarkan perlahan – lahan hingga habis dan ditimbang. Alat pemijaran

abu mengunakan tanur (dengan cara suhu dinaikkan secara bertahap

hingga 600 ± 25˚C hingga arang habis (DepKes RI, 2000). Replikasi

19
sebanyak 3 kali untuk masing-masing ekstrak dan dihitung menggunakan

rumus dibawah ini.

W 2−W 0
%Kadar Abu Total= x 100 %
W1

Keterangan :
W0 :bobot cawan kosong (g)
W1 :bobot ekstrak awal (g)
W2 :bobot cawan + esktrak setelah diabukan (g)

c. Parameter Kadar Abu Tidak Larut Asam

Diperleh kadar abu, kemudian didihkan dengan 25 ml asam sulfat

encer P selama 5 menit, bagian yang tidak larut asam dikumpulkan,

disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas,

pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar kadar abu yang tidak

larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara

(Depkes RI, 2000). Replikasi sebanyak 3 kali. Ditimbang hingga bobot

tetap dengan rumus sebagai berikut:

W 2−W 0
%Kadar Abu Tidak Larut Asam= x 100 %
W1

Keterangan :
W0 :bobot cawan kosong (g)
W1 :bobot ekstrakawal (g)
W2 :bobot cawan + abu yang tidak larut asam (g)
C : bobot kertas saring (g)

20
d. Penetapan Bobot Jenis

Piknometer dibersihkan dengan alkohol dan dibilas dengan aquadest,

ditimbang piknometer dengan keadaan kosong dan dicatat. Kemudiaaan

piknometer diisi dengan air aquabidest pasang tutup piknometer dan

dikeringkan mengunakan tisu, hindari adanya gelembung udara.

Piknometer diisi aquabidest dicatat dan ukur temperatur air distilasi pada

suhu rungan, dan kelembapan (DepKes RI, 2000). Replikasi sebanyak 3

kali untuk masing-masing ekstrak. Hitung bobot jenis hingga

menggunakan rumus sebagai berikut:


W 2 −W 0
d= × bjair
W 1 −W 0
Keterangan :
d :bobot jenis
W0 :bobot piknometer kosong
W1 :bobot piknometer + air
W2 :bobot piknometer + ekstrak

e. Susut Pengeringan

Ekstrak 1 gram ditimbang dan tara botol timbang dangkal tertutup

kemudian di panaskan pada suhu 105 ˚C selama 30 menit, timbang

secara seksama. Kemudian maksukan ekstrak ke dalam botol timbang

yang sudah ditara, selanjutnya dimasukkan kedalam Halogen Moisture

Analyzer sampai memperoleh berat susut pengeringan (DepKes RI,

2000).

21
Lakukan replikasi sebanyak 3 kali dan catat hasil dalam bentuk persen

yang dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini :

berat susut pengeringan


Susut Pengeringan %= × 100%
berat ekstrak awal

f. Cemaran Logram Berat

Penetapan kadar timbal (Pb) dan kadmium (Cd) menggunakan

alat ICP sedangkan Merkuri (Hg) menggunakan Mercury Analyzer.

Penetapan kadar Pb dan Cd dilakukan dengan cara destruksi basah.

Sedangkan Hg dilakukan dengan dekstruksi kering. Ekstrak ditimbang 1

gram dan di tambahkan 10 mL HNO3 pekat, panaskan dengan heating

mantel hingga kering atau kental. Ekstrak yang kental dan dingin

ditambahkan aquadest 10 mL dan asam perklorat 5 ml, dipanaskan

hingga kental lalu disaring kelabu ukur 50 ml dan ditambahkan aquadest

hingga tanda batas. Sampel diukur dengan alat Atomic Emission

Spectrometry (ICP). Maksimal residu Pb tidak boleh melebihi 10 mg/kg

ekstrak, residu Hg tidak melebihi 0,5 mg/kg ekstrak,dan Cd tidak

melebihi 0,3 mg/kg ekstrak (Saifudin dkk., 2011).

C. Analisis Data

Hasil data yang di peroleh di analisis secara SPSS dengan t-test independent.

Kemudian dilakukan pendahuluan uji normalitas dan homogenitas jika data

tersebut normal dan homogen (nilai sig < 0,05), jika data tidak normal dan

22
homogen (nilai sig > 0,05) atau tidak memenuhi diantara salah satunya maka

digunakan uji non parametrik Kruskall Wallis dan data yang dijabarkan secara

diskriptif lalu dibandingkan dengan acuan penetapan standar yang tertera pada

buku Farmakope Herbal Indonesia dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan

tahun 2014.

23
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Hasil determinasi tanaman di lakukan di Laboratorium Ekologi dan

Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(MIPA) Universitas Diponegoro Semarang, membuktikan bahwa tanaman yang

digunakan dalam penelitian ini adalah benar-benar tanaman rimpang bangle

(Zingiber purpureum Roxb). Determinasi tanaman bertujuan untuk mendapatkan

kebenaran identitas dari tanaman sehingga dapat menghindari kesalahan terhadap

tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini. Rincian dari hasil determinasi

adalah sebagai berikut: 1b, 2b, 3b, 4b, 12b, 13b, 14b, 17b, 18b, 19b, 20b, 21b,

22b, 23b, 24b, 25b, 26b, 27a, 28b, 29b, 30b, 31a, 32a, 33b, 333a, 334b, 335a,

336a, 337b, 338a, 339b, 340a, ……………….. Famili 207. Zingiberaceae 1a, 2b,

6a 124a, ……..Genus Zingiber 1a, 2a, ……… Species: Zingiber purpureum Roxb

(Zingiber montanum J. Koenig) Link ex A.Dietr). Hasil determinasi tanaman

rimpang bangle menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian

benar-benar tanaman rimpang bangle dapat dilihat pada lampiran 1.

B. Serbuk Simplisia Rimpang Bangle

Penyerbukan simplisia yang bertujuan untuk menghaluskan luas

permukaan bahan baku, karena semakin halus permukaan dapat memperbesar

kontak dengan pelarut agar senyawa aktif yang dikehendaki lebih mudah tersari

secara sempurna sehingga diperoleh hasil yang maksimal (Voigt, 1995).

Pembuatan serbuk simplisia dilakukaan dengan tahapan yaitu pemilihan bahan

24
simplisia, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering,

pengepakan dan penjamin mutu. Rimpang bangle dicuci menggunakan aquadest

yang dipisahkan berdasarkan lokasi pengambilan sampel. Pencucian bertujuan

untuk menghilangkan semua kotoran yang ada pada rimpang bangle. Penggunaan

aquadest karena air murni yang hampir tidak mengandung mineral dan logram

berat, sehingga tidak menggunakan pengujian parameter non spesifik pada uji

logram berat (Fatih, 2008).

Rimpang bangle yang sudah kering di oven pada suhu 40-50◦C

pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga menghentikan reaksi

enzimatik agar simplisia yang didapat tidak mudah rusak dan dapat mencegah

pertumbuhan kapang, jamur dan bakeri serta dapat disimpan dalam waktu yang

relatif lama (Voigh, 1995). Hasil pengeringan dari simplisia rimpang bangle dapat

dilihat pada tabel I :

Tabel I. Hasil Parameter Kadar Air

NO LOKASI TUMBUH SORTASI SORTASI KADAR


BASAH KERING AIR
1. Malang 30 kg 2,8 kg 9,73
2. Semarang 25 kg 2,9 kg 8,80

Berdasarkan hasil tabel I bahwa proses mulai dari sortasi basah dari

Malang dan Semarang masing-masing diperoleh sebanyak 30000 gram dan 25000

gram dan sortasi kering memperoleh hasil dari Malang 2800 gram dan Semarang

2900 gram, sedangkan kadar air yang di peroleh dari Malang dan Semarang.

Kadar air tersebut telah memenuhi persyaratan mutu kadar air kurang dari 10%.

25
C. Ekstrak Etanol Rimpang Bangle

Pembuatan ekstrak bertujuan untuk menyari suatu senyawa aktif dari satu

bahan atau simplisia nabati atau hewan. Pembuatan ekstra bisa dilakukan dengan

berbagai metode sesuai sifat dan tujuan (DepKes, 2000). Metode ekstraksi yang

digunakan salah satunya metode ekstraksi ultrasonik. Prinsip ultrasonik yaitu

mengingatkan permeabilitas dinding sel sehingga menimbulkan gelombang

spontan (cavitation) sebagai stress dinamis serta menimbulkan fraksi intrafase.

Penyarian ektrak metode ultrasonik dalam mengekstraksi gelombang ultrasonik

terbentuk dari pembangkitan ultrasonik secara lokal dari aktivitas mikro pada

bahan yang akan diekstraksi sehingga pemanasan pada bahan tersebut

menyebabkan pelepasan senyawa ekstrak. Terdapat efek ganda yang dihasilkan

yaitu mengacu dinding sel sehingga membebaskan kandungan senyawa yang ada

didalamnya dan pemanasan lokal pada cairan dan meningkatkan difusi ekstrak

(Keil, 2007). Serbuk rimpang bangle dari dari Malang 2500 gram dan Samarang

sebayak 2500 gram diekstrak dengan pelarut etanol 96% dengan total volume 20

L dan 20 L. Pemilihan etanol sebagai penyari karena bersifat universal, yang

dapat menarik senyawa polar dan non polar serta semi polar dan mudah didapat,

serta termasuk senyawa metabolit sekunder yang akan diambil pada rimpang

bangle.

Prinsip rotary evaporator adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan

peyari dengan pemanasan yang telah di percepat oleh putaran dari labu. Cairan

penyari dapat menguap 5-10 oC dibawah titik didih pelarut dapat disebabkan

26
adanya penurunan tekanan. Bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan

menguap naik ke kondensor yang mengalami kondensasi menjadi molekul-

molekul cairan pelarut murrni ditampung dalam labu tampung (Voigt, 1995).

Proses ini akan berlangsung terus menerus sampai pelarut menguap dan

didapatkan eksrak kental.

Ekstrak etanol rimpang bangle yang berasal dari Malang memperoleh

ekstrak kental sebanyak 243,1 gram dengan rendemen 8,10%, sedangkan yang

dari Semarang 246,7 gram dengan rendemen 9,87%. Rendemen ekstrak

merupakan perbandingan ekstrak yang didapat dengan simplisa awal. Rendemen

ekstrak digunakan untuk standar mutu ekstrak maupun fesiensi ekstrak.

D. Pengujian Parameter Non Spesifik

1. Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air ini bertujuan untuk memberikan batasan minimal

rentang kandungan air dalam bahan simplisia dimana nilai maksimal atau

rentang yang diperolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi (Depkes

RI, 2000). Penetatan kadar air ekstrak rimpang bangle dilakukan mengunakan

metode destilasi toluen (azeotrop). Prinsip dari metode desilasi toluen

(azeotrop) adalah penggabungan dua buah pelarut yang memillki titik didih

serta kepolaran yang berbeda dengan air dimana saat proses destilasi kedua

pelarut akan menguap pada suhu yang sama yaitu diatas atau dibawah titik

didh kedua pelarut tersebut yang disebut pada titik azeotrop (Sudarmadji,

1997). Hasil penetapan kadar air dapat dilihat pada Tabel II sebagai berikut :

27
Tabel II. Hasil Parameter Kadar Air

No Lokasi Tumbuh Kadar Air (%) Standar


(Depkes RI, 2008)
1. Malang 1,20095 ± 0,00998
2. Semarang 1,48589 ± 0,04069 <5%

Hasil tabel II ekstrak etanol rimpang Bangle pada dua tempat tumbuh

tidak melebihi batas kadar air yang ditetapkan. Hasil kadar air ekstrak etanol

rimpang bangle dataran tinggi Malang 1.20095±0.00998 dan ekstrak etanol

rimpang bangle dataran rendah Semarang 1.48589±0.04069. Hasil kadar air

pada dua tempat tumbuh sesuai standar bahwa kadar air dalam ekstrak tidak

boleh lebih dari 5% (Depkes RI, 2008). Adapun faktor penting dari tempat

tumbuh diantaranya ketinggian, kelembapan udara dan intensitas cahaya

matahari. Kadar air sangat berpengaruh pada daya simpan suatu bahan

pangan. Semakin banyak volume kadar air yang terkandung dalam ekstrak

maka daya simpan akan berpengaruh, karena apabila suatu bahan ekstrak

mengandung kadar air maka kemungkinan adanya mikroba yang akan tumbuh

(Rahmawati dkk., 2018).

Berdasarkan tabel t-test independet (Lampiran 12). Pada penetapan

parameter kadar air ekstrak etanol rimpang bangle dari dua tempat tumbuh

diperoleh hasil singnifikansi 0,00 (<0,05) hasil tersebut menentukan ada

perbedaan yang signifikan, artinya bahwa faktor tempat tumbuh memberikan

pengaruh terhadap parameter kadar air.

28
2. Parameter Kadar Abu Total

Penetapan kadar abu total bertujuan untuk mengetahui gambaran

kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal

sampai akhir (Depkes RI, 2000). Penentuan kadar abu juga berhubungan erat

dengan kemurnian suatu bahan (Hermawan dkk., 2016).

Penetapan kadar abu dilakukan dengan cara destruksi langsung

(pengabuan kering), terjadi pemanasan bahan pada temperatur dimana

senyawa organik dan turunannya akan terdestruksi dan menguap, sehingga

yang tertinggal hanya unsur organik dan mineral. Hasil parameter kadar abu

total dapat dilihat pada Tabel III sebagai berikut :

Tabel IlI. Hasil Parameter Kadar Abu Total

No Lokasi Tumbuh Kadar Abu Total (%) Standar yang


ditentukan (%)
(DepKes
RI,2008)
1. Malang 1,82003 ± 0,09118 ≥ 5%

2. Semarang 6,04953 ± 0,08232

Hasil tabel III kadar abu ekstrak etanol rimpang bangle pada dua tempat

tumbuh kadar abu dari dataran tinggi Malang 1.82003±0.09118 dan ekstrak

etanol rimpang bangle dataran rendah Semarang 6.04953±0.08232. Hasil

kadar abu pada dua tempat tumbuh dataran tinggi memenuhi standar yang

telah ditentukan dibandingkan hasil kadar abu total dataran rendah tidak

memenuhi standar dalam ekstrak kental rimpang bangle yaitu tidak lebih dari

5%. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan tempat tumbuh, kualitas

29
tanah, mutu air serta adanya pencemar logam berat (Cd, As, Pb dan Hg)

(Saifudin dkk., 2011). Sedangkan hasil berdasarkan tabel t-test independet

(Lampiran 13) pada penetatapan kadar abu total ekstrak rimpang bangle

diperoleh nilai signifikasi 0,00 (<0,05) hasil tersebut ada perbedaan yang

signifikan, bahwa faktor tempat tumbuh itu memberikan pengaruh. Hal ini

karena adanya proses pengolahan rimpang bangle pada kedua tempat

memiliki perlakuan sama seperti sortasi basah dan pencucian yang dilakukan

secara teliti sehingga memiilki nilai kadar abu total yang baik.

3. Parameter Kadar Abu Tidak Larut Asam

Penetapan kadar abu tidak larut asam bertujuan untuk mengevaluasi

ekstrak terhadap kontaminasi mineral eksternal yang berasal dari luar seperti

tanah dan pasir (Saefudin dkk., 2011). Hasil parameter kadar abu tidak larut

asam dapat dilihat pada tabel IV berikut :

Tabel IV. Hasil Parameter Kadar Abu Tidak Larut Asam

No Lokasi Tumbuh Kadar Abu Tidak Larut Standar yang


Asam (%) ditentukan
(%)
(DepKes
RI,2008)
1. Malang 0,41160 ± 0,00554 ≤ 3,5%

2. Semarang 0,28309 ± 0,00103

Dilihat dari table IV diatas kadar abu tidak larut asam ekstrak etanol

rimpang bangle pada dua tempat tumbuh kadar abu dari dataran tinggi Malang

0,41160±0.00554 dan ekstrak etanol rimpang bangle dataran rendah Semarang

0,28309±0.00103. Hasil kadar abu tidak pada dua tempat tumbuh dataran

30
tinggi dan dataran rendah memenuhi standar dalam ekstrak kental rimpang

bangle yaitu tidak lebih dari 3,5%. Sedangkan hasil berdasarkan tabel t-test

independet (Lampiran 14) pada penetatapan kadar abu tidak larut asam ekstrak

rimpang bangle diperoleh nilai signifikasi 0,00 (<0,05) hasil tersebut terdapat

ada perbedaan yang signifikan, bahwa faktor tempat tumbuh memberikan

pengaruh. Dikarenakan kedua tempat tumbuh mempengaruhi parameter kadar

abu tidak larut asam.

4. Parameter Bobot Jenis

Pengukuran bobot dilakukan menggunakan piknometer. Sebelum

digunakan harus dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu hingga tidak ada

sedikitpun titik air didalamnya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh bobot

kosong dari alat. Apabila masih terdapat titik air didalamnya akan

mempengaruhi hasil yang diperoleh. Bobot jenis merupakanbesarnya massa

per satuan volume untuk memberikan batasan antara ekstrak cair dan ekstrak

kental, selain itu juga bobot jenis terkait bagaimana mengetahui kemurnian

suatu zat yang ditentukan bobot jenisnya (Depkes, 2000). Keuntungan

penetapan bobot jenis menggunkan piknometer bisa mempermudah pekerjan.

Sedangkan kerugianya adalah berkaitan dengan ketelitian penimbangan dan

membutuhkan waktu yang cukup lama (Ansel, 1989). Hasil parameter bobot

jenis bobot jenis dapat dilihat pada tabel V :

Tabel V. Hasil Parameter Bobot Jenis

No Lokasi Tumbuh Bobot Jenis (%)


1. Malang 0,99922 ± 0,00167
2. Semarang 0,99916 ± 0,00005

31
Hasil parameter bobot jenis yang terdapat pada tabel V dari ekstak

etanol rimpang bangle rameter bobot jenis dari ekstrak rimpang bangle dari

dataran tinggi dan dataran rendah menunjukkan hasil yang berbeda. Perbedaan

hasil dari penetapan bobot jenis ekstrak rimpang bangle tersebut dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti massa zat, jika zat mempunyai massa

yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga besar, volume zat, jika

volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung pula pada

massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta

kekentalan suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya, temperatur, dimana

pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap

sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula pada suhu yang

sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk

menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu digunakan suhu dimana biasanya

senyawa stabil, yaitu pada suhu 25˚C (Ansel, 1989). Sedangkan hasil tabel t-

test independet (Lampiran 15). Pada penetapan bobot jenis ekstrak etanol

rimpang bangle pada dua tempat tumbuh diperoleh hasil singnifikansi 0,956

(>0,05) hasil tersebut menunjukkan tidak perbedaan yang signifikan, artinya

bahwa faktor tempat tumbuh tidak memberikan pengaruh terhadap bobot jenis

dan memiliki kekentalan yang sama.

5. Parameter Susut Pengeringan

32
Susut pengeringan adalah parameter untuk mengetahui persentase

senyawa yang hilang selama proses pemanasan. Penetapan susut pengeringan.

Metode yang digunakan pada susut pengengeringan ini adalah gravimetri.

Prinsipnya dalah meningkatkan ekstrak pada suhu 105ºC selama 30 menit atau

sampai berat konstan yang dinyatakan sebagai nilai persen. Pada suhu 105ºC

ini air akan menguap dan senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih lebih

rendah dari air akan ikut menguap. Susut pengeringan tidak hanya air (Depkes

RI, 1995). Hasil pengujian parameter kadar susut pengeringan dapat dilihat

pada tabel VI:

Tabel VI. Hasil Parameter Susut Pengeringan

No Lokasi Tumbuh Susut Pengeringan (%) Standar yang


ditentukan (%)
(DepKes RI,2008)
1. Malang 4,44059 ± 0,77179 <10%

2. Semarang 8,29183 ± 0,43213

Hasil parameter susut pengeringan yang terdapat pada tabel VI dari

ekstak etanol rimpang bangle pada dua tempat tumbuh kadar abu dari dataran

tinggi Malang 4,44059±0.77179 dan ekstrak etanol rimpang bangle dataran

rendah Semarang 8,29183±0.43213. Hasil susut pengeringan pada dua tempat

tumbuh dataran tinggi dan dataran rendah memenuhi standar dalam ekstrak

kental rimpang bangle yaitu tidak lebih dari 10%. Sedangkan hasil tabel t-test

independet (Lampiran 16). Pada penetapan bobot jenis ekstrak etanol rimpang

bangle pada dua tempat tumbuh diperoleh hasil singnifikansi 0,002 (<0,05)

33
hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, artinya bahwa

faktor tempat tumbuh memberikan pengaruh terhadap susut pengeringan.

6. Parameter Camaran Logam Berat

Tujuan penetapan cemaran logam adalah untuk megetahui bahwa

kadar logam berat ekstrak tidak melebihi nilai yang diperbolehkan, karena

berbahaya bagi kesehatan. Logam berat sangat penting dilkukan dalam

standarisasi ekstrak tanaman obat. Apabila kadar logam berat ini tinggi

didalam ekstrak dan melebihi dari batas yang ditetapkan maka akan berbahaya

dan bersifat toksik bagi kesehatan (Depkes RI, 2000).

Keberadaan tempat tumbuh, kondisi air bahkan peralatan ekstraksi

yang digunakan juga berpotensi untuk menimbulkan terdeteksinya keberadan

logam berat. Penetapan cemaran logam berat Hg dilakukan dengan metode

mercury analyzer dan pemeriksaan logam Pb dan Cd dilakukan dengan

metode Inductively Couple Plasma (ICP). Pemilihan metode ini dilakukan

berdasarkan kemampuannya untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi

semua elemen logam dengan pengecualian Argon. Inductively Couple Plasma

(ICP) cocok untuk semua konsentrasi tidak memerlukan sampel yang banyak,

batas deteksi umumnya rendah untuk elemen dengan jumlah 1 - 100 g / L

dalam suatu sampel.

Prinsip dasar dari mercury analyzer Sampel dipanaskan untuk

mengubah senyawa merkuri dalam bentuk atomnya atau dinamakan proses

atomisasi, kemudian atom tersebut akan ditangkap oleh air sehingga yang

tinggal hanya uap merkuri. Analisa pada instrument dilakukan pada panjang

34
gelombang 253.7 nm. Gas merkuri yang dihasilkan akan dilewatkan pada cell

tube yang ditembakkan sinar atau cahaya dari lampu merkuri. Besarnya

konsentrasi yang dihasilkan yang terkandung dalam sampel dan sebanding

dengan nilai absorban yang dihasilkan (Yusnizam, 2008). Sedangkan prinsip

dari Inductively Couple Plasma (ICP) adalah dengan mengukur intensitas

energi atau radiasi yang dipancarkan oleh unsur-unsur yang mengalami

perubahan tingkat energy atom (eksitasi atau ionisasi). Intensitas cahaya yang

terpancar pada panjang gelombang tertentu dan mempunyai karakteristik

unsur yang terukur berhubungan dengan konsentrasi dari tiap unsur dari

sampel. Induksi dari Inductively Couple Plasma (ICP) diperoleh dari arus

bolak balik pada frekuensi radio melalui kumparan yang berguna untuk

mendeteksi kandungan logam dalam suatu sampel (Wibawa, 2008). Hasil

pengujuan parameter logam berat Pb, Hg dan Cd dapat dilihat pada tabel VII:

Tabel VII. Hasil Parameter Cemaran Logam Barat

Parameter Non Hasil (mg/kg) Standar yang


Spesfik Semarang Malang ditentukan
(mg/kg)
Logam Timbal (Pb) 0,458 0,477 < 10
Logam Merkuri 0,013 0,053 < 0,3
(Hg)
Logam Kardium < 0,005 < 0,005 < 0,005
(Cd)

Hasil tabel VII cemaran logam berat pada ekstrak etanol rimpang

bangle dari kota Malang dan kota Semarang memenuhi persyaratan batas

maksimum cemaran logam berat. Hasil dari ketiga uji logam berat tersebut

35
menunjukan bahwa etanol rimpang bangle dari Semarang dan Malang

memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Kontaminasi logam Pb (timbal) diperkirakan dapat masuk dari asap

kendaraan bermotor, mengingat proses pasca panen membutuhkan

pengangkutan melalui jalan raya. Timbal menyebabkan seseorang terserang

keracunan yang diawali dengan gejala sakit perut, sakit kepala, tekanan darah

menurun hingga kejang-kejang (Darmono,2001).

Logam Hg (merkuri) banyak mengendap dan berakumulasi pada tanah

bekas atau lokasi penambangan. Bahaya yang timbul dalam logam Hg adalah

dapat merusak saraf-saraf tubuh temasuk otak, menyebabkan kemunduran

intelagency (kecerdasan), merusak jaringaan kulit paling dalam dan

menghancurkan pigmen dipermukaan kulit sehingga kulit dapat berubah

warna menjadi gelap dan iritasi (Darmono, 2011). Sedangkan Cd (kardium)

berasal dari populasi penduduk yang tinggal disekitar tempat penanaman

rimapang bangle sebab sumber air yang berasal dari penduduk sekitar tanaman

yang mana sumber air bercampur dengan limbah buangan rumah tangga,

limbah ini yang menyebabkan tanaman rimpang bangle menyerap logam Cb.

36
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penetapan parameter non spesifik ekstrak etanol rimpang bangle (Zingiber

purpureum Roxb) dari kota Malang dan kota Semarang pada parameter kadar

air, kadar abu total, abu tidak larut asam, bobot jenis, susut pengeringan dan

cemaran logam berat memenuhi persyaratan berdasarkan Parameter Standar

Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, kecuali Parameter kadar abu total dari

semarang tidak memenuhi persyaratan berdasarkan Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat.

2. Berdasarkan uji independent T-test parameter non spesifik yang meliputi :

kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam dan susut pengeringan

dari kota Malang dan kota Semarang menunjukkan hasil ada berbeda

bermakna, artinya ekstrak rimpang bangle ada perbedaan, sedangkan hasil

parameter non spesifik bobot jenis dari kota Malang dan Semarang

menunjukkan hasil tidak ada berbeda bermakna, artinya ekstrak rimpang

bangle tidak ada perbedaan.

37
B. Saran

1. Perlu dilakuakan penelitian terhadap parameter non spesifik lainnya

seperti residual peptisida, cemaran mikroba, khamir dan aflatoksin.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai parameter non spesifik

dengan menggunakan jenis rimpang bangle yang lain seperti Zingiber

cassumunar dan Zingiber montanum.

3. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efek farmakologi dari

rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb).

38
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, A, W. 2012. Uji Daya Anti bakteri Ekstrak Daun Salam ( ) Dalam
Pasta Gigi Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans. Skripsi, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Anindya, M.PS, Boy B. R. S., 2004, Purwajantiningsih, E., Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol dan Hekson Daun Bangle (Zingiber Cassumunar Roxb)
Terhadap Bakteri Escbericia coli dan Staphylococuus aureus. Fakultas
Teknobiologi, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat, Penerbit
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Auliya, N.R., 2018, Skrining Aktivitas Antihipertensi dari Ekstrak Etanol 70%.
Rimpang: Jahe Merah (Zinglber Officinale Roscoe), Bangle (Zingiber
Purpureun Roscoe) Temu kunci (Boesenbergia rotunda ( C ) Mansf), Temu
Putih (kaempfria rotunda C. ). Pada tikus yang diinduksi Adrenalin. Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
BPOM RI, 2005, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.41.1384 tentang Kiteria dan Tata
Laksana Pendaftaran Obat Traditional, Obat Herbal Terstandar dan
Fitofarmaka, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2008, Taksonomi
Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup, Direktorat Obat
Asli Indonesia, Jakarta.
Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Edisi II, Jakarta Trubus
Agriwidya.
Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
DepKes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat
Republik Indonesia, Jakarta.
DepKes RI, 2000, Farmakope Herbal Indonesia, Departemen Kesehatan
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Endrinaldi, 2009-2010, Logam-logam Berat Pencemar Lingkungan dan Efek
Terhadap Manusia, Jurnal Kesehatan Masyarakat, (1).
Fatih, Ahmad., 2008, Kamus Kimia, Panji Pustaka, Yogyakarta.

39
Gusnita, D., 2012, Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di Udara dan Upaya
Penghapusan Bensin Bertimbal, Berita Dirgantara.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata dan Iwan Sudiro, Cetakan Kedua, Institut Teknologi Bandung.
Haryanto, S. 2009. Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia. Yogyakarta: Palmal.
Hayati, F., Wibowo, A., Jumaryanto, P., Nugraha, A.T. dan Amalia, D., 2015,
Standardisasi Ekstrak Daun Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir) Hasil
Budi Daya di Wilayah Sardonoharjo, Sleman dan Potensinya sebagai
Antioksidan, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol. 13.
Kardinan, A., dan Ruhnayat, A.,2008, Budi Daya Tanaman Obat secara
Organik, Agro Media, Jakarta.
Karismaningtyas, H., 2017, Uji Aktivitas Granul Efer Vesen Ekstrak Etanol
Rimpang Bangle (zingiber cassumunar Roxb) sebagai Antimalaria secara
invivo. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Jember.
Keil, F.J., 2007, Modeling of Process Intensification. In Alupului, A., Ioan
Calinescu, and Vasile Lavric. 2009. Ultrasonic Vs. Microwave Extraction
Intensification of Active Principles From Medicinal Plants. AIDIC
Conference Series.
Krisynella, Dachriyanus, Marlina, 2014, Karakteristik Simplisia dan Ekstrak Serta
Isolasi Senyawa Aktif Antibakteri Dari Daun Karamunting (Rhodomytus
tomentosa Hassk), Laporan Penelitian, Universitas Andalas, Padang.
Lesmana, S,O.,Kusnoputranto, H., Wulandari, R. A., 2016, Hubungan Kadar
Metaloid Arsen (As) pada Air Minum dengan Kejadian Lesi Kulit Di Pulau
Obi Provinsi Maluku Utara, Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ), Vol.1.
Muhlisah, F., 2011, Tanaman Obat Keluarga, Jakarta, Penebar Swadaya.
Nijveld, R., Nood, E.V., Hoorn, D. EC. V., Boelens, P.G., Norren, K.V., dan
Leeuwen, P.AM.V., 2001, Flavonoids: a review of probable mechanisms of
action and potential aplications, Am J ClinNutr.
Padmasari, P, D., Astuti, K.W., dan Warditiani, N.K,. 2013, Skrining Fitokimia
Ekstrak Etanol 70% Rimpang Bangle (Zingiber purpureum roxb), Jurnal,
Fakultas Farmasi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Vol 2.
Putranti, W., 2018, Standardisasi Ekstrak Dan Karakterisasi Formula Emulgel
Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga (L.) Willd), Jurnal fakultas
farmasi, Vol 5.

40
Rahmaniati, A., 2017, Standarisasi Parameter Non Spesifik Ekstra Etanol Daun
Pegagan (Cetella asiatica L.) di Dua Tempat Tumbuh, Skripsi, Universitas
Wahid Hasim, Semarang.
Rahmawati, R.A., 2019 Standarisasi Parameter Non Spesifik Ekstrak Jahe Merah
(Zingiber officinal Roscoe Var. rubrum) di Dua Tempat Tumbuh, Skripsi,
Universitas Wahid Hasyim.
Rissanti, I,. Fachriyah, E., Kusrini, D., 2004. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Aktif dari Ekstrak Aseton Rimpang Bangle (Zingiber Cassumunar Roxb)
sebagai antioksidan, Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, Vol. 17.
Rosita, S.M.D., Rostiana, O., Pribadi, dan Hernani, 2007, Penggalian IPTEK
Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango, Bul, Littro.
S Majaw, J Moirangthem, Qualitative and quantitative Analysis of Clerodendron
colebrookianum walp. leaves and Zingiber cassumunar Roxb. Rhizomes,
Ethnobotanical Leaflets, 2009.
Saifudin, A., Rahayu., dan Teruna, 2011, Standardisasi Bahan Obat Alam, Graha
Ilmu, Yogyakarta. Saifudin, A., Rahayu., dan Teruna, 2011, Standardisasi
Bahan Obat Alam, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Sembiring, B.Br., Ma’mundan Ginting, E.I., 2007, Pengaruh Kehalusan Bahan
dan Lama Ekstraksi terhadap Mutu Ekstrak Temulawak (Curcuma
xanthorriza, Roxb), Buletin Penelitian Tanaman Rempahdan Obat.
Setiabudi, B. T., 2005. Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas
Di Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi., 1986, Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian, Penerbit Liberty, Yogyakarta
Sudjadi, 2007, Metode Pemisahan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Suharpiami, 2015, Standarisasi Simplisia Temu Putih (Curcuma Zedoaria)
sebagai bahan baku obat tradisional. Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Hasanudin Makasar, Sulawesi Selatan.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh
Soendani, N. S., UGM Press, Yogyakarta.
Watson, Davit G., 2009, Analisa Farmasi Buku Ajar Untuk Mahasiswa Farmasi
Dan Praktisi Kimia Farmasi, EGC, Jakarta.
Wibawa, A., 2008, Prinsip Kerja Inductively Plasma (ICP), Makalah Ilmiah,
Departemen Kimia UI, Jakarta.

41
Yusnizam, Moh. 2008. Effects Of Ph In Mercury Nitrate Treatment Using
Membrane System With Biological Pretreatment. A report submitted in
partial fulfillment of the requirements for the award of the degree of
Bachelor of Chemical Engineering. Faculty of Chemical & Natural
Resource Engineering. University Malaysia Pahang.

LAMPIRAN

42
Lampiran 1. Tulis nama dokumen yang dilampirkan

43

Anda mungkin juga menyukai