IPBA - Kelompok 4 - Karakteristik Bintang

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

KARAKTERISTIK BINTANG

disusun sebagai salah satu syarat


untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa

Dosen Pengampu:
Dr. Khumaedi, M.Si
Dr. Suharto Linuwih, M.Si

Disusun Oleh:
Indah Beti Lestari (0402519013)
Ninda Yera Setyo N (0402519034)

PENDIDIKAN IPA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “karakteristik
bintang”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk memenuhi
mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa di Universitas Negeri Semarang.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada


Yth:
1. Dr. Suharto Linuwih, M.Si dan Dr. Khumaedi, M.Si selaku Dosen Ilmu Pengetahuan
Bumi dan Antariksa.
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.
3. Rekan-rekan satu rombel yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Semarang, 7 Desember 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya, terdapat benda langit yang
bisa menghasilkan cahaya sendiri, terdapat juga benda langit yang menerima cahaya dari benda
langit lain setelah itu mematulkan cahaya tersebut.
Secara umum biasanya istilah dari bintang hanya dipakai untuk benda langit yang
menghasilkan cahaya sendiri. Bintang ini merupakan semua objek bermassa antara 0,08 sampai
200 massa matahari yang sedang serta pernah melangsungkan pembangkitan energi dengan
melalui reaksi fusi nuklir, bintang yang terdekat dengan bumi yakni matahari.
Satu satunya otoritas yang diakui oleh secara internasional di dalam penamaan benda
angkasa yakni Persatuan Astronom Internasional “IAU” kendati demikian banyak nama bintang
yang diwarisi sebelum IAU itu berdiri. Nama bintang itu dapat berasal dari kebudayaan kuno,
nama tersebut juga banyak yang berasal dari bahasa latin serta bahasa arab, mungkin karena
bangsa Arab itu sangat familiar dengan bintang-bintang tersebut.
Barnard merupakan salah satu contoh dari bintang katai merah yang mempunyai massa
sangat kecil. Terletaknya itu sekitar 6 juta tahun cahaya dari Bumi. Bintang ini merupakan
bintang paling dekat yang terletak di rasi bintang Ophiuchus, dan juga merupakan bintang
keempat terdekat dari Matahari, setelah ketiga komponen Bintang yang didalam sistem Alpha
Centauri. Itulah sifat serta karakteristik bintang Bernard, lalu bagaimana karakteristik bintang
lain dan bintang-bintang secara umum akan dibahas pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka beberapa masalah yang dapat di rumuskan
dan akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bintang berdasar intensitas, galaksi dan evolusinya.

1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian tersebut, secara terperinci tujuan dari makalah ini adalah:
1. Menguasai konsep dan mampu memberi contoh bintang berdasar intensitas, galaksi
dan evolusinya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bintang
Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Di mana bintang sendiri
terbagi menjadi bintang semu dan bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak
menghasilkan cahaya sendiri, tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain.
Bintang nyata adalah bintang yang menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum sebutan bintang
adalah objek luar angkasa yang menghasilkan cahaya sendiri (bintang nyata). Bintang
merupakan benda langit yang jaraknya sangat jauh dari bumi. Penemuan jarak bintang baru dapat
dilihat pada abad ke-19, cara yang digunakan adalah cara paralaks trigonometri. Kita tahu bahwa
bumi bergerak mengitari matahari dalam waktu sekali keliling dalam waktu satu tahun. Akibat
gerak edar bumi, bintang yang dekat akan terlihat seolah-olah menempuh lintasan berbentuk
elips yang sebenarnya merupakan cerminan gerak bumi. Dan matahari adalah sebuah bintang
dilihat dengan teropong bintang hanya terlihat sebagai titik cahaya saja yang tidak ada bedanya
dengan kalau kita melihat dengan mata telanjng (tanpa alat). Penggunaan teropong atau teleskop
dapat membantu pengamatan bintang lebih teliti diantaranya:
1. Bintang yang lemah cahayanya dapat dilihat dan dimati dengan teleskop bergaris dengan
60 cm kita dapat melihat bintang yang 100.000 kali lebih lemah dari pada bintang
terlemah yang dilihat oleh mata telanjang (tanpa alat).
2. Bintang yang jarak sudutnya sangat kecil dapat dilihat secara terpisah.

B. Tata Nama Bintang


Ada beberapa macam cara yang digunakan oleh beberapa macam cara ahli astronom
dalam memberikan nama bintang, dintaranya adalah:

a. Pemberian nama berdasarkan nama yang telah diberikan atau digunakan orang sejak
zaman kuno. Misal: Bintang Antares, Bintang Sirius, Bintang Betelgeuse, dan Bintang
Aideboran.

b. Pemberian nama berdasarkan/menurut rasi konstelasi tempat bintang itu berada. Misal:
α Centauri adalah bintang terterang dirasi centaurus, sedangkan bintang β Centauri adalah
bintang kedua dirasi centaurus, demikian seterusnya. Untuk mengatakan urutan terangnya
bintang pada suatu rasi digunakan abjad yunani α β Y dan seterusnya. Bintang antares
juga disebut bintang scorpii artinya bintang terang dirasi scorpio.
c. Dalam astronomi modern, nama bintang dinyatakan menurut nomornya dalam catalog.
Misal bintang HD 226868 adalah bintang yang tercantum dalam katalog.Henry Draper
dengan nomor 226868, N31 adalah bintang yang terdapat dalam katalog Nissier dengan
nomor 31, dan bintang NGC 6205 adlah bintang yang tercantum dalam New General
Catalogue dengan nomor 6205. Bintang terdekat dengan dengan bumi setelah matahari
adalah centauri, jaraknya terhadap bumi sekitar 4,5 tahun cahaya.

C. Peta Bintang
Bila kita menengadah kelangit tampak seolah olah bumi kita dinaungi “atap” setengah
bola yang disebut “bola langit”. Bintang bintang dan benda langit lainnya seolah olah menempel
pada bola langit itu. Orang yunani kuno membagi bola langit dalam daerah daerah yang disebut
rasi atau “konstelasi” nama nama rasi dihubungkan dengan nama nama tokoh dan makhluk
dalam mitologi.Misal:rasi Centaurus diambil dari nama makhluk hidup setengah kuda setengah
manusia, Orion atu si pemburu, Scorpio atu kalajengking, Gemini atau sinak kembar, Hercules
atau si orang kuat, dalam dongeng yunani kuno (putra zeus atau alemene). Andromeda yaitu
putri Cepheus raja ethopia dalam dongeng yunani.international Astronomical Union pada tahun
1928 meresmikan 88 buah rasi dan menentukan batas setiap rasi. Dengan mempelajari peta
bintang, dan nama rasi rasi bintang , kita dapat mencari letak bintang itu di bola langit dan
mempelajarinya sifat sifat atau ciri - ciri dan perubahan bintang tadi. Seperti telah diuraikan
bahwa bintang adalah anggota dari suatu galaksi, seperti matahari adalah anggota bintang di
galaksi bima sakti.

D. Cahaya Bintang
Ada bintang yang tak tampak terang ada pula yang tidak terlihat kurang terang. Energi
bintang tiba di bumi pada permukaan seluas 1 cm² dalam selang waktu 1 detik disebut “fluks
energi” bintang itu. Sebuah bintang tampak terang bila fluks energinya besar. Namun kuat
cahaya bintang bila fluks energinya besar, namun kuat cahaya bintang yang tampak oleh kita
tidak merupakan ukuran terang sebenarnya bintang itu. Bisa saja suatu bintang sebenarnya
memancarkan enegi yang relatiftidak banyak, tetapi tampak terang berhubung letaknya yang
dekat atau sebaliknya sebuah bintang menghamburkan energi secara dahsyat. Namun dari bumi
tampak lemah berhubung letaknya jauh. Energi yang dipancarkan bintang per detik disebut “
luminositas bintang”. Bila fluks merupakan pengukur kuat cahaya yang tampak dari bumi, maka
luminositas merupakan pengukur kuat cahaya sebenarnya bintang itu.
Matahari adalah bintang merupakan salah satu penghubung antara manusia dan bintang
bintang. Cahaya yang kasat mata ( tampak oleh mata) sebenarnya hanya merupakan sebagian
kecil gelombang elektromagnetik. Ada beberapa yang dapat kita pelajari dengan mengamati
radiasi elektromagnetik ini yaitu:
1. Arah radiasi dari pengamatannya ini kita dapat mengamati letak dan gerak benda yang
dipancarkan.
2. Kuantitas radiasi yang kita ukur dalam hal ini adalah kuat kuat atau kecerahan radiasi
kita.
3. Kualitas radiasi dalam hal ini kita mempelajari warna, spectrum, maupun sifat polarisasi.
Jadi bintang dan benda langit lainnya memencarkan seluruh kekuatan gelombang
elektromagnetiknya. Tetapi tak semuanya dapat kita tangkap dibumi karena atmosfer bumi hanya
meneruskan sebagian gelombang itu, sedangkan sebagian lainnya diserap oleh atmosfer.

E. Spektroskopi Bintang
1) Teori Dasar Spektroskopi
Pada tahun 1665 Newton menunjukkan bahwa cahaya matahari yang terlihat putih
itu bila dilakukan suatu gelas prisma akan terurai dalam berbagai warna seperti pelangi.
Uraian cahaya ini disebut spektrum . pada tahun 1802 Wollaston melihat adanya garis –
garis tetap pada spektrum matahari. Fraunhofer melakukan pengamatan yang cermat pada
garis – garis itu dan berhasil mengkataloguskan 600 garis pada tahun 1815. Delapan tahun
kemudian Fraunhofer melihat bahwa spektrum bintang juga mengandung garis – garis
gelap serupa yang terdapat pada spektrum matahari. Hal ini menyokong pendapat bahwa
matahari sebenarnya sebuah bintang
Selanjutnya orang mendapatkan bahwa garis – garis semacam itu dapat dibentuk
dalam laboratorium. Pada tahun 1859 Kirchoff mengemukakan tiga hukum mengenai
pembentukan spektrum oleh materi dalam berbagai keadaan fisis
1. Bila suatu benda langit, cair atau gas bertekanan tinggi dipijarkan, benda tadi akan
memancarkan energi dengan spektrum pada semua panjang gelombang. Spektrum ini
disebut spektrum kontinu
2. Gas bertekanan rendah bila dipijarkan akan memancarkan energi hanya pada warna,
atau panjang gelombang tertentu saja. Spektrum yang diperoleh berupa garis – garis
terang yang disebut garis pancaran atau garis emisi. Letak setiap garis itu atau dengan
kata lain panjang gelombangnya, merupakan ciri khas gas yang memancarkannya.
Unsur yang berbeda memancarkan kumpulan garis yang berlainan pula
3. Bila seberkas cahaya putih dengan spektrum kontinu dilewatkan melalui gas yang
dingin dan renggang (bertekanan rendah) , gas tersebut akan menyerap cahaya tadi
pada warna atau panjang gelombang tertentu. Akibatnya akan diperoleh spektrum
kontinu yang berasal dari cahaya putih yang lewati itu, diselang – seling garis gelap
yang disebut garis serapan atau garus absorpsi. Letak garis serapan itu sama dengan
letak garis pancaran yang dipancarkan gas yang dingin itu andaikan gas tadi dipijarkan
Ketiga hukum Kirchoff ini merupakan dasar spektroskopi. Cahaya bintang berlatar
beakang spektrum kontinu. Menurut hukum Kirchoff pertama, hal ini menunjukkan cahaya
bintang itu berasal dari gas yang bertekanan tinggi (walaupun sebenarnya tidak terlalu
tinggi).
Seorang ahli fisika Swiss bernama Balmer mendapatkan panjang gelombang
kumpulan garis ini mengikuti hukum
1/λ = R(1/22 – 1/n2)
λ adalah panjang gelombang, R suatu tetapan dan n adalah bilangan bulat 3,4,5 dan
seterusnya. Deretan garis yang dipancarkan hidrogen ini disebut deret Balmer.
Setelah penemuan Balmer itu, ditemukan deretan lain garis spektrum hidrogen. Di
daerah ultraungu diamati adanya garis yang disebut deret Lymann. Di daerah inframerah
juga diamati adanya beberapa deretan garis, antara lain dikenal sebagai deret Paschen dan
deret Bracket.
2) Spektrum Bintang
Untuk menguraikan cahaya menjadi spektrum pajang gelombangnya dapat
digunakan gelas prisma atau kisi – kisi. Pada suatu prisma uraian terjadi karena indeks bias
untuk panjang gelombang yang berbeda akan berbeda pula. Cahaya dengan panjang
gelombang pendek(bitu) akan dibiaskan lebih banyak daripada cahaya dengan panjang
gelombang (merah)
Cara suatu kisi-kisi menguraikan cahaya berbeda dengan prisma. Kisi – kisi dapat
berupa cermin dengan alur – alur sejajar yang penampang lintangnya. Cahaya yang datang
akan dipantulkan oleh kisi – kisi tersebut. Cahaya yang dipantulkan alur – alur itu akan
saling berinterferensi.pada arah tertentu gelombang yang dipantulkan akan saling
meniadakan kecuali pada suatu panjang gelombang λ yang jatuh dengan sudut datang i
pada kisi – kisi, maka berkas itu akan dipantulkan dengan sudut pantul θ (gelombang lain
yang dipantulkan pada arah itu saling meniadakan). Sudut pantul ini memenuhi
Sin i + sinθ = mλ/d
m = ±1,± 2,.... dan d adalah jarak antara alur yang disebut ruang kisi; m disebut orde
spektrum. Perlu diperhatikan kisi – kisi menghasilkan beberapa spektrum, yaitu spektrum.
Spektrum bintang juga bisa diperoleh dengan dengan prisma obyektif, yaitu sebuah
prisma yang diletakkan di depan teleskop. Untuk itu digunakan prisma tipis dengan sudut
yang kecil antara keduanya permukaannya. Dispersi atau daya urai prisma ini kecil, hanya
sekitar 1000 hingga 100Å per milimeter
Pola spektrum bintang umumnya berbeda – beda. Pada tahun 1863 seorang
astronom Jesuit bernama Angelo Secchi menegelompokkan spektrum bintang dalam 4
golongan berdasarkan pada kemiripan susunan garis spektrumnya
Pada mulanya perbedaan pola spektrum ini diduga karena perbedaan susunan kimia
afmosfer bintang, tetapi kemudian diketahui penyebab utamanya adalah perbedaan
temperatur permukaan bintang. Sebagai contoh, unsur yang paling banyak terkandung di
dalam kebanyakan bintang adalah hidrogen.
Ciri utama spektrum bintang pada setiap kelas dapat kita baca pada tabel bawah
ini , demikian juga temperatur permukaan dan warnanya
Kelas 0 : Garis ion helium, garis oksigen, nitrogen, karbon, silikon, dan lain – lain yang
terionisasi beberapa kali terlihat. Garis hidrogen lemah. Temperature > 25.000
K. Warna biru
Kelas B : Garis helium netral terlihat , garis hidrogen lebih jelas daripada kelas 0. Juga
terlihat garis ion silikon dan oksigen. Temperatur antara 10.000 – 7500 K.
Warna biru
Kelas A : Garis hidrogen terkuat pada kelas ini. Garis ion Mg, Si, Fe, Ca dan lain – lain
terlihat. Garis logam netral terlihat lemah. Temperatur antara 7500 – 6000 K.
Warnanya biru keputih – putihan
Kelas F : Garis hidrogen lebih lemah dari kelas A tetapi masih jelas. Garis ion Ca, Fe, Cr
masih terlihat. Garis logam metal terlihtat
Kelas G : Garis H lebih lemah dari kelas F. Garis ion logam dan logam metal terlihat.
Temperature antara 6000 – 5000 K. Warna jingga kemerah – merahan
Kelas K : Garis logam netral jelas. Garis H lemash sekali. Pita TiO terlihat. Temeperature
antara 5000 – 3500 K. Warna jingga kemerahan - merahan
Kelas M : Garis logam netral kuat. Pita molekul TiO jelas. Temperature < 3500 K. Warna
merah
Paada tahun 1842 Christian Doppler menunjukkan, bila suatu sumber cahaya
bergerak mendekati kita frekuensinya menjadi lebih tinggi atau panjang gelombangnya
menjadi lebih pendek; sedangkan bila sumber cahaya bergerak menjauhi kita frekuensinya
menjadi lebih rendah atau panjang gelombangnya lebih panjang. Peristiwa ini disebut Efek
Doppler
Bila kita mengamati sebuah bintang yang berotasi (berpusing) dengan sumbu
rotasinya tidak searah dengan arah ganis pandang, bagian permukaan bintang yang berbeda
akan memiliki kecepatan radial akibat rotasi yang berbeda pulaterhadap pengamat. Sisi
bintang yang geraknya terhadap pengamat mendekat akan memiliki spektrum dengan
panjang gelombang yang bergeser lebih pendek, dan sebaliknya terjadi pada sisi yang
bergerak menjauh. Akibat garis spektrum bintang melebar
Dalam hal bintang, sumber dengan spektrum kontinu adalah fotosfer bintang,
sedangkan gas renggang yang menghasilkanspektrum garis adalah atmosfer atau selubung
gas yang menyelimuti bintang.
Garis spektrum tidak merupakan garis yang tajam tetapi mempunyai lebar tertentu.
Pelebaran garis spektrum disebabkan oleh beberapa hal yang akan kita uraikan secara
ringkas berikut ini.
1. Pelebaran alamiah. Tingkat energi itu sebenarnya tidak tajam. Harga energi yang kita
berikan pada suatu tingkat energi sebenarnya adalah harga yang paling mungkin untuk
tingkat itu
2. Pelebaran Doppler. Akibat efek Doppler, setiap atom akan menyerap foton dengan
panjang gelombang yang berbeda – beda tergantung pada kecepatan radialnya terhadap
pengamat. Hal ini mengakibatkan pelenaran garis spektrum
3. Pelebaran Tumbukan. Tingkat energi suatu atom terganggu oleh adanya atom atau ion
yang lewat didekatnya atau yang menumbuknya, akibatnya tingkat energi akan berubah
sedikit hingga panjang gelombang foton yang dapat diserapnya berbeda – beda kalau
tidak ada gangguan. Dengan demikian atom akan memberikan garis spektrum yang
melebar
4. Efek Zeeman. Medan magnet dapat menyebabkan suatu tingkat energi sebuah atom
terpecah menjadi dua atau lebih. Akhirnya garis spektrum terpecah menajadi dua garis
atau lebih.
Lebar ekivalen suatu garis spektrum bergantung pada jumlah atom penyerap per
satuan luas di fotosfer. Makin banyak atom itu, makin lebar garis spektrum yang
dihasilkannya.

F. Fotomettri Bintang
1) Sistem magnitudo
Terang bintang yang kita amati dinyatakan oleh magnitudo semu m;sedang kuat
cahaya sebenarnya bintang dinyatakan oleh magnitudo mutlak M, yaitu magnitudo bintang
andaikan diamati dari jarak 10 pc
Sekarang bandingkan pwngukuran magnitudo visual dan magnitudo visual dan
magnitudo fotografi bintang Rigel dan Betelgeuse. Betelgeuse yang bewarna merah lebih
banyak memancarkan cahaya kuning daripada cahaya biru, maka bintang in iakan tampak
lebih teranag pada pengamatan visual daripada pada pengamatan fotografi. Sebaliknya
rigel bewarna biru bila diamati secara fotografi tampak lebih terang daripada bila diamati
secara visual
Pada tahun 1951, H.L. Johnson dan W.W. Morgan mengajukan sistem magnitudo
yang disebut UBV, yaitu
U = magnitudos semu dalam daerah ultraungu
B = Magnitudo semu daam daerah biru
V = magnitudo semu dala, daerah kuning atau visual

Sistem magnitudo dengan lebar pita (band – witch) yang sempit seperti sistem uvby
dari Stromgren dapat memberikan informai yang lebi cermat, tetapi sistem ini memerlukan
waktu pengamatan yang lebih lama karena dalam suatu selang waktu jumlah cahaya yang
di tangkap detektor lebih sedikit
Pancaran bintang berasal dari pembangkitan energi di pusat bintang. Materi bintang
terdiri atsa opasitasnya terhadap cahaya sangat besar. Pancaran yang dibangkitkan di pusat
bintang sebagian besar diserap oleh lapisan – lapisan dibagian luarnya. Setiap lapisan
memancarkan energi sesuai temperaturenya. Penyerapan dan pemancaran energi oleh
lapisan tersebut seimbang. Karena kekedapan yang cukup tinggi itu, energi yang di
pancarkan keluar oleh bintang dan yang kita amati berasal dari lapisan tipis yang terluar
saja disebut fotosfer
2) Magnitudo bolometrik dan temeperature efektif
Walaupun berbagai magnitudo tersebutdapat menggambarka sebaran energi pada
spektrum bintang, dengan demikian dapat memberikan petunjuk tentang temperaturnya ,
namun belum memberikan informasi tentang seluruh energi yang dipancarkan bintang.
Untuk itu didefenisikan magnitudo bolometrik (mbol) yang menyatakan magnitudo bintang
bila diukur dalam seluruh panjang gelombang
Magnitudo mutlak bolometrik mempunyai arti penting karena kita dapat
memperoleh informasi tentang energi total yang dipancarkan suatu bintang per detik
(luminositas)
Jika temperature efektif suatu bintang dapat ditentukan bila magnitudo
bolometriknya dan garis tengah sudutnya dapat dtentukan. Dengan menggunakan bintang
yang mbol maupun δ-nya dapat ditentukan, kita dapatkan membuat kurva kalibrasi yangt
menyatakan hubungan antara indeks warna dan temperautre aktif

G. Jenis Bintang Berdasarkan Spektrum dan Kuat Cahayanya


1) Diagram Hertzsprung – Russell
Pada tahun 1911, seorang astronom Denmark bernama Eijnar Hertzsprung
membandingkan hubungan antara magnitudo dan indeks warna bintang dalam gugus
Pleiades dan Hyades. Pada umumnya makin biru warna bintang makin terang cahayanya
(makin kecil magnitudonya).
Bintang – bintang cenderung mengelompok dalam beberapa deretan. Sebgaian
besar bintang menempati suatu jalur dari kiri ke atas ke kanan bawah. Deret ini disebut
deret utama (main – sequance). Tetapi tidak semua bintang menempati jalur deret utama.
Beberapa pengelompokan lain selain deret utama yaitu maharaksasa (supergiant), raksasa
(giant) dan katai putih (white dwarf)
Berdasarkan kenyataan ini pada tahun 1943 Morgan, Keenan dan beberapa
rekannya di Observatorium Yerkes membagi bintang dalam kelas luminositasnya yaitu:
Kelas Ia : Maharaksasa yang sangat terang
Kelas Ib : Maharaksasa yang kurang terang
Kelas II : Raksasa yang terang
Kelas III : Raksasa
Kelas IV: Subraksasa
Kelas V : deret utama
Jadi dengan membandingkan garis spektrum tertentu untuk bidang yang kelas
spektrumnya sama, orang dapat membedakan kelas luminositas bintang tersebut. Bila
sebuah bintang diketahuai spektrum dan kelas lumonitasnya, kedudukan bintang dalam
diagram HR sudah teretentu. Magnitudo mutlak bintang dapat diketahui dengan cara ini.
Dengan menggunakan persamaan 2.3.28 jarak bintang dapat kita tentukan karena
meagnitudo semu m dapat kita ukur. Cara penentuan jarak ini disebut cara paralaks
spektroskopi
2) Bintang Dengan Spektrum Khusus
Umumnya bintang dapat digolongkan dalam salah satu kelas spektrum dan kelas
luminositas tersebut di atas. Tetapi ada beberapa bintang yang tak dapat dikelo,pokkan
dalam kelas itu. Berikut ini akan kita bicarakan beberapa bintang dengan spektrum khusu
1. Bintang Wolf – Rayet atau Bintang WR. Biasanya disebut kelas W. Spektrumnya
menyerupai bintang kelas 0 tetapi mempunyai garis emisi yang lebar
2. Bintang P. Cygni : Spektrumnya mempunyai garis emisi yang kuat dari hidrogen dan
helium yang berdampingan dengan garis absorpsi pada sisi gelombang yang lebih
pendek
3. Bintang B Emisi. Diantara bintang kelas B yang spektrumnya melihatkan garis emisi
hidrogen disamping garis absorpsi yng normal
4. Bintang kelas A yang aneh. Bintang Ap adalah bintang kelas A yang mempunyai
keanehan pada spektrumnya. Yang menarik pada bintang golongan ini adalah
terjadinya perubahan kuat medan maget yang berlangsung secara berkala, dan
perubahan kemagnetan ini ini disertai dengan perubahan kuat garis ukur tertentu
5. Bintang rasasa dingin dengan komposisi aneh. Pada spektrum bintang dingin kelas K
dan M yang normal terlihat adanya pita molekul oksida logamseperti titaniumoksidda
(TiO), skandiumoksida (ScO), dan vanadiumoksida (VO).

H. Evaluasi Bintang
Kelahiran suatu bintang terjadi di bagian dalam suatu awan gas dan debu yang menebar
luas di antariksa. Awan gas dan debu semacam itu banyak sekali terdapat di langit dan para
astronom menyebutnya dengan sebutan Nebula. Pembentukan sebuah benda di mulai ketika
sebagian debu dan gas di bagian – bagian dalam nebula mulai berkumpul dan bergabung.
Kemudian secara perlaha-lahan gabungan gas dan debu itu mengerut dan memadat, serta
di bagian dalamnya menjadi panas. Maka jadilah sebuah benda yang brsinar dan akan terus
bersinar sampai hidrogennya habis terbakar. Demikian yang terjadi dengan matahari , bila nanti
di bagian luas justru mengembang dan nmendingin karena mendingin itulah warnanya akan
berubah menjadi merah dan di sebut dengan raksasa merah yang akan mengkrut lagi sampai
menjadi kecil dan berwarna merah cebol putih. Selanjutnya akan menjadi sebuah bold yang
gelap dan dingin sehingga kita tidak dapat mlihatnya lagi. Begitulah kira-kira akhir hidup
sebagian bintang – bintang termasuk dengan matahari.

I. Rasi Bintang
1. Pengertian Rasi Bintang
Banyak pengertian dari rasi bintang. Akan tetapi dari beberapa tersebut dapat diketahui
bahwa pengertian rasi bintang adalah sebagai berikut.
“Suatu rasi bintang atau konstelasi adalah sekelompok bintang yang tampak berhubungan
membentuk suatu konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga dimensi, kebanyakan bintang
yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya, tetapi dapat terlihat seperti
berkelompok pada bola langit malam”.
2. Macam-Macam Rasi Bintang
Di jagad raya ini sebenarnya terdapat banyak sekali rasi bintang. Ikka (2009) menyatakan
bahwa, “Himpunan Astronomi Internasional telah membagi langit menjadi 88 rasi
bintang resmi dengan batas-batas yang jelas, 56 buah di antaranya terdapat di belahan
langit selatan dan 32 rasi bintang terdapat di belahan langit utara.
3. Manfaat Rasi Bintang
Allah SWT memberi kelebihan kepada manusia berupa akal dan pikiran. Kalau manusia
mau dan bisa menggunakan pikiran tersebut, betapa mereka menyadari bahwa banyak
sekali anugerah-Nya yang memudahkan dalam kehidupan. Seperti bintang di langit yang
biasa disebut rasi bintang. Wulan (2009) beberapa manfaatnya antara lain:
Manusia dapat menentukan waktu dengan berpatokan pada matahari atau bulan,
membantu manusia untuk menentukan arah mata angin. petunjuk fenomena alam
(kejadian-kejadian alam) di bumi, untuk memprediksikan cuaca, penerbangan dan
pelayaran. Misalnya, harus dilaksanakan dalam cuaca yang mendukung. Selain itu,
sebagai penentu masa panen, dan untuk pelayaran sebagai petujuk arah, manusia jadi
mengetahui pergerakan, penyebaran, dan karakteristik benda-benda langit, para pelaut
hingga kini juga masih menggunakan bintang sebagai pemandu arah dan juga untuk
menentukan posisi kapalnya.
4. Penyalahgunaan Rasi Bintang
Kalangan awam umumnya dan kalangan remaja khususnya, cenderung menggunakan rasi
bintang untuk mengetahui ramalan hidupnya. Mereka begitu percaya dengan para
peramal yang belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya. Padahal mereka punya Tuhan,
yaitu Alloh SWT. Dialah yang menentukan garis hidup manusia, bukan peramal. Akan
tetapi, sebagian besar dari mereka tidak menyadarinya. Sungguh, betapa rendahnya
pikiran mereka.

J. Sejarah Pengamatan
Bintang-bintang telah menjadi bagian dari setiap kebudayaan. Bintang-bintang digunakan
dalam praktik-praktik keagamaan, dalam navigasi, dan bercocok tanam. Kalender Gregorian,
yang digunakan hampir di semua bagian dunia, adalah kalender matahari, mendasarkan diri pada
posisi Bumi relatif terhadap bintang terdekat, Matahari.
Astronom-astronom awal seperti Tycho Brahe berhasil mengenali ‘bintang-bintang baru’
di langit (kemudian dinamakan novae) menunjukkan bahwa langit tidaklah kekal. Pada 1584
Giordano Bruno mengusulkan bahwa bintang-bintang sebenarnya adalah matahari-matahari lain,
dan mungkin saja memiliki planet-planet seperti Bumi di dalam orbitnya, ide yang telah
diusulkan sebelumnya oleh filsuf-filsuf Yunani kuno seperti Democritus dan Epicurus. Pada
abad berikutnya, ide bahwa bintang adalah matahari yang jauh mencapai konsensus di antara
para astronom. Untuk menjelaskan mengapa bintang-bintang ini tidak memberikan tarikan
gravitasi pada tata surya, Isaac Newton mengusulkan bahwa bintang-bintang terdistribusi secara
merata di seluruh langit, sebuah ide yang berasal dari teolog Richard Bentley.
Astronom Italia Geminiano Montanari merekam adanya perubahan luminositas pada
bintang Algol pada 1667. Edmond Halley menerbitkan pengukuran pertama gerak diri dari
sepasang bintang “tetap” dekat, memperlihatkan bahwa mereka berubah posisi dari sejak
pengukuran yang dilakukan Ptolemaeus dan Hipparchus. Pengukuran langsung jarak bintang 61
Cygni dilakukan pada 1838 oleh Friedrich Bessel menggunakan teknik paralaks.
William Herschel adalah astronom pertama yang mencoba menentukan distribusi bintang
di langit. Selama 1780an ia melakukan pencacahan di sekitar 600 daerah langit berbeda. Ia
kemudian menyimpulkan bahwa jumlah bintang bertambah secara tetap ke suatu arah langit,
yakni pusat galaksi Bima Sakti. Putranya John Herschel mengulangi pekerjaan yang sama di
hemisfer langit sebelah selatan dan menemukan hasil yang sama. Selain itu William Herschel
juga menemukan bahwa beberapa pasangan bintang bukanlah bintang-bintang yang secara
kebetulan berada dalam satu arah garis pandang, melainkan mereka memang secara fisik
berpasangan membentuk sistem bintang ganda.

K. Terbentuknya Bintang
Bintang terbentuk di dalam awan molekul; yaitu sebuah daerah medium antarbintang
yang luas dengan kerapatan yang tinggi (meskipun masih kurang rapat jika dibandingkan dengan
sebuah vacuum chamber yang ada di Bumi). Awan ini kebanyakan terdiri dari hidrogen dengan
sekitar 23–28% helium dan beberapa persen elemen berat. Komposisi elemen dalam awan ini
tidak banyak berubah sejak peristiwa nukleosintesis Big Bang pada saat awal alam semesta.
Gravitasi mengambil peranan sangat penting dalam proses pembentukan bintang.
Pembentukan bintang dimulai dengan ketidakstabilan gravitasi di dalam awan molekul yang
dapat memiliki massa ribuan kali matahari. Ketidakstabilan ini seringkali dipicu oleh gelombang
kejut dari supernova atau tumbukan antara dua galaksi. Sekali sebuah wilayah mencapai
kerapatan materi yang cukup memenuhi syarat terjadinya instabilitas Jeans, awan tersebut mulai
runtuh di bawah gaya gravitasinya sendiri.
Berdasarkan syarat instabilitas Jeans, bintang tidak terbentuk sendiri-sendiri, melainkan
dalam kelompok yang berasal dari suatu keruntuhan di suatu awan molekul yang besar,
kemudian terpecah menjadi konglomerasi individual. Hal ini didukung oleh pengamatan dimana
banyak bintang berusia sama tergabung dalam gugus atau asosiasi bintang.
Begitu awan runtuh, akan terjadi konglomerasi individual dari debu dan gas yang padat
yang disebut sebagai globula Bok. Globula Bok ini dapat memiliki massa hingga 50 kali
Matahari. Runtuhnya globula membuat bertambahnya kerapatan. Pada proses ini energi gravitasi
diubah menjadi energi panas sehingga temperatur meningkat. Ketika awan protobintang ini
mencapai kesetimbangan hidrostatik, sebuah protobintang akan terbentuk di intinya. Bintang pra
deret utama ini seringkali dikelilingi oleh piringan protoplanet. Pengerutan atau keruntuhan awan
molekul ini memakan waktu hingga puluhan juta tahun. Ketika peningkatan temperatur di inti
protobintang mencapai kisaran 10 juta kelvin, hidrogen di inti 'terbakar' menjadi helium dalam
suatu reaksi termonuklir. Reaksi nuklir di dalam inti bintang menyuplai cukup energi untuk
mempertahankan tekanan di pusat sehingga proses pengerutan berhenti. Protobintang kini
memulai kehidupan baru sebagai bintang deret utama.
Menjelang kematiannya, sebuah bintang bisa meledak. Ledakan bintang ini disebut nova.
Istilah ini berarti “baru” karena seolah-olah telah lahir sebuah bintang baru. Kalau bintang yang
meledak berukuran besar, maka ledakannya juga sangat besar, sampai-sampai menghancurkan
bintang-bintang lain. Ledakan bintang besar ini disebut sebagai supernova.
Setelah meledak, materi bintang yang tersisa akan mengerut dan memadat dengan
kepadatan yang luar biasa dan gravitasinya begitu kuat sampai-sampai cahaya pun tak bisa lepas.
Materi bekas bintang inilah yang disebut black hole (lubang hitam).
L. Suhu
Suhu permukaan bintang deret utama ditentukan oleh laju penghasilan energi di intinya
yang umumnya diperkirakan dari indeks warna bintang. Biasanya suhu ini dinyatakan dengan
suhu efektif, yang merupakan suhu jika sebuah bintang dianggap sebagai benda hitam ideal yang
memancarkan energi dengan luminositas yang sama di seluruh permukaannya. Jadi suhu efektif
hanyalah sebuah gambaran, karena suhu pada sebuah bintang semakin tinggi jika semakin dekat
dengan intinya. Suhu di daerah inti sebuah bintang mencapai hingga beberapa juta derajat
celsius.
Suhu sebuah bintang menentukan laju ionisasi berbagai unsur di dalamnya, juga
menentukan sifat garis serapan spektrumnya. Suhu permukaan, magnitudo absolut dan sifat
serapan spektrografi bintang digunakan sebagai dasar untuk pengklasifikasian.
Bintang masif dalam deret utama dapat bersuhu hingga 50.000 °C. Sedang bintang yang
lebih kecil, seperti matahari, memiliki suhu permukaan beberapa ribu derajat celcius. Raksasa
merah memiliki suhu permukaan yang relatif rendah sekitar 3.300 °C, namun bintang ini
memiliki luminositas yang tinggi karena permukaan luarnya yang luas.

M. Umur
Sebagian besar bintang berumur antara 1–10 miliar tahun. Beberapa bintang mungkin
bahkan berumur mendekati 13,8 miliar tahun–umur teramati alam semesta. Bintang tertua yang
ditemukan hingga saat ini, HE 1523-0901, diperkirakan berumur 13,2 miliar tahun.
Semakin tinggi massa sebuah bintang maka semakin pendek pula umurnya. Hal ini terutama
disebabkan karena bintang dengan massa yang tinggi akan memiliki tekanan yang tinggi pula
pada intinya yang menyebabkannya membakar hidrogen dengan lebih cepat. Bintang-bintang
paling masif bertahan rata-rata hanya beberapa juta tahun, sementara bintang dengan massa
minimum (katai merah) membakar bahan bakarnya dengan perlahan dan bertahan hingga
puluhan sampai ratusan miliar tahun.

N. Distribusi
Selain berdiri sendiri, bintang bisa juga berada dalam sistem multibintang. Sistem
multibintang dapat terdiri dari dua atau lebih bintang yang terikat secara gravitasi dan saling
mengorbit satu sama lain. Jenis sistem multibintang yang paling sederhana dan sering ditemui
adalah bintang biner. Selain itu telah ditemukan juga sistem multibintang yang memiliki tiga atau
lebih bintang. Sistem multibintang yang demikian seringkali secara hierarkis tersusun dari
beberapa bintang biner untuk mempertahankan stabilitas orbit bintang-bintangnya. Terdapat juga
kelompok yang lebih besar yang disebut gugus bintang. Gugus bintang berkisar dari himpunan
bintang yang tidak begitu padat dengan hanya beberapa bintang, hingga gugus bola yang luar
biasa besar dengan ratusan ribu bintang.
Telah lama dianggap bahwa sebagian besar bintang berada dalam sistem multibintang
yang terikat secara gravitasi. Hal ini khususnya benar untuk bintang-bintang masif kelas O dan
B, yang dipercaya 80% populasinya berada dalam sistem multibintang. Namun semakin kecil
bintang maka semakin banyak pula populasi jenisnya yang berada dalam sistem bintang tunggal.
Hanya 25% katai merah yang diketahui berada dalam sistem multibintang dan karena 85% dari
keseluruhan bintang adalah katai merah, maka mungkin sekali sebagian besar bintang dalam
Bima Sakti adalah tunggal sejak terbentuk.
Bintang-bintang tidak menyebar secara merata di alam semesta, tapi biasanya
berkelompok membentuk galaksi bersamaan dengan debu dan gas antarbintang. Sebuah galaksi
biasa mengandung ratusan miliar bintang, dan terdapat lebih dari 100 miliar (1011) galaksi dalam
alam semesta teramati. Berdasarkan sebuah cacah bintang pada tahun 2010 diperkirakan terdapat
300 triyar (3 × 1023) bintang dalam alam semesta teramati. Walau sering dipercaya bahwa
bintang hanya terdapat dalam galaksi, telah ditemukan bintang-bintang yang berada di luar
galaksi (bintang antargalaksi).
Bintang terdekat dengan bumi selain matahari adalah Proxima Centauri yang berjarak
sekitar 4,2 tahun cahaya atau kira-kira 39,9 triliun kilometer. Jika jarak ini ditempuh dengan
kecepatan orbit pesawat ulang-alik (8 km/s–hampir 30.000 km/jam), maka akan dibutuhkan
waktu kira-kira 150.000 tahun untuk sampai. Jarak seperti ini adalah jarak antar bintang yang
umum dalam piringan galaksi, termasuk di lingkungan sekitar tata surya. Bintang-bintang dapat
sangat berdekatan di pusat galaksi dan dalam gugus bola atau terpisah sangat jauh dalam halo
galaksi. Karena jarak antar bintang yang relatif sangat jauh dalam galaksi selain pada daerah
pusat galaksi, tabrakan antar bintang diperkirakan jarang terjadi. Pada daerah yang lebih padat
seperti inti gugus bola atau pusat galaksi, tabrakan antar bintang dapat sering terjadi. Tabrakan
seperti ini dapat menghasilkan apa yang dikenal dengan bintang pengelana biru (blue straggler).
Bintang-bintang abnormal ini memiliki suhu permukaan yang lebih tinggi dari bintang-bintang
deret utama lainnya dalam sebuah gugus bintang dengan luminositas yang sama. Istilah
pengelana merujuk pada lokasinya yang berada di luar garis evolusi normal bintang lain pada
diagram Hertzsprung-Russel gugus bintangya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Bintang merupakan benda langit yang jaraknya sangat jauh dari bumi. Penemuan jarak
bintang baru dapat dilihat pada abad ke-19, cara yang digunakan adalah cara paralaks
trigonometri. Bumi bergerak mengitari matahari dalam waktu sekali keliling dalam waktu
satu tahun. Akibat gerak edar bumi, bintang yang dekat akan terlihat seolah-olah
menempuh lintasan berbentuk elips yang sebenarnya merupakan mencerminan gerak
bumi.
Bintang terbentuk di dalam awan molekul; yaitu sebuah daerah medium antarbintang
yang luas dengan kerapatan yang tinggi (meskipun masih kurang rapat jika dibandingkan
dengan sebuah vacuum chamber yang ada di Bumi). Awan ini kebanyakan terdiri dari
hidrogen dengan sekitar 23–28% helium dan beberapa persen elemen berat. Komposisi
elemen dalam awan ini tidak banyak berubah sejak peristiwa nukleosintesis Big Bang
pada saat awal alam semesta.
Gravitasi mengambil peranan sangat penting dalam proses pembentukan bintang.
Pembentukan bintang dimulai dengan ketidakstabilan gravitasi di dalam awan molekul
yang dapat memiliki massa ribuan kali matahari. Ketidakstabilan ini seringkali dipicu
oleh gelombang kejut dari supernova atau tumbukan antara dua galaksi. Sekali sebuah
wilayah mencapai kerapatan materi yang cukup memenuhi syarat terjadinya instabilitas
Jeans, awan tersebut mulai runtuh di bawah gaya gravitasinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai