Tanaman Buah 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Matapelajaran : Agribisnis Tanaman Buah

Kelas : XII ATPH


Pertemuan :4

MENGANALISIS AMBANG KERUSAKAN TANAMAN BUAH AKIBAT


SERANGAN PENYAKIT
A. Pengertian Penyakit Tanaman
Penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tanaman yang disebabkan oleh
bakteri, virus dan jamur (golongan mikroorganisme) dan apabila tanaman yang
terserang penyakit, terganggu aktivitas jaringan tanaman serta sel- sel yang
didalamnya, menjadi tidak normal lagi. Agar usaha hasil budidaya tanaman memberikan
hasil yang memuaskan maka tanaman harus bebas dari serangan penyakit. Oleh sebab itu,
apabila hidup tanaman terganggu oleh serangan penyakit perlu dilakukan tindakan
pengendalian penyakit, hal ini untuk menjamin agar tidak terjadi kerusakan yang
mengakibatkan kerugian. Sebelum melakukan upaya pengendalian, terlebih dahulu perlu
memahami karakteristik penyakit tanaman, gejala, dan akibat serangan penyakit,
kemudian dilanjutkan dengan pemilihan metode pengendaliannya. Berbagai
pengendalian penyakit (secara kultur teknis, biologis, kimia, dan terpadu) dilakukan
dengan tujuan untuk membatasi kerusakan sehingga kerugian akibat hilangnya hasil
tanaman, baik secara kuantatif maupun secara kualitatif, baik di lapangan/di lahan maupun
setelah hasil tanaman dipanen, dapat ditekan sekecil mungkin.

B. Jenis Penyakit, Gejala Kerusakan Tanaman Akibat Penyebab Penyakit,


Teknik Pengendalian Penyakit
1. Penyakit pada tanaman semangka
a) Layu fusarium
Layu fusarium merupakan penyakit yang sering menyerang tanaman famili timun-
timunan seperti pada buah semusim. Penyebabnya adalah Fusarium oxysporum f. sp.
lagenariae Matsuo et Yamamoto). Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, namun
beberapa jenis terdapat pada lokasi tertentu saja. Tanaman yang terserang bisa terjadi pada
berbagai tahap pertumbuhan. Mulai dari bibit, tanaman dewasa hingga tanaman tua.
Serangan penyakit ini dapat meyebabkan layu, yang akhirnya mati. Tandanya dapat dilihat
pada jaringan angkut tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini
dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan
lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi.
Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini.
Cara pengendalian:
1) Dapat dilakukan dengan menggunakan varietas yang tahan, misalnya varietas
semangka non-biji Quality dan varietas semangka berbiji New Dragon. Cara lain
yang sudah lazim dilakukan di Jepang dan Taiwan adalah menyambung bibit
tanaman semangka dengan menggunakan batang bawah dari labu lokal.
2) Pengapuran lahan dengan dosis 50-75 g/tanaman untuk meningkatkan pH tanah
karena patogen Fusarium berkembang biak pada p H masam 4 , 5 - 5 , 8 . Hindari
pemupukan nitrogen (ZA atau Urea) yang berlebihan karena akan mengasamkan tanah.
3) Secara khemis dapat dilakukan dengan perlakuan benih menggunakan fungisida Derosal
500 SC ( carbendazim ). Saat berbunga, setiap 14 hari sekali tanaman disiram dengan
larutan fungisida Derosal 500 SC.
4) Hindari penanaman buah semusim/ semangka pada lahan yang telah diketahui
mengandung penyakit ini.

b) Rebah Batang
Penyakit rebah batang (damping off) disebabkan oleh Pythium sp. dan atau
Rhizoctonia solani, dapat menyerang mulai dari benih belum muncul ke permukaan tanah
(pre-emergence damping off) sampai bibit tanaman umur 2 minggu setelah tanam (post-
emergencedamping off). Ciri bibit atau tanaman muda yang terserang yaitu terdapat
bercak kebasah-basahan pada pangkal batang, lalu tiba-tiba bibit tanaman rebah dan
mati.Penyakit ini banyak terjadi pada kondisi lahan terlalu lembap atau hujan masih sering
turun.
Cara pengendalian:
1) Gunakan media semai atau pupuk kandang yang dipanaskan sampai 70⁰ C selama 30
menit sehingga semua pathogen mati.
2) Apabila lingkungan lembap, kurangi kelembapan di sekitar tanaman dengan cara
hanya menyiram bibit atau tanaman muda sekali sehari.
3) Perlakuan benih dengan kaptan 400 dan thiram 50 wp.
4) Pada saat bibit berumur 6 hari setelah semai dan 2 - 3 sebelum pindah tanam, bibit
tanaman disemprot dengan fungisida, Previcur N.

c) Antraknosa
Antraknose pada tanaman buah semusim/semangka disebabkan oleh jamur
Colletotrichum orbiculare (Berk. & Mont.) Arx (Syn C.legenarium (Pass.) Ellis & Halst.).
Patogen ini hidup pada sisa tanaman terinfeksi atau pada inang sementara, dan ikut dalam
benih yang buahnya terserang. Spora jamur ini penyebarannya dibantu oleh angin, hujan dan
aktivitas pekerja. Untuk perkecambahan dan pertumbuhan, spora memerlukan suhu
optimum 22-27⁰C dan kelembapan 100% selama 24 jam. Penetrasi jamur pada inang,
dengan cara membentuk “infection peg” semacam kaki-kaki yang bisa mencengkeram pada
bidang permukaan terinfeksi. Serangan terjadi 72 jam setelah spora membentuk infection
peg dan selanjutnya gejala terlihat 96 jam setelah infeksi, di mana sel-sel sudah dipenuhi
mycelium jamur tersebut. Gejala serangan antraknose pada semangka akan tampak pada
bibit, daun, tangkai daun, batang, dan buah. Gejala pada daun adalah dengan adanya luka
berwarna coklat sampai hitam dengan tepi tidak beraturan dan mengelompok di sekitar
tulang daun. Pada tangkai daun dan batang terdapat luka cekung dangkal berbentuk
lonjong, dan pada buah gejalanya terdapat spot berwarna kehitaman busuk kering.
Cara pengendalian:
1) Dilakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan sefamili dan
pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, agar lingkungan pertanaman tidak
terlalu lembap dan sirkulasi udara lancar.
2) Apabila serangan belum parah, daun dan buah yang terserang dibersihkan dan
dimusnahkan.
3) Pengendalian secara kimia, dengan penyemprotan fungisida protektan dan
eradikan yang berbahan aktif copper hydroxide, penyemprotan dilakukan segera
apabila terjadi perubahan kondisi cuaca dan diulang tiap minggu, tergantung
perkembangan penyakitnya dan jangan menggunakan larutan semprot (air) yang
pHnya kurang dari 6.5, bila terjadi akan mengakibatkan phytotoxic. Bahan aktif
yang lain adalah Benomyl yang diaplikasikan saat gejala pertama muncul dan
diulang tiap 7 hari.

d) Penyakit kresek
Penyakit ini menurut beberapa literatur Taiwan dan Jepang disebabkan oleh
cendawan Mycosphaerella melonis (Passerine) Chiu et Walker., sedangkan literatur dari
Eropa lebih condong penyebab penyakit ini adalah cendawan Didymellabryoniae
(Auersw.) Rehm. Penyakit ini apabila menyerang daun menyebabkan daun mengering bila
diremas, seperti kerupuk. Daun tersebut berbunyi kresek - kresek bila diterpa angin. Oleh
karena itu, di beberapa daerah penyakit ini disebut sebagai penyakit kresek. Serangan pada
batang biasanya dimulai dari pangkal batang. Pangkal batang mula-mula seperti tercelup
minyak, kemudian keluar lendir berwarna merah cokelat. Tahap berikutnya, tanaman layu
dan mati.
Cara pengendalian:
1) Sebaiknya menggunakan mulsa plastik hitam perak agar di sekitar pangkal batang
tidak terlalu lembap.
2) Gulma yang tumbuh di sekitar perakaran harus dibersihkan.
3) Daun-daun tanaman terserang dibersihkan (dirompes), kemudian tanaman disemprot
dengan fungisida Derosal 500 SC. Pangkal batang yang terserang dioles dengan
larutan fungisida Calixin 750 EC ( tridemorph) .

e) Layu Bakteri
Penyakit layu bakteri akhir-akhir ini mulai banyak menyerang tanaman semangka. Gejala
serangan ditandai dengan daun tanaman layu satu persatu meskipun warnanya tetap hijau ,
akhirnya tanaman layu secara keseluruhan. Apabila pangkal batang tanaman yang layu dipotong
melintang akan mengeluarkan lendir putih kental dan lengket, bahkan dapat ditarik seperti
benang. Penyakit layu bakteri ditularkan oleh hama kumbang daun antara lain: oteng-oteng
(Aulacophora femoralis) dan kumbang mentimun bergaris .
Ca r a pengendalian:
1) Tanaman terserang dicabut dan dimusnahkan agar tidak menular ke tanaman lain.
Dijaga jangan sampai air pengairan mengalir dari tanah bekas tanaman sakit ke
tanaman sehat.
2) Pengendalian hama kumbang daun secara kultur teknis kimia, dan fisik seperti telah
diulas di depan.
3) Apabila masih dalam tahap awal tanaman terserang, maka tanaman di sekitarnya
dicegah dengan penyiraman dan penyemprotan bakterisida Agrimycin atau
Agrept.

f) Busuk Buah phytophthora


Di beberapa negara, penyakit busuk buah ini disebabkan oleh cendawan
Phytophthora nicotianae B.de Haan var. parasitica (Dast.) Waterh., sedangkan beberapa
literatur menyebutkan bahwa penyebabnya adalah Phytophthoracapsici Leonian. Gejala
serangan
pada buah ditandai dengan bercak kebasah- basahan yang menjadi cokelat kehitaman dan
lunak. Makin lama bercak menjadi berkerut dan mengendap. Pada ujung tangkai buah
diselimuti kumpulan cendawan putih.
Cara pengendalian:
1) Mengurangi kelembapan disekitar tanaman dengan pemangkasan daun atau cabang
yang berlebihan.
2) Rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan sefamili.
3) Secara kimia dengan penyemprotan fungisida sistemik Previcur N yang diselingi
dengan fungisida kontak seperti Vitigran Blue, Dithane, Trineb, dan Antracol.

g) Downy mildew
Penyakit downy mildew atau false mildew (tepung palsu) disebabkan oleh cendawan
Pseudoperenospora cubensis (Berkelyet Curtis) Rostowzew. Gejala serangan dimulai
dengan adanya bercak-bercak berwarna kuning muda yang dibatasi oleh urat-urat daun.
Semakin lama bercak ini berubah warna menjadi kecokelat-cokelatan. Apabila daun
dibalik, akan terlihat kumpulan cendawan berwarna kelabu.
Cara Pengendalian:
1) Mengurangi kelembapan di sekitar tanaman dengan pemangkasan daun atau cabang
yang berlebihan.
2) Rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan sefamili.
3) Secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa
digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokona zol, atau
tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau
mankozeb.

h) Powdery mildew
Penyakit tepung ini disebabkan oleh cendawan Spaerotheca fuliqinea Schlech.
Meskipun penyakit ini kurang tersebar merata di seluruh Indonesia, tetapi tetap perlu
diwaspadai. Gejala diawali dengan bercak bulat kecil berwarna keputihan pada
permukaan bagian bawah daun. Kemudian bercak akan menyatu dan berkembang ke
permukaan daun bagian atas sehingga daun seperti diselimuti tepung.
Cara pengendalian:
1) Lokasi penanaman sebaiknya jauh dari tanaman inang, terutama waluh dan
mentimun.
2) Secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik,contoh bahan aktif yang bisa
digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau
tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau
mankozeb .

i) Penyakit virus
Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan, terutama
pada musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman
yang mengerdil, daun mengeriting, dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus
yang sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit ini ditularkan dari satu
tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi
menjadi penular virus diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia
dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alatalat pertanian maupun tangan
terutama pada saat pemangkasan.
Cara pengendalian:
1) Membersihkan gulma (karena gulma berpotensi menjadi inang virus),
2) Mengendalikan hama/serangga penular virus,
3) Memusnahkan tanaman yang sudah terserang virus,
4) Kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh
saat melakukan penanganan terhadap tanaman.

Anda mungkin juga menyukai