Laporan Kasus Skabies PDF

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI KASUS

Skabies

Disusun oleh:
Anselma Halim/07120120111

Dibimbing oleh:
dr. Sylvia Tan, SpKK

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan

Siloam Hospitals Lippo Village

Tangerang, 2016
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
- Inisial Pasien : Tn. T
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Tanggal Lahir : 09 Juni 2000
- Usia : 16 tahun
- Agama : Islam
- Alamat : Balaraja

II. ANAMNESIS
Anamnesis (Autoanamnesis)

a. Tanggal pemeriksaan : 19 Juli 2016


b. Jam pemeriksaan : 11.00

II.1. Keluhan Utama


Keluhan Utama :
 Bintil-bintil yang terasa gatal pada seluruh tubuh, ekstremitas atas
dan bawah kanan dan kiri, serta penis sejak 3 bulan SMRS

II.2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poliklinik RSUS dengan keluhan bintil-bintil yang terasa
gatal terutama pada sela jari kedua tangan, kedua lipat siku, kedua lutut, dan perut
sejak 3 bulan SMRS. Bintil kemerahan sebesar ujung jarum pentul dirasakan
berawal dari sela jari tangan kanan kemudian semakin banyak dan meluas ke
telapak tangan, lipat siku dan sela jari tangan kiri, perut, dan kedua lutut. Pasien
juga mengaku ada bintil kemerahan yang serupa pada penis. Keluhan gatal
dirasakan sepanjang hari dan semakin hebat terutama pada malam hari sehingga
membuat pasien menggaruk kulit hingga timbul luka akibat garukan dan
mengeluarkan nanah. Untuk mengurangi keluhan, ayah pasien memberikan
revanol
dan memperban telapak tangan dan siku pasien. Pasien sudah pergi ke puskesmas
dekat rumahnya dan hanya diberi hidrokortison topikal. Demam dialami pasien
selama 2 hari sekitar 3 minggu yang lalu. Riwayat alergi seperti asma, alergi
makanan, dan alergi obat serta benda asing disangkal pasien.
Pasien tinggal di pesantren bersama teman-temannya dan mengaku bahwa
separuh dari teman kamarnya juga mengalami hal serupa. Selama 1 bulan terakhir
ini saat libur lebaran, pasien kembali ke rumah dan mengaku bahwa ayahnya juga
mulai mengalami hal serupa.

II.2. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien belum pernah
dirawat inap sebelumnya maupun menjalani tindakan operasi.

II.3. Riwayat Keluarga


Ayah pasien mengalami hal serupa. Tidak ada riwayat penyakit tertentu
seperti diabetes mellitus dan hipertensi.

II.4. Riwayat Sosial & Kebiasaan


Pasien tinggal di pesantren dan mengganti sprei setiap 2 bulan atau 3 bulan
sekali. Mengganti pakaian setiap hari dua kali, mandi dua kali sehari, dan mencuci
seluruh pakaian selama satu minggu setiap hari Sabtu.

II.5. Riwayat Alergi


Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, benda asing
(debu, dll), maupun makanan (makanan laut, dll)

III. PEMERIKSAAN FISIK


- Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Kompos mentis
- Tekanan Darah : 120/80
- Nadi : 80 kali per menit, reguler
- Pernapasan : 16 kali per menit, reguler
- Suhu : 36,4oC
Data Antropometri

 Tinggi Badan (TB) = 163 cm


 Berat Badan (BB) = 51 kg
 Indeks Massa Tubuh /IMT = 19,24

1. Status Lokalis
 Kepala : Normocephali, rambut berwarna hitam, tipis, terdistribusi
merata, rambut tidak mudah tercabut, tidak ada kelainan kulit
 Wajah : Raut wajah normal, gerak otot wajah simetris dan tidak ada
paralisis otot wajah.
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, mata tidak cekung
 Telinga : Posisi daun telinga normal
 Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, tidak ada nafas
cuping hidung
 Mulut : Mukosa bibir lembab, mukosa rongga mulut lembab, tidak
ada celah palatum, ukuran lidah normal dan tidak tampak
bersih
 Dada : Bentuk normal, tidak terdapat deformitas, penonjolan,
pembengkakan
 Paru : Tidak dilakukan
 Jantung : Tidak dilakukan
 Abdomen : Tidak dilakukan
 Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, CRT <2
detik
Status Dermatologis

Lokasi Eflourosensi Gambar


Regio Papul eritema Tertutup oleh perban, namun menurut pasien lesi
interdigitalis multipel, bentuk bulat, sama seperti lesi pada bagian tubuh lainnya
dekstra dan berbatas tegas, pustul,
sinistra ekskoriasi, krusta

Regio palmar Papul eritema Tertutup oleh perban, namun menurut pasien lesi
dekstra dan multipel, bentuk bulat, sama seperti lesi pada bagian tubuh lainnya
sinistra berbatas tegas, pustul,
ekskoriasi, krusta

Regio kubiti Papul eritema multipel,


bentuk bulat, berbatas tegas,
dekstra dan
pustul, ekskoriasi, krusta
sinistra
Regio Papul eritema
multipel, bentuk
abdome
bulat, berbatas
n tegas, pustul,
ekskoriasi, krusta

Regio Papul eritema


vertebralis multipel, bentuk
bulat, berbatas tegas,
pustul
Regio patelaris Papul eritema
dekstra dan multipel, bentuk
sinistra bulat, berbatas tegas,
pustul, ekskoriasi,
krusta
Regio Penis Papul eritema
multipel, bentuk
bulat, berbatas tegas,
pustul

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Namun untuk


lebih memastikan diagnosis kerja, usulan pemeriksaan penunjang yang dilakukan
untuk menemukan tungau dengan beberapa cara, yaitu:

1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung-ujung yang terlihat papul


atau vesikel, dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas kaca objek, lalu
dituup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya

2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas
putih, kemudian dilihat dengan kaca pembesar

3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari, lalu dibuat
irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya

4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E

V. RESUME
Pasien, laki-laki, 16 tahun, datang ke poliklinik RSUS dengan
keluhan bintil-bintil yang terasa gatal terutama pada sela jari kedua tangan,
kedua lipat siku, kedua lutut, dan perut sejak 3 bulan SMRS. Bintil
kemerahan sebesar ujung jarum pentul dirasakan berawal dari sela jari
tangan kanan kemudian semakin banyak dan meluas ke telapak tangan,
lipat siku dan sela jari tangan kiri, perut, dan kedua lutut. Pasien juga
mengaku ada bintil kemerahan yang serupa pada penis. Keluhan gatal
dirasakan sepanjang hari dan semakin hebat terutama pada malam hari
sehingga membuat pasien menggaruk kulit hingga timbul luka akibat
garukan dan
mengeluarkan nanah. Demam dialami pasien selama 2 hari, 3 minggu
SMRS.
Pasien tinggal di pesantren bersama teman-temannya dan mengaku
bahwa separuh dari teman kamarnya juga mengalami hal serupa. Selama 1
bulan terakhir ini saat libur lebaran, pasien kembali ke rumah dan mengaku
bahwa ayahnya juga mulai mengalami hal serupa.
Berdasarkan status dermatologis, terdapat papul eritema multipel,
bentuk bulat, berbatas tegas, pustul, ekskoriasi, krusta pada regio
interdigitalis, palmar, dan kubitus dekstra sinistra, abdomen, vertebralis,
penis, serta patelaris dekstra sinistra.

VI. DIAGNOSIS KERJA


- Skabies dengan infeksi sekunder

VII. DIAGNOSIS Banding


- Prurigo hebra
- Pedikulosis korporis
- Dermatitis

VIII. TATALAKSANA
Edukasi:

 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara penularannya


 Menjelaskan bahwa skabies adalah penyakit menular
 Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan
lingkungan tempat tinggal
 Mencuci selimut, handuk, dan pakaian dengan bilasan terakhir dengan
menggunakan air panas 5 hari terakhir
 Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutin
 Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat
menyebabkan luka dan risiko infeksi
 Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga yang menderita
keluhan yang sama
 Memberi penjelasan bahwa pengobatan dengan penggunaan krim yang
dioleskan pada seluruh badan tidak boleh terkena air, jika terkena air harus
diulang kembali. Krim dioleskan ke seluruh tubuh saat malam hari
menjelang tidur dan didiamkan selama 8 jam hingga keesokan harinya.
Obat digunakan 1x seminggu dan dapat diulang seminggu kemudian.

Terapi Farmakologis:
A. Topikal
 Permetrin 5% krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari
selama 10 jam, satu kali dalam seminggu
B. Sistemik
 Anti histamin: Cetirizine tab 1x1
 Antibiotik: Cefadroxil 2x200mg

IX. PROGNOSIS
- Ad vitam : ad bonam
- Ad functionam : ad bonam
- Ad sanationam : ad bonam
- Ad kosmetikam: ad bonam

X. PEMBAHASAN
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, dan
pemeriksaan yang dilakukan. Dari anamnesis didapatkan bintil-bintil
kemerahan yang gatal timbul pada sela kedua tangan, telapak tangan,
perut, kedua lutut, kedua lipat siku, serta penis. Keluhan gatal dirasakan
semakin hebat terutama pada malam hari. Pasien tinggal bersama teman-
temannya di pesantren dan sebagian dari temannya mengalami keluhan
yang sama. Demikian pula ayah pasien yang tinggal bersama pasien
sebulan terakhir ini juga mengalami keluhan serupa. Pasien dapat
didiagnosis menderita penyakit skabies, dimana hal ini sesuai dengan teori
yang ada bahwa dengan ditemukannya 2 dari 4 tanda kardinal skabies
maka diagnosis klinis dapat ditegakkan. Diagnosis ditegakkan jika
ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni:

1. Pruritus nokturna karena aktivitas tungau lebih tinggi pada


malam hari
2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai
seluruh keluarga, sebagian tetangga yang berdekatan

3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna


putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-
rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul dan
vesikel.

4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnosis.

Dimana tanda kardinal yang ditemukan adalah pruritus nokturna

dan
adanya orang di sekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama dan
ditemukannya tungau pada pemeriksaan mikroskopik.

Dari status dermatologinya didapatkan bahwa terdapat lesi regional


pada region abdomen, interdigital, palmar, patelar, kubitus, dan penis. Lesi
multipel, diskrit, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai
lentikuler. Efloresensi papul eritematosa, pustul. Hal ini sesuai untuk
diagnosis skabies, dimana di dalam teori dikatakan bahwa predileksi
terjadinya pada daerah dengan stratum korneum yang tipis. Selain itu pada
pasien ini juga terdapat efloresensi berupa krusta dan ekskoriasi, maka
diduga pasien ini telah timbul infeksi sekunder.

Pada kasus ini dipikirkan diagnosis banding yaitu prurigo hebra


yaitu penyakit kulit kronis dimulai sejak bayi atau anak, sering terdapat
pada anak dengan tingkat sosial ekonomi dan kebersihan rendah. Penyebab
pasti belum diketahui, diduga sebagai penyakit herediter, akibat kepekaan
kulit terhadap gigitan serangga. Tanda khasnya adlaah adanya papul-papul
miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, sangat gatal. Tempat
predileksinya di ekstremitas bagian ekstensor dan simetris. Diagnosis ini
dapat disingkirkan karena pasien tidak peka terhadap gigitan serangga dan
pasien belum pernah mengalami keluhan ini sebelumnya.

Sedangkan pada pedikulosis korporis, kelainan kulit berupa papul


milier disertai bekas garukan yang menyeluruh pada tubuh pasien. Pada
dermatitis, meskipun memberikan kelainan kulit yang hampir sama namun
pada dermatitis dalam anamnesa tidak didapatkan adanya anggota keluarga
yang menderita keluhan yang sama (atau orang-orang terdekat).

Penatalaksanaan pada kasus skabies dapat dilakukan baik dengan


non medikamentosa dan medikamentosa. Penatalaksanaan non
medikamentosa yaitu dengan memberikan edukasi seperti rajin melakukan
pengobatan dan seluruh anggota keluarga harus diobati, menjaga
kebersihan pasien dan keluarga, seluruh pakaian di rumah dicuci dengan
menggunakan
air panas, serta menjemur kasur dan bantal. Mengontrol seminggu
kemudian untuk melihat hasil terapi dan perkembangan penyakit.

Pada pasien ini penatalaksanaan dilakukan dengan memberikan


obat secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan adalah
permetrin
5% krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari selama 10 jam, satu
kali dalam seminggu. Pada teori yang telah dikemukakan bahwa obat
topikal yang paling baik diberikan berupa permetrin 5% karena efektif
pada semua stadium skabies dan toksisitasnya rendah, serta
penggunaannya mudah dan dapat diperoleh dengan mudah di apotek. Obat
sistemik yang diberikan adalah cefadroxil 200 mg, 2 kali sehari setelah
makan. Pemberian obat sistemik ini sesuai dengan indikasi bahwa pada
pasien mengalami infeksi sekunder sehingga perlu diberikan
antibiotika. Selain itu untuk mengurangi gatal yang dialami pasien
terutama pada malam hari juga diberikan obat antihistamin yaitu
Cetirizine satu kali sehari. Obat ini murah dan mudah didapat namun
memiliki efek mengantuk karena efek sedatif meski minimal.

Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik


bila diobati dengan benar dan juga menghindari faktro pencetus dan
predisposisi, demikian juga sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan
pengobatan pada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama.
Bila dalam perjalanannya skabies tidak diobati dengan baik dan adekuat,
maka tungau akan tetap hidup dalam tubuh manusia karena manusia
merupakan host definitive dari tungau tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan


sensitisasi terhadap terhadap Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya.3

II. Etiologi

Sarcoptes scabiei var hominis berkembangbiak hanya pada kulit manusia.


Sarcoptes scabiei merupakan Arthropoda yang masuk ke dalam kelas Arachnida,
sub kelas Acari (Acarina), ordo Astigmata dan famili Sarcoptidae. Sarcoptes
scabiei merupakan tungau putih, kecil, transparan, berbentuk bulat agak lonjong,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau betina besarnya 2 kali
daripada yang jantan. Adapun jenis Sarcoptes scabei var. animalis yang kadang-
kadang bisa menulari manusia terutama bagi yang memelihara hewan peliharaan
seperti anjing1,3,4

Gambar 1. Morfologi Sarcoptes scabei.1

III. Cara Penularan

Penularan skabies pada manusia dapat melalui kontak langsung dengan


penderita (kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan
hubungan seksual. Penularan skabies pada manusia juga dapat secara tidak
langsung melalui pakaian, handuk, sprai dan barang-barang lainnya yang pernah
digunakan oleh penderita. Jumlah rata-rata tungau pada awal infestasi adalah
sekitar lima sampai sepuluh ekor. Tungau S. scabiei hidup dari sampel debu
penderita, lantai, furniture dan tempat tidur.1,3,8
IV. Klasifikasi

Skabies dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut:


1. Typical scabies (sedikit tungau, allergic component prominent)

2. Transient scabies (allergic component prominent, tungau menghilang


dengan cepat)

3. Crusted scabies (jumlah tungau yang sangat banyak).5

V. Patogenesis

Setelah terjadi perkawinan (kopulasi) biasanya tungau jantan akan mati,


namun kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang
digali oleh betina. Setelah tungau betina dibuahi, tungau ini akan membentuk
terowongan pada kulit sampai perbatasan stratum korneum dan stratum
granulosum dengan panjangnya 2-3 mm perhari serta bertelur sepanjang
terowongan sampai sebanyak 2 atau 4 butir sampai sehari mencapai 40-50 butir.
Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang
mempunyai 3 pasang kaki. Larva tersebut sebagian ada yang tetap tinggal dalam
terowongan dan ada yang keluar dari permukaan kulit, kemudian setelah 2-3 hari
masuk ke stadium nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4
pasang kaki. Waktu yang diperlukan mulai dari telur menetas sampai menjadi
dewasa sekitar 8-12 hari.3,4

Siklus hidup tungau paling cepat terjadi selama 30 hari dan selama itu juga
tungau-tungau tersebut berada dalam epidermis manusia. Tungau yang berpindah
ke lapisan kulit teratas memproduksi substansi proteolitik (sekresi saliva) yang
berperan dalam pembuatan terowongan dimana saat itu juga terjadi aktivitas
makan dan pelekatan telur pada terowongan tersebut. Tungau-tungau ini memakan
jaringan-jaringan yang hancur, namun tidak mencerna darah. Feses (Scybala)
tungau akan ditinggalkan di sepanjang perjalanan tungau menuju ke epidermis dan
membentuk lesi linier sepanjang terowongan.1,6
Gambar 2. Penularan Skabies.7

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah infestasi. Sensitisasi terjadi pada penderita yang terkena infeksi
scabies pertama kali. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.3
Apabila terjadi immunocompromised pada host, respon imun yang lemah
akan gagal dalam mengontrol penyakit dan megakibatkan invasi tungau yang lebih
banyak bahkan dapat menyebabkan crusted scabies. Jumlah tungau pada pasien
crusted scabies bisa melebihi 1 juta tungau.6

VI. Manfestasi Klinis

Ketika seseorang terinfestasi oleh scabies untuk yang pertama kalinya,


gejala biasanya tidak nampak hingga mencapai 2 bulan kemudian (2-6 minggu)
setelah terinfestasi. Namun bagaimanapun, seseorang yang terinfestasi masih bisa
menyebarkan scabies ini kepada orang lain. Jika seseorang telah pernah menderita
scabies sebelumnya, gejala akan muncul dengan segera (1-4 hari) setelah
terekspos. Seseorang yang terinfestasi scabies juga dapat menularkan
penyakitnya, walaupun mereka tidak memiliki gejala lagi. Hal ini berlaku sampai
scabies pada penderita tersebut diberantas beserta tungau dan telur-telurnya.7

Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda


cardinal sebagai berikut:

1. pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab. Gejala ini
adalah yang sangat menonjol.3
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu juga
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal
keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena.
Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala.
Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).3
3. Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata- rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel.
Jika timbul infeksi sekunder, ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule,
ekskoriasi dan lain-lain). Umumnya tempat predileksi tungau adalah
lapisan kulit yang tipis, seperti di sela-sela jari tangan, pergelangan tangan,
siku bagian luar, lipatan ketiak depan, pinggang, punggung, pusar, dada
termasuk daerah sekitar alat kelamin pada pria dan daerah periareolar pada
wanita . Telapak tangan, telapak kaki, wajah, leher dan kulit kepala adalah
daerah yang sering terserang tungau pada bayi dan anak-anak.1,3
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik.3

Gambar 2. Ruam pada scabies.1

Gambar 3. Kanalikuli pada Scabies.1

VII. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menemukan tungau dapat dilakukan dengan beberapa cara:

1. Kerokan kulit dapat dilakukan di daerah sekitar papula yang lama maupun
yang baru. Hasil kerokan diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan
KOH 10% kemudian ditutup dengan kaca penutup dan diperiksa di bawah
mikroskop. Diagnosis scabies positif jika ditemukan tungau, nimpa, larva,
telur atau kotoran S. scabiei. 1
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung pada kertas putih
kemudian dilihat dengan kaca pembesar.3
3. Dengan membuat biopsy irisan, yaitu lesi dijepit dengan 2 jari kemudian
dibuat irisan tipis dengan pisau kemudian diperiksa dengan mikroskop
cahaya.3
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoxylin
Eosin.3

Tes tinta pada terowongan di dalam kulit dilakukan dengan cara


menggosok papula menggunakan ujung pena yang berisi tinta. Papula yang telah
tertutup dengan tinta didiamkan selama dua puluh sampai tiga puluh menit,
kemudian tinta diusap/ dihapus dengan kapas yang dibasahi alkohol. Tes
dinyatakan positif bila tinta masuk ke dalam terowongan dan membentuk
gambaran khas berupa garis zig- zag.1

Strategi lain untuk melakukan diagnosis scabies adalah videodermatoskopi,


biopsi kulit dan mikroskopi epiluminesken. Videodermatoskopi dilakukan
menggunakan sistem mikroskop video dengan pembesaran seribu kali dan
memerlukan waktu sekitar lima menit. Umumnya metode ini masih dikonfirmasi
dengan basil kerokan kulit. Pengujian menggunakan mikroskop epiluminesken
dilakukan pada tingkat papilari dermis superfisial dan memerlukan waktu sekitar
lima menit serta mempunyai angka positif palsu yang rendah. Kendati demikian,
metode-metode diagnosis tersebut kurang diminati karena memerlukan peralatan
yang mahal.

VIII. Diagnosis Banding

Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great imitator
karena dapat mencakup hampir semua dermatosis pruritik berbagai penyakit kulit
dengan keluhan gatal. Adapun diagnosis banding yang biasanya mendekati adalah
prurigo, pedikulosis corporis, dermatitis dan lain-lain.2,3
IX. Penatalaksanaan

Pilihan obat scabisida harus memperhitungkan efektivitas dan toksisitas.


Penatalaksanaan juga harus melibatkan orang-orang yang berhubungan dekat atau
pasangan seksual. Adapun syarat obat yang ideal adalah yang efektif terhadap
semua tungau, tidak menimbulkan iritasi, tidak bersifat toksik, tidak berbau, tidak
kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya pun
relatif murah.2,3

Pengobatan standar skabies pada manusia yang sering diberikan adalah


bensil bensoat, crotamiton, lindan, permetrin, dan ivermectin . Wendel dan
Rampalo (2002) melakukan tinjauan tingkat kesembuhan penderita skabies
dengan berbagai macam obat seperti yang ditunjukkan pada table berikut.1,8

Tabel 1. Tinjauan Tingkat Kesembuhan Skabies dengan Berbagai Macam Obat.1

Kombinasi antara bensil bensoat memberikan tingkat kesembuhan


mencapai 100%. Bensil bensoat 25% dikenal juga dengan nama "Balsem Peru"
dan telah digunakan sekitar 65 tahun yang lalu. Obat ini diaplikasikan dengan cara
dioles pada kulit yang terserang skabies dan dibiarkan hingga 24 jam. Efek
samping bensil bensoat yang dilaporkan adalah timbulnya diare dan iritasi kulit
pada menit pertama pasca pengolesan. Bensil bensoat dianjurkan untuk diencerkan
apabila digunakan oleh penderita skabies pada anak dan dewasa yang kulitnya
sensitif.1,3
Crotamiton 10% (Eurax) adalah obat scabies yang cukup aman bagi anak
dengan efek samping yang minimal. Obat ini mempunyai dua efek yaitu sebagai
antiskabies dan antupruritik. Obat ini harus dijauhkan dari mata, mulut dan
uretra.1,3

Gamma benzene hexachloride 1% adalah insektisida organofosfat untuk


pengobatan skabies dengan tingkat kesembuhan mencapai 96 - 98%. Obat ini
mempengaruhi sistem saraf dan terbukti berbahaya bagi janin dan anak bahkan
dapat menyebabkan terjadinya idiosyncratic aplastic anemia. Oleh karena itu,
lindan tidak dianjurkan untuk digunakan ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah
umur dua tahun dan penderita dengan dermatitis yang luas termasuk penderita
dengan gangguan syaraf. Lindan tidak dianjurkan setelah mandi dengan air hangat
karena kulit masih mengalami vasodilatasi sehingga penyerapan berjalan cepat
dan sangat membahayakan. Resistensi S. scabiei secara in vitro dan in vivo
terhadap lindan telah dilaporkan oleh Hernandez (1983) dan Chosidow (2000).
Lindan dilarang beredar di beberapa negara termasuk Australia karena efek
samping yang membahayakan bagi pengguna.1

Adanya efek samping terhadap lindan, pengobatan diarahkan pada


penggunaan permetrin 5% (Lyclear). Obat ini terbilang lebih mahal dari obat
skabies di atas dan banyak digunakan di Australia, United Kingdom dan Amerika
selama lebih dari dua puluh tahun. Dosis tunggal yang digunakan mempunyai efek
yang mirip dengan lindan, yaitu memberikan kesembuhan sekitar 97,8%. Efek
permetrin dilaporkan lebih balk daripada crotamiton dan sebaiknya dibiarkan
selama delapan sampai sepuluh jam berada di kulit, kemudian dapat dicuci.
Pengobatan dapat diulang dalam waktu satu minggu. Obat ini dilaporkan lebih
aman khususnya bagi anak-anak, tidak menyebabkan reaksi silang dengan kulit,
tetapi dapat menyebabkan diare dan kejang-kejang.1,3,8

Ivermectin adalah antibiotik lakton makrosiklik dari kelompok avermectin


yang diisolasi dari bakteri Streptomyces avermectalis. Obat ini menunjukkan
spektrum yang luas untuk parasit baik arthropoda maupun nematoda dan telah
banyak digunakan untuk pengobatan skabies pada hewan serta manusia. Dosis
tunggal ivermectin 200 tg/kg mampu menyembuhkan skabies pada penderita HIV
dan skabies krustasi. Selain khasiatnya sebagai anti skabies, ivermectin juga
dilaporkan efektif untuk mengurangi kejadian infeksi sekunder karena bakteri
Streptococcus pyoderma yang menyertai skabies. Efek samping yang ditimbulkan
setelah pengobatan adalah sakit perut dan muntah serta hipotensi (tekanan darah
menurun). Ruam-ruam merah akan meningkat pada tiga hari pertama
pascapengobatan juga sering dialami penderita scabies. Ivermectin tidak
dianjurkan untuk ibu hamil dan anak dengan bobot badan kurang dari lima belas
kilogram.1

Obat alternatif lainnya adalah presipitasi sulfur 6% di dalam petrolatum .


Obat ini dilaporkan aman bagi ibu hamil, ibu menyusui dan anak yang berumur
kurang dari dua tahun . Penggunaan sulfur 6% setiap malam selama tiga kali
berturut-turut dan membilasnya setelah 24 jam, memberikan hasil yang
memuaskan. Namun demikan, obat ini kurang diminati karena meninggalkan noda
dan kotor serta bau yang menyengat.1,3

X. Pencegahan

Diagnosis dini dan penatalaksanaan dengan scabisida yang efektif untuk


penderita dan kontak seksual/ rumah tangga merupakan kunci pencegahan.
Pencegahan skabies pada manusia dapat dilakukan dengan cara menghindari
kontak langsung dengan penderita dan mencegah penggunaan barang-barang
penderita secara bersama-sama. Pakaian, handuk dan barang-barang lainnya yang
pernah digunakan oleh penderita harus diisolasi dan dicuci dengan air panas .
Pakaian dan barang-barang asal kain dianjurkan untuk disetrika sebelum
digunakan . Sprai penderita harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga
hari sekali . Benda- benda yang tidak dapat dicuci dengan air (bantal, guling,
selimut) disarankan dimasukkan ke dalam kantung plastik selama tujuh hari,
selanjutnya dicuci kering atau dijemur di bawah sinar matahari sambil dibolak
batik minimal dua puluh menit sekali.1,2

Kebersihan tubuh dan lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang
sehat akan mempercepat kesembuhan dan memutus siklus hidup S. scabiei.
Umumnya, penderita masih merasakan gatal selama dua minggu pascapengobatan.
Kondisi ini diduga karena masih adanya reaksi hipersensitivitas yang berjalan
relatif lambat. Apabila lebih dari dua minggu masih menunjukkan gejala yang
sama, maka dianjurkan untuk kembali berobat karena kemungkinan telah terjadi
resistensi atau berkurangnya khasiat obat tersebut. Kegagalan pengobatan pada
skabies krustasi secara topikal diduga karena obat tidak mampu berpenetrasi ke
dalam kulit akibat tebalnya kerak.1

XI. Prognosis

Keberhasilan pengobatan skabies dan pemberantasan penyakit tersebut


tergantung pada pemilihan efektif, pemakaian obat yang benar, serta
menghilangkan faktor predisposisi.3
Daftar Pustaka
1. Wardhana, AH. Skabies: Tantangan Penyakit Zoonosis Masa Kini dan
Masa
Datang. 2006. Bogor: Balai Penelitian Veteriner.

2. Herman, MJ. Cermin Dunia Kedokteran: Penyakit Hubungan Seksual


Akibat Jamur, Protozoa dan Parasit. 2001. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Farmasi - Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan Rl.

3. Djuanda, adhi. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 2007. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

4. Tim Penyusun Bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Pedoman
Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 2005. Surabaya:
Airlangga University Press.

5. Speare, Richard. Advice on Scabies Diagnosis and Management. The SA


Department of Health: James Cook University

6. Cordoro, KM. Dermatologic Manifestations of Scabies. 2009. Available at:


http://emedicine.medscape.com/article. Last Updated: 25 November 2011.

7. Centers for Disease Control and Prevention. Parasites Scabies. 2010.


Available at: http://www.cdc.gov/. Last updated: 25 November 2011.

8. Chosidow,O. Scabies, New England Journal of Medicine. 2006. Available


from: http://content.nejm.org/cgi/content/full/354/16/1718. Last Updated:
25 November 2011.

Anda mungkin juga menyukai