Materi 3
Materi 3
Materi 3
Rerangka konseptual bukanlah standar dan juga tidak memiliki kekuatan sebagai
standar. Sebaliknya, rerangka konseptual penting bagi penentu standar akuntansi
untuk:
a. Membantu dan menjadi dasar bagi Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(IAl) dalam pengembangan standar baru atau pe-revisi-an standar yang
ada;
b. Membantu pembuat standar nasional dalam mengembangkan standar
nasional mereka yang konsisten dengan prinsip-prinsip yang diterapkan
dalam standar akuntansi internasional, dan;
c. Membantu pembuat laporan keuangan menerapkan standar dan
menyelesaikan berbagai isu baru yang belum diatur oleh standar akuntansi
yang ada.
Dengan demikian, apabila dalam kasus tertentu terjadi konflik antara rerangka
konseptual dengan standar tertentu, yang berlaku adalah standar.
2. Tujuan dan Cakupan
Rerangka konseptual adalah rerangka pemikiran yang berisi konsep penyusunan
dan penyajian laporan keuangan yang bertujuan umum. Rerangka konsep
tual digunakan untuk menfasilitasi perancangan standar akuntansi yang logis
dan konsisten. Rerangka konseptual dipakai untuk menyelesaikan isu akuntansi
dan mengevaluasi standar akuntansi keuangan yang ada, membantu penyusun laporan
keuangan menerapkan standar akuntansi, dan membantu pemakai
menginterpretasi informasi laporan keuangan. Rerangka konseptual bukan
merupakan standar akuntansi dan tidak mendefinisi standar untuk isu-su
pengukuran atau pengungkapan tertentu.
Rerangka konseptual ini membahas:
a. Tujuan laporan keuangan;
b. Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam
laporan keuangan;
c. Elemen laporan keuangan dan definisi;
d. Pengakuan dan pengukuran elemen laporan keuangan; dan
e. Konsep modal dan pemupukan modal.
Rerangka konseptual membahas laporan keuangan bertujuan umum (general
purpose financial statements), termasuk laporan keuangan konsolidasi, laporan
keuangan disusun dan disajikan minimal setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan
sebagian besar pemakai.
3. Pemakai Laporan Keuangan
Pemakai laporan keuangan meliputi karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan
kreditur, pelanggan, pemerintah dan Lembaga-lembaga, serta publik. Mereka
menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan
informasi yang berbeda. Informasi laporan keuangan bersifat umum, sehingga
tidak dapat memenuhi kebutuhan informasi masing-masing pemakai Laporan
keuangan lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan investor
dan kreditur untuk membuat keputusan investasi dan kredit Pemakai laporan
keuangan meliputi investor sekarang dan potensial, karyawan, pemberi pinjaman,
pemasok, dan kreditur, pelanggan, pemerintah dan lembaga-lembaganya,
dan publik Investor merupakan penyedia modal berisiko dan dianggap laporan
keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian
besar kebutuhan pemakai laporan keuangan yang lain.
5. Asumsi Dasar
Beberapa asumsi dasar (konsep dasar) dalam melandasi penyusunan
laporan keuangan, sebagai berikut:
a. Basis Akrual
Berdasar basis akrual, pengaruh suatu transaksi dan peristiwa lain diaku,
saat terjadinya (bukan pada saat uang tunai atau setara tunai diterima atau
dibayar), dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan
keuangan pada perioda yang terkait. PSAK No. 1 menjelaskan bahwa jika basis
akrual digunakan pos tertentu akan diakui sebagai aset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan dan beban (elemen laporan keuangan) ketika pos tersebut
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan yang dijelaskan oleh rerangka
konseptual.
b. Keberlangsungan Usaha
Laporan keuangan suatu entitas disusun atas dasar keberlangsungan usaha artinya
entitas akan terus beroperasi pada masa mendatang. Dengan arti kata lain,
diasumsikan entitas tidak memiliki niat atau kebutuhan untuk melikuidasi
atau mengurangi secara material skala operasinya di masa mendatang, setidaknya
jangka waktu dua belas bulan dari akhir perioda pelaporan (PSAK No.1)
Namun, ketika ada keraguan yang signifikan mengenai kemampuan entitas
untuk melanjutkan usaha, maka asumsi tersebut tidak terpenuhi, laporan keuangan
mungkin disusun menggunakan dasar yang berbeda. Dasar yang digunakan untuk
Menyusun laporan keuangan harus diungkap dalam pelaporan keuangan. Asumsi
keberlangsungan usaha juga mengharuskan manajemen untuk
menilai kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya pada masa depan ketika
menyusun laporan keuangan.
c. Kesatuan Usaha
Konsep ini disebut juga business entity concept. Konsep ini menyatakan bahwa
perusahaan dianggap sebagai badan atau orang yang berdiri sendiri, bertindak
atas nama sendiri, dan terpisah dari pemilik. Dalam akuntansi, fungsi pemilik
sebagai manager dianggap terpisah dengan fungsi pemilik sebagai pemilik.
Implikasi konsep ini adalah: pemisahan manajemen dan pemilik, perusahaan
menjadi subjek pelaporan, system perpasangan, ekuitas merupakan utang kepada
pemilik.
d. Kos Historis
Konsep Kos historis menyatakan bahwa jumlah rupiah yang dilekatkan pada pos
laporan keuangan pada saat dilaporkan adalah kos yang telah terjadi dan
tercatat dalam system akuntansi. Penggunaan kos historis sebagai dasar penilaian
dianggap paling objektif dan dapat diuji kebenaran terjadinya. Asumsi
penggunaan kos historis adalah daya beli uang selalu stabil sepanjang waktu.
Maka, muncul kritik karena hal tersebut. Sehingga, IFRS menyarankan penggunaan
Fair Value bagi asset yang memiliki nilai fluktuatif, misalnya surat berharga.
e. Perioda
Konsep perioda menyatakan bahwa akuntansi memeprhitungkan laba dengan
perioda sebagai takarannya dan bukan angkatan produk. Dengan demikina
akuntansi akan bertanya berapa laba untuk period ini (tahun, kuartal, atau bulan)
dan bukan laba untuk 100 unit produk. Implikasi konsep ini adalah perlunya
penandingan pendapatan dan biaya secara tepat serta asas akrual)
f. Substansi menggungguli bentuk
Konsep ini sering substance over form. Konsep ini menyatakan bahwa dalam
menghadapi atau memperlakukan suatu kejadian, akuntansi akan mendasarkan diri
pada substansi ekonomi kejadian tersebut dan bukan pada aspek yuridisnya.
Misalnya, untuk mengakui suatu objek sebagai asset, akuntansi tidak mensyaratkan
adanya kepemilikan objek tersebut.
6. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif adalah atribut yang membuat informasi yang disedikan
dalam seluruh laporan keuangan bermanfaat bagi penggunanya Menurut rerangka
konseptual, ada empat karakteristik kualitatif yang utama, yaitu:
a. Keterpahaman
Laporan keuangan harus menyediakan informasi yang dapat dipahami oleh
pengguna laporan keuangan. Keterpahaman menjelaskan bahwa informasi
yang disediakan laporan keuangan harus mudah untuk dimengerti oleh pengguna
laporan keuangan. Sebagai contoh, salah satu pengguna informasi laporan
keuangan bisa menjadi orang awam yang telah berinvestasi dalam sahan
buah perusahaan publik (misalnya, seseorang ini tidak memenuhi syarat sebagai
professional dan kurang memiliki pengetahuan standar akuntansi dan pelaporan
keuangan). Pengguna lain dari laporan keuangan bisa jadi seorang analis
keuangan berpengetahuan dan terlatih. Oleh karena itu, tidak akan masuk akal
jika rerangka konseptual ditetapkan agar laporan keuangan dapat dipahami
oleh semua orang. Rerangka konseptual tidak meminta semua orang dapat
memahami laporan keuangan. Rerangka konseptual sebenarnya hanya meminta
agar informasi yang ada dalam laporan keuangan seharusnya dapat dimengerti
oleh pemakai yang memiliki pengetahuan yang cukup mengenai aktivitas bisnis,
ekonomi dan akuntansi, dan memiliki keinginan untuk mempelajari informasi
keuangan dengan kepintaran yang layak.
b. Relevansi
Informasi yang disediakan oleh laporan keuangan dianggap relevan jika
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan ekonomi oleh pengguna dan
tersedia bagi pengguna secara tepat waktu. Relevansi mengacu pada informasi
yang relevan dengan keputusan yang akan dibuat oleh pengguna. Informasi
memiliki kualitas relevansi mampu mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini
atau masa depan, atau mengkonfirmasi atau mengoreksi evaluasi masa lalu yang
telah dilakukan. Untuk menjadi relevan, informasi harus memiliki dua karak
teristik, yaitu nilai prediktif dan nilai konfirmatif.
(1) Nilai prediktif adalah karakteristik informasi keuangan yang menjelaskan
bahwa informasi harus dapat mencerminkan kondisi terkini dan masa depan
suatu item. Pengguna laporan keuangan menggunakan informasi laporan
keuangan historis untuk memprediksi profitabilitas dan aliran kas suatu entias
pada masa depan. Untuk itu, laporan keuangan harus memiliki nilai prediktif.
(2) Nilai konfirmatif adalah nilai informasi keuangan yang dapat menjelaskan
kinerja entitas atau pengelolaan bisnis oleh manajemen. Pemakai laporan
keuangan menggunakan informasi yang disediakan oleh laporan keuangan
untuk mengkonfirmasi harapan mereka tentang kinerja entitas atau pengelolaan
manajemen. Lebih lanjut, pemakai dapat memperbaiki harapan terhadap
peristiwa serupa di masa yang akan dating.
(3) Ketepatwaktuan (timeliness) adalah nilai informasi yang tersedia pada saat
dibutuhkan. Informasi yang prediktif dan konfirmatif tidak dapat menjadi
relevan ketika tidak tersedia pada waktu yg dibutuhkan. Ketika pelaporan
keuangan tidak tepat waktu maka akan kehilangan kesempatan untuk
memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan.
B. Kasus-Kasus
C. Daftar Bacaan
Efraim Ferdinand Giri. 2017. Akuntansi Keuangan Menengah 1. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN
Suwardjono. 2003. Akuntansi Pengantar. Yogyakarta: BPFE