Praktikum Kimia Dasar Teknik Laboratprium 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

PERCOBAAN II

TEKNIK LABORATORIUM II
I. Tujuan Percobaan
I.1. Mampu menjelaskan kegunaan alat – alat di laboratorium.
I.2. Mampu menggunakan alat – alat laboratorium.
I.3. Mampu melakukan percobaan dengan cara dan urutan yang benar.
II. Tinjauan Pustaka
II.1. Pengenceran
Pengenceran adalah metode untuk menurunkan normalitas dari suatu
larutan serta menurunkan kepekatan zat tertentu dengan menambahkan
bahan pelarut sehingga volume akhir dari zat tersebut menjadi lebih besar.
(Chang,2005). Banyaknya larutan utama yang diperlukan dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :
V1 = Volume larutan yang diperlukan
V1 x N1 = V2 x N2 N1 = Normalitas utama
V2 = Volume larutan yang akan dibuat
N2 = Normalitas larutan yang akan dibuat
II.2. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah teknik memurnikan zat padat dari campuran atau
pengotor yang ada pada zat dengan mengkristalkan kembali zat tersebut
setelah dilarutkan dengan bahan pelarut yang sesuai. (Agustina et.all, 2013).
Tujuan dari proses kristalisasi adalah memisahkan dan memurnikan zat
dari campuran atau pengotornya,sehingga dihasilkan produk kristal dengan
kualitas yang diinginkan.
II.3. Reaksi Endotermis dan Eksotermis
Reaksi Endotermis merupakan reaksi yang memerlukan atau menyerap
panas dari lingkungan. Reaksi ini menyerap kalor dan menyebabkan entalpi
hasil reaksi bertambah, sehingga perubahan entalpi menjadi positif (+), dan
bisa dihitung dengan cara ∆ H =¿Hh – Hp ¿ 0.
(Harnanto dan Ruminten,2009).
Reaksi Eksotermis merupakan reaksi yang membebaskan panas atau
energi ke lingkungan. Reaksi ini melepaskan kalor dan menyebabkan
entalpi hasil reaksi (Hh) menjadi lebih kecil dibanding entalpi pereaksi
(Hp) sehingga perubahan entalpi pada reaksi ini menjadi negatif (-), dan
bisa dihitung dengan cara ∆ H =¿Hh – Hp ¿ 0.
(Harnanto dan Ruminten,2009)
III. Metodologi
III.1. Pembuatan dan pengenalan suatu gas serta pengenalan kertas
lakmus
Pertama, masukkan sedikit larutan NH4Cl ke dalam tabung reaksi lalu
tambahkan larutan NaOH. Kedua, pegang tabung reaksi didekat mulut
tabung menggunakan penjepit, lalu miringkan dan dekatkan dengan
pemanas serta pastikan mulut tabung tidak mengarah ke diri sendiri atau
praktikan lain. Ketiga, goyangkan tabung saat pemanasan. Keempat,
jauhkan tabung dari pemanas ketika larutan mendidih. Kelima, lakukan
pembauan dengan cara menggerakkan tangan seperti sedang mengipas di
antara mulut tabung dan hidung. Keenam, letakkan kertas lakmus merah
atau biru di mulut tabung reaksi dan perhatikan perubahan warna yang
terjadi pada kertas lakmus lalu tarik kesimpulan dari perubahan warna
tersebut.
III.2. Pengenceran menggunakan labu ukur
Sebelum pengenceran tentukan dahulu berapa banyak larutan HCl yang
akan diencerkan dengan rumus pengenceran sederhana, kemudian lakukan
pengenceran. Pertama, ambil larutan HCl sebanyak yang dibutuhkan
menggunakan pipet gondok. Kedua, masukkan HCl yang telah diambil ke
dalam labu ukur, lalu tambahkan bahan pelarut secara perlahan hingga
mencapai batas, dan pastikan bahan pelarut tidak melewati batas.
III.3. Pengenceran H2SO4 pekat
Pertama, ambil air suling sebanyak 10 ml menggunakan gelas ukur.
Kedua, ambil H2SO4 pekat sebanyak 3 ml menggunakan gelas ukur. Ketiga,
tuangkan H2SO4 pekat sedikit demi sedikit ke dalam tabung reaksi yang
sudah berisi air suling dan perhatikan perubahan panas yang terjadi pada
tabung reaksi sebelum dan juga setelah H2SO4 dituangkan ke tabung reaksi.
III.4. Teknik Rekristalisasi
Pertama, timbang garam krosok sebanyak 40 gram dan ambil air
sebanyak 100 ml, kemudian larutkan keduanya di gelas beker berukuran 250
ml. Kedua, aduk larutan sembari dipanaskan menggunakan pemanas
spiritus. Ketiga, lipat kertas saring menggunakan teknik lipatan 1 atau 2,
lalu letakkan pada corong dan basahi kertas saring dengan sedikit air,
kemudian letakkan corong pada Erlenmeyer. Keempat, tuangkan larutan
yang masih panas ke corong secara perlahan menggunakan bantuan gelas
pengaduk dengan cara memasang gelas pengaduk di mulut gelas beker.
Kelima, dinginkan filtrat yang ada di Erlenmeyer dengan penangas es.
Keenam, dekantasikan larutan. Terakhir, lakukan penimbangan terhadap
endapan garam yang didapat dari kritaslisasi dan tentukan presentasi
kristalisasinya
IV. Pembahasan dan Hasil
IV.1. Pembuatan dan pengenalan suatu gas serta pengenalan kertas
lakmus
Pertama, masukkan sedikit larutan NH4Cl ke dalam tabung reaksi lalu
tambahkan larutan NaOH sedikit demi sedikit. Kedua, pegang tabung reaksi
dengan penjepit di dekat mulut tabung agar saat dimiringkan tabung reaksi
dalam keadaan seimbang, kemudian miringkan tabung dan dekatkan dengan
pemanas serta pastikan mulut tabung tidak mengarah ke diri sendiri atau
praktikan lain karena dikhawatirkan larutan akan keluar secara mendadak
dan hal itu bisa membahayakan diri sendiri atau praktikan lain. Ketiga,
goyang-goyangkan tabung saat pemanasan agar larutan pada tabung
menjadi homogen atau tercampur rata. Keempat, jauhkan tabung dari
pemanas ketika cairan mulai mendidih, untuk menghindari risiko terjadinya
ledakan. Kelima, lakukan pembauan dengan cara memberikan cukup jarak
antara mulut tabung dan hidung, kemudian gerakan tangan seperti sedang
mengipas di antara mulut tabung dan hidung. Hal ini dilakukan karena gas
yang dihasilkan setelah pemanasan adalah gas NH3 yang memiliki bau
cukup tajam. Persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah
NH4Cl(l) + NaOH(l)  NH3(g) + NaCl(l) + H2O(l) (Vogel,1979)
Keenam, letakkan kertas lakmus merah atau biru di mulut tabung reaksi,
kemudian perhatikan perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.
Pada pencampuran serta pemanasan NH4Cl dan NaOH menghasilkan NH3
yang bersifat basa sehingga kertas lakmus yang mengalami perubahan
adalah kertas lakmus berwarna merah.
IV.2. Pengenceran menggunakan labu ukur
Sebelum pengenceran tentukan dahulu berapa banyak larutan HCl yang
akan diencerkan menggunakan rumus pengenceran sederhana. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui secara pasti berapa banyak larutan yang
diperlukan dalam pengenceran. Setelah itu lakukan pengenceran dengan
cara: Pertama, ambil larutan HCl sebanyak yang dibutuhkan menggunakan
pipet gondok dan pastikan meniskus larutan berada tepat di garis tanda pipet
gondok. Pengambilan larutan dilakukan menggunakan pipet gondok karena
pipet gondok dapat membantu mendapatkan larutan dalam volume yang kita
butuhkan secara tepat. Kedua, masukkan larutan HCl yang telah diambil ke
dalam labu ukur, lalu tambahkan bahan pelarut sedikit demi sedikit
menggunakan pipet tetes hingga mencapai batas, dan jangan sampai bahan
pelarut yang ditambahkan melewati batas. Hal ini dilakukan karena proses
pengenceran harus dilakukan sekali jadi, sebab ketika bahan pelarut yang
ditambahkan melewati batas lalu bahan pelarut tersebut diambil kembali
kemudian dibuang akan menimbulkan kesalahan pada larutan yang
diencerkan, sehingga proses pengenceran harus diulang kembali dari awal.
Dari percobaan ini diketahui volume yang HCl yang dibutuhkan dalam
proses pengenceran, yaitu 50 ml.
IV.3. Pengenceran H2SO4 pekat
Pertama, ambil air suling menggunakan gelas ukur dan pastikan bagian
bawah meniskusnya tepat lalu tuangkan air ke dalam tabung reaksi. Kedua,
ambil H2SO4 pekat menggunakan gelas ukur dan pastikan meniskusnya
tepat. Ketiga, tuangkan H2SO4 pekat sedikit demi sedikit ke dalam tabung
reaksi yang sudah berisi air suling dan perhatikan perubahan panas yang
terjadi pada tabung reaksi sebelum serta setelah H2SO4 dituangkan ke
tabung reaksi. Hal ini dilakukan karena H2SO4 akan menunjukkan reaksi
eksotermis, oleh karena itu H2SO4 dimasukkan ke wadah yang telah berisi
air dengan perlahan dan hati-hati untuk menghindari terjadinya kenaikan
suhu secara mendadak yang dapat menyebabkan terjadinya ledakan.
IV.4. Teknik Rekristalisasi
Pertama, timbang garam krosok dan ambil air suling, kemudian larutkan
keduanya di gelas beker 250 ml. Kedua, panaskan larutan menggunakan
pemanas spiritus sembari mengaduk larutan supaya larutan yang sedang
dipanaskan tercampur merata. Ketiga, lipat kertas saring menggunakan
teknik lipatan 1 atau 2, lalu letakkan pada corong dan basahi kertas saring
dengan sedikit air suling agar kertas saring dapat melekat pada dinding
corong,kemudian letakkan corong pada Erlenmeyer. Keempat, tuangkan
larutan yang masih panas ke corong secara perlahan dan hati-hati
menggunakan bantuan gelas pengaduk dengan cara memasang gelas
pengaduk di mulut gelas beker. Hal ini dilakukan supaya larutan yang
dituangkan tidak ada yang terjatuh di luar kertas saring. Kelima, dinginkan
filtrat yang ada di Erlenmeyer dengan penangas es hingga didapat kembali
endapan garam yang telah dimurnikan. Keenam, dekantasikan larutan. Hal
ini dilakukan untuk memisahkan larutan dengan padatan sehingga
didapatkan padatan yang tadinya masih ikut tercampur dengan larutan yang
sudah disaring. Terakhir, lakukan penimbangan terhadap endapan garam
yang didapat dari kritaslisasi dan tentukan presentasi kristalisasinya. Hasil
yang didapatkan dari rekristalisasi garam krosok ini adalah garam murni
dengan kualitas yang lebih baik karena sudah dipisahkan dengan
pengotornya.
V. Penutup
V.1. Kesimpulan
1. Pengenalan gas menggunakan kertas lakmus dilakukan dengan
memperhatikan perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus,jika
yang berubah kertas lakmus merah maka gas tersebut bersifat basa
sedangkan jika yang berubah kertas lakmus biru maka gas tersebut
bersifat asam
2. Pengenalan gas dengan cara membau harus dilakukan dengan
memberikan jarak cukup jauh antara mulut tabung dan hidung, terutama
untuk gas-gas berbahaya.
3. Penambahan bahan terlarut ke labu ukur yang sudah terisi sebaiknya
dilakukan menggunakan pipet tetes untuk menghindari meniskus pada
labu ukur melewati garis batas dan menyebabkan pengenceran harus
diulang kembali dari awal
4. Pengenceran larutan yang menunjukkan reaksi eksotermis sebaiknya
dilakukan dengan menambahkan larutan secara perlahan ke bahan
pelarut untuk menghindari terjadinya perubahan suhu secara mendadak
5. Teknik rekristalisasi bertujuan untuk memurnikan atau memisahkan zat
dari campuran atau pengotornya, sehingga didapatkan hasil berupa
Kristal atau endapan murni yang kualitasnya lebih baik daripada
sebelum dilakukan rekristalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L.R. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat Dari daerah Demak untuk
mencapai SNI Garam Industri. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri Vol.2
Nomor 4. UNDIP. Semarang.
Chang, Raymond.2005. Kimia Dasar Edisi 3 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Harnanto, Ari dan Ruminten.2009.Kimia 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta :
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sumardjo, Damin, et.all.”Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I”. Semarang :
Laboratorium Kimia Dasar Universitas Diponegoro.
Vogel.(1979).Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro”.Edisi V. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.
LAMPIRAN
1. Pengenceran HCl menggunakan labu ukur
Diketahui :
 V2 = 100 ml
 Normalitas HCl sebelum pengenceran (N1) = 0,2 N
 Normalitas HCl setelah pengenceran (N2) = 0,1 N
Ditanyakan : Volume HCl yang dibutuhkan (V1)?
Jawab
V 1 × N 1=V 2 × N 2
V 2× N 2
V 1=¿
N1
100× 0,1 10
V 1=¿ =¿ =¿ 50 ml
0,2 0,2
2. Pengenceran H2SO4 pekat
Diketahui :
 Volume H2SO4 pekat (V1) = 3 ml
 Volume aquades = 10 ml
 V2 = Volume H2SO4 pekat - Volume aquades = 10 ml – 3 ml = 7 ml
 Normalitas H2SO4 sebelum pengenceran (N1) = 10 N
Ditanyakan : Normalitas H2SO4 setelah pengenceran (N2)?
Jawab
V 1 × N 1=V 2 × N 2
V 1× N 1
N 2=¿
V2
3× 10 30
N 2=¿ =¿ =¿ 4,2 ml
7 7

Anda mungkin juga menyukai