Panduan Pengelolaan Limbah B3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 42

PANDUAN

PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

RSIA VITALAYA
Jalan Raya Siliwangi Pondok Benda Indah No 1 Pamulang
Tangerang Selatan
Banten
2017
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK VITALAYA
NOMOR: 001/RSIA VITALAYA/SK-DIR/VI/2017

TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B-3)
DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK VITALAYA

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK VITALAYA


Menimban : a. Bahwa dalam upaya untuk meningkatkan mutu
g pelayanan dan menjamin keselamatan pasien, staf,
keluarga dan pengunjung di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Vitalaya, maka diperlukan kegiatan pengelolaan bahan
berbahaya dan beracun di lingkungan Rumah Sakit Ibu
dan Anak Vitalaya
b. Bahwa agar pengelolaan bahan berbahaya dan beracun
tersebut terlaksana dengan baik dan terstandarisasi
maka perlu suatu Panduan Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun sebagai landasan seluruh
komponen RS untuk meminimalkan dampak terjadinya
risiko;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana butir a,
perlu ditetapkan Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun di lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Vitalaya dengan Peraturan Direktur.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
VITALAYA TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
IBU DAN ANAK VITALAYA
KEDUA : Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun di
Lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Vitalaya sebagaimana
terlampir dalam Peraturan ini.
KETIGA : Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun di
Lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Vitalaya digunakan
dalam pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Vitalaya.
KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Tangerang Selatan


Pada tanggal, 01 April 2017
Direktur RSIA VITALAYA

dr. Mohammad Ridwan Palili


KATA PENGANTAR

Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjamin


keselamatan pasien, staf, keluarga dan pengunjung di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Vitalaya, maka diperlukan kegiatan pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun di lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Vitalaya. Agar pengelolaan
bahan berbahaya dan beracun tersebut terlaksana dengan baik dan
terstandarisasi maka perlu suatu Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun sebagai landasan seluruh komponen RS untuk meminimalkan
dampak terjadinya risiko.
Standar pengorganisasian ini disusun dalam suatu buku panduan yang
ditetapkan dan diberlakukan di rumah sakit. Penyempurnaan terhadap isi
buku panduan ini akan senantiasa dilakukan secara berkala, dalam
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu kedokteran dan meningkatnya
jumlah pasien yang dilayani.

Tangerang Selatan, 01 April 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
A. DEFINISI............................................................................................................................ 1
B. TUJUAN.............................................................................................................................. 1
C. KEBIJAKAN....................................................................................................................... 1
D. PRINSIP.............................................................................................................................. 2

BAB II RUANG LINGKUP............................................................................................................. 4


A. KLASIFIKASI BARANG/LIMBAH B3........................................................................4

BAB III KEBIJAKAN....................................................................................................................... 9


A. KEBIJAKAN UMUM......................................................................................................... 9
B. KEBIJAKAN KHUSUS...................................................................................................... 9

BAB IV BAB IV TATA LAKSANA.............................................................................................. 11


A. TATA LAKSANA UMUMPENGELOLAAN B3.........................................................11
B. TATA LAKSANA B3YANG DIPERGUNAKAN........................................................17
C. TATA LAKSANA INVENTARISASI............................................................................26
D. TATA LAKSANA PENANGANAN...............................................................................26
E. TATA LAKSANA PENYIMPANAN.............................................................................. 27
F. TATA LAKSANA PENGELOLAAN..............................................................................29
G. TATA LAKSANA PENCEGAHAN................................................................................31
H. TATA LAKSANA PENGENDALIAN............................................................................ 31
I. TATA LAKSANA PENGADAAN JASA DAN BAHAN BERBAHAYA.................33
J. TATA LAKSANA PENGGUNAAN DAN PERALATAN..........................................34
K. TATA LAKSANA PEMASANGAN LABEL.................................................................34
L. TATA LAKSANA PELAPORAN INSIDEN, ANALISIS DAN SOLUSI................35

BAB V DOKUMENTASI................................................................................................................. 36
REFERENSI...................................................................................................................................... 37
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak
Vitalaya
Nomor : 001/RSIA VITALAYA/SK-DIR/VI/2017
Tanggal : 01 April 2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang Karena sifat dan
atau konsentrasinya dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung,dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan
atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makluk hidup lainnya. Pengelolaan B3 adalah
kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
menggunakan dan atau membuang B3. Dalam hal ini yang dapat
dilakukan di RS adalah mengadakan, menerima, menyimpan, dan
menggunakan B3. Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan
B3 untuk menjaga kualitas dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak
negative B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan
makhluk hidup lainnya.

B. TUJUAN
1. Menyediakan panduan untuk rumah sakit/fasilitas kesehatan lainnya
mengenai pengelolaan B3.
2. Untuk menghindari bahaya yang timbul bagi karyawan yang
melakukan penyimpananB3 ataupun akan menggunakan B3.
3. Membangun suatu proses penanganan yang terstandar bagi
pengelolaan B3.

C. KEBIJAKAN
Penyimpanan bahan berbahaya harus ditempat yang terpisah, tersedia
APAR, Alat Pelindung Diri (APD), Lembar MSDS (material safety data
sheet) dan diberi label sesuai klasifikasi B3.
D. PRINSIP

1. Perencanaan berdasarkan SPO di Unit Farmasi, pengadaan


bersumber dari distributor resmi, mempunyai sertifikat analisa dari
pabrik, melampirkan MSDS.
2. Penerimaan B3 dengan memeriksa wadah dan pengemas,
memperhatikan label dan symbol dan atau tulisan berupa kalimat
peringatan berbahaya.
3. Setiap tempat penyimpanan B3 wajib diberikan symbol dan label
serta dilengkapi dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material
Safety Data Sheet).
4. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi
B3,sedangkan label B3 adalah uraian singkat yang menunjukkan
antara lain klasifikasi dan jenis B3.
5. Lembar Data Keselamatan Bahan berisi:
a. Merk dagang
b. Rumus kimia B3
c. Jenis B3
d. Klasifikasi B3
e. Teknik penyimpanan, dan
f. Tata cara pengamanan bila terjadi kecelakaan
6. Lembar data pengamanan ini harus diletakkan pada tempat yang
mudah dilihat dan dibaca untuk memudahkan tindakan pengamanan
bila diperlukan.
7. Setiap bahan berbahaya yang diedarkan harus diberi wadah dan
kemasan dengan baik serta aman.Penandaan ini harus mudah
dilihat, dibaca, dimengerti, tidak mudah lepas dan luntur baik karena
pengaruh sinar maupun cuaca (bila mengalami kerusakan wajib
diberikan symbol dan label yang baru).
8. Pengangkutan B3 wajib menggunakan sarana pengangkutan yang
baik operasi serta pelaksanaanya sesuai dengan tata cara
pengagkutan yang diatur dalam perundang - undangan yang berlaku.
9. Tempat penyimpanan B3 harus ditempatkan pada lokasi yang aman
dan baik dan dilengkapi dengan sistim tanggap darurat dan prosedur
penanganan B3.
10. Bekerja menggunakan B3 dengan cara menjaga perilaku pribadi saat
bekerja, mengurangi paparan dengan B3, menghindari cederamata,
menghindari mencerna B3, menghindari penghirupan B3,
meminimalkan kontak kulit, menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).
BAB II
RUANG LINGKUP

A. KLASIFIKASI BARANG/LIMBAH B3
B3 dapat diklasifikasikan sebagaiberikut:
1. Mudah meledak (explosive)
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang
pada suhu dan tekanan standar
(25˚C,760mmHg) dapat meledak dan
menimbulkan kebakaran atau melalui reaksi
kimia dan / fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan
cepat dapat merusak lingkungan disekitarnya

2. Pengoksidasi (oxidizing)
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang dapat
melepaskan banyak panas atau menimbulkan api
ketika bereaksi dengan bahan kimia lainnya,
terutama bahan–bahan yang sifatnya mudah
terbakar meskipun dalam keadaan hampa udara.

3. Sangat mudah sekali menyala (extremelyflammable), sangat mudah


menyala (highly flammable), dan mudah menyala (flamable)
Simbol untuk B3 klasifikasi mudah menyala
menunjukkan suatu bahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a. Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya
dan terbakar karena kontak dengan udara pada
temperatu reambien;
b. Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber nyala api;
c. Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal;
d. Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang
berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau udara lembab;
e. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala dibawah 0˚C dan titik
didih lebih rendah atau sama dengan 35˚C;
f. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0˚C-21˚C.;
g. Cairan yang mengandung alcohol kurang dari 24% volume dan/atau
pada titik nyala (flashpoint) tidak lebih dari 60˚C (140˚F) akan menyala
apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain
pada tekanan udara 760mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan
metode ”Closed-Up Test”;
h. Pada tanyang pada temperature dan tekanan standard( 25˚C
dan760mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus
menerus dalam 10 detik. Padatan yang hasil pengujiannya ”Seta Closed
Cup Flash Point Test”-nya menununjukkan titik nyala kurang dari 40˚C;
i. Aerosol yang mudah menyala
j. Padatan atau cairan piroforik

4. Amat sangat beracun (extremelytoxic), Sangat beracun (highlytoxic),


Beracun (moderatelytoxic)
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Sifat racun bagi manusia, yang dapat
menyebabkan keracunan atau sakit yang cukup
serius apabila masuk kedalam tubuh melalui
pernafasan, kulit atau mulut. Penentuan tingkat
sifat racun ini di dasarkan atas uji LD50 (amat sangat beracun, sangat
beracun dan beracun)
b. Sifat bahaya toksisitas akut.

5. Berbahaya(harmful)
Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan baik
berupa padatan, cairan ataupun gas yang jika terjadi
kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai
tingkat tertentu.

6. Korosif (corrosive)
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Padatan maupun cairan yang terjadi
kontak secara langsung dan/atau terus
menerus dengan kulit atau selaput lendir
dapat menyebabkan iritasi atau
peradangan;
b. Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan
tunggal dapat menyebabkan iritasi pernafasan, mengantuk atau
pusing;
c. Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada
kulit; dan/atau
d. Iritasi/kerusakan parah pada mata yang dapat menyebabkan
iritasi serius pada mata.

7. Bersifat iritasi (irritant)


Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
b. Menyebabkan proses pengkaratan pada
lempeng baja SAE1020 dengan laju korosi >
6,35 mm/tahun dengan temperature
pengujian 55˚C; dan/atau
c. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam
dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk B3

8. Berbahaya bagi lingkungan (dabgeroustothe environment)


Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan yang
dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan.
Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan
kematian pada ikan atau organ ismeaquatic lainnya
atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan, seperti
merusak lapisan ozon (misalnya
CFC=Chlorofluorocarbon), persistent dilingkungan (misalnya PCBs =
Polychlorinated Biphenyls).

9. Karsinogenik (carcinogenic), Teratogenic(teratogenic), Mutagenik


(mutagenic)
Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek,
jangka panjang atau berulang dengan bahan ini
dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai berikut:
a. Karsinogenik yaitu penyebab sel kanker;
b. Tetragenik yaitu sifat bahan yang dapat
mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan
embrio;
c. Mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom
yang berarti dapat merubah genetika;
d. Toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik;
e. Toksisitas terhadap system reproduksi; dan/atau gangguan saluran
pernafasan

10. Gas bertekanan (pressuregas)


Simbol ini untuk menunjukkan bahaya gas
bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan
dapat meledak bila tabung dipanaskan atau terkena
panas atau pecah dan isinya dapat menyebabkan
kebakaran
BAB III
KEBIJAKAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK VITALAYA

A. KEBIJAKAN UMUM
1. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun harus mengacu kepada
standar baku mutu yang telah ditetapkan.
2. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun meliputi bahan yang mudah
meledak (explosive), pengoksidasi (oxidizing), sangat mudah sekali
menyala (extremely flammable), sangat mudah menyala (highly
flammable), dan mudah menyala (flammable), amat sangat beracun
(extremely toxic), sangat beracun (highly toxic), beracun (moderately
toxic), berbahaya (harmfull), korosif (corrosive), karsinogenik
(carcinogenic), teratogenik (teratogenic), mutagenic (mutagenic), gas
bertekanan (pressure gas).
3. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun di rumah sakit harus
meminimalisir dampak terhadap lingkungan dan pekerja.
4. Petugas dalam pengelolaan bahan berbahaya dan beracun wajib
membaca petunjuk maupun symbol dan lembar data keselamatan bahan
(MSDS).

B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Perencanaan bahan berbahaya dan beracun berdasarkan SPO di Unit
Pengadaan.
2. Pengadaan bahan berbahaya dan beracun harus bersumber dari
distributor resmi, mempunyai sertifikat analisa dari pabrik, melampirkan
MSDS (lembar data keselamatan bahan).
3. Penerimaan bahan berbahaya dan beracun dengan memeriksa wadah dan
pengemas, memperhatikan label dan symbol dan atau tulisan berupa
kalimat peringatan berbahaya.
4. Unit kerja yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun atau barang
yang menghasilkan limbah berbahaya dan beracun wajib melakukan
reduksi limbah B3, mengolah limbah B3 dan/atau menimbun limbah B3.
5. Masing-masing Kepala Unit kerja bertanggung jawab atas penyimpanan
limbah B3 selama-lamanya 90 (Sembilan puluh) hari, untuk selanjutnya
bertanggung jawab atas penyerahan limbah B3 kepada pihak ketiga yang
ditunjuk oleh Direktur RS.
6. Serah terima limbah B3 kepada pihak pengelola limbah B3 wajib
dilakukan secara tertulis dengan menyertakan inventarisasi jumlah
limbahB3 .
7. Setiap tempat penyimpanan bahan berbahaya dan beracun wajib
diberikan symbol dan label serta melengkapi MSDS (lembar data
keselamatan bahan).
8. Symbol bahan berbahaya dan beracun adalah gambar yang menunjukkan
klasifikasi B3, sedangkan label B3 adalah uraian singkat yang
menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3.
9. Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS) berisi :
a. Merk dagang
b. Rumus kimia B3
c. Jenis B3
d. Klasifikasi B3
e. Teknik penyimpanan, dan
f. Tata cara pengamanan bila terjadi kecelakaan.
10. Lembar data pengamanan ini harus diletakkan pada tempat yang mudah
dilihat dan dibaca untuk memudahkan tindakan pengamanan bila
diperlukan.
BAB IV
TATA LAKSANA

A. TATA LAKSANA UMUM PENGELOLAAN B3


1. Pengadaan B3
a. Perencanaan B3 sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO)
Perencanaan di Unit Farmasi
b. Barang harus bersumber dari distributor utama/resmi
c. Mempunyai sertifikat analisa dari pabrik
d. Melampirkan MSDS
2. Prosedur PenerimaanBahanBerbahaya
a. Memeriksa wadah dan pengemas
Kemasan yang diterima harus dalam bentuk asli dan dalam
keadaan utuh serta mencantumkan:
1) Nama sediaan atau nama barang
2) Isi/bobot netto
3) Komposisi isinya dalam nama kimia
4) Nomor registrasi
5) Pentunjuk cara penggunaan
6) Pentunjuk cara penanganan untuk mencegah bahaya
7) Tanda Peringatan lainnya
8) Nama dan alamat pabrik yang memproduksi
9) Cara pertolongan pertama akibat bahan berbahaya
b. Memperhatikan label berupa simbol, gambar dan atau tulisan
berupa kalimat peringatan berbahaya misalnya : “BahanPeledak”,
“Bahan Racun”, “Bahan Korosif”, “Bahan Berbahaya”, “Bahan
Iritasi”, “Bahan Mudah Terbakar”, dll.
3. Prosedur Penyimpananan B3
Menyimpan bahan berbahaya sesuai dengan keterangan pada
pengemas, misalnya:
a. Harus terpisah dari bahan makanan, bahan pakaian dan bahan
lainnya
b. Tidak menimbulkan interaksi antar bahan berbahaya satu dengan
yang lain
c. Bahan yang mudah meledak dijauhkan dari bangunan yang
menyimpan oli, gemuk, api yang menyala
d. Bahan yang mudah mengoksidasi harus disimpan ditempat
yang sejuk dan mendapat petukaran udara yang baik
e. Bahan yang mudah menyala (terbakar) harus disimpan
ditempat terpisah dari tempat penyimpanan perbekalan farmasi
lain, mudah dilokalisir bila terjadi kebakaran, tahan gempa dan
dilengkapi dengan pemadam api.
f. Bahan beracun harus disimpan ditempat yang sejuk, mendapat
pertukaran udara yang baik, tidak kena sinar matahari langsung
dan jauh dari sumber panas.
g. Bahan korosif (bias juga untuk bahan yang irritant) harus
disimpan di tempat yang dilengkapi dengan sumber air untuk
mandi dan mencuci.
h. Bahan-bahan lain yang mudah menguap harus disimpan dalam
wadah yang tertutup rapat, bahan yang mudah menyerap uap air
harus disimpan dalam wadah tertutup rapat yang berisi zat
penyerap lembab, bahan yang mudah menyerap CO 2 harus
disimpan dengan pertolongan kapur tohor, dan bahan yang harus
terlindung dari cahaya disimpan dalam wadah buram atau kaca
dari kaca hitam, merah, hijau atau coklat tua.
i. Penyimpanan terpisah berdasarkan klasifikasi, ditempatkan pada
lokasi yang aman dan baik dan dilengkapi dengan sistim tanggap
darurat dan prosedur penangannan B3.
4. Pemberian symbol sesuai klasifikasi B3 untuk mempermudah
penyimpanan
Bahan symbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat, warna
dasar putih dan garis tepi tebal berwarna merah. Ukuran symbol pada
kemasan disesuaikan, sedangkan simbol pada kendaraan pengangkut
dan tempat penyimpanan kemasan B3 minimal berukuran 25 cm x 25
cm.
5. Pemberian label
Label B3 merupakan uraian singkat yang menunjukkan antara lain
klasifikasi dan jenis B3. Bentuk dan ukuran label adalah persegi
panjang(3:1), warna dasar putih dan tulisan serta garis tepi
berwarna hitam.

6. MenyertakanMSDS
Lembar data keselamatan bahan (MaterialSafety Data
Sheet,MSDS) memberikan informasi tentang potensi bahaya zat
komersial dan tindakankeselamatan yang perlu diikuti pengguna.
Lembaga harus menyimpan MSDS yang disediakan oleh pemasok
kimia, dan membuatnya tersedia untuk pekerja, lembaga
penanggulangan keadaan darurat, dan lainnya.
Pegawai harus memeriksa MSDS untuk setiap bahan kimia tak
dikenal sebelum mulai bekerja. File MSDS dapat berada disetiap
laboratorium atau hanya disimpan di tempat terpusat. Banyak
laboratorium yang saat ini mengakses MSDS secara elektronik.
Pegawai laboratorium dapat selalu menghubungi pemasok kimia
secara langsung dan meminta agar MSDS dikirim melalui surat.
MSDS berisi:
a. Merk dagang
b. Rumus kimia B3
c. Jenis B3
d. Klasifikasi B3
e. Teknik Penyimpanan, dan
f. Tata cara pengamanan bila terjadi kecelakaan
MSDS harus diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dan dibaca
untuk memudahkan tindakan pengamanan bila diperlukan.

7. Bekerja dengan B3
a. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah menjaga prilaku pribadi
saat bekerja dengan menghindari mengganggu atau mengejutkan
pegawai lain, tidak membiarkan lelucon praktis, keributan, atau
kegaduhan berlebih terjadi kapan pun, ataupun bahan B3
hanya dipergunakan untuk tujuan yang dimaksudkan.
b. Menghindari cedera mata dengan pelindung mata, menghindari
penghirupan bahan kimia berbahaya (dapat menggunakan
masker), meminimalkan kontak kulit dengan mengenakan sarung
tangan kapan pun menangani B3.
c. Menghindari makan, minum, merokok, mengunyah permen karet,
menggunakan kosmetik, dan meminum obat di tempat bahan
kimia berbahaya digunakan. Menyimpan makanan, minuman,
cangkir, dan peralatan makan dan minum lainnya di tempat
bahan kimia ditangani atau disimpan, ataupun mengecap bahan
kimia. Mencuci tangan dengan sabun dan air segera setelah
bekerja dengan bahan kimia laboratorium apapun, meski sudah
mengenakan sarung tangan.

8. Prosedur Penanggulangan kecelakaan


Penanggulangan kontaminasi tergantung jenis B3 yang terpapar,
untuk penanganan kecelakaan yang lebih spesifik dapat lebih jelas
dilihat pada MSDS masing-masing B3. Adapun langkah-langkah
umum dibawah ini:
a. Konsentrasi paparan bahan kimia dibuat seminimal mungkin,
misalnya dengan cara mengguyur air
1) Mata
Sesegera mungkin dicuci dengan air mengalir (± selama 15
menit), kemudian mata dikedip-kedipkan supaya tercuci
seluruh permukaan mata dengan air.
2) Kulit
Bila terjadi kontak pada kulit, segera di cuci dengan air
mengalir. Pakaian dan sepatu yang terpapar dilepaskan dan
dicuci sebelum dipakai kembali.
b. Bila terjadi tertelan B3 sedapat mungkin dirangsang untuk
muntah bila kondisi pasien sadar, setelah itu pasien dapat pula
minum susu atau pun air 2-4 gelas.
c. Bila terhirup, lindungi pasien dengan cara memindahkannya ke
tempat dengan udara yang segar dan tidak ada bahan paparan.
Nilai pernafasannya, bila tidak adequat berikan bantuan napas.
Apabila terjadi gagal napas dapat diberikan bantuan nafas,
ventilator, dan pemberian oksigen.
d. Sesegera mungkin dibawa ke InstalasiGawat Darurat (IGD) untuk
memperoleh pengobatan simtomatik, suportif, atau apabila
terjadi kegawatan dapat segera diatasi Pelaporan terjadinya
kecelakaan dilakukan dengan mengisiform kecelakaan B3 dan
dilaporkan pada bagian K3 rumah sakit.
E. TATA LAKSANA B3YANG DIPERGUNAKAN
Tabel 1. Daftar B3 yang dipergunakan menurut PP 74 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
F. TATA LAKSANA INVENTARISASI
1. Melakukan pencatatan penggunaan, penyimpanan bahan dan limbah
berbahaya yang ada di lingkungan RS
2. Pencatatan / inventarisasi berdasarkan unit kerja terkait yang
menggunakan, menyimpan dan mengelola berdasarkan jenis,
spesifikasi dan kategori bahan.
3. Mapping lingkungan tempat kerja (area atau tempat kerja yang
dianggap berisiko dan berbahaya)
4. Melakukan pemantauan secara berkala oleh unit berwenang, akan
pengunaannya
5. Menyusun prosedur pencatatan, pelaporan, penanggulangan dan
tindak lanjutnya

G. TATA LAKSANA PENANGANAN


Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani
tumpahan, menggunakan, dsb) B3 setiap staf wajib mengetahui betul
jenis bahan dan cara penanganannya dengan melihat standar prosedur
dan MSDS (material safety data sheet) yang telah ditetapkan.
1. Penangan untuk personil
a. Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau
disimpan
b. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan
c. Letakkan bahan sesuai ketentuan
d. Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan
petunjuk
e. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan
f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di lokasi yang
sama
g. Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata
h. Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan
penempatan bahan, hindari terjadinya tumpahan/kebocoran
i. Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas.
j. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang
menimbulkan bahaya/kecelakaan atau nyaris celaka (accident
atau near miss) melalui formulir yang telah disediakan dan alur
yang telah ditetapkan.
2. Penangan berdasarkan lokasi
Daerah-daerah yang berisiko (laboratorium, radiologi, farmasi dan
tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 yang ada di
Rumah Sakit harus di tetapkan sebagai daerah berbahaya dengan
menggunakan kode warna di area bersangkutan serta dibuat dalam
denah rumah sakit dan disebarluaskan/disosialisasikan kepada
seluruh penghuni rumah sakit.
3. Penanganan administratif
Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 harus
di beri tanda sesuai potensi bahaya yang ada dan di lokasi tersebut
tersedia SPO untuk menangani B3 antar lain :
a. Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi
b. Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan
c. Cara penangan B3, dll

H. TATA LAKSANA PENYIMPANAN


1. Pelaksana penyimpan limbah dilakukan oleh :
a. Unit terkait sebagai pengguna, pengumpulan limbah yang
dilakukan di unit-unit terkait hanya bersifat sementara sampai
volume dan waktu tertentu yang ditetapkan.
b. IPS sebagai instalasi sentral / pengumpul seluruh limbah yang ada
di rumah sakit yang nantinya akan dilakukan pemusnahan.
2. Pelaksana penyimpanan bahan berbahaya dilakukan :
a. Unit pengadaan / pendistribusi (penyimpanan sementara sebelum
bahan didistribusikan ke unit terkait)
b. Unit terkait / pengguna bahan dan limbah berbahaya (selama dan
setelah pemanfaatan bahan)
3. Prosedur penyimpanan bahan dan limbah berbahaya harus
disesuaikan dan berpedoman pada petunjuk tertulis dari distributor
bahan atau MSDS (material safety data sheet). Dibuatkan suatu SPO
yang jelas, ditetapkan dan dipahami oleh seluruh staf yang terkait
dengan pelaksanaan kerja yang dilakukannya.
4. Ditunjuk staf yang bertanggung jawab dalam proses penyimpanan
bahan dan limbah berbahaya yang mempunyai kualifikasi dan
pengalaman dibidangnya.
5. Pemberian label / identifikasi yang jelas bahan dan limbah berbahaya
sesuai dengan bentuk dan spesifikasinya.
6. Pembuatan laporan penyimpanan limbah dan bahan berbahaya secara
teratur.
7. Penyimpanan untuk bahan berbahaya gas medis, perlu mendapatkan
perhatian pada saat posisi penyimpanan, pembedaan antara tabung
terisi dan kosong, menjauhi dari sumber panas dan melakukan uji /
test bila gas medis tidak dipergunakan dalam kurun waktu yang lama.
8. Penyimpanan bahan mudah meledak atau terbakar, perlu
diperhatikan mengenai penyediaan alat pemadam kebakaran, jarak
antar bangunan, pemberian rambu/alarm dan pemasangan instalasi
harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku
9. Penyimpanan bahan yang mengoksidasi, perlu diperhatikan mengenai
adanya sirkulasi udara dan kondisi temperature yang harus dijaga.
10. Penyimpanan bahan-bahan beracun, perlu diperhatikan mengenai
kondissi tempat penyimpanan, sirkulasi udara, dijauhkan dari sumber
panas.
I. TATA LAKSANA PENGELOLAAN
Pengolahan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor Kep-
03/BAPEDAL/09/1995 tertanggal 5 September 1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis
kandungan guna menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan
limbah tersebut.Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari
karakteristik dan kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk
pengolahan dapat dilakukan dengan proses sebagai berikut :
1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi,
pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan
penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi,
dialisa, osmosis balik, dll.
3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi
potensi racun dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya
larut, penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat
penimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah
menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran
harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah
B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa
pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr
5. Hasil pengolahan limbah B3
6. Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah
diolah dan dilakukan pemantauan di area tempat pembuangan akhir
tersebut dengan jangka waktu 30 tahun setelah tempat pembuangan
akhir habis masa pakainya atau ditutup. Perlu diketahui bahwa
keseluruhan proses pengelolaan, termasuk penghasil limbah B3, harus
melaporkan aktivitasnya ke KLH dengan periode triwulan (setiap 3
bulan sekali).
Setelah uji analisis kandungan dilaksanakan, kemudian menentukan
metode yang tepat guna pengolahan limbah tersebut sesuai dengan
karakteristik dan kandungan limbah Pengolahan limbah B3 harus
memenuhi persyaratan :
1. Lokasi pengolahan
Pengolahan B3 dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah dengan
ketentuan, meliputi :
a. daerah bebas banjir;
b. jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter;
c. jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum
minimum 300 m;
d. jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum
300 m;
2. Fasilitas pengolahan menerapkan sistem operasi, meliputi :
a. sistem kemanan fasilitas;
b. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
c. sistem penanggulangan keadaan darurat;
d. sistem pengujian peralatan;
e. dan pelatihan karyawan.
3. Cara masuk Bahan dan Limbah Berbahaya
a. terhirup (Inhalation)
b. Tertelan (Swalloping)
c. Terserap (absorption)
J. TATA LAKSANA PENCEGAHAN
1. Identifikasi semua bahan berbahaya dan beracun dan instalasi yang
akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri karakteristiknya,.
2. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh petugas
yang ditunjuk sebagai penanggung jawab.
3. Hasil identifikasi diberi label atau kode untuk dapat membedakan
satu sama lainnya. Sumber informasi didapatkan dari MSDS.
4. Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang
diperlukan sesuai sifat dan karakteristik dari bahan atau instalasi
yang ditangani sekaligus memprediksi risiko yang mungkin terjadi
apabila kecelakaan terjadi.
5. Melakukan control, survey penggunaan, pemanfaatan bahan dan
limbah berbahaya secara berkala. Lakukan kalibrasi dan adjustment
peralatan yang sesuai dengan waktu pakainya.

K. TATA LAKSANA PENGENDALIAN


1. Pengendalian operasional seperti eliminasi, substitusi, ventilasi,
penggunaan alat perlindungan diri dan menjaga hygiene perorangan
2. Pengendalian organisasi administrasi seperti pemasangan label,
penyediaan MSDS, pembuatan prosedur kerja, pengaturan tata ruang ,
pemantauan rutin dan pendidikan atau latihan staf terkait.
3. Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang
aman
4. Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah ambang
5. Upayakan substitusi yaitu mengganti penggunaan bahan berbahaya
dengan yang kurang berbahaya
6. Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit
mungkin dengan cara memilih proses kontinyu yang menggunakan
bahan setiap saat lebih sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan
sesuai kebutuhan sehingga risiko dalam penyimpanan kecil
7. Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang
bahan berbahaya yang menyangkut sifat berbahaya, cara penanganan,
cara penyimpanan, cara pembuangan dan penanganan sisa atau
bocoran/tumpahan, cara pengobatan bila terjadi kecelakaan dan
sebagainya. Informasi tersebut dapat diminta kepada penyalur atau
produsen bahan berbahaya yang bersangkutan.
8. Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau mengendalikan
kontaminan bahan berbahaya dengan sistem ventilasi dan dipantau
secara berkala agar kontaminan tidak melampaui nilai ambang batas
yang ditetapkan
9. Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama
dengan mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta
mengikuti prosedur kerja yang aman
10. Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau
tepat melalui pengujian, pelatihan dan pengawasan
11. Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai
prosedur dan petunjuk teknis yang ada dan memberikan tanda-tanda
peringatan yang sesuai dan jelas
12. Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan bahan-
bahan berbahaya
13. Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan
aman, bersih dan terpelihara dengan baik.
14. Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara
memelihara instalasi menggunakan teknologi yang tepat dan upaya
pemanfaatan kembali atau daur ulang.
L. TATA LAKSANA PENGADAAN JASA DAN BAHAN BERBAHAYA
Rumah Sakit melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang
diperlukan. Rekanan yang akan diseleksi diminta untuk memberikan
proposal berikut profil perusahaan (company profile). Informasi yang
diperlukan menyangkut spesifikasi lengkap dari material atau produk,
kapabilitas rekanan, harga, pelayanan, persyaratan K3 dan lingkungan
serta informasi lain yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit.
Setiap unit kerja/instalasi yang menggunakan, menyimpan, mengelola B3
harus menginformasikan kepada instalasi logistic sebagai unit pengadaan
barang setiap kali mengajukan permintaan bahwa barang yang diminta
termasuk jenis B3
Untuk memudahkan melakukan proses seleksi, dibuat formulir seleksi
yang memuat kriteria wajib yang harus dipenuhi oleh rekanan serta
sistem penilaian untuk masing-masing kriteria yang ditentukan. Hal-hal
yang menjadi kriteria penilaian adalah :
1. Kapabilitas
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang
tertulis dalam kontrak kerjasama
2. Kualitas dan garansi
Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah sesuai dengan
spesifikasi yang sudah disepakati. Jaminan garansi yang disediakan
baik waktu maupun jenis garansi yang diberikan
3. Persyaratan K3 dan lingkungan
a. Menyertakan MSDS (material safety data sheet)
b. Melaksanakan sistem manajemen lingkungan atau ISO 14001
c. Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan lingkungan
d. Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di rumah sakit
4. Sistem mutu
a. Metodologi bagus
b. Dokumen sistem mutu
c. Sudah sertifikasi ISO 9000
5. Pelayanan
a. Kesesuaian waktu pelayanan dengan kontrak yang ada
b. Pendekatan yang dilakukan supplier dalam melaksanakan
tugasnya
c. Penanganan setiap masalah yang timbul pada saat pelaksanaan
d. Memberikan layanan purna jual yang memadai dan dukungan
teknis disertai sumber daya manusia yang handal.

M. TATA LAKSANA PENGGUNAAN DAN PERALATAN


1. Pergunakan peralatan khusus sesuai dengan jenis dan spesifikasi dari
bahan dan limbah berbahaya
2. Pergunakan peralatan sebelum melakukan aktifitas yang
berhubungan/bersentuhan dengan bahan dan limbah berbahaya
3. Ikuti prosedur penggunaan peralatan sesuai rekomendasi yang
diperkenankan

N. TATA LAKSANA PEMASANGAN LABEL


1. Setiap kemasan atau tempat/wadah untuk penyimpanan, pengolahan,
pengumpulan, pemanfaatan limbah B3 wajib diberi symbol dan label
yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3.
2. Apabila limbah B3 dalam satu kemasan mempunyai lebih dari satu
karakteristik (mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, beracun,
menyebabkan infeksi dan korosif) wajib dilakukan pengujian
karakteristik limbah B3 atau pemberian symbol dan label dari limbah
B3 berdasarkan hasil uji karakteristik yang paling dominan.
3. Pemasangan label dan tulisan larangan untuk bahan berbahaya
berupa gas harus jelas dan dapat dibaca oleh setiap orang dengan
tepat, khususnya pada ruang sentral, jalur pemipaan setiap tabung
dan outlet diberi warna sesuai dengan jenis gas yang sudah
ditentukan.

O. TATA LAKSANA PELAPORAN INSIDEN, ANALISIS DAN SOLUSI


1. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, melakukan
penanganan dengan segera sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
2. Membatasi risiko pada orang lain dan memberikan informasi yang
benar dan jelas untuk keperluan analisis.
3. Sistem pelaporan insiden bila terpapar/terpajan bahan dan limbah
berbahaya internal rumah sakit bagi staf dan petugas (internal)
rumah sakit melalui Komite Keselamatan Pasien.
4. Waktu pelaporan dilakukan dalam kurun waktu 2 x 24 jam setelah
kejadian.
5. Tim K3 melakukan analis dan memberikan rekomendasi serta solusi
atas insiden yang dilaporkan.
BAB V
DOKUMENTASI

PanduanB3 (BahanBerbahaya Beracun) wajib dilaksanakan dengan


berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penerapannya memerlukan partipisasi dari semua pihak karena kerjasama
dan koordinasi semua pihak sangat menentukan keberhasilan dari
pengelolaan B3 yang aman. Untuk itulah panduan B3 ini disusun sebagai
acuan pelaksanaan diRumah Sakit Ibu dan Anak Vitalaya.
REFERENSI

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001


Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun.
2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008
Tentang Tata Cara Pemberian Simbol Dan Label Bahan Berbahaya Dan
Beracun.
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 472 Tahun 1996 Tentang Pengamanan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
4. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan DepKes RI. 2006. Pedoman
KeselamatanKerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Jakarta: Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan DepKes RI.
5. MoranL.,MasciangioliT.2010. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium
Kimia, Panduan Pengelolaan Bahan Kimia dengan Bijak. Washington,DC:
The National Academies Press.

Tangerang Selatan, 01 April 2017


Megetahui
Direktur RSIA Vitalaya,

dr. Mohammad Ridwan Palili

Anda mungkin juga menyukai