Laporan Kasus Skabies PDF
Laporan Kasus Skabies PDF
Laporan Kasus Skabies PDF
Skabies
Disusun oleh:
Anselma Halim/07120120111
Dibimbing oleh:
dr. Sylvia Tan, SpKK
Tangerang, 2016
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
- Inisial Pasien : Tn. T
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Tanggal Lahir : 09 Juni 2000
- Usia : 16 tahun
- Agama : Islam
- Alamat : Balaraja
II. ANAMNESIS
Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Status Lokalis
Kepala : Normocephali, rambut berwarna hitam, tipis, terdistribusi
merata, rambut tidak mudah tercabut, tidak ada kelainan kulit
Wajah : Raut wajah normal, gerak otot wajah simetris dan tidak ada
paralisis otot wajah.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, mata tidak cekung
Telinga : Posisi daun telinga normal
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, tidak ada nafas
cuping hidung
Mulut : Mukosa bibir lembab, mukosa rongga mulut lembab, tidak
ada celah palatum, ukuran lidah normal dan tidak tampak
bersih
Dada : Bentuk normal, tidak terdapat deformitas, penonjolan,
pembengkakan
Paru : Tidak dilakukan
Jantung : Tidak dilakukan
Abdomen : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, CRT <2
detik
Status Dermatologis
Regio palmar Papul eritema Tertutup oleh perban, namun menurut pasien lesi
dekstra dan multipel, bentuk bulat, sama seperti lesi pada bagian tubuh lainnya
sinistra berbatas tegas, pustul,
ekskoriasi, krusta
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas
putih, kemudian dilihat dengan kaca pembesar
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari, lalu dibuat
irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya
V. RESUME
Pasien, laki-laki, 16 tahun, datang ke poliklinik RSUS dengan
keluhan bintil-bintil yang terasa gatal terutama pada sela jari kedua tangan,
kedua lipat siku, kedua lutut, dan perut sejak 3 bulan SMRS. Bintil
kemerahan sebesar ujung jarum pentul dirasakan berawal dari sela jari
tangan kanan kemudian semakin banyak dan meluas ke telapak tangan,
lipat siku dan sela jari tangan kiri, perut, dan kedua lutut. Pasien juga
mengaku ada bintil kemerahan yang serupa pada penis. Keluhan gatal
dirasakan sepanjang hari dan semakin hebat terutama pada malam hari
sehingga membuat pasien menggaruk kulit hingga timbul luka akibat
garukan dan
mengeluarkan nanah. Demam dialami pasien selama 2 hari, 3 minggu
SMRS.
Pasien tinggal di pesantren bersama teman-temannya dan mengaku
bahwa separuh dari teman kamarnya juga mengalami hal serupa. Selama 1
bulan terakhir ini saat libur lebaran, pasien kembali ke rumah dan mengaku
bahwa ayahnya juga mulai mengalami hal serupa.
Berdasarkan status dermatologis, terdapat papul eritema multipel,
bentuk bulat, berbatas tegas, pustul, ekskoriasi, krusta pada regio
interdigitalis, palmar, dan kubitus dekstra sinistra, abdomen, vertebralis,
penis, serta patelaris dekstra sinistra.
VIII. TATALAKSANA
Edukasi:
Terapi Farmakologis:
A. Topikal
Permetrin 5% krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari
selama 10 jam, satu kali dalam seminggu
B. Sistemik
Anti histamin: Cetirizine tab 1x1
Antibiotik: Cefadroxil 2x200mg
IX. PROGNOSIS
- Ad vitam : ad bonam
- Ad functionam : ad bonam
- Ad sanationam : ad bonam
- Ad kosmetikam: ad bonam
X. PEMBAHASAN
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, dan
pemeriksaan yang dilakukan. Dari anamnesis didapatkan bintil-bintil
kemerahan yang gatal timbul pada sela kedua tangan, telapak tangan,
perut, kedua lutut, kedua lipat siku, serta penis. Keluhan gatal dirasakan
semakin hebat terutama pada malam hari. Pasien tinggal bersama teman-
temannya di pesantren dan sebagian dari temannya mengalami keluhan
yang sama. Demikian pula ayah pasien yang tinggal bersama pasien
sebulan terakhir ini juga mengalami keluhan serupa. Pasien dapat
didiagnosis menderita penyakit skabies, dimana hal ini sesuai dengan teori
yang ada bahwa dengan ditemukannya 2 dari 4 tanda kardinal skabies
maka diagnosis klinis dapat ditegakkan. Diagnosis ditegakkan jika
ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni:
dan
adanya orang di sekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama dan
ditemukannya tungau pada pemeriksaan mikroskopik.
II. Etiologi
V. Patogenesis
Siklus hidup tungau paling cepat terjadi selama 30 hari dan selama itu juga
tungau-tungau tersebut berada dalam epidermis manusia. Tungau yang berpindah
ke lapisan kulit teratas memproduksi substansi proteolitik (sekresi saliva) yang
berperan dalam pembuatan terowongan dimana saat itu juga terjadi aktivitas
makan dan pelekatan telur pada terowongan tersebut. Tungau-tungau ini memakan
jaringan-jaringan yang hancur, namun tidak mencerna darah. Feses (Scybala)
tungau akan ditinggalkan di sepanjang perjalanan tungau menuju ke epidermis dan
membentuk lesi linier sepanjang terowongan.1,6
Gambar 2. Penularan Skabies.7
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah infestasi. Sensitisasi terjadi pada penderita yang terkena infeksi
scabies pertama kali. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.3
Apabila terjadi immunocompromised pada host, respon imun yang lemah
akan gagal dalam mengontrol penyakit dan megakibatkan invasi tungau yang lebih
banyak bahkan dapat menyebabkan crusted scabies. Jumlah tungau pada pasien
crusted scabies bisa melebihi 1 juta tungau.6
1. pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab. Gejala ini
adalah yang sangat menonjol.3
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu juga
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal
keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena.
Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala.
Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).3
3. Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata- rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel.
Jika timbul infeksi sekunder, ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule,
ekskoriasi dan lain-lain). Umumnya tempat predileksi tungau adalah
lapisan kulit yang tipis, seperti di sela-sela jari tangan, pergelangan tangan,
siku bagian luar, lipatan ketiak depan, pinggang, punggung, pusar, dada
termasuk daerah sekitar alat kelamin pada pria dan daerah periareolar pada
wanita . Telapak tangan, telapak kaki, wajah, leher dan kulit kepala adalah
daerah yang sering terserang tungau pada bayi dan anak-anak.1,3
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik.3
1. Kerokan kulit dapat dilakukan di daerah sekitar papula yang lama maupun
yang baru. Hasil kerokan diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan
KOH 10% kemudian ditutup dengan kaca penutup dan diperiksa di bawah
mikroskop. Diagnosis scabies positif jika ditemukan tungau, nimpa, larva,
telur atau kotoran S. scabiei. 1
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung pada kertas putih
kemudian dilihat dengan kaca pembesar.3
3. Dengan membuat biopsy irisan, yaitu lesi dijepit dengan 2 jari kemudian
dibuat irisan tipis dengan pisau kemudian diperiksa dengan mikroskop
cahaya.3
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoxylin
Eosin.3
Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great imitator
karena dapat mencakup hampir semua dermatosis pruritik berbagai penyakit kulit
dengan keluhan gatal. Adapun diagnosis banding yang biasanya mendekati adalah
prurigo, pedikulosis corporis, dermatitis dan lain-lain.2,3
IX. Penatalaksanaan
X. Pencegahan
Kebersihan tubuh dan lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang
sehat akan mempercepat kesembuhan dan memutus siklus hidup S. scabiei.
Umumnya, penderita masih merasakan gatal selama dua minggu pascapengobatan.
Kondisi ini diduga karena masih adanya reaksi hipersensitivitas yang berjalan
relatif lambat. Apabila lebih dari dua minggu masih menunjukkan gejala yang
sama, maka dianjurkan untuk kembali berobat karena kemungkinan telah terjadi
resistensi atau berkurangnya khasiat obat tersebut. Kegagalan pengobatan pada
skabies krustasi secara topikal diduga karena obat tidak mampu berpenetrasi ke
dalam kulit akibat tebalnya kerak.1
XI. Prognosis
3. Djuanda, adhi. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 2007. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Tim Penyusun Bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Pedoman
Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 2005. Surabaya:
Airlangga University Press.